Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
A. Filum Bryozoa
1. Pengertian Filum Bryozoa
Bryozoa berasal dari bahasa Yunani, bryon berarti lumut dan zoon berarti
hewan. Dahulu disangka tumbuhan. Bryozoa merupakan koloni dan hewan
kecil-kecil seperti hamparan lumut berbulu,menempel pada batu, benda atau
tumbuhan air diperairan dangkal yang subur dan jernih. Bryozoa hidup di laut
dan beberapa hidup dalam air tawar, dan bryozoa hidup berkoloni.
Filum Bryozoa dinamakan juga Polyzoa atau Ectoprocta
Polyzoa merupakan istilah bagiindividu hewan ini yang berukuran
kecil(mikroskopis), sedangkan Ectoprocta berasal dari kata ectos yang berarti
di luar dan proctos yang berarti anus, maksudnya anus terletak di luar
lophophore. Lophophore adalah lipatan dinding tubuh dan calyx yang
mengelilingi mulut dan mengandung tentakel yang bercilia. Lophophore
berfungsi dalam pengambilan makanan Pada filum bryozoa memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
- Hewan berkoloni
- Rongga tubuh tumbuh sempurna
- Tidak ada sistem peredaran darah maupun organ pernafasan
- Terdapat saraf ganglion di antara mulut dan anus
- Mulut Bryozoa ditumbuhi dengan tentakel
- Reproduksi Byozoa secara aseksual dan seksual.
- Makan dari partikel-partikel dari air
Gambar 1. Filum Bryozoa

Habitat :

Secara umum Bryozoa menempati sebagian perairan laut dengan tipe


hidup diperairan tropis, tetapi beberapa hidup di samudera, dan lainnya di
temukan diperairan kutub. Bryozoa hidup di laut dan beberapa hidup
dalam air tawar, dan bryozoa hidup berkoloni

Adaptasi :

Migrasi :

Perkembngbiakan :

2. Klasifikasi Bryozoa
Berdasarkan lophophore, Bryozoa dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Phylactolaemata memiliki Ciri-ciri
1. Lophophore berbentuk tapal kuda
2. Mempunyai epistoma
3. Dinding tubuh berotot
4. Koloni monomorfik
5. Terdapat di air tawar
6. Tidak ada zooid polymorpism
7. Tidak ada proses pengerasan kapur
8. Menghasilkan stastoblast.
b. Gymnolaemata memiliki ciri-ciri :
1. Lophophore berbentuk lingkaran
2. Epistoma tidak ada
3. Dinding tubuh tidak berotot
4. Koloni polymorfik
5. Zooecia kompleks berbentuk silindris
6. Lebih dari 3000 spesies hidup dan kebanyakan hidup di laut
7. Banyak spesies fosil
Kelas ini dibagi menjadi 2 ordo, yaitu :
1. Ordo Ctenomata Ciri-cirinya yaitu
- Zooecia seperti agar, khitin atau membran
- Diameter orifice sama dengan diameter zooecium
- Koloni berbentuk lapisan tipis pada batu, cangkang moluska
atau ganggang.
Contonya : Paludicella (di air tawar) dan Alcyonidium (di air laut)
2. Ordo Cheilostomata Ciri-cirinya yaitu
- Zoecia dari zat tanduk atau kapur
- Berbentuk kotak dan mempunyai avicularia
- Mempunyai operculum
- Bentuk koloni berumbai-berumbai
Contohnya : Bugula dan Membranipora
c. Stenolaemata memiliki ciri-ciri :
1. Bentuk zoecium seperti tabung atau pipa, terbuka dibagian ujung
2. Dinding zoecia berkapur dan menyatu satu sama lain
3. Orifice bundar
4. Telur dierami dalam ovicell yang besar
5. Lophophore berbentuk gelang
6. 900 spesies hidup, semua ada di laut
Stenolaemata dibagi menjadi 6 ordo, yaitu :
1. Ordo Cyclostomata atau Tubulipora, contoh : Crissia, Tubulipora
2. Ordo Cystoporata
3. Ordo Stomatopora
4. Ordo Cryptostomata
5. Ordo Treopostomata
6. Ordo Fenestrata

3. Peranan Bryozoa
a. Keuntungan bryozoa :
- Bryozoan dapat digunakan sebagai sumber pakan ikan alami
bagi turbellaria, siput, oligochaeta, larva trichoptera dan ikan
kecil lainnya.
- Spesies dari kelas stenolaemata dapat menghasilkan zat kapur
sehingga spesies tersebut membantu menciptakan lapisan batu
kapur pada trumbu karang.
- Fosil bryozoan dapat digunakan sebagai penentu umur batuan
dan sebagai tanda untuk uji pengeboran minyak.
b. Kekurangan bryozoa :
- Pada spesies air tawar dengan contoh paludicella addakalanya
tumbuh dalam pipa air minum yang tidak diberi Cl sehingga
mengganggu aliran air, atau tumbuh pada jarring apung sehigga
mengganggu ikan didalamnya.
- Sekitar 130 spesies laut hidup sebagai epifit, oleh manusia
dianggap sebagai pengganggu, misalnya Bugula banyak
menempel pada dinding kapal yang terendam air.
B. Filum Sipunculoidea
1. Pengertian Filum Sipunculoidea
Filum Sipunculidea berasal dari kata latin siphunculus yang berarti
tabung kecil atau sifon. Biasa juga disebut sebagai “peanut worms” karena
bentuknya seperti kacang tanah. Hidup sebagai bentos laut dri daerah pasang
surut sampai kedalaman 4.600 m. Sipunculoidea ini merupakan hewan
sedentari artinya hidup menetap dan tidak berkeliaran dan terdapat pada
susbstrat berlumpur, pasir dan celah batu. Terdiri atas 330 spesies.Pada
sipunculoidea memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Memiliki bentuk tubuh seperti labu dan langsing.
- Bagian badan lebih gemuk dibandingkan posterior.
- Diujung anterior introvert terdapat mulut yang dikelilingi lobus
(tentakel) yang dilengkapi dengan cilia.
- Berbentuk tubuh seperti kacang sehingga biasa disebut juga
sebagai peanut worm.
- Tidak memiliki sistem pembuluh darah maupun organ
pernafasan.
- Warna tubuh umumnya putih kecokelatan.

2. Klasifikasi Filum Sipunculoidea


Berdasarkan panjang relative introvert terhadap badan, bentuk mulut,
teentael dan organ Sipuncula terbagi atas dua kelas yaitu: Phascolosmida dan
Sipunculida
3. Peranan Sipunculoidea
Bagi sumber daya perairan sipunculoidea ini sangat penting karena dapat
membantu difusi oksigen dalam sedimen.

C. Filum Echiuroidea
Echiuroidea berasal dari kata latin echis yang berarti mirip sendok, jadi
Echiuroidea merupakan cacing yang mirip sendok.
D. Filum Chaetognatha
1. Pengertian Filum Chaetognatha
Chaetognatha yang berarti “rahang bulu” berasal dari kata chaeton yang
berarti sikat dan gnatos yang berarti rahang atau mulut, dikenal dengan nama
cacing panah. Chaetognatha merupakan sebuah filum dari cacing laut yang
merupakan komponen terbesar dari plankton laut di seluruh dunia. Sekitar
20% dari spesies yang diketahui adalah makhluk bentik dan dapat melekat
pada algae dan batu. Mereka ditemukan di seluruh perairan laut, dari
permukaan perairan tropis hingga ke laut dan daerah kutub. Chaetognatha
berbentuk seperti torpedo atau panah, oleh sebab itu dinamakan “cacing
panah” dan tidak berwarna atau transparant. Mereka memiliki ukuran antara 2
sampai 120 milimeter. Cacing-cacing ini merupakan predator dari copepoda,
larva ikan, crustacea, dan chaetognatha lainnya. Cacing panah menggunakan
mekanoreseptor yang dapat merasakan pergerakan air untuk mendeteksi
organisme lain, dan pada beberapa spesies memiliki racun di kepalanya yang
membantu menaklukan mangsa yang tertangkap. Selain menjadi predator
aktif, chaetognatha juga merupakan sumber makanan penting bagi ikan dan
binatang laut lainnya.

2. Struktur Tubuh Chaetognatha


Tubuh chaetognatha berbentuk seperti anak panah yang biasanya
memiliki dua pasang sirip lateral dan ekor. Dua pasang sirip lateral ini dapat
bergabung menjadi sepasang sirip lateral yang memanjang. Sirip lateral ini
mirip dengan bulu terbang pada panah. Sebagian besar chaetognatha memiliki
tubuh luar yang transparant tanpa adanya kutikula dan dua lapisan sel.
Jaringan internal dan organ termasuk otot dan jaringan saraf, usus dan struktur
reproduksi akan terlihat melalui dinding tubuh.
Terdapat banyak bagian struktural yang tidak biasa, seperti epidermis
yang berlapis-lapis serta terdapat korona ciliata yang masih belum diketahui
fungsinya. Tidak terdapat sistem sirkulasi atau pertukaran gas, atau sistem
ekskresi. Tubuhnya jelas dibedakan menjadi bagian kepala, badan, dan ekor.
Kepala biasanya berbentuk bulat pipih, memiliki sistem otot yang rumit.
Saat mulut dibuka, lubang bestibular dan gigi terlihat di ventral permukaan.
Kail lebih panjang daripada gigi namun keduanya memiliki struktur yang
sama. Jumlah dan bentuk kait bervariasi menurut spesies, jumlah meningkat
dan berkurangnya gigi dan kail tergantung pada usia.
Wilayah tubuh terkadang memiliki collarete yang memanjang dan
terlihat. Usus tidak memiliki pelengkap kecuali tonjolan lateral dan anterior
yang disebut diverticula alimentary yang hanya ada di beberapa spesies.
Collarete dan usus diverticula dapat terlihat melalui dinding tubuh.
3. Klasifikasi Chaetognatha
Chaetognatha terdiri dari 2 kelas yaitu Archisagittoidea dan Sagittoidea.
Kelas yang paling dikenal adalah kelas Sagittoidea karena sejauh ini yang
berhasil diteliti lebih lanjut mengenai Chaetognatha hanya melalui kelas ini.
Selain itu, kelas Sagittoidea termasuk komponen plankton yang terbanyak
ditemui hidup di lautan tropik. Berikut contoh dari spesies Chaetognatha :
a. Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Sagittidae
Genus : Sagitta
Spesies : Sagitta gazellae

b. Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Sagittidae
Genus : Pseudosagitta
Spesies : Pseudosagitta maxima
c. Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Spadellidae
Genus : Spadella
Spesies : Spadella cephaloptera

d. Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Eukroniidae
Genus : Eukrohnia
Spesies : Eukrohnia fowleri

4. Ekologi Chaetognatha
Chaetognatha, yang berarti bulu-rahang, dan umumnya dikenal sebagai
cacing panah merupakan filum dari cacing laut predator yang merupakan
komponen utama dari plankton diseluruh dunia. Sekitar 20% yang dikenal
adalah bentik. Mereka ditemukan di semua perairan laut, dari perairan tropis
permukaan dan permukaan dangkal ke laut dalam dan daerah kutub.
5. Peranan Chaetognatha
Chaetognatha berperan sangat penting dalam rantai makanan di laut
karena chaetognatha merupakan pakan bagi banyak jenis ikan dan cumi.
Tetapi sebaliknya karena chaetognatha merupakan pemakan telur dan larva
ikan, maka populasi yang besar akan menimbulkan kerugian pula bagi ladang
ikan (fishing ground) dan upaya budidaya perikanan.
Chaetognatha hidup dikisaran faktor lingkungan terbatas, sehingga
beberapa jenis chaetognatha digunakan sebagai indikator massa air atau arus
laut. Sebagai contoh di selat inggris, keberadaan Sagitta setosa yang banyak
mengindikasi massa air di laut utara yang bersalinitas rendah telah masuk ke
selat ini. Sebaliknya bila Sagitta elegans memiliki jumlah yang banyak,
mengindikasi massa air bersalinitas tinggi dari samudera atlantik telah
merambat masuk ke selat inggris. Beberapa spesies berhubungan dengan suhu
dan salinitas, dengan demikian, chaetognatha menjadi indikator hidrologi dari
arus air laut.

E. Filum Phoronida
1. Pengertian Filum Phoronida
Phoronida merupakan nama ilmiah dari Phoronids atau biasa disebut
cacing tapal kuda. Nama filum phoronida ini berasal dari Phoronis, salah satu
dari banyaknya nama di negara Mesir Kuno yaitu dewi isis. Phoronids adalah
filum hewan laut yang menyerap makanan dengan lophopore yang merupakan
sebuah “mahkota” dari tentakel, dan membangun tabung tegak dari kitin untuk
melindungi tubuh lunak mereka. Filum ini hidup di sebagian besar lautan
termasuk Samudera Arktik tetapi tidak termasuk Samudera Antartika, antara
zona interdial dan sekitar 400 meter ke bawah.
2. Struktur Tubuh Phoronida
Kebanyakan phoronid dewasa memiliki panjang 2 hingga 20 cm dan lebar
sekitar 1,5 mm, meskipun yang terbesar adalah 50 cm. Kulit mereka tidak
memiliki kutikula tetapi mengeluarkan tabung chitin yang kaku, mirip dengan
bahan yang digunakan dalam exoskeleton arthropoda, dan kadang-kadang
diperkuat dengan partikel sedimen dan puing-puing lainnya. Sebagian besar
tabung spesies tegak, tetapi tabung Phoronis vancouverensis horisontal dan
kusut. Phoronids dapat bergerak di dalam tabungnya tetapi tidak pernah
meninggalkannya. Ujung bawah tubuh adalah ampula (pembengkakan seperti
labu dalam struktur seperti tabung, yang menjangkarkan hewan di dalam
tabung dan memungkinkannya menarik tubuhnya ketika terancam,
mengurangi tubuh hingga 20 persen dari panjang maksimum. Otot
longitudinal menarik tubuh dengan sangat cepat, sementara otot melingkar
perlahan-lahan memperpanjang tubuh dengan menekan cairan internal. Untuk
memberi makan dan bernafas, masing-masing phoronid memiliki lofofor ,
"mahkota" tentakel yang dengannya hewan menyaring makanan . Dalam
spesies kecil, "mahkota" adalah lingkaran sederhana, dalam spesies ukuran
sedang dibengkokkan menjadi bentuk tapal kuda dengan tentakel di sisi luar
dan dalam, dan pada spesies terbesar ujung-ujung dari tapal kuda berembus
menjadi spiral yang kompleks. Bentuk-bentuk yang lebih rumit ini
meningkatkan area yang tersedia untuk makan dan bernafas . Tentakelnya
berlubang, dipegang tegak oleh tekanan cairan, dan dapat digerakkan secara
individual dengan otot. Mulut berada di dalam pangkal mahkota tentakel tetapi
di satu sisi. Usus membentang dari mulut ke satu sisi perut , di bagian bawah
ampula. Usus berjalan dari perut, naik ke sisi lain tubuh, dan keluar di anus, di
luar dan sedikit di bawah mahkota tentakel. Usus dan usus keduanya didukung
oleh dua mesenteries (partisi yang menjalankan panjang tubuh) yang
terhubung ke dinding tubuh, dan mesentery lain menghubungkan usus ke usus.
Tubuh terbagi menjadi coelom, kompartemen yang dilapisi mesothelium.
Rongga tubuh utama, di bawah mahkota tentakel, disebut metacoelom , dan
tentakel serta pangkalannya berbagi mesocoelom. Di atas mulut adalah
epistom, tutup berongga yang dapat menutup mulut. Rongga dalam epistom
kadang-kadang disebut protocoelom, meskipun penulis lain tidak setuju bahwa
itu adalah coelom dan Ruppert, Fox dan Barnes berpikir itu dibangun oleh
proses yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai