Anda di halaman 1dari 7

Tular, A.D.

Fosil Foraminifera Plantonik

Determinasi Fosil Foraminifera Bentonik

Akhmad Dwitular1.a, M Iqbal Rozaki2.b, Isnaini


Permata Lestari3.c Denti Fiqriana4.d, Gias Alif
Ramadhan5.e, Derta Dania6.f , M Multi Rizqy7.g

1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Sains, Institut Teknologi Sumatera
a
email: akhmad.15116005@student.itera.ac.id
Annisa Rinka Farisya, Nur Afni Dian Utari,
Veni Dewinta, Tezar Julian, Ricko Nofrando S, Luki Ardhianto, Nessa Indra Liani

Abstract

Foraminifera is a one-cell organism that has a calcite shell and is one of the organisms of the kingdom
protista which is often known as the rhizopoda (pseudo foot). Foraminifera is a close relative of Amoeba,
it's just that Amoeba doesn't have a shell to protect its protoplasm. an addition, Foraminifera is also used
as a bioindicator in the coastal environment, including indicators of coral reef health. This is because
calcium carbonate is susceptible to dissolution under acidic conditions, so Foraminifera is also affected by
climate change and ocean acidification. In archeology some species are rock raw materials. Some types of
stones such as Rijang, have been found to contain fossils of Foraminifera. The type and concentration of
fossils in stone samples can be used to match that the sample is known to contain the same fossil traces
(Ryo, 2010).

Keyword: Microorganism, Specimens, Organisms, Bactery

Abstrak

Foraminifera adalah organisme satu sel yang memiliki cangkang kalsit dan merupakan salah satu
organisme dari kingdom protista yang sering dikenal dengan rhizopoda (kaki semu). Foraminifera
adalah kerabat dekat Amoeba, hanya saja amoeba tidak memiliki cangkang untuk melindungi
protoplasmanya. Selain itu, Foraminifera juga digunakan sebagai bioindikator di lingkungan pesisir
termasuk indicator kesehatan terumbu karang. Hal ini dikarenakan kalsium karbonat rentan terhadap
pelarutan dalam kondisi asam, sehingga Foraminifera juga terpengaruh pada perubahan iklim dan
pengasaman laut. Pada arkeologi beberapa jenis merupakan bahan baku batuan. Beberapa jenis batu
seperti Rijang, telah ditemukan mengandung fosil Foraminifera. Jenis dan konsentrasi fosil dalam
sampel batu dapat digunakan untuk mencocokkan bahwa sampel diketahui mengandung jejak fosil
yang sama (Ryo, 2010).

Kata Kunci: Mikroorganisme, Spesimen, Organisme, Bakteri

1. PENDAHULUAN

Foraminifera bentonik sangat kecil bila dibandingkan dengan spesies dari golongan Benthos.
Meskipun jumlah spesiesnya sangat sedikit golongan ini mempunyai arti penting terutama
digunakan sebagai fosil penunjuk jarak jauh dari korelasi regional. Golongan ini tidak terlalu
peka terhadap perubahan-perubahan facies dari yang lain dan pada umumnya golongan ini
kurang tahan terhadap pengurangan salinitas, meskipun ada beberapa species yang dapat tahan
dalam kenaikan kadaa garam.

1
Tular, A.D. Pengenalan Mikroorganisme

Ekologi Umum Foraminifera Benthos.


Kehidupan foraminifera benthos sangat dipengaruhi oleh keaadaan lingkungan (makanan,
kedalaman, suhu, salinitas, cahaya matahari, pengaruh gelombang dan arus). Salah satu faktor
yang mempengaruhi penyebaran geografis dari fauna ini adalah suhu dan air.
Foraminifera benthos yang dapat dipakai sebagai indikator lingkungan laut secara
umum adalah :
a. Kedalaman 0 – 15 meter, temperatur 00C – 270C, genus yang dijumpai Elphidium, Rotalia,
Quinoeloculina, Eggerella, Ammbobabaculltes dan bentuk-bentuk lain yang dinding tesnya
terbuat dari bahan pasiran.
b. Kedalaman 15 – 90 meter, temperatur 30C – 160C, genus yang dijumpai Cibidides,
Proteoning, Elphialum, Cuttuling bilmina, Quinunolocullina dan Triloculina.
c. Kedalaman 90 – 300 meter, temperatur 90C – 130C, genus yang dijumpai Guardryna,
Pseudoclaavulina, Robulus, Marginulina, Nonion, Nonionella, Virgulina, Cyriodina, Discorbis,
Eponides Epistomina, Textularia.
d. Kedalaman 300 – 1000 meter, temperatur 50C – 80C, genus yang dijumpai Listerela,
Bulimina, Cyroidina, Dyscorbis, Nonion, Valbulina, Bilivina.

Cangkang foraminifera terbuat dari kalsium karbonat (CaCO 3) dan fosilnya dapat
digunakansebagai petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak, gas alam dan mineral. Selain
itu karena keanekaragama dan morfologinya kompleks, fosil Foraminifera juga berguna untuk
biostratigrafi, dan dapat memberikan tanggal relatif terhadap batuan. Beberapa jenis batu,
seperti batu gamping biasanya banyak ditemukan mengandung fosil foraminifera dengan cara
itu peneliti dapat mencocokan sampel batuan dan mencari sumber asal batuan tersebut
berdasarkan kesesuaian jenis fosil foraminifera yang dimilikinya.

Susunan Kamar Foraminifera Bentos.


1. Monothalamus : susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminifera yang hanya terdiri
dari satu kamar.
2. PolythalamusMerupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera
yang terdiri dari lebih satu kamar, misalnya uniserial saja atau biserial saja.

1.1 Tujuan Kegiatan


Berdasarkan dari analisis referensi pada kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yang
diantaranya adalah :
a. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dan karakteristik dari specimen foraminifera.
b. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis foraminifera.
c. Apakah perbedaan Foraminifera Planktonik dan Benthonik mempengaruhi
peranannya.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah yang dapat di ambil:
a. Faktor penyebab terjadinya pembentukan foraminifera
b. Mengetahui perbedaan mendasar dari kenampakan Foraminifera Planktonik dan
Benthonik.

2
Tular, A.D. Pengenalan Mikroorganisme

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil identifikasi praktikum yang telah di lakukan kita dapat mengetahui
bahwa :

Foraminifera benthonik dengan spesies Elphidium macellum dan pemodelannya dengan


menggunakan plastisin.
Kingdom : Chromista
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Famili : Elphidiidae
Spesies : Elphidium macellum
Foraminifera Elphidium macellum memiliki ukuran cangkang < 1 mm, jumlah kamar V
belasan, P belasan. Susunan kamar foraminifera Elphidium macellum yaitu Polythakamus-
spiral-involute, bentuk test Elphidium macellum yaitu spiral dengan komposisi test Hyaline,
letak aperture terminal, bentuk aperture oval dan ornamen suture.
Elphidium macellum termasuk kedalam foraminifera benthonik, foraminifera jenis ini hidup di
dasar laut lebih tepatnya di continental slope, cara hidupnya yaitu menambat di dasar
permukaan. Umur dari foraminifera ini yaitu dari eosen awal sampai holocen.

Foraminifera benthonik Elphidium Sagra


Filum : Protozoa
Kelas : Sarcodina
Ordo : Foraminifera
Famili : Rotaliidae
Genus : Elphidium
Spesies : Elphidium Sagra (D’ORBIGNY)
Elphidium Sagra termasuk kedalam foraminifera benthonik, foraminifera ini termasuk kedalam
famili Nonionidae, genus Elphidium dengan ciri fisik yaitu susunan kamar polithalamus linier
tanpa leher, bentuk test tabular, bentuk kamar angular rhomboid, jumlah kamar 7, apertur bulat
sederhana, bentuk suture melengkung kuat dan tertekan kuat, jenis aperture crescentic, jenis
hiasan pada test soiral costae.

Foraminifera planktonik Globorotalia menardii


Filum : Protozoa
Kelas : Sarcodina
Ordo : Foraminifera
Family : Globorotalianidae
Genus : Globorotalia
Spesies : Globorotalia menardii
Foraminifera Globorotalia menardii termasuk kedalam kelompok foraminifera planktonik
dengan komposisi testnya berupa gamping Fosil ini memiliki susunan kamarnya trochospiral,
dan permukaan testnya halus, berbentuk bikonveks, aperture berupa interiormarginal
extraumbilical umbilical, aperturnya sangat kecil berupa celah dengan lip yang tipis, bentuk
kamar subangular tertekan, mempunyai 3 putaran, putaran kamar semakin ke luar semakin
besar, jumlah kamar pada bagian ventral 5 dan dorsal 15 kamar, mempunyai 3 putaran,
keadaan suturenya pada bagian ventral berbentuk spiral dan dorsal berupa radial tertekan,
umbilicalnya lebar dan dangkal, mempunyai hiasan pada permukaan testnya berupa keel
Komposisi testnya berupa gamping. Kisaran hidup N.12 – N.23.

Foraminifera planktonik Globorotalia mayerii dan pemodelannya dengan menggunakan


plastisin.
Foraminifera Globorotalia mayerii termasuk kedalam foraminifera planktonik yang dapat
digunakan untuk menentukan umur suatu batuan., foraminifera ini mempunyai cangkang
trochospiral sangat rendah,inflate periphery equator lobulated,periphery axial membundar luas,
dinding perforate. Globorotalia mayerii mrmpunyai kamar subglobular, tersusun atas 3
putaran, kamar ke 5-6 dari putaran terakhir bertambah ukurannya secara umum. Globorotalia
mayerii mempunyai aperture interiomarginal, extraumbilical – umbilical.

4
Tular, A.D. Pengenalan Mikroorganisme

Jadi, pada dasarnya gambar-gambar yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga
kenampakan organisme tersebut adalah bukan merupakan bentuk dari Mikrofosil Foraminifera
melainkan Mollusca atau cangkang-cangkang kerang. Hal ini diketahui bahwa Fosil
Foraminifera sendiri memiliki ciri khas tubuh berupa adanya sekat-sekat, kamar, aperture,
umbilikel dan juga test. Gambar di atas hanya memperlihatkan sekilas adanya kamar dan sekat
namun tidak memenuhi syarat yang lainnya.

3. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah terlaksana ini kita bisa tahu bahwa pada dasarnya
dari percobaan ini identifkasi deskripsi foraminifera benthonik dapat disimpulkan bahwa
mikrofosil merupakan jenis fosil yang berukuran kurang dari 4 mm dan hanya dapat dilihat
menggunakan alat bantu berupa Mikroskop. Sedangkan Foraminifera adalah organisme satu
sel yang memiliki cangkang kalsit dan merupakan salah satu organisme dari kingdom protista
yang sering dikenal dengan rhizopoda (kaki semu). Dari hasil pengamatan yang dilakukan
pada sedimen kami memperoleh 5 foraminifera jenis benthonik dan 3 moluska. Foraminifera
sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu berdasarkan bentuk tubuh, cara hidup dan
kegunaannya. Foraminifera Planktonik memiliki ciri tubuh yang bulat dan pipih, hidup secara
melayang di air atau lautan persebaran foraminifera planktonik ini terbilang merata sehingga
dimanfaatkan untuk menentukan umur suatu lapisan batuan, sedangkan foraminifera benthonik
hidup di dasar laut dengan bentuk tubuh yang lonjong dan meruncing hal ini berfungsi sebagai
ketahanan foraminifera untuk hidup meskipun terkena arus yang kuat sekalipun, yaitu dengan
cara menancapkan diri ke dasar laut. Foraminifera benthonik biasa dimanfaatkan oleh para
geologis untuk mengidentifikasi lingkungan pengendapan. Dari praktikum ini didapatkan data
foraminifera yaitu Elphidium macellum dengan kelompok foraminifera benthonik. Elphidium
Sagra dengan kelompok foraminifera benthonik. Globorotalia menardii dengan kelompok
foraminifera planktonik dan Globorotalia mayerii dengan kelompok foraminifera planktonik.
Foraminifera benthonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara menambatkan
diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup didasar laut pada kedalaman tertentu,
foraminifera ini dapat digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan sedangkan
foraminifera planktonik merupakan foraminifera kecil yang berhabitat planktonik, pada daerah
dekat permukaan air laut sampai pada batas kedalaman yang tertembus sinar matahari (photic
zone), foraminifera ini dapat digunakan untuk menentukan umur suatu batuan.
4.REFERENSI

[1] Hermanto, Bambang.2011.Metode The king BIOLOGI SMA ala Tentor.Jakarta:Wahyumedia


[2] Pringgopawiro H, 1984. Diktat Mikropaleontolgi Lanjut, Laboratorium Mikropaleontologi Jur.
T Geologi, ITB, Bandung
[3]Buku Penuntun Praktikum Mikropaleontologi. H. Loise Taran ST
[4]Mulyati,Sri.2007.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Jambi . Fakultas
Pertanian. Universitas Jambi.

Anda mungkin juga menyukai