Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari
mikrofosil. Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar
dari empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga
untuk mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang
dapat dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil,
seperti kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas,
sulit untuk menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai
mikrofosil atau tidak, sehingga tidak ada batas ukuran yang jelas.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini karena tidak fosil itu berukuran makro namun
juga ada yang memiiki ukuran mikro nah hal ini yang yang membuat analisa fosil
mikro sangat penting untuk mengetahuai pola hidup,lingkungan pengendpan
genus dll karena fosil mikro sangat banyak di jumpai.

Tujuannya mendeskripsikan agar kita sebagai calon ahli geollogi dapat


menganalisa fosil-fosil Foraminifera, sehingga dapat menentukan umur relatif
suatu batuan, membantu dalam studi lingkungan pengendapan dan korelasi
stratigrafi dengan daerah lain.

I.3. Metode

Metode yang digunakan dalam penyususan laporan ini saya memakai 2


metode yaitu metode primer dan skunder dalam metode primer yaitu pengamatan
dan deskripsi secara langsung di laboratorium pada . metode sekunder yaitu
metode berdasarkan dasar teori yang diambil dari buku panduan praktikum,
literatur-literatur buku-buku lain yang berkaitan dengan laporan ini serta
pengambilan literatur yang ada di internet dan buku-buku.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 1
BAB II

DASAR TEORI

11.1. Mikropalentologi

Mikropaleontologi adalah cabang dari ilmu pada ilmu paleontologi yang khusus
mempelajari sermua sisa-sisa yang berukuran kecil sehingga pada pelaksanaannya
harus menggunakan alat bantu mikroskop. Contoh mikrofosil adalah hewan
Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam studi
mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat melimpah
pada batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel
tunggal yang hidup secara aquatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau
lebih kamar-kamar yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat
(septa) yang ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen).Hewan foraminifera
contohnya adalah plankton dan benthos, hidup pada dasar laut. Plankton bentuk
testnya adalah bulat dan susunan kamarnya adalah trochospiral, sedangkan
benthos bentuk testnya adalah pipih dan susunan kamar planispiral. Kedua-
duanya ini adalah merupakan bagian dari fhilum protozoa.

11.2. Foraminifera

Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam studi


mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat melimpah
pada batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel
tunggal yang hidup secara aquatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau
lebih kamar-kamar yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat
(septa) yang ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen).
Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa
alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga
khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut.
Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium,
lebih dari 500 juta tahun yang lalu.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 2
Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian
spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda.
Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal
yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir,
karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara
mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.

Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi).


Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang
berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera
untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup.
Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di
masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan
perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.

Sebuah contoh kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang


masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies
tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau di tempat
kumpulan fosil foraminifera diperoleh ketika fosil foraminifera tersebut masih
hidup. Jika sebuah contoh mengandung kumpulan fosil foraminifera yang
semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang
dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut
adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik
(prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik
dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae,
dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 3
11.3Foraminifera Planktonik

Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah


spesiesnya banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di
permukaan laut dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah geologi, antara lain :

1. Sebagai fosil petunjuk


2. Korelasi
3. Penentuan lingkungan pengendapan
Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada
kedalaman tertentu :

1. Hidup antara 30 – 50 meter


2. Hidup antara 50 – 100 meter
3. Hidup pada kedalaman 300 meter
4. Hidup pada kedalaman 1000 meter
Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di
dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai
contoh adalah Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada
kedalaman 30 sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup
pada kedalaman 200 sampai 300 meter.

Foram plankton sangat peka terhadap kadar garam. Pada keadaan


normal, ia berkembangbiak dengan cepat, tetapi bila terjadi perubahan
lingkungan ia akan segera mati atau sedikit terpengaruhi
perkembangannya. Namun demikian, ada juga beberapa jenis yang tahan
terhadap perubahan kadar garam, misalnya di Laut Merah meskipun kadar
garamnya tinggi, tetapi masih dijumpai Globigerina bulloides dan
Globigerinoides sacculifer.

A. Tahapan Cara Mendeskripsi Foraminifera Planktonik

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 4
Di dalam mendeskripsi foraminifera planktonik dalam
penentuan genus maupun spesies disini harus diperhatikan, antara
lain :

1. Susunan Kamar
a. Susunan kamar pada foraminifera plankton dapat dibagi :
1) Planispiral, sifat terputar pada satu bidang, semua kamar
terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal
sama. Contoh : Hastigerina
2) Trocospiral, sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak
semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral
dan dorsal tidak sama. Contoh : Globigerina
3) Streptospiral, Sifat mula-mula trochospiral, kemudian
planispiral sehingga menutupi sebagian atau seluruh kamar-
kamar sebelumnya. Contoh : Pulleniatin
2. Aperture
Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera
yang terletak pada kamar terakhir. Khusus foraminifera
plankton bentuk aperture maupun variasinya lebih sederhana.
Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal
yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face) dan
melekuk ke dalam, terlihat pada bagian ventral (perut).
Foraminifera planktonik ini juga banyak ditemui serta tersebar
diseluruh benua atau laut dengan kedalaman tertentu sehingga
foraminifera planktonik dijadikan fosil indeks sebagai
penarikan umur.

Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton :


a. Primary Aperture Interiomarginal, yaitu :

1) Primary Aperture Interimarginal Umbilical, adalah aperture


utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus
atau pusat putaran. Contoh : Globigerina.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 5
2) Primary Aperture Interimarginal Umbilical Extra Umbilical,
adalah aperture utama interiomarginal yang terletak pada
daerah umbilicus melebar sampai ke peri-peri. Contoh :
Globorotalia.
3) Primary Aperture Interimarginal Equatorial, adalah aperture
utama interiomarginal yang terletak pada daerah equator,
dengan ciri-ciri dari samping kelihatan simetri dan hanya
dijumpai pada susunan kamar planispiral. Equator merupakan
batas putaran akhir dengan putaran sebelum peri-peri. Contoh :
Hastigerina
b. Secondary Aperture / Supplementary Aperture
Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil
atau lubang tambahan dari aperture utama. Contoh :
Globigerinoides

c. Accessory Aperture

Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur


accessory atau aperture tambahan. Contoh : Catapsydrax

11.3.1. Morfologi Foraminifera Plangtonik

A. Susunan Kamar
a. Planispiral: Terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan
dan jumlah kamar ventral dan dorsal sama.
b. Trocospiral: terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar
terlihat. Pandangan pada ventral dan dorsal berbeda.
 pandangan ventral : Jumlah kamar yang terlihat adalah putaran kamar
terakhir. Terlihat adanya aperture utama, terlihat adanya umbilicus.
 Pandangan dorsal : Biasanya seluruh kamar bisa terlihat, terlihat
adanya putaran, kamar awal terlihat.

Gambar Susunan Kamar

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 6
Gambar 11.1 Hemispherical Angular Rhomboid Angular Conical Radial
Elongate Claved

Gambar 11.2 Tubulospinate Cyclical Flatulose Tabular


Semicirculer

B. Bentuk

Dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk kamar san bentuk test. Bentuk kamar
dapat globural, rhomboid menyudut atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat
membulat atau elips.
C. Suture

Dalam penentuan genus foraminifera suture sangat berguna. Suture dapat


tertekan atau tidak. Pendeskripsian meliputi pandangan dorsal maupun ventral.

Suture merupakan garis yang terliliat pada dinding luar test, merupakan
perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam
pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture yang
khas. Macam-macam bentuk suture adalah :

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 7
 Tertekan (melekuk), rata, atau muncul dipermukaan test. Contoh :
Chilostomella colina, untuk bentuk suture tertekan.

 Lurus, melengkung lemah, sedang atau kuat. Contoh : orthomorphiao


challengeriana, untuk bentuk suture lurus.
 Suture yang mempunyai hiasan. Contoh : Elphindium incertum, untuk
bentuk hiasan yang berupa bridge.

D. Jumlah Kamar dan Putaran

Jumlah putaran kamar sangan menentui penamaan, untuk itu perlu


dilakukan terutama pada kamar terakhir. Selain itu perlu diperhatikan pula
pertambahan ukuran kamar, apakah berangsur atau berubah mendadak. Perlu
diperhatikan pulaarah perputaran apakah searah jarum jam (dextral) atau
berlawanan arah jarum jam (sinistral). Mengklasifikasikan foraminifera, jumlah
karnar dan jumlah putaran perlu diperhatikan. Karena spesies tertentu mempunyai
jumlah karnar pada sisi ventral yang hampir pasti sedang pada bagian sisi dorsal
akan berhubungan erat dengan jumlah putaran. Jumlah putaran yang banyak
umumnya mempunyai jumlah kamar yang banyak pula, namun jumlah putaran itu
juga jumlah karnarnya dalam satu spesies mempunyai kisaran yang harnpir pasti.
Pada susunan kamar trochospiral jumlah putaran dapat diamati pada sisi
dorsal, sedangkan pada planispiral jumlah putaran pada sisi ventral dan dorsal
mempunyai kenarnpakan yang sarna. Cara menghitung putaran adalah dengan
menentukan arah perputaran dari cangkang. Kemudian menentukan urutan
pertumbuhan kamar-kamamya dan menarik garis pertolongan yang memotong
kamar 1 dan 2 dan menarik garis tegak lurns yang melalui garis pertolongan pada
kamar 1 dan 2.

Gambar 11.3 Trochospira

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 8
E. Aperture

Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada kamar
terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun variasinya lebih
sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal yang
terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk ke dalam, terlihat
pada bagian ventral (perut).
Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton :
 Primary Aperture Interiomarginal

Primary Aperture Interimarginal Umbilical, adalah aperture


utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus atau pusat
putaran.
Contoh : Globigerina
Primary Aperture Interimarginal Umbilical Extra Umbilical,
adalah aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah
umbilicus melebar sampai ke peri-peri.
Contoh : Globorotalia

Primary Aperture Interimarginal Equatorial, adalah aperture


utama interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan ciri-ciri
dari samping kelihatan simetri dan hanya dijumpai pada susunan
kamar planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan
putaran sebelum peri-peri.
Contoh : Hastigerina
 Secondary Aperture / Supplementary Aperture

Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau
lubang tambahan dari aperture utama.
Contoh : Globigerinoides
 Accessory Aperture

Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory


atau aperture tambahan.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 9
Contoh : Catapsydrax

Bundar Cribate Phyaline Crescentric Slitlike Multiple


Radiate
Gambar 11.4 Bentuk Test

F. Komposisi Test

Kebanyakan dari foraminifera plangton memiliki dinding test gamping


hialin. Berdasarkan komposisi test foraininifera dapat dikelompokan menjadi
empat, yaitu:
1. Dinding Chitin / tektin
Dinding tersebut terbuat dari zat tanduk yang disebut chitin, namun
foraminifera, dengan dinding seperti ini jarang dijumpai sebagai fosil.
Foraminifera yang mempunyai dinding chitin, anatara lain :
o GolonganAllogromidae
o Golongan Miliolidae
o Golongan Lituolidae
o Golongan Astrorhizidae

Ciri-ciri dinding chitin adalah flexible, transparan, berwarna kekuningan dan


imperforate,

2. Dinding Arenaceous dan aglutinous


Dinding arenaceous dan aglutinous terbuat dari zat atau mineral asing
disekelilingnya kemudian direkatkan satu sama dengan zat perekat oleh
organisme tersebut. Pada dinding arenaceous materialnya diambil dari butir-
butir pasir saja, sedangkan dinding agglutinin materialnya diambil butir-butir,
sayatan-sayatan mika, spone specule, fragmen-fragmen dari foraminifera

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 10
lainnya dan lumpur. Zat perekatnya bisa chitin, oksida besi atau zat perekat
gampingan. Zat perekat gampingan adalah khas untuk foraminifera yang hidup
didaerah tropis, sedangan zat perekat silika adalah khas untuk foraminifera yang
hidup perairan dingin.

Contoh : • Dinding Aglutinous : Ammobaculites aglutinous, Saccamina


sphaerica

3. Dinding Siliceous

Beberapa ahli (Brady, Humbler, Chusman, Jones) berpendapat bahwa dinding


silicon dihasilkan oleli organisme itu sendiri, Menurut Glessner dinding silicon
berasal dari zat sekunder. Galloway berpendapat bahwa, dinding silicon dapat
dibentuk oleh organisme itu sendiri (zat primer) ataupun terbentuk secara
sekunder. Tipe dinding ini jarang ditemukan, hanya dijumpai pada beberapa
golongan Ammodiscidae dan beberapa spesies dari Miliodae.

4. Dinding Calcareous atau gatupingan

Dinding yang terdiri dari zat-zat gampingan dijumpai pada sebagian


besar foraminifera.bDinding yang gampingan dapat dikelompokam menjadi :
• Gampingan Porselen
Gampingan porselen adalah dinding gampingan yang tidak berpori,
mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar langsung
berwarna putih opaque, contoh : Quinqueloculina, Pyrgo
• Gamping Granular
Gamping granular adalah dinding yang terdiri dari kristal-kristal kalsit yang
granular, pada sayatan tipis ini kelihatan gelap. Dijumpai pada golongan
endothyra dan beberapa spesies dari bradyina serta Hyperammina.
• Gamping Komplek

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 11
Gamping komplek adalah dinding dijumpai berlapis, kadang-kadang terdiri
dari satu lapis yang homogen, kadang-kadang dua lapis bahkan sampai empat
lapis. Terdapat pada golongan Fussulinidae.
• Gamping Hyaline
Terdiri dari zat-zat gampingan yang transparan dan berpori, Kebanyakan dari
foraminifera. plankton mempunyai dinding seperti ini.

Cancellate Discoidal Biumbilicate Biconvex Flaring

Tabular Bifurcating Radiate Arborescent Irregular

Hemispherical Zigzag Conical Spherical

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 12
Spiroconvex Umbilicoconvex Lenticular Biumbilicate Fusiform
Gambar 11.5 Bentuk Test

G. Hiasan atau Ornamentasi

Hiasan sangat penting karena sangat khas pada genus tertentu. Misal pada
spine khas pada Hankenina, Keel (Globorotalia).

11.4. Foraminifera Benthonik

Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan


lingkungan pengendapan, sedangkan fosil foram benthonik besar dipakai
untuk penentuan umur. Fosil benthonik ini sangat berharga untuk
penentuan lingkungan purba.

Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut secara


umum adalah :

a. Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,


banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina,
Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding
cangkangnya dibuat dari pasiran.

b. Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides,


Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan
Triloculina.

c. Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,


Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan
Textularia.

d. Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera, Bulimina,


Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina.

1. Tahapan Cara Mendeskripsi Foraminifera Bentonik

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 13
Di dalam mendeskripsi foraminifera bentonik dalam
penentuan genus maupun spesies disini harus diperhatikan, antara
lain :

a. Susunan Kamar Foraminifera Benthos


1) Monothalamus
Monotalamus adalah susunan dan bentuk kamar-kamar akhir
foraminifera yang hanya terdiri dari satu kamar. macam - macam
dari bentuk monothalamus test:

a) Bentuk globular atau bola atau spherical.Terdapat pada


kebanyakan subfamily accaminidae Contoh : Saccamina

Gambar 11.6 Bentuk Test globular

b) Bentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan


subfamily Proteonaninae Contoh :

Gambar 11.7 Bentuk Test botol

c) Bentuk tabung (tabular) seperti yang ditunjukkan pada gambar


43, terdapat pada kebanyakan subfamili Hyperminidae Contoh
: Hyperammina.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 14
d) Planispiral (uncoiling)
Contoh : Rectocornuspira

Gambar 11.8 Bentuk Test Planispiral

e) Zigzag
Contoh : Lenticulina sp
f) Radiate
Contoh : Astroshizalimi colasandhal

g) Cabang (bifurcatirtg) (gambar 46)


Contoh: Rhabdamina abyssorum

h) Arburescent (gambar 47)


Contoh : Dendrophyra crectosa
- Tak teratur (irregular)

Contoh : Planorbulinoides reticnaculata


- Setengah lingkaran (hemispherical)

Contoh : Pyrgo murrhina


- Inverted v-shaped chamber (palmate)

Contoh : Flabellina rugosa

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 15
- Fusiform

Contoh : Vaginulina laguman

Gambar 11.9 Bentuk Test Arburescent-Fusifom

- Pyriform

Contoh : Elipsoglandulina velascoensis


- Conical (kerucut)

Contoh : Textularia ere/osa


- Semicircular (fanshaped-flabelliform)

.Contoh: Pavaninaflabelliformis
Beberapa foraminifera yang memiliki cangkang monothalamus yang di
tunjukkan pada gambar .

Gambar 11.10 Macam-macam bentuk cangkang monothalamus

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 16
2) Polythalamus
Merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar
foraminifera yang terdiri dari lebih satu kamar, misalnya uniserial
saja ata biserial saja. Macam-macam polythalamus test:

2.a Uniformed, terdiri dari Uniserial, terdiri dari satu macam


susunan kamar dan sebaris kamar, terdiri dari :

a) Rectilinier (linier punya leber), test uniserial terdiri atas


kamarkamar bulat yang dipisahkan satu sarna lain
dengan stolonxy neck. Contob : Siphonogerina,
Nodogerina.
b) Linier tanpa leber, kamar tidak bulat dan antara kamar
yang satu dengan kamar yang lainnya tidak didapat neck.
Contoh : Nodosaria.
c) Equitant uniserial, test uniserial tidak mempunyai leher,
tetapi sebaliknya kamamya sangat berdekatan sehingga
menutupi sebagian yang lain. Contoh : Glandu/ina.
d) Curvilinierl uniserial arcuate, test uniserial tapi sedikit
melengkung dan garis batas kamar satu dengan yang
lainnya atau sututre membentuk sudut terhadap sumbu
panjang. Contoh : Dentalina
e) Coiled test atau test yang terputar, macam – macamnya
yaitu Planispiral coiled test, test yang terputar pada satu
bidang datar, di bagi dua:
e.1) Involute yang di tunjukkan pada gambar 50, test
yang terputar dengan putaran akhir menutupi
putaran yang sebehunnya, sehingga putaran akhir
saja yang terlihat. Contoh : Elphidium
e.2) Evolute test, test yang terputar dengan seluruh
putaramlya dapat terlihat. Contoh : Anomalia
e.3) Nautiloid test, yang ditunjukkan pada gambar 51
merupakan test yang terputar dengan kamar-kamar

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 17
di bagian umbilical (ventral) menumpang satu sarna
lain, sehingga kelihatan karnar kamarnya lebih besar
dari bagian peri-peri dari pada di bagian umbilicus.
Contoh : Nonion

Gambar 11.11 Bentuk Test polythalamus-Nautiloid

e.4) Rotaloid test, Merupakan test yang terputar tidak


pada satu bidang, dengan posisi pada dorsal seluruh
putaran terlihat, sedang pada ventral hanya putaran
terakhir yang terlihat. Susunan kamar ini disebut
juga Low Trochospiral. Contoh: Rotalia
e.5) Helicoid test, merupakan test yang terputar
meninggi, dimana lingkarannya dengan cepat
menjadi besar. Terdapat pada subfamily
Globigerinidae (plankton). Susunan kamar ini
disebut juga High Trochospiral. Contoh:
Globigerina
e.6) Biserial yang di tunjukkan pada gambar 52, test
yang tersusun dua baris kamar yang terletak
berselang-seling. Contoh: Textularia dan Bolivina
SP

Gambar 11.12 Bentuk Test polythalamus-Biserial

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 18
e.7) Triserial yang di tunjukkan pada gambar 53, test
yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak
berselang-seling. Contoh : Uvigerina, Bulim

Gambar 11.13 Bentuk Test polythalamus-Triserial

e.8) Biformed Test yang di tunjukkan oleh gambar 54.


Merupakan dua macam susunan kamar yang sangat
berbeda satu dengan yang lain dalam satu buah test,
misalnya biserial pada awalnya kemudian menjadi
uniserial pada akhirnya. Contoh : Bigerina

e.9) Triformed (gambar 55) Test Merupakan tiga bentuk


susunan kamar dalam sebuah test, misalnya
permulaan biserial kemudian berputar sedikit dan
akhirnya menjadi uniserial. Contoh: Vulvulina

Gambar 11.14 Bentuk Test polythalamus-Triformed

e.10) Multiformed Test, dalam sebuah test tdpt >3


susunan kamar. Bentuk ini sangat jarang ditemukan.

b. Aperture Foraminifera Bentos


Golongan benthos memiliki bentuk aperture yang
bervariasi. Dan aperture itu sendiri merupakan bagian penting dari

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 19
test foraminifera, karena merupakan. lubang tempat protoplasma
organisme tersebut bergerak keluar dan masuk.
Macam-macam aperture pad a foraminifera benthos:
1) Simple Aperture, yaitu :
a) at end of tabular chamber
b) at base of aperture face

c) in middle aperture face

d) aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung


sebuah test(terminal), lubangnya bulat.

e) Aperture comma shaped, mempunyai koma/melengkung,


tetapi tegak lurus pada permukaan septal face.

f) Aperture phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak


diujung neck yangn pendek tapi menyolok.

g) Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang memanjang,


umum dijumpai pada foraminifera yang bertest hyaline.

h) Aperture crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda.

2) Supplementary Aperture, yaitu :


a) Infralaminal accessory aperture – dendritik
b) Aperture yang memancar (radiate), merupakan sebuah
lubang yang bulat, tapi mempunyai pematang yang
memancar dari pusat lubang.

c) Radiate with apertural facechamberlet.

3) Multiple Aperture, yaitu :


a) Multiple sutural, aperture yang terdiri dari banyak lubang,
terletak di sepanjang suture.
4) Aperture cribralateral, cribrate/inapertural face cribrate.
Bentuknya seperti saringan, lubang uummnya halus dan
terdapat pada permukaan kamar akhir.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 20
5) Terminal
6) Primary Aperture, yaitu :
a) Primary aperture interiomarginal umbilical
b) Interiomarginal umbilical extra runbilical/simple aperture
lip/ ventral and peripheral.

c) Spilo umbilical/interiomarginal equatorial

11.4.1. Morfologi Foraminifera Bentonik

A. Susunan Kamar Foraminifera Benthos

Susunan kamar foraminifera benthonik memiliki kemiripan


dengan foraminifera planktonik, susunan kamar dan bentuknya dapat
dibedakan menjadi :
 Monothalamus
Monothalamus yaitu susunan dan bentuk kamar-kamar akhir
foraminifera yang hanya terdiri dari satu kamar. Macam-macam dari
bentuk monothalamus antara lain adalah :

 Bentuk globular atau bulat atau spherical, terdapat pada


kebanyakan subfamily saccaminidae. Contohnya:
Saccammina

Gambar 11.15 Saccammina


 Berbentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 21
subfamily proteonaniae. Contoh: Lagena.

Gambar 11.16 lagena


 Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan
subfamily Hyperminidae. Contoh: Hyperammina,
Bathysiphon.

Gambar 11.17 Hyperammina


 Berbentuk antara kombinasi botol dan tabung.
 Terputar Planispiral
Contoh : ammodiscus.

Gambar 11.18 ammodiscus

 Polythalamus
Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar
foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar. Misalnya
uniserial saja atau biserial saja. Macam-macam polythalamus antara lain :

Uniformed yang terbagi menjadi:


1) Uniserial yaitu berupa satu baris susunan kamar yang seragam.
yang terbagi lagi mejadi:

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 22
a. Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas
kamar-kamar bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau
neck. Contohnya : Siphonogerina, Nodogerina.

Gambar 11.19 Siphonogerina


b. Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama
lain tidak dipisahkan leher-leher. Contohnya : Nodosaria.

Gambar 11.20 Nodosaria


c. Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak memiliki
leher tetapi sebaliknya kamarnya sangat berdekatan
sehingga menutupi sebagian yang lain. Contohnya :
Glandulina.

Gambar 11.21 Glandulina

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 23
d. Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi
sedikit melengkung dan garis batas kamar satu dengan
yang lain atau suture membentuk sudut terhadap sumbu
panjang. Contohnya: Dentalina.

Gambar 11.22 Dentalina


e. Kombinasi antara rectilinier dengan linier tanpa leher.
Coiled test atau test yang terputar, macam-macamnya antara
lain :
 Involute yaitu test yang terputar dengan
putaran akhir menutupi putaran yang
sebelumnya, sehingga putaran akhir saja
yang terlihat. Contoh : Elphidium.

Gambar 11.23 Elphidium


 Evolute yaitu test yang terputar
dengan seluruh putarannya dapat
terihat. Contohnya : Anomalia
 Nautiloid yaitu test yang terputara dengan kamr-
kamar dibagian umbirical (ventral) menumpang
satu sama lain. Sehingga kelihatan kamar-
kamarnya lebih besar dibagian peri-peri
dibandingkan dibagian umbilicus. Contoh :

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 24
Nonion.

Gambar 11.24 Nonion


 Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak pada
satu bidang dengan posisi pada dorsal seluruh
putaran terlihat, sedangkn pada ventral hanya putaran
terakhir terlihat. Contoh : Rotalia.

Gambar 11.25 Rotalia

 Helicoids test merupakan test yang terputar


meninggi dengan lingkarannya cepat menjadi
besar. Terdapat pada subfamily Globigeriniidae
(plankton) contoh: Globigerina.

Gambar 11.26 Globigerina.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 25
2) Biserial
Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar
yang terletak berselang-seling. Contoh : Textularia.

Gambar 11.27 Textularia


3) Teriserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar
yang terletak berselang-seling. Contoh : Uvigerina,
Bulmina.

Gambar 11.28 Uvigerina


 Biformed test
Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangat
berbeda satu dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserial
pada awalnya kemudian menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh :
Bigerina.

Gambar 11.29 Bigerina.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 26
 Triformed test
Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test
misalnya permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya menjadi
uniserial. Contohnya : Vulvulina.

Gambar 11.30 Vulvulina

 Multiformed test
Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunan
kamar, bentuk ini jarang ditemukan.

A. Bentuk

Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar
dapat globular, rhomboid menyudut, atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat
membulat atau ellips.

B. Komposisi test
Kebanyakan dari foraminifera benthik mempunyai dinding test gamping
hyalin, porselen, dan arenaceous.

C. Hiasan atau Ornamentasi


Hiasan sangat penting karena sangat khas pada genus tertentu. Misal
Briged sutures khas pada Elphidium, Retral processes pada Amphistegina.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 27
11.5. Foraminifera Besar
Ordo foraminifera ini memiliki bentuk yang lebih besar di bandingkan
dengan yang lainnya. Sebagian besar hidup didasar laut degan kaki semu dan type
Letuculose, juga ada yang hidup di air tawar, seperti family Allogromidae.
Memiliki satu kamar atau lebih yang dipisahkan oleh sekat atau septa yang
disebut suture . aperture terletak pada permukaan septum kamar terakhir. Hiasan
pada permukaan test ikut menentukan perbedaan tiap–tiap jenis. Foraminifera
besar benthonik baik digunakan untuk penentu umur. Pengamatan dilakukan
degan mengunakan sayatan tipis vertical, horizontal, atau, miring di bawah
miroskop. Pemberiam sitematik foraminifera benthonik besar yang umum ( A.
Chusman 1927).
a. Famili Discocyclidae

 Genus Aktinocyclina

 Genus Asterocyclina

 Genus Discocyclina

b. Famili Camerinidae

 Genus Asslina

 Genus Cycloclypeus

 Genus Nummulites

c. Famili Alveolinelliadae

 Genus Alveolina

 Genus Alveolinella

d. Famili Miogpsinidae

 Genus Miogypsian

 Genus Miogypsinoides

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 28
e. Famili Calcarinidae

 Genus Biplanispira

 Genus Pellatispira

f. Famili Orbitoididae

 Genus Lepidocyclina

11.5.1. Morfologi Foraminifera Besar


Masalah–masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatu batuan
sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di samping juga
mengunakan metode – metode lain yang lebih teruji dan lebih tepat. Penentuan
kisaran umur dengan mengunakan foraminifera planktonik, dilakukan degan
langkah – langkah sebagai berikut :

1. Menganalisa fosil foraminifera palakton dari suatu batuan sampai ke


tingkat spesiesnya.

2. Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umum dari


fosil foram plankton yang telah diamati dan dianalisa.

3. Menetukan kisaran umur fosil foram plankton yang muncul akhir dan
umur yang punah awal.

4. Maka umur batuan yang didapatkan merupakan suatu range dari hasil
nomor C

Lalu dengan menggunakan foraminifera benthonik maka dapat ditentukan


lingkungan pengendapaannya, sehingga penggabungan dari foraminifera
planktonik dengan foraminifera benthonik dapat menghasilkan umur dari suatu
lingkungan pengendapan tertentu.

foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di


masalampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 29
perubahan suhuglobal yang terjadi selama jaman es. Jika sebuah perconto
kumpulan fosilforaminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup
sampai sekarang, makapola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut
dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan
fosil foraminifera diperoleh- ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup.

Gambar 11.31 Foraminifera besar benthik


Jika sebuah perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang
semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang
dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut
adalah keragaman spesies, jumlah relative dari.
spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera plangtonik dari total
kumpulan, foraminifer plangtonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang
(rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material
penyusun cangkang. Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat
karena mencermin kansifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh.
Sebagai contoh, perbandingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air.
Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak
isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang
foraminifera plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti
dasar laut di seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk memetakan permukaan dan
suhu dasar perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 30
bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di masa lampau dan untuk
memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan dating (keakurasiannya
belum teruji).

11.6. Aplikasi Mikropaleontologi

Umur relatif adalah penempatan suatu stratigrafi relatif terhap zaman-


zaman geologi yang didasarkan pada fosil-fosil tertentu tanpa ditentukan batas-
batasnya secara geokronologi yang dinyatakan dalam skala waktu/satuan waktu
dalam tahun. Penentuan umur relatif batuan pada 2 lapisan yang berbeda dalam 1
penampang dapat ditentukan dengan melihat lapisan yang terlebih dahulu
diendapkan, yang terendapkan pertama lebih tua umurnya daripada yang
terendapkan kemudian. Proses ini berlangsung terus sampai semua lapisan
tersusun dalam suatu skala umur relatif yang memperlihatkan urutan kejadiannya.
Salah satu cara penarikan fosil menggunakan Cara dengan hasil fosil :

a. Cara ini biasanya pada batuan endapan. Fosil adalah sisa – sisa binatang
atau tumbuhan purba yang sudah membatu. Dasar pemikirannya: evolusi.
Pada endapan yang terletak dibawah mempunyai fosil yang berbeda
dengan endapan yang terletak di atas. Dari fosil – fosil ersebut dapat
diketahui evolusi dari binatang maupun tumbuhan. Banyak binatang /
tumbuhan yang baru muncul. Dengan mengetahui evolusi binatang /
tumbuhan tersebut dapat diketahui endapan yang tua dan yang lebih muda.
Tetapi umur yang didapat hanyalah umur kisaran (nisbi).

11.6.1. Penetuan Umur


Cara menentukan umur relatif pada umumnya didasarkan atas
dijumpainya fosil didalam batuan. Didalam mikropaleontologi cara
menentukan umur relative dengan menggunakan :
1. Foraminifera Kecil Planktonik: disamping jumlah genus sedikit,
planktonik sangat peka terhadap perubahan kadar garam, hal ini

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 31
menyebabkan hidup suatu spesies mempunyai kisaran umur yang
pendek sehingga baik untuk penciri umur suatu lapisan batuan.
Biozonasi foraminifera planktonik yang populer dan sering digunakan
diIndonesia adalah Zonasi Blow ( 1969 ), Bolli ( 1966 ) dan Postuma
(1971).
2. Foraminifera Besar Bentonik : Dipakai sebagai penentu umur relatif
karenaumumnya mempunyai umur pendek sehingga sangat baik
sebagai fosil penunjuk.

Penentuan umur berdasarkan foraminifera besar, khususnya di Indonesia


biasanya menggunakan Klasifikasi Huruf, antara lain. Klasifikasi Huruf yang
dikemukakan oleh Adams ( 1970 ).

11.6.2. Penentuan Lingkungan Pengendapan


Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen
beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme
pengendapan tertentu (Gould, 1972). Didalam sedimen umumnya turut
terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang karena tertimbun,
terawetkan,dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian
dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme
atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan fosil. Jadi fosil adalah bukti atau
sisa-sisa kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan,
seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan.
Kedalaman lingkungan kehidupan foram dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
-Litoral =0 – 5 meter - Batyal = 200 – 2000 meter
-Epineritik =5 – 50 meter - Abyssal = 2000 – 5000 meter
-Neritik =50 – 200 meter - Hadal = > 5000 meter

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 32
% Ratio Plankton Kedalaman %

1 - 10 0 – 70
10 – 20 0 – 70
20 – 30 60 – 120
30 – 40 100 – 600
40 – 50 100 – 600
50 – 60 550 – 700
60 – 70 680 – 825
70 – 80 700 – 1100
80 – 90 900 – 1200
90 – 100 1200 – 2000

Tabel 11.1 Kedalaman dari Grimsdale dan Mark Hoven (1950)


Lingkungan Pengedapan Bentos Kedalaman % Ratio
Neritik Tepi 0 – 20 0 – 20
Neritik Tengah 20 – 100 20 – 50
Neritik Atas 100 – 200 20 – 50
Bathyal Atas 200 – 500 30 – 50
Bathyal Bawah 500 – 2000 50 – 100

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 33
BAB III
PEMBAHASAN

111.1 Foraminifera Plangtonik

111.1.1 Famili Globigerinidae


Famili ini pada umumnya mempunyai bentuk test spherical atau
hemispherical, bentuk kamar globular dan susunan kamar trochospiral rendah atau
tinggi. Aperture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi yang terletak pada
umbilicus dan juga pada suture atau pada apertural face.

 Genus Orbulina
Ciri khasdari genus ini adalah adanya aperture small opening.Aperture ini adalah
akibat dari terselubungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir.
Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini :

 Genus Globigerina
Mempunyai susunan kamar trochospiral, aperture interiomarginal umbilical,
dan hiasan pada permukaan berupa punctate. Beberapa spesies yang termasuk
genus ini :

111.1.2 Famili Globorotalidae


Umunmya mempunyai bentuk test biconvex, bentuk kamar subglobular atau
angular conical, susunan kamar trochospiral. Aperture memanjang dari umbilicus
kepinggir test dan terletak pada dasar apertural face. Pada pinggir test ada yang
mempunyai keel dan ada pula yang tidak. Genus yang termasuk dalam family ini :
 Genus Globorotalia
Berdasarkan ada atau tidaknya keel, maka genus ini dapat dihagi 2 subgenus,
yaitu :
Subgenus Globorotalia Subgenus ini mencakup seluruh Globorotalia yang
mempunyai keel. Untuk membedakan subgenus ini dengan subgenus lainnya maka
dalam penulisannya, biasanya diberi kode sebagai berikut :Contoh : Globorotalia (G)

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 34
Beberapa spesies yang termasuk.dalam subgenus ini :
 Globorotaliatumida
Test trochospiral rendah sampai sedang, sisi spiral lebih convex dari padas
isi umbilical, permukaannya licin kecuali pada kamar dari putaran akhir dan
umbilical padak amar akhir yang pustulose. Suture disisi spiral pada mulanya
melengkung halus Ialu melengkung tajam mendekati akhir hamper lurus hingga
radial, pada distal kembali melengkung hamper tangensial keperi-peri.

 Globorotalia plesiotumida
Test trochospiral sangat rendah, biconvex, tertekan, peri-peri equatorial
globulate, keel tipis. Suture pada bagian spiral melengkung satu pada bagian yang
terakh irsubradial, pada sisi distalnya melengkung sangat kuat. Umbilical sempit
dan tertutup dalam aperture interiomarginal umbilical extra umbilical melengkung
lemah di batasi oleh lip yang tipis.

 Subgenus turborotalia
Mencakup seluruh Globorotalia yang tidak mempunyai keel.Untuk
penulisannya, biasanya diberi kode sebagai berikut :Contoh : Globorotalia
(T)
Spesies yang termasuk dalam genus ini,
antara lain:
 Globorotaliasiakensis
Susunan kamar trochospiral lemah, peri-peri equatorial lobulate, kamar
tidak rata, subglobular, kamarke 5-6 terakhir membesar tidak teratur.POO
akeduasisisuturenya radial, tertekan, umbilical agak lebar sampai agak sempit,
dalam.Aperture interiomarginal umbilical extra umbilical, agak rendah, terbuka,
melengkung, dibatasi oleh bibiratau rim.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 35
111.1.3 Famili Hentkenidae
Pada test terdapat dua umbilicus yang masing-masing terletak pada salah
satu sisi test yang berseberangan. Susunan kamar planispiral involute. Beberapa
genus kamar-kamar ditumbuhi oleh spine-spine panjang. Beberapa genus yang
termasuk dalam famili ini.

 Genus Hantkenina
Bentuk test biumbilicate, bentuk kamar tabular spinate dan susunan kamar
planispiral involute, tiap-tiap kamar terdapat spine-spine yang panjang.

 Genus Hastigerina
Bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau
“loosely coiled". Mempunyai aperture equatorial yang terletak pada
apertural face.

111.1.4 Lampiran

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 36
111.2 Foraminifera Benthonik
111.2.1 Genus Dentalina
Genus Dentalina Risso, 1826
Ciri-ciri:
- Cangkang uniserial tidak terputar, curvilinier, garis sutura tidak tegak lurus
- Komposisi dinding cangkang hyalin
- Apertur terminal, radiate
- Usia: Permian-Resen

111.2.2 Genus Amphistegina


Genus Amphistegina d’Orbigny, 1826
Ciri-ciri:
- Cangkang lenticular, involute
- Komposisi dinding cangkang calcareous
- Apertur kecil
- Usia: Eosen-Resen

111.2.3 Genus Bathysiphon


Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang – kadang
lurus, monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa.
Muncul Silur – Resent.
111.2.4 Genus Bolivina
Termasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agak runcing,
beserial, komposisi gampingan, berposi aperture pada kamar akhir, kadang
berbentuk lope, muncul Kapur – Resent.
111.2.5 Genus Nodogerina
Termasuk famili Heterolicidae, degan test memanjang, kamar tersusun
uniserial lurus, kompisi test gampingan berpori halus, aperture terletak di puncak
membulat mempunyai leher dan bibir. Muncul Kapur – Resen.
111.2.6 Lampiran

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 37
111.3 Foraminifera Besar

111.3.1 Genus Nummulites


Kenampakan luar seperti lensa, terputar secara planispiral, hanya putaran
terluar yang terlihat, pada umumnya licin.

111.3.2 Genus Discocylina


Kenampakam luar merupakan lensa, kadang bengkok menyerupai lensa,
kadang bengkok menyerupai pelana, kelilingnya bulat degan/ tanpa tonggak –
tonggak.

111.3.3 Genus Lepidocyclina


Kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung, discoidal,
permukaan test papilate, halus reticulate, pinggirnya bisa bulat, kadang seperti
batang atau polygonal.

111.3.4 Lampiran

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 38
BAB IV
PENUTUP

1V.1. Kritik dan Saran


Tidak ada keritik karena praktikum sudah berjalan baik hanya saran agar
pada saat pengamatan perkelompok bisa lebih baik lagi sehingga paktikan dapat
masuk sesuai jadwal yang telah tentukan pada msing-masing kelompok.

1V.2. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah kita dapat lebih mengenal dan
mengetahui berbagai macam jenis fosil Adapun beberapa kesimpulan yang dapat
diambil penulis selama menjalani praktikum, antara lain:
1. Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai
cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal).
2. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang
terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan
geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi,
paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.
3. Fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19
mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang
dimiliki organisme, embrio dari foil-fosil makro serta bagian-bagian
tubuh.
4. Dalam membedakan foraminifera yang satu dengan yang lainnya harus
memperhatikan bentuk test, susunan kamar, bentuk kamar, ornament
, suturedan
5. Dlam menentukan suatu umur batuan menggunakan fosil dapat dilaukan
dengan melihat fosil muncul akhir dan punah awal.
6. Masalah – masalah geologi yang menghubungkan dengan umur suatu
batuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di
samping juga mengunakan metode – metode lain yang lebih teruji dan
lebih tepat.

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 39
DAFTAR PUSTAKA

Hita Pandita, S.T.,M.T.,2016. Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi.


http://laporanp.blogspot.co.id/2010/02/bab-i-pendahuluan-1_07.html
https://id.scribd.com/doc/43971393/Laporan-Akhir-Praktikum
https://id.scribd.com/doc/212673945/LAPORAN-MIKROpaleontologi
http://www.academia.edu/16504359/183221064-Foraminifera-Bentonik

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 40
LAMPIRAN

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI 41

Anda mungkin juga menyukai