NPM : 1740603042
Mata Kuliah : Ekologi Tumbuhan
Ekosistem
A. Konsep Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu interaksi hubungan timbal balik antara komponen biotik
(makhluk hidup) dengan komponen abiotik (makhluk tak hidup). Konsep ekosistem
merupakan konsep yang luas, fungsi utamanya di dalam ekologi merupakan penekanan
hubungan wajib, ketergantungan, dan hubungan sebab akibat, yaitu perangkaian komponen-
komponen untuk membentuk satuan-satuan fungsional. Konsumen terdiri dari herbivora dan
karnivora. Herbivora merupakan konsumen pertama yang mengambil bahan pangan
langsung dari produsen, sedangkan karnivora merupakan konsumen kedua yang memperoleh
bahan pangan dari herbivora.
Organisme lainnya, yakni dekomposer, merupakan kelompok biotik yang terdiri dari
mikroorganisme (jamur dan bakteri) yang mengubah bahan organik dalam suatu ekosistem
menjadi anorganik untuk kemudian dimanfaatkan lagi oleh produsen dalam menyediakan
pakan. Aspek-aspek abiotik air, atmosfer, dan bumi serta sinar matahari (SS) sangat
dibutuhkan oleh komponen biotik. Aliran energi bergerak dari sinar matahari yang digunakan
oleh organisme produsen dalam mengolah pakan (fotosintesis), sehingga disebut juga sebagai
produsen yang terdiri dari tumbuhan berklorofil. Aliran energi dari sinar matahari menuju
produsen melibatkan berbagai unsur dan ikatan kimia anorganik, seperti air, karbondioksida,
nitrogen, fosfor, sulfur, magnesium, dan sekitar 15 unsur kimia lainnya.
Energi berkurang saat dipindahkan dari satu rantai pangan ke rantai pangan berikutnya,
sedangkan nutrisi digunakan dalam proses-proses tertentu dalam rantai makanan. Kajian
ekologi ekosistem berkonsentrasi pada gerakan-gerakan energi dan nutrisi-nutrisi (unsur-
unsur kimia) melalui komponen-komponen biotik dan abiotik ekosistem untuk menjawab
pertanyaan berapa banyak dan sejauh apa energi dan nutrisi ditimbun atau dialirkan antar
komponen suatu ekosistem.
Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada
tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri
yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen.
Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I).
Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat
tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan
daging (carnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi
disebut konsumen puncak.
2. Jaring Makanan
Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan
dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi
dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur
kimia transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung melalui interaksi makan
dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem
membentuk struktur trofik yang bertingkat-tingkat. Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan
berbagai organisme dengan sumber makanan tertentu.
Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrop yang disebut produsen.
Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dari bahan
anorganik dengan bantuan sumber energi. Bila dapat menggunakan energi cahaya seperti
cahaya, matahari disebut fotoautotrof, contohnya tumbuhan hijau dan fitoplankton. Apabila
menggunakan bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia disebut kemoautotrof, misalnya,
bakteri sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat. Tingkat tropik kedua ditempati oleh berbagai
organisme yang tidak dapat menyusun bahan organik sendiri yang disebut organisme
heterotrof. Organisme heterotrof ini hanya menggunakan zat organik dari organisme lain
sehingga disebut juga konsumen. Pembagian konsumen adalah sebagai berikut
D. Siklus Biogeokimia
Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia
yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus
tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Siklus tersebut antara lain:
1) Siklus Nitrogen (N2). Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan
dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga
menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri
denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen
yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam
ekosistem.
2) Siklus Fosfor. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh
dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air
tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Fosfor dari batu dan fosil
terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik
ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus-menerus.
Bioma
A. Bioma Tundra
Bioma ini terdapat di belahan bumi utara di dalam lingkaran kutub utara yang disebut
Tundra arktik dan di puncak gunung disebut Tundra alpin. Bioma tundra arktik memiliki
curah hujan sekitar 20 - 60 cm per tahun, namun untuk tundra alpin bisa melebihi 100 cm per
tahun. Iklimnya iklim kutub dengan musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas
dan terang yang pendek. Suhu rata-rata di musim dingin di bawah -30 oC, sedangkan di
musim panas hanya mencapai 10oC. Tidak ada pohon yang tinggi, kalaupun ada terlihat tebal
seperti semak. Tumbuhan semusim biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dalam
masa pertumbuhan yang pendek. Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan perdu. Permafrost
(tanah bagian bawah yang membeku secara permanen), suhu yang sangat dingin, dan angin
yang sangat kencang merupakan penyebab utama tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi
lainnya di tundra arktik di alaska Tengah. Meskipun tundra arktik menerima sangat sedikit
curah hujan tahunan, air tidak dapat menembus fermafrost di bawahnya dan akan menumpuk
di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal selama musim panas yang pendek. Tundra
menutupi luas yang sangat besar di arktik, mencapai 20% permukaan tanah bumi. Hewan
yang hidup di bioma tundra adalah muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa dan domba.
Banyak spesies burung bermigrasi ke tundra untuk bersarang di musim dingin. Tundra jarang
dihuni manusia, namun cukup banyak yang telah menjadi areal pertambangan mineral dan
minyak dalam tahun-tahun terakhir.
Kebakaran yang kadang terjadi di musim kemarau dan pemakanan rumput oleh mamalia
besar mencegah pembentukan semak berkayu dan pohon-pohon.Tanah subur yang tebal
menjadikan padang rumput beriklim sedang sebagai tempat yang ideal untuk pertanian,
terutama pertanian gandum. Sebagai konsekuensinya, sebagian besar padang rumput di
Amerika Utara dan sebagian besar padang rumput di Eurasia telah dikonversi menjadi lahan
pertanian. Di beberapa padang rumput yang lebih kering, ternak dan perumput yang lain telah
membantu mengubah sebagian bioma tersebut menjadi gurun.
C. Bioma Sabana
Padang rumput tropis seringkali merujuk kepada sabana. Bioma sabana hangat sepanjang
tahun, berkisar 24-29oC, namun dengan variasi yang lebih musiman daripada di hutan tropis.
Rumput dan pohon yang terpencar-pencar merupakan tumbuhan yang dominan. Pepohonan
yang ditemukan di sabana seringkali berduri dan berdaun kecil, yang merupakan bentuk
adaptasi dari kondisi yang relatif kering. Kebakaran merupakan komponen abiotik penting,
dan spesies tumbuhan yang dominan adalah spesies yang sudah beradaptasi dengan
kebakaran. Pertumbuhan rumput- rumputan dan forb (tumbuhan kecil berdaun lebar) yang
sangat cepat selama musim hujan menyediakan sumber makanan yang banyak bagi hewan.
Akan tetapi, mamalia pemakan rumput besar harus bermigrasi ke padang rumput yang lebih
hijau dan menyebar mencari sumber air selama periode musim kemarau. Bioma sabana ini
terdapat di Amerika Selatan, Afrika Timur dan sebagian wilayah Indonesia.Mamalia besar
pemakan rumput (bison dan kuda liar) dan predatornya (singa dan dubuk) terlihat dengan
jelas di bioma Sabana. Sesungguhnya, herbivora yang dominan di sini adalah serangga,
khususnya semut, rayap dan tungau.
Bioma ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur yang tinggi sekitar 25-
29°C. Curah hujan bioma hutan hujan tropis (tropical rain forest) cukup tinggi, yatu sekitar
200-225 cm per tahun. Sedangkan di hutan kering tropis (tropical dry forest) curah hujan
sangat tergantung musim, sekitar 150-200 cm per tahun, dengan musim kering selama enam
sampai tujuh bulan. Pada daerah hutan hujan tropis tumbuhannya tinggi dan rimbun
membentuk tudung yang menyebabkan dasar hutan menjadi gelap dan basah. Pohon lain dan
tanaman merambat yang berkayu makan tumbuh secara cepat, bersaing untuk mendapatkan
cahaya dan ruang ketika mengisi celah tersebut. Tumbuhan khas, ialah liana dan epifit.
Contoh liana adalah rotan sedangkan epifit adalah anggrek. Vegetasinya didominasi oleh
tumbuhan yang aktif melakukan fotosintesis, misalnya jati, meranti, konifer, dan keruing.
Hewan hutan tropis di bumi merupakan rumah jutaan spesies, termasuk spesies serangga,
laba-laba, dan artopoda yang belum dideskripsikan dan diestimasi berjumlah 5 – 30 juta.
Bahkan keanekaragaman hewan di hutan tropis lebih tinggi daripada di bioma darat
manapun. Hewan hutan tropis, termasuk amfibia, burung dan reptil lain, mamalia, serta
artropoda, beradaptasi terhadap lingkungan berstratifikasi vertikal dan seringkali tersamarkan
oleh lingkungannya. Contoh bioma hutan hujan tropis adalah hutan di Indonesia, Malaysia,
Filipina, Papua, dan Brasil. Sejak lama sekali manusia telah mewujudkan masyarakat yang
berkembang pesat di hutan tropis.
Pada umumnya terdapat di sekitar wilayah subtropik yang mengalami pergantian musim
panas dan dingin. Hutan gugur juga terdapat diberbagai pegunungan di daerah tropis. Suhu
dimusim dingin berkisar kira-kira 0oC. Musim panas dengan suhu maksimum sekitar 35 oC,
menyengat dan lembab. Bioma hutan gugur mempunyai curah hujan sedang, yaitu 70 sampai
lebih dari 200 cm per tahun. Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim
dingin dan musim semi.
Vegetasi yang tumbuh pada hutan gugur adalah adalah pohon Maple, Oak, Beech, dan
Elm. Pohon-pohon gugur yang padat dan tegak berdiri merupakan ciri khas hutan gugur,
seperti hutan di Great Smoky Mountains National Park di California Utara. Hutan gugur lebih
terbuka dibandingkan dengan hutan hujan, pohon-pohonnya juga tidak setinggi pohon hutan
hujan. Hutan gugur memiliki lepisan vertikal yang jelas, yang memiliki satu atau dua strata
pohon, di bawahnya terdapat semak, dan di bagian dasar terdapat tumbuhan herba. Pohon-
pohon hutan gugur menggugurkan daunnya sebelum musim dingin, dimana terjadinya
fotosintesis tidak efektif karena suhunya terlalu rendah.
Suksesi
1. Stabilitas
Konsep klimaks lama menyatakan secara tidak langsung suatu keadaan keseimbangan
dengan lingkungan, terutama yang di anggap penting adalah faktor iklim. Pendekatan ini
adalah lemah ,karena iklim seperti diketahui adalah teratur dan berfluktuasi , terutama di
daerah temperatur. Dengan demikian akan tidak mungkin untuk untuk suatu vegetasi menjadi
benar-benar sesuai dengan keadaan iklim itu, lain halnya dengan situasi di daerah
katulistiwa , perubahan iklim relatif tidak banyak terjadi. dengan demikian konsep ini masih
bisa diterima. Meskipun demikian untuk daerah iklim yang relatif stabil inipun keseimbangan
komunitas klimaks tidaklah absolut sifatnya, masih terjadi perubahan-perubahan komposisi
jenis akibat adanya migrasi atau perubahan anggota populasi. Berdasarkan keadaan ini, akan
lebih realistis untuk menganggap fase klimaks dari suatu komunitas mencapai kestabilan
yang relatif. perubahan-perubahan masih tetap akan terjadi berdasarkan arah tertentu , dalam
hal ini mengikuti arah perubahan iklim. Perbedaan yang penting antara fasa klimaks dengan
fase-fase sebelumnya dalam laju perubahnnya, dalam fasa seral laju perubahan adalah cepat ,
sedangkan dalam fasa klimaks terjadi perubahan minimal.
2. Kemantapan
Kemantapan adalah pusat perhatian pola berfikir konsep lama fasa klimaks. Sangat
sedikit komunitas yang benar-benar terlihat mantap baik struktur maupun komposisi
jenisnya. Mereka berkecenderungan menjadi terbatas atau di batasi oleh kondisi-kondisi
lingkungan yang kurang menunjang,seperti di padang pasir. Komunitas klimaks umumnya
mantap dalam hal strukturnya tetapi tidak dalam komposisi jenisnya. misalnya formasi hutan
seluruh berada di suatu daerah untuk ribuan tahun, tetapi campuran dari pohon-pohon
dominan dan asosiasi ktumbuhan dasarnya akan merubah merefleksikan perubahan iklim.
Beberapa komunitas klimaks jelas-jelas tidak mantap, mengalami perkembangan siklis.
Pohon yang dominan pada suatu komunitas klimaks sering tidak mau melakukan regenerasi
secara langsung di bawah naungan pohon induknya. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang
tercipta tidak cocok untuk anakan pohon tadi. sehingga di bawah naungan pohon dominan
tadi akan tumbuh jenis –jenis pohon lainnya termasuk , mungkin jenis seral. Dengan
demikian akan terjadi perubahan struktur dan kompiosisi dari komunitas klimaks ini, ada
kemungkinan komunitas klimaks akan berubah menjadi bentuk seral kembali. Tetapi kondisi
baru ini akan memungkinkan untuk tumbuhnya anakabn pohon yang dominan pada masa
klimaks tadi maka terjadilah perubahan siklis dalam perjalanan waktu.
3. Suksesi dan Keteraturan
Apabila pandangan tradisional tentang komunitas klimaks
mempermasalahkan, pertanyaan harus di lanjutkan apakah pendapat bahwa suksesi sebagai
suatu proses teratur yang menbgarah pada suatu bentuk akhir dari komunitas yang dapat di
perkirakan perlu di kaji kembali. Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat
mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung
untuk melawan inovasi baru.
A. Klimaks
TeoriMonoklimaks
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas klimaks
untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa
pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum
vegetasi klimaks yang sama akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan
demikian iklim sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini dipahami
sebagai teori monoklimaks dan diterima secara luas oleh pakar botani pada pertengahan awal
dari abad ini.
Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyatan bahwa
banyak sekali variasi lokal dalam suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh
Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil.
Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada keyakinan akan waktu yang
panjang, dimana perbedaan-perbedaan local dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan
tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama.
Penamaan-penamaan khusus diberikan untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi
local ini. Istilah ”subklimaks” dipergunakan untuk suatu fasa seral akhir yang berkepanjangan
yang akhirnya akan berkembang juga ke bentuk klimaksnya. Sedangkan istilah ”disklimaks”
dipakai untuk komunitas tumbuhan yang menggantikan bentuk klimaks setelah terjadi
kerusakan.
TeoriPoliklimaks
Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak
memberikan kemungkinan untuk mengangkat variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan.
Dalam tahun 1939 Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu alternatif
yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk
klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu meliputi tanah ;drainage ; dan berbagai
faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim, tetapi faktor-faktor lain
hendaknya jangan dipandang sebagai suatu faktor yang bersifat temporal.
Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua
komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap sebagai bentuk klimaks. Teori
poliklimaks ini ternyata pendekatannya tidak bersifat kaku, sehingga dapat diterima
dikalangan pakar secara luas.
Teori poliklimaks menyebutkan bahwa banyak komunitas klimaks yang berbeda dapat
dikenali dalam suatu area tertentu dan klimaks yang demikian itu dikendalikan oleh lengas
dalam tanah, zat hara di dalam tanah, aktivitas makhluk hewan, dan faktor lainnya
Perbedaan mendasar dari teori monoklimaks dan poliklimaks adalah terletak dalam faktor
waktu di dalam pengukuran nisbi. Penganut monoklimaks mengatakan bahwa jika diberi
waktu secukupnya, suatu komunitas tunggal akan berkembang bahkan dapat menguasai
klimaks edafik.
Konsep suksesi mempunyai hubungan langsung terhadap berbagai kegiatan
manusia.Yang paling penting adalah dalam bidang pertanian untuk mendapatkan produksi ma
ksimal yang di dasarkan pada pertentangan
-pertentangan yang bersifatekologi.Tanaman peliharaan umunya merupakan tumbuhan yang
mampu mempergunakankesempatan dalam memanfaatkan lingkungan yang belum stabil, dal
am konsep suksesi dikenal dengan jenis oportunis yang biasanya hidup pada fasa-fasa awal sa
mpai fasa tengahdari sesenya.tumbuhan ini hidup cepat pada daerah yang terbuka, menyuimp
an sebagianhasil produktivitasnya pada struktur-struktur reproduksi seperti biji.Dengan demi
kiandapat di pergunakan sebagai sumber makanan bagi manusia.Beberapa tanaman pertanian
dapat di kelompokkan dalam jenis-jenis pospionir.misalnya ubi jalar ,mempunyai oragan peni
mbun dalam tanah .ini merupakankarakteristika jenis tumbuhan yang berada pada fasa-fasa a
wal suksesi.kemudianumumnya pohon merupakan karakteristika dari fasa seral tengah,dan m
anusia dapatmemanfaatkannya berupa buahnya atau kayunya.kesemua jenis tanaman ini mem
punyai produktivitas bersih yang tinggi dan hidupnya relative pendek.Selama ekosistem perta
nian menyerupai fasa seral awal,maka kurangstabil.Dengan demikian komunitas yang yang ti
dak stabil ini harus dikelola olehmanusia,secra ekologi di sebut pengelolaan buatan yang bers
ifat non alami. Penegelolaan buatan ini misalnya perumputan,penyemprotan untuk menjaga d
ari hama dan penyakit,,dengan demikian memerlukan sejumlah subsidi energy.Siklus nutrisi
dari komunitas seral,seperti kegiatan pertanian ,merupakan suiklusyang terbuka,dengan demi
kian kehilangan sejumlah nutrisi yang keluar dari system
merupakan jarak karakteristiknya,akibatnya penambahan sejumlah nutrisi ke dalamsystem ad
alah mutlak di perlukan ,yaitu berupa pemupukan dan masukan materi lainnya.Kegiatan perta
nian memerlukan lahan-lahan baru ,membuka lahan baru ini berartimengembalikan komunita
s ke fasa awal lagi.akibatnya tidak saja kehilangan jenis-jenisyang sudah beradaptasi dengan
baik terhadap dengan baik terhadap kondisi lingkunganyang ada.tetapi juga menganggu siklu
s nutrisi yang di kembangkan oleh system secaraskala besar,yang akhirnya menganggu kemat
angan dari komunitas tersebut.
Salah satu contoh kasus suksesi negara adalah Republik IndonesiaSuksesi negara pada
Indonesia terjadi pada beberapa wilayah dalam negara tersebut seperti Aceh, Papua, dan
Timor Timur. Aceh merupakan salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia, terletak
di ujung utara Pulau Sumatera dan paling barat dari kepulauan Nusantara. Kerajaan Aceh
berdiri pada tahun 1520-1903, Sultan Ali Mughayat Syah adalah sultan Aceh yang pertama
memimpin Aceh mulai tahun 1520-1530. Wilayah Kerajaan Aceh pada awal kepemimpinan
Sultan Ali Mughayat Syah meliputi daerah Aceh Besar kemudian diperluas dengan
menaklukkan daerah-daerah pelabuhan dagang di pesisir timur Sumatera yang bersebelahan
dengan Selat Malaka seperti Pasai, Daya, dan Pidie.Sedangkan, Papua pada mulanya adalah
bagian dari wilayah administratif Hindia Belanda yang tidak lepaskan setelah Indonesia
merdeka. Belanda sulit melepaskan wilayah Papua dikarenakan potensi alam yang
menunjang untuk mendukung perekonomian Hindia Belanda. Timor Timur merupakan
wilayah jajahan Portugis sejak awal abad ke-16. Revolusi Bunga yang terjadi di Portugis
pada 25 April 1974 menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap kebijakan politik
kolonisasi Portugis di Afrika dan di Timor Timur. Pemerintah Revolusioner mengumumkan
kebijakan hak penentuan nasib sendiri yang akan segera diberikan kepada wilayah jajahan
Portugis..
Produktivitas
Analisis vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis (Marsono, 1977).Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan
merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan
habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
3. Dominansi, merupakan luas tutupan atau penguasaan suatu jenis tumbuhan
terhadap bidang dasar pada suatu komunitas. Dominansi dapat diukur dengan:
a. Cover (kelindungan atau tutupan tajuk)
Dominansi = luas cover suatu jenis
Luas area sampel
b. Basal area, luas area dekat permukaan tanah yang dikuasai suatu jenis tumbuhan.
Dominansi = luas basal area suatu jenis X 100%
Total dominansi seluruh jenis
3. Frekuensi (kekerapan)
Kekerapan menyangkut tingkat keseragaman terdapatnya individu suatu spesies di
dalam suatu daerah.Kekerapan diukur dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies dalam
daerah contoh atau luas yang secara idealnya tersebar secara acak di seluruh daerah yang
dikaji.
Karenanya kekkerapan dikatakan sebagai persentase dari seluruh daerah contoh atau
luas yang dipakai yang di dalmnya terdapat spesies tertentu. Misalnya suatu spesies
ditemukan dlam 15 dari 30 contoh. Maka kekerapannya adalah 50 %.
Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm lima kelas
berdasarkan besarnya persentase,yaitu: