PENDAHULUAN
a. Biostratigrafi
c. Eksplorasi Minyak
Selain ketiga hal tersebut dia atas foraminifera juga memiliki kegunaan dalam
analisa struktur yang terjadi pada lapisan batuan. Sehingga sangatlah penting untuk
mempelajari foraminifera secara lengkap.
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Mikropaleontologi
Cara hidup mikrofosil dapat dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu sebagai
berikut :
Selain dapat menentukan daerah prospek minyak, mikrofosil juga digunakan dalam
menentukan kondisi geologi suatu daerah serta dapat menentukan umur batuan suatu
daerah projek. Dan dengan ilmu ini kita juga dapat menentukan sejarah geologi,
menentukan umur dari pada batuan dan lingkungan pengendapannya.
5. Fosil iklim
Fosil iklim yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk iklim pada
saat itu. Contohnya: Globigerina Pachyderma penciri iklim dingin.
1. Sampling
Sampling adalah proses pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk fosil
mikro maka yang diambil adalah contoh batuan. Batuan yang diambil
haruslah batuan yang masih dalam keadan insitu, yaitu batuan yang masih
ditempatnya.
Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya dengan memperhatikan
tujuan yang akan dicapai. Untuk mendapatkan sampel yang baik diperhatikan
interval jarak tertentu terutama untuk menyusun biostratigrafi. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel di lapangan, yaitu
a. Jenis batuan
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi
halus. Namun perlu diingat bahwa jenis-jenis fosil tertentu hanya
dapat dijumpai pada batuan-batuan tertentu. Kesalahan pengambilan
sampel berakibat pada tidak dijumpai fosil yang diinginkan. Fosil
foraminifera kecil dapat dijumpai pada batuan napal, kalsilutit,
kalkarenit halus, batupasir karbonatan halus. Fosil Foraminifera besar,
dapat dijumpai pada Kalkarenit, dan Boundstone
b. Metode sampling
Beberapa prosedur sampling pada berbagai tipe sekuen sedimentasi
dapat dilakukan seperti berikut ini :
a. Splot sampling
1. Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena
dikhawatirkan fosilnya sudah terdisplaced atau tidak insitu.
5. Jenis Sampel
Penguraian/pencucian
Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga
berukuran dengan diameter 3-6 mm.
Pemisahan fosil
7. Tempat fosil
8. Mikroskop
c. Kualitas sampel
Kualitas sampel batuan perlu diperhatikan agar fosil mikro yang
didapatkan baik untuk dideterminasi atau dianalisa. Untuk
mendapatkan fosil yang baik maka dalam pengambilan suatu contoh
batuan untuk analisis mikropaleontologi harus memenuhi kriteria
berikut ini:
Bersih
Pasti
d. Jenis sampel
Secara garis besar, jenis sampel apat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Sampel permukaan (surface sample). Adalah sample yang diambil
pada permukaan tanah. Lokasi dan posisi stratigrafinya dapat
diplot dalam peta. Sampel bawah permukaan (sub surface sample).
2. Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor
lainnya. Setiap jenis fosil memerlukan metode preparasi yang. Proses ini pada
umumnya bertujuan untuk memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam
batuan dari material-material lempung (matrik) yang menyelimutinya.
Untuk setiap jenis mikrofosil, mempunyai teknik preparasi tersendiri. Polusi,
terkontaminasi dan kesalahan dalam prosedur maupun kekeliruan pada
pemberian label, harus tetap menjadi perhatian agar mendapatkan hasil
optimum. Beberapa contoh teknik preparasi untuk foraminifera & ostracoda,
nannoplankton dan pollen dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Foraminifera kecil & Ostracoda
4. Biarkan selama 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
6. Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan
kemudian dikeringkan didalam oven ( 600 C).
7. Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi
label sesuai dengan nomor sampel yang dipreparasi.
3. Jarum penguntik.
Foraminifera besar
Istilah foram besar diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki
ukuran relative besar, jumlah kamar relative banyak, dan struktur dalam
kompleks. Umumnya foram besar banyak dijumpai pada batuan karbonat
khususnya batugamping terumbu dan biasanya berasosiasi dengan algae
yang menghasilkan CaCO3 untuk test foram itu sendiri.
Nannoplankton
1. Ambil contoh batuan dengan berat 10-25 gr. Bersihkan dan usahakan
diambil dari sampel yang segar.
6. Teteskan 1-2 tetes pipet kecil dari larutan tersebut di atas gelas
objektif dan panaskan dengan hot plate.
Polen
3. Observasi
Observasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan
mempergunakan miroskop. Setelah sampel batuan selesai direparasi, hasilnya
yang berupa residu ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek diamati di
bawah mikroskop. Mikroskop yang dipergunakan tergantung pada jenis
preparasi dan analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis
mikroskop yang dipergunakan, yaitu mikroskop binokuler, mikroskop
polarisasi dan mikroskop scanning-elektron (SEM).
2. Determinasi
Deskripsi
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada mikrofosil, baik sifat fisik
maupun kenampakan optiknya dapat direkam dalam suatu deskripsi terinci
yang bila perlu dilengkapi dengan gambar ilustrasi ataupun fotografi.
Deskripsi sangat penting karena merupakan dasar untuk mengambil
keputusan tentang penamaan mikrofosil yang bersangkutan.
Ilustrasi
Pada tahap ilustrasi, gambar dan ilustrasi yang baik harus dapat
menjelaskan berbagai sifat khas tertentu dari mikrofosil itu. Juga, setiap
gambar ilustrasi harus selalu dilengkapi dengan skala ataupun ukuran
perbesarannya.
Penamaan
Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan
tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspecies terdiri dari tiga
kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang
menemukannya. Contoh penamaan fosil sebagai berikut:
II.2 Foraminifera
TAKSONOMI FORAMINIFERA
Kingdom : Protista
Phylum : Protozoa
SubPhylum : Sarcodina
Superklas : Rhizopoda
Kelas : Foraminiferida
Ordo : Allogromiida, Textulariida, Fusulinida, Rotaliida, dan
Miliolida.
SIKLUS PERKEMBANGBIAKAN
Foraminifera dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu seksual dan
aseksual dan terjadi saling bergantian. Hasil dari dua cara perkembang biakan
tersebut menghasilkan dua bentuk tubuh (dimorphisme), yaitu: Megalosfeer dan
Mikrosfeer.
Secara umum tubuh tersusun oleh protoplasma yang terdiri dari endoplasma
dan ectoplasma. Alat gerak berupa Pseudopodia (kaki semu) yang berfungsi juga
untuk menangkap makanan.
1. Dinding
Merupakan lapisan terluar dari cangkang, dapat tersusun dari zat-zat organic
maupun material asing. Dinding cangkang foraminifera pada resen fauna adalah:
Dinding Chitin/tektin: Bentuk dinding paling primitip. Berupa zat
organik menyerupai zat tanduk, fleksibel dan transparan, berwarna kuning
dan tidak berpori. Contoh: Miliolidae
Dinding aglutin/Arenaceous: dinding disusun oleh material asing. Jika
penyusunnya hanya butir-butir pasir disebut arnaceous, jika material mika
dsb., disebut aglutin.
Dinding silikaan: dinding ini jarang diketemukan, bias dari organisme itu
sendiri atau mineral sekunder.
Dinding Gampingan: Terdiri dari empat tipe dinding, yaitu:
1. Dinding porselen, tidak berpori, berwarna opak dan putih, Contoh:
Quinqueloculina.
2. Dinding hyalin, bersifat bening dan transparan serta berpori. Contoh:
Globigerinidae dan Nodosaridae
3. Dinding Granular, terdiri kristal-kristal kalsit yang granular, dalam
sayatan tipis tampak gelap
4. Dinding yang kompleks, terdapat pada golongan Fusulinidae.
2. Morfologi kamar
Merupakan bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada. Bentuk dari
kamar dapat membulat sampai pipih. Antar kamar dipisahkan oleh septa di bagian
dalamnya, pada bagian luar disebut suture. Suturenya sendiri dapat berbentuk lurus
(rectilinier), melengkung atau tertekan.
Bagian sisi luar dari cangkang atau kamar-kamar disebut dengan peri-peri.
Pada genus tertentu biasanya terdapat hiasan.
3. Susunan kamar
Berdasarkan jumlah kamar, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ::
Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar
Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.
Monothalamus:
Polythalamus:
Cangkang foraminifera disusun oleh lebih dari satu kamar. Terdapat 3 jenis susunan
kamar, yaitu:
1. Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh: Nodosaria,
dan Siphonogenerina
1. Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal uniserial
saja atau biserial saja.
2. Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda,
misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh: Heterostomella
3. Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:
Valvulina.
Gambar II.4 Skema cangkang foraminifera yang polythalamus (Culiver, 1987)
4. Aperture
Merupakan lobang utama pada cangkang yang biasanya terdapat pada bagian
kamar terakhir. Aperture berfungsi untuk keluarnya protoplasma dan
memasukkan makanan.Tidak semua foraminifera mempunyai aperture terutama
foraminifera besar.Aperture merupakan salah satu kunci untuk mengenali genus
dari foraminifera. Dapat dibedakan berdasarkan:
Bentuk
Posisi
Sifat
Bentuk Aperture
1. Bulat sederhana, terletak diujung kamar terakhir. Contoh: Lagena,
Bathysiphon, dan Cornuspira.
3. Phialine, berupa lobang bulat dengan bibir dan leher. Contoh: Uvigerina,
Amphicoryna dan Marginulina.
10. Dendritik, berbentuk seperti ranting pohon, terletak pada septal-face. Contoh:
Dendritina
1. Aperture terminal, yaitu aperture yang terletak pada ujung kamar yang
terakhir. Contoh: Cornuspira, Nodosaria, Uvigerina.
2. Aperture on apertural face, yaitu aperture yang terdapat pada bagian kamar
yang terakhir. Contoh: Cribohantkenina, Dendritina.
3. Aperture peripheral, yaitu aperture yang memanjang pada bagian tepi (peri-
peri). Contoh: Cibicides.
Sifat Aperture
2. Aperture sekunder, yaitu aperture lain yang dijumpai juga di kamar terakhir.
3. Aperture asesori, yaitu aperture yang merupakan hiasan saja, terletak di luar
kamar terakhir.
II.2.3 Hiasan/Ornamtasi
5. Bridged sutures, garis-garis sutura yang terbentuk dari septa yang terputus-
putus. Biasa dijumpai pada Elphidium.
7. Punctate, bagian permukaan luar cangkang yang berpori bulat dan kasar.
Sifat hidupnya adalah mengambang pada air laut, dengan kedalaman terbaik 6
30 meter. Foraminifera plangtonik resen diketemukan hidup melimpah pada daerah-
daerah tropis sampai subtropis. Memiliki dua jenis perputaran yaitu sinistral dan
dektral.
Ciri Fisik
1. Susunan kamar
Susunan kamar Foraminifera planktonik dibagi menjadi:
Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh:
Hastigerina.
Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak
sama. Contohnya: Globigerina.
Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina.
2. Bentuk
Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar
dapat globular, rhomboid menyudut, atau kerucut menyudut. Bentuk test
dapat membulat, atau ellips.
3. Suture
Dalam penentuan genus foraminifera, suture sangat berguna. Suture dapat
tertekan atau tidak. Pendeskripsian meliputi pandangan dorsal maupun
ventral.
4. Aperture
Macam-macam aperture yang dikenal pada Foraminifera planktonik:
Primary aperture interiomarginal, yaitu:
Primary aperture interiomarginal umbilical adalah aperture utama
interiomarginal yang terletak pada daerah umbilical atau pusat
putaran. Contoh: Globigerina.
Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical yaitu
aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah
umbilicus melebar sampai peri-peri. Contohnya: Globorotalia.
Primary aperture interiomarginal equatorial yaitu aperture utama
interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan ciri-ciri
dari samping terlihat simetri dan hanya dijumpai pada susunan
kamar planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan
putaran sebelumnya pada peri-peri. Contohnya: Hestigerina.
Secondary aperture/supplementary aperture
Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang
tambahan dari aperture utama.contoh: Globigerinoides.
Accessory aperture
Yaitu aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau aperture
tambahan. Contohnya: Catapsydrax.
5. Komposisi test
Kebanyakan datri foraminifera plangtonik mempunyai dinding test gamping
hyaline.
6. Hiasan atau Ornamentasi
Hiasan sangat khas paa genus tertentu. Isal spine khas pada Hantkenina, keel
pada Globorotalia.
1. Family Globigerinidae
Trochoid, aperture umbilikal, pada kamar terakhir cenderung planispiral, test
tersusun zat gampingan, permukaan test kasar berstruktur cancellate, sebagian
besar memiliki duri-duri halus, aperture biasanya besar. Muncul sejak Kapur
Awal sampai sekarang. Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globigerina,
Globigerinoides, Globigerinatella, Globigerinella, Globogerinelloides,
Hastigerina, Hastigerinella, Orbulina, Pulleniatina, Sphaeroidinella, Candeina,
dan Candorbulina.
a. Genus: Globigeruna dOrbigny 1826
Test terputar helicoid, kamar globular, komposisi test gamping hyaline.
Kadang dijumpai duri-duri halus, aperture umbilical berbentuk koma.
b. Genus: Globigerinoides Cushman, 1927
Secara umum hamper sama dengan Globigeruna, perbedaan terletak pada
adanya aperture sekunder pada Globigerinoides, aperture sekunder terlihat
pada pandangan dorsal.
c. Genus: Hestigerina Wyville Thomson, 1876
Test awal terputar trochoid kemudian berubah planispiral, evolute, test
gampingan, kamar globular, aperture interiomarginal equatorial.
d. Genus: Orbulina dOrbigny, 1839
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, namun dalam perkembangan
kamar terakhir menutupi hampir semua kamar-kamar sebelumnya. Tidak
mempunyai aperture yang nyata.
e. Genus: Pulleniatina, Cushman, 1927
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dengan dinding cancellate serta
spine halus, involute, aperture lonjong busur pada dasar kamar
f. Genus: Sphaeroidinella Cushman, 1927
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dinding cancellate kasar dengan
spine halus. Dua atau Tiga kamar terakhir terpisahkan dengan jelas.
2. Family Globorotaliidae
a. Genus globorotalia Cushman,1927
Test trochoid rendah, berbentuk bikonvek. Kadang mempunyai hiasan keel
pada peri-peri, kamar globular- rhomboid. Aperture interiomarginal umbilical
ekstra umbilical.
b. Genus Globotruncana Cushman, 1927
Test trochoid pada awalnya, bentuk kamar membulat, pandangan dorsal dan
ventral datar atau cembung, hiasan keel, aperture umbilical.
3. Family Hantkeninidae
Genus hatkenina Cushman, 1924
Test planispiral dengan putaran tertutup, secara umum involute, dinding
gampingan, hiasan berupa tanduk pada setiap kamar.
II.4 Foraminifera Bentonik
Susunan Kamar
Cangkang foraminifera disusun oleh lebih dari satu kamar. Terdapat 3 jenis susunan
kamar, yaitu :
Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh :
Nodosaria, dan Siphonogenerina
Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh :
Bolivina dan Textularia
Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh :
Uvigerina dan Bulimina
Berdasarkan variasi susunan kamar dikelompokkan menjadi :
Uniformed test : jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, missal
uniserial saja atau biserial saja
Biformed test : jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang
berbeda, misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh:
Heterostomella
Triformed test : terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:
Valvulina.
Susunan kamar uniserial dapat berkembang kedalam bentuk test:
Planispiral : terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan dan
jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh : Elphidium,
Amphistegina, dsb.
Bentuk
Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar dapat
globular, rhomboid menyudut, atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat membulat,
atau ellips.
Komposisi test
Hiasan sangat penting karena sangat khas pada genus tertentu. Misal bridged sutures
khas pada Elphidium, retral processes pada Amphistegina.
Morfologi foraminifera besar sangat rumit, sehingga diperlukan sayatan tipis untuk
dapat mengenali atau mengidentifikasi taksanya. Beberapa hal yang diperlukan dalam
pengamatan foraminifera besar adalah: Kamar, bentuk test, jenis putaran, dan
ornamentasi struktur dalam.
a. Kamar
Jumlah kamar dari foraminifera besar sangat banyak dan terputar, serta tumbuh
secara bergradasi. Jenis kamar dapat dibedakan atas kamar embrional, ekuatorial
dan lateral. Pengenalan yang baik terhadap jenis kamar sangat membantu dalam
taksoomi.
Kamar embrional
Merupakan kamar yang tumbuh pertama kali atau dikenal sebagai
proloculus. Pada umumnya proloculus dijumpai di bagian tengah, namun
beberapa genus terdapat di bagian tepi seperti Miogypsina. Kamar
embrional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu protoconch dan
deutroconch. Tekadang diantara kamar embrionik dengan kamar
ekuatorial terdapat kamar nepionik, namun dalam pengamatan suit untuk
dikenali.
Susunan kamar embrionik, a1) protoconch, a2) deutroconch,
b1-4) kamar-kamar nepionik.
Kamar ekuatorial
Kamar ini terdapat pada bidang ekuatorial. Jumlah kamar ekuatorial
sangat membantu untuk mengetahui jumlah putaran dari test foraminifera
besar. Jumlah putaran pada beberapa golongan menjadi pembeda diantara
beberapa genus.
Kamar lateral
Kamar lateral terdapat di atas dan di bawah dari kamar-kamar ekuatorial.
Identifikasi pada kamar ini ada pada tebal-tipisnya dinding kamar (septa
filament), selain itu pada beberapa genus sering dijumpai adanya stolon
yang menghubungkan rongga antar kamar. Jumlah kamar terkadang
memberikan pengaruh namun tidak terlalu signifikan.
b. Bentuk test
Bentuk test adalah identifikasi awal yang dapat dikenali. Bentuk dasar test
dibedakan menjadi beberapa: diskoid, fusiform (cerutu), bintang, dan trigonal.
1. Bentuk diskoid dicirikan dengan sumbu perputaran pendek dan sumbu
ekuatorial panjang. Mudah dikenali dengan bentuk relatif cembung atau
bikonvek. Contoh genus: Nummulites, Discocyclina, Lepidocyclina dan
Camerina.
2. Bentuk fusiform (cerutu) memiliki sumbu putaran yang lebih panjang
dari sumbu ekuatorial. Contoh genus adalah Fussulina, Alveolina, dan
Schwagerina.
3. Bentuk bintang dicirikan bertumbuhnya kamar ke berbagai arah
dengan tidak teratur. Sangat sedikit genus yang mempunyai benuk test seperti ini,
contohnya Asterocyclina.
4. Bentuk trigonal dicirikan dengan pertumbuhan kamar annular
membentuk segitiga. Kamar embrional biasanya terdapat di bagian tepi. Contoh:
Miogypsina.
II.6. AplikasiMikropalentologi
Satuan dasar biostratigrafi adalah zona. Zona adalah suatu lapisan atau
tubuh lapisan batuan yang dicirikan oleh suatu takson atau lebih. Kegunaan dari
zona antara lain sebagai penunjuk umur, penunjuk lingkungan pengendapan,
korelasi tubuh lapisan batuan, dan untuk mengetahui kedudukan
kronostratigrafi tubuh lapisan batuan. Urutan tingkatan satuan biostratigrafi resmi
dari besar sampai kecil adalah superzona, zona, subzona dan zonula.
Terdapat empat zona satuan biostratigrafi yang telah ditentukan dalam Sandi
Stratigrafi Indonesia (1996) atau disebut Biozonasi, yaitu:
a. Zona selang ( Interval zone ).
Zona selang ialah selang stratigrafi antara dua horizon biostratigrafi (horizon
biostratigrafi yaitu awal atau akhir peMunculan takson takson penciri).
Kegunaan secara umum untuk korelasi tubuh tubuh lapisan batuan. Batas atas
dan bawah suatu zona selang ditentukan oleh horizon pemunculan awal atau akhir
suatu takson penciri.
Zona kisaran adalah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi
unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada (zona kisaran dapat berupa
kisaran umur suatu takson, kumpulan takson, takson-takson yang bermasyarakat,
atau ciri paleontologi yang lain yang menunjukkan kisaran). Kegunaan zona
kisaran terutama untuk korelasi tubuh batuan dan sebagai dasar penempatan
batuan-batuan dalam skala waktu geologi. Batas dan kelanjutan zona kisaran
ditentukan oleh penyebaran vertikal maupun horizontal takson yang
mencirikannya.