Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM MAKRO PALEONTOLOGI


ACARA II PROTOZOA DAN BRYOZOA

OLEH:

OLEH
RIDHO NUGRAHA
4522045005

PRODI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Secara etimologi, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
lapisan lapisan batuan yang berada di dalam bumi beserta susunannya. Geologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan bumi, meneliti sejarahnya
dengan kehidupan yang ada, susunan keraknya,bangun dalamnya, berbagai gaya
yang bekerja padanya, dan evolusi yang dialaminya. Geologi sendiri memiliki
cukup banyak cabang ilmu mulai dari yang mempelajari apa yang ada di bumi saat
ini maupun pada masa lampau. Salah satunya adalah paleontologi. Paleontologi
adalah ilmu yang mempelajari yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kehidupan
yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan
lainya serta lingkungan hidupnya selama umur bumi atau dalam skala waktu
geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Berbeda dengan mempelajari hewan atau
tumbuhan yang hidup di jaman sekarang, paleontology menggunakan fosil atau
jejak organisme yang terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan
oleh proses proses alami, sebagai sumber utama penelitian.
Fosil merupakan alat terbaik dalam mempelajari, mengkaji, dan menguji
teori evolusi. Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah
dan terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi sisa kehidupan tersebut dapat
berupa cangkang binatang, jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau
penggantian oleh mineral. Dalam ilmu geologi, tujuan mempelajari fosil adalah
untuk mempelajari Perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi
sepanjang sejarah bumi, mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat
makhluk hidup tersebut ada, menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam
berdasarkan kandungan fosilnya,untuk menentukan lingkungan pengendapan
batuan didasarkan pada sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam
batuan tersebut, untuk korelas antar batuan batuan yang terdapat di alam
(biostratigrafi) yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis atau seumur.
Protozoa merupakan organisme berukuran mikro tersusun oleh satusel,
dengan intisel bisa lebih dari satu dan klasifikasinya berdasarkan alat geraknya.
Bryozoa tersendiri merupakan sekumpulan hewan yang menyerupai lumut. Fosil
dari kedua filum ini memberikan banyak manfaat ketika diteliti dan dianalasi
dengan baik. Tentunya ini akan membantu dalam memberikan informasi Geologi
pada masa lampau. Oleh karena itu dilakukannya praktikum ini guna sebagai
gambaran dan implementasi awal dari bahan perkuliahan yang kemudian
dituangkan kedalam bentuk praktikum untuk tahap pengenalan awal terhadap fosil
dari filum Protozoa dan Bryozoa.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dari praktikum ini ialah untuk menetahui kedua filum
protozoa dan bryozoa serta menambah ilmu mengenai fosil.
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini ialah :
1. Mengetahui apa itu filum Protozoa dan Bryozoa
2. Mengetahui ciri-ciri dari filum Protozoa dan Bryozoa
3. Mengetahui apa manfaat dari filum Protozoa dan Bryozoa
1.3 ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah sebagai
berikut:
1. Lembar Kerja Praktikum
2. Alat tulis menulis
3. HVS
4. 7 sampel fosil
5. Buku penuntun praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi fosil

Fosil sendir ialah sisa organisme yang dulunya hidup di bumi di beberapa
waktu lalu, dikarenakan telah terawetkan bahkan sejak 3,5 miliar tahun yang lalu
,fosil ini menjadi sebuah petunjuk tentang Sejarah bumi.
2.2 Pengertian Filum Protozoa Dan Bryozoa
Filum protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa barasal dari
yunani yaitu protos artinya pertana dan zoon artinya hewan .jadi, protozoa adalah
hewan pertama . protozoa adalah merupakan kelompok lain dari protista eukariotik.
Kadang kadang anatara algae dan protozoa kurang jelas perbedaanya. Kebanyakan
protozoa hanya dapat dilihat dibawah mikroskop .
Filum bryozoa berasal dari Bahasa Yunani , bryon :lumut dan Zoon : hewan.
Dahulu bryozoa dianggap sebagai tumbuhan air di perairan karena bentuk dan
karakteristik dari bryozoa menyerupai tumbuhan lumut . Namun, setelah penelitia
lebih lanjut bryozoa merupakan koloni dari hewan kecil – kecil , seperti hamparan
lumut berbulu, menempel pada batu, benda atau tumbuhan lain di perairan dangkal
yang subur dan jernih.
2.2.1 Ciri – ciri Protozoa
Ciri – ciri umum dari filum protozoa sendiri ada tujuh diantaranya ialah
sebagai berikut :
a . Organisme uniseluler ( bersel Tunggal )
b . Eukariotik (memiliki membrane nucleus)
c . Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
d . Umumnya tidak dapat mrembuat makanan sendiri (heterotrof)
e . Hidup bebas , saprofit atau parasit
f . Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
g . Alat gerak pseudopodia , silia , atau flagella
2.2.2 Klasifikasi Protozoa
Protozoa memiliki beberapa kelas, dan dibagi menjadi empat kelas dari
system alat geraknya yaitu sebagai berikut.
2.2.3 Klasifikasi Protozoa

Protozoa diklasifikasi dengan berdasarkan alat geraknya yang terdapat


empat filum Protozoa, jenis dari Klasifikasi Protozoa ini antara lain ialah sebagai
berikut:

Gambar 2.1 klasifikasi Protozoa

1. Klas Flagellata (Mastigophora)


Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indera
dan alat bantu untuk menangkap makanan. Spesies dari kelas ini hidup di air tawar
maupun air asin, pada umumnya secara plantonik maupun bentonik. Pada
umumnya bagian-bagian yang lunak tidak terlindungi oleh bagian-bagian yang
keras. Hanya beberapa buah saja yang memiliki bagian-bagian yang keras sebagai
zat pelindumg, yang terdiri dari zat kapur atau silica.

Gambar 2.2 bagian tubuh kelas flagellate


2. Klas Ciliata (Ciliophora)

Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya,
yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek
dari flagel. Spesies kelas Ciliata hidup di lingkungan air tawar dan membentuk test
yang disebut sebagai LORICA dan ini dijumpai sebagai fosil dinding Lorica terdiri
dari senyawa yang kompleks dan berasosiasi dengan aglutinin.

Gsmbar 2.3 bagian tubuh cilliata


3. Klas Apicomplexa (Sporozoa)

Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara
perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah
satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.
Hidupnya parasit pada manusia dan hewan.

Contoh : Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,Plasmodium


vivax. Gregarina.
Gambar 2.4 bagian tubuh sprozoa
4. Klas Sarcodina
Jenis protozoa ini umumnya tidak mempunyai dinding (selaput), bentuknya
dapat berubah-ubah oleh adanya pseudopodia, kelas ini umumnya hidup di air tawar
maupun di air laut, hingga kedalaman 5000 meter, baik dalam bentuk bentonik
maupun plantonik. Hampir semuanya memiliki satu cell tetapi beberapa spesies dari
Hicetozoa dan Foraminifera berinti banyak (multi nuclecus). Bergerak dengan kaki
semu (pseudopodia)yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air
tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh
hewan atau manusia.Jenis yang paling mudah diamatia dalah Amoeba.

Gambar 2.5 bagian tubuh klas Rhizopoda


2.2.4 Ciri – Ciri Bryozoa
Bryozoa memiliki beberapa ciri – ciri, diantaranya adalah ciri umum dari
filum bryozoa sebagai berikut :
a.Hidup berkoloni dan hidup bebas di air laut.
b.Mirip dengan beberapa koral, bunga karang dan algae.
c.Umumnya memeiliki kerangka keras yyang membatu.
d.Biasanya sering di temukan di bebatuan .
e.Memiliki lubang – lubang kecil di permukaan tubuhnya.
f.Variasi bentuk tubunya bermacam – macam misalnya , bentuk ranting, untuk
bercabang dan menyerupai tenda.
2..2.5 Klasifikasi Filum Bryozoa
Dalam filum bryozoa di bagi menjadi 3 kelas berdasarkan bentuk tubuhnya,
yaitu:

1. Phylactolaemata
Lophophore berbentuk tapal kuda mempunyai epistome; dinding berotot;
koloni monomorfik; terdapat di air tawar; menghasilkan statoblast; tidak ada
zooid polymorpism; tidak ada proses pengerasan asam kapur. Dalam kelas
Phylactolaemata hanya terdapat satu ordo yaitu ordo Plumatellina contoh :
Plumatella, lophophus crystallinus.

2. Gymnolaemata
Lophophore berbentuk lingkaran; epistome tidak ada; dinding tubuh tidak
berotot, koloni acapkali polimorfik; zooeica kompleks berbentuk silindris;
lebih dari 3000 spesies hidup, kebanyakan laut; banyak spesies fosil.

Dalam kelas Gymnolaemata di bagi menjadi 2 ordo yaitu :

a. Ordo Ctenostomata
Zoecia seperti agar, khitin atau membran; diameter orifice sama
dengan diameter zoecium; koloni berbentuk lapisan tipis pada batu,
cangkang molusca atau ganggang. Contoh : Pladucella (di air tawar) dan
Alcyonidium (di air laut).
b. Ordo Cheilostomata
Zoecia dari tanduk atau kapur, berbentuk kotak dan mempunyai
avicularia; biasanya mempunyai operkulum; bentuk koloni berumbai-
umbai.

3. Klas Stenolaemata
Bentuk zoecium sepetri tabung, terbuka di bagian ujung; dinding zoecia
berkapur dan menyatu satu sama lain; orifice bundar; telur di erami dalam ovicell
yang besar; 900 spesies hidup, semua dilaut.

Dalam kelas Stenolaemata di bagi menjadi 6 ordo, yaitu :

a. Ordo Cyclosmata atau tubulipora, contoh : crissia, tubulipora.


b. Ordo Cystoporata
c. Ordo Stomatopora
d. Ordo Cryptostomata
e. Ordo Treopostomata
f. Ordo Fenestrata
Ordo Cystoporata, Stomatopora dan Cryptostomata telah punah pada akhir
era Paleozoikum.

2.2.5 Morfologi

Bryozoa disebut juga zooecium,bentuk dari zooecium bermacam-macam


seperti bentuk jembangan,lonjong atau pembuluh, kotak. Pada jenis laut, kelas
Gymnolaemata polimorfik, artinya didalam satu koloni terdapat lebih dari satu
macam zooid, autozooid dan heterozooid.

a. Heterozooid merupakan modifikasi dari zooid untuk keperluan koloni,


misalnya menjadi tangkai atau stolon, semacam akar, avicularium dan
vibraculum.
b. Vibraculum berbentuk seperti cambuk untuk membersikan tubuh dari detritus
dan parasit.
c. Autozooid adalah zooid yang selalu ada dan jumlahnya paling banyak,
berfungsi untuk makan dan pencernaan.
d. Ovicell atau ooecium adalah zooid untuk mengerami telur.

2.2.5 Anatomi
Tiap individu Bryozoa terbungkus dalam zooecium yaitu selubung benda
mati (nonliving envelpment) dari khitin atau lapisan tebal kalsium karbonat yang
tertutup khitin. Istilah polypide untuk menyatakan isi zooid di dalam dinding tubuh,
yaitu lophophore, saluran pencernaan, otot dan organ lainnya. Mulut Bryozoa
ditumbuhi dengan tentakel, Anus terletak dekat mulut, Rongga tubuh sempurna,
tidak ada sistem peredaran darah, organ pernafasan maupun nephridia, terdapat
syaraf ganglion diantara mulut anus, dan traktus digestivus berupa saluran
berbentuk U.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam praktikum Acara 2 Penegenalan fosil
adalah pengenalan dan pendeskripsian langsung di laboratorium. Dalam praktikum
ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Dilakukan secara
berkelompok dengan mengisi lembar kerja praktikum masing-masing, juga dengan
peraga fosil yang berbeda-beda.
1.1.1 Tahapan Pendahuluan
Pada tahapan awal, kami pertama-tama melaksanakan asistensi umum.
Pada asistensi umum dijelaskan materi singkat tentang pengenalan fosil. Setelah
pemberian materi, asisten memberikan tugas pendahuluan.
1.1.2 Tahapan Praktikum
Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Paleontologi,
Departemen Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Kemudian praktikan
diberikan 7 sampel fosil untuk kemudian dideskripsikan dan dituliskan pada lembar
kerja praktikum.
1.1.3 Tahapan Pengolahan Data
Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar
kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil yang
benar.
1.1.4 Laporan
Setelah melakukan pengelolaan data yang benar berdasarkan hasil
asistensi dari asisten, dilanjutkan dengan penyusunan laporan sesuai dengan
laporan yang telah dilakukan.
TABEL 3.1 DIAGRAM ALIR

Tahapan Pendahuluan

TahapanPraktikum

Tahap Pengelolaan Data

Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sampel Peraga Nomor 1964

Gambar 4.1 Sampel peraga nomor 1964


Pada fosil dengan nomor peraga 1964 dapat diketahui bahwa fosil ini
termasuk dalam filum Bryozoa dengan kelas Stenolanat, Ordo Ferestrata termasuk
dalam famili Nummulitesidae , genus Nummulites dan nama spesiesnya Nummulites
millecaput BOUBEE.

Sampel peraga 1964 mengalami proses pemfosilan permineralisasi,


rekristalisasi adalah suatu proses pemfosilan yang umum dimana sisa-sisa
organisme terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi, sehingga material-material
penyusunnya (material penyusun fosil) berubah bentuk ke bentuk yang lebih stabil.
Adapun umur dari fosil tersebut adalah 50-44 juta tahun (Eosen Tengah),
lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal berdasarkan komposisi
kimianya yaitu bereaksi dengan HCL, adapun bentuk fosilnya yaitu plate.

Adapun manfaat dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan purba,
menentukan umur batuan.
4.2 Sampel Peraga Nomor 1525

Gambar 4.2 Sampel peraga nomor 1525


Pada fosil dengan nomor peraga 1525 dapat diketahui bahwa fosil ini
memiliki taksonomi filum Bryozoa dengan kelas Anthozoa, Ordo Schlerachnia
termasuk dalam famili Thecosmilianidae, genus Thecosmilia dan nama spesiesnya
Thecosmilia annularis FLEM.

Sampel peraga 1525 mengalami proses pemfosilan permineralisasi,


permineralisasi adalah suatu proses pemfosilan yang umum dimana sisa-sisa
organisme terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi, sehingga material-material
penyusunnya (material penyusun fosil) berubah bentuk ke bentuk yang lebih stabil.
Adapun umur dari fosil tersebut adalah 160-141 juta tahun (Jura Atas), lingkungan
pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal berdasarkan komposisi kimianya
yaitu bereaksi dengan HCL, adapun bentuk fosilnya yaitu Tabular.

Adapun manfaat dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan purba,
menentukan umur batuan, perubahan iklim serta regresi laut.
4.3 Sampel, Peraga Nomor 1293

Gambar 4.3 Sampel peraga nomor 1293


Pada fosil dengan nomor peraga 1293 dapat diketahui bahwa fosil ini
termasuk dalam filum Protozoa dengan kelas Sarcodina dan ordo Fusulina, famili
Parafusulinanidae, genus Parafusulina dan nama spesiesnya Parafusulina
jeponica (GUMBEL).

Sampel peraga 1293 mengalami proses pemfosilan permineralisasi,


permineralisasi proses pemfosilan yang terjadi penggantian sebagian atau bagian
dari fosil oleh satu jenis mineral karena dari akibat masuknya mineral tertentu ke
dalam rongga-rongga atau pori-pori tulang, cangkang atau material tumbuhan
sehingga menyebabkan fosil akan lebih berat dari semula dan akan lebih tahan
terhadap pelapukan. Mineral yang mengisi dan terendapkan adalah kalsit, silica dan
beberapa jumlah senyawa dari besi. Adapun umur dari fosil tersebut adalah 280-
151 juta tahun (Perem Bawah), lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut
dangkal berdasarkan komposisi kimianya yaitu bereaksi dengan HCL, adapun
bentuk fosilnya yaitu Plate.

Adapun manfaat dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan purba,
menentukan umur batuan, perubahan iklim serta regresi laut.
4.4 Sampel Peraga Nomor 1613

Gambar 4.4 Sampel peraga nomor 1613

Pada fosil dengan nomor peraga 1613 dapat diketahui bahwa fosil ini
termasuk dalam filum Protozoa , dengan kelas Cephalopoda, Ordo Ammonitida
termasuk dalam famili Pleydellianidae, genus Pleydellia dan nama spesiesnya
Pleydellia aalensia (ZIETEN).
Sampel peraga 1613 mengalami proses pemfosilan permineralisasi,
permineralisasi proses pemfosilan yang terjadi penggantian sebagian atau bagian
dari fosil oleh satu jenis mineral karena dari akibat masuknya mineral tertentu ke
dalam rongga-rongga atau pori-pori tulang, cangkang atau material tumbuhan
sehingga menyebabkan fosil akan lebih berat dari semula dan akan lebih tahan
terhadap pelapukan. Mineral yang mengisi dan terendapkan adalah kalsit, silica dan
beberapa jumlah senyawa dari besi. Adapun umur dari fosil tersebut adalah 195-
176 juta tahun (Jura bawah), lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut
dangkal berdasarkan komposisi kimianya yaitu bereaksi dengan HCL, adapun
bentuk fosilnya yaitu Plate.

Adapun manfaat dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan purba,
menentukan umur batuan, perubahan iklim serta regresi laut.
4.5 Sampel Peraga Nomor 372

Gambar 4.5 Sampel peraga nomor 372

Pada fosil dengan nomor peraga 372 dapat diketahui bahwa fosil ini
termasuk dalam filum Bryozoa dengan kelas Anthozoa, Ordo Saturida, termasuk
dalam famili Cyathaxonianidae , genus Cyathaxonia dan nama spesiesnya
Cyathaxonia cornu MICH .
Sampel peraga 372 mengalami proses pemfosilan destilasi/karbonisasi,
karbonisasi yaitu menguapnya kandungan gas-gas atau zat lain yang mudah
menguap dalam tumbuhan atau hewan karena tertekannya rangka atau tubuh
kehidupan tersebut dalam sedimentasi dan meninggalkan residu karbon (C) berupa
lapisan-lapisan tipis dan kumpulan unsur C yang menyelubungi atau menyelimuti
sisa-sisa organisme yang tertekan tadi. Adapun umur dari fosil tersebut adalah 345-
318 juta tahun (Karbon bawah), lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut
dangkal berdasarkan komposisi kimianya yaitu bereaksi dengan HCL, adapun
bentuk fosilnya yaitu plate.

Adapun manfaat dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan purba,
menentukan umur batuan, perubahan iklim serta regresi laut.
4.6 Sampel Peraga Nomor 90

Gambar 4.6 Sampel peraga nomor 90

Pada fosil dengan nomor peraga 90 dapat diketahui bahwa fosil ini memiliki
taksonomi, termasuk dalam filum Bryozoa dengan kelas Stenolaemata, Ordo
Phylloporitida, termasuk dalam famili Pseudohorneranidae, genus
Pseudohorneran dan nama spesiesnya Pseudohorneranidae bifida (EICHW).
Sampel peraga 90 mengalami proses pemfosilan permineralisasi,
permineralisasi proses pemfosilan yang terjadi penggantian sebagian atau bagian
dari fosil oleh satu jenis mineral karena dari akibat masuknya mineral tertentu ke
dalam rongga-rongga atau pori-pori tulang, cangkang atau material tumbuhan
sehingga menyebabkan fosil akan lebih berat dari semula dan akan lebih tahan
terhadap pelapukan. Mineral yang mengisi dan terendapkan adalah kalsit, silica dan
beberapa jumlah senyawa dari besi. Adapun umur dari fosil tersebut adalah 500-
450 juta tahun (Ordavisium tengah), lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah
laut dangkal berdasarkan komposisi kimianya yaitu bereaksi dengan HCL, adapun
bentuk fosilnya yaitu Brancing.

Adapun manfaat dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan purba,
menentukan umur batuan, perubahan iklim serta regresi laut.
4.7 Sampel Peraga Nomor 929

Gambar 4.7 Sampel peraga nomor 929


Pada fosil dengan nomor peraga 929 dapat diketahui bahwa fosil ini
memiliki taksonomi dengan filum Protozoa dengan kelas Anthozoa, Ordo
Saturiida, termasuk dalam famili Cyathaxonianidae dengan genus Cyathaxonia
dan nama spesiesnya Cyathaxonia cornu MICH

Sampel peraga 929 mengalami proses pemfosilan reklistalisasi,


rekristalisasi adalah suatu proses pemfosilan yang umum dimana sisa-sisa
organisme terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi, sehingga material-material
penyusunnya (material penyusun fosil) berubah bentuk ke bentuk yang lebih stabil.
Adapun umur dari fosil tersebut adalah 345-318 juta tahun (Karbon bawah),
lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal berdasarkan komposisi
kimianya yaitu bereaksi dengan HCL, adapun bentuk fosilnya yaitu Tabular.

Adapun manfaat dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan purba,
menentukan umur batuan, perubahan iklim serta regresi laut.

Anda mungkin juga menyukai