Anda di halaman 1dari 22

Nama : Calvin Valentino

NPM : 1740603042
Mata Kuliah : Ekologi Tumbuhan

Ekosistem

A. Konsep Ekosistem

Ekosistem merupakan suatu interaksi hubungan timbal balik antara komponen biotik
(makhluk hidup) dengan komponen abiotik (makhluk tak hidup). Konsep ekosistem
merupakan konsep yang luas, fungsi utamanya di dalam ekologi merupakan penekanan
hubungan wajib, ketergantungan, dan hubungan sebab akibat, yaitu perangkaian komponen-
komponen untuk membentuk satuan-satuan fungsional. Konsumen terdiri dari herbivora dan
karnivora. Herbivora merupakan konsumen pertama yang mengambil bahan pangan
langsung dari produsen, sedangkan karnivora merupakan konsumen kedua yang memperoleh
bahan pangan dari herbivora.

Organisme lainnya, yakni dekomposer, merupakan kelompok biotik yang terdiri dari
mikroorganisme (jamur dan bakteri) yang mengubah bahan organik dalam suatu ekosistem
menjadi anorganik untuk kemudian dimanfaatkan lagi oleh produsen dalam menyediakan
pakan. Aspek-aspek abiotik air, atmosfer, dan bumi serta sinar matahari (SS) sangat
dibutuhkan oleh komponen biotik. Aliran energi bergerak dari sinar matahari yang digunakan
oleh organisme produsen dalam mengolah pakan (fotosintesis), sehingga disebut juga sebagai
produsen yang terdiri dari tumbuhan berklorofil. Aliran energi dari sinar matahari menuju
produsen melibatkan berbagai unsur dan ikatan kimia anorganik, seperti air, karbondioksida,
nitrogen, fosfor, sulfur, magnesium, dan sekitar 15 unsur kimia lainnya.

Energi berkurang saat dipindahkan dari satu rantai pangan ke rantai pangan berikutnya,
sedangkan nutrisi digunakan dalam proses-proses tertentu dalam rantai makanan. Kajian
ekologi ekosistem berkonsentrasi pada gerakan-gerakan energi dan nutrisi-nutrisi (unsur-
unsur kimia) melalui komponen-komponen biotik dan abiotik ekosistem untuk menjawab
pertanyaan berapa banyak dan sejauh apa energi dan nutrisi ditimbun atau dialirkan antar
komponen suatu ekosistem.

Berdasarkan fungsinya, ekosistem terdiri dari dua komponen, yakni:


1. Komponen autotrofik yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik dari bahan-bahan anorganik dengan
bantuan energi matahari atau klorofil.
2. Komponen heterotrofik yaitu organisme yang mampu memanfaatkan hanya bahan-
bahan organik sebagai bahan makanannya dan bahan tersebut disintesis dan disediakan oleh
organisme lain. Komponen ini meliputi herbivora, karnivora, dan dekomposer.
B. Energi dalam Sistem Ekologi
Suatu energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan merupakan bunyi dari hukum termodinamika I. Sedangkan
Hukum Termodinamika II menyatakan bahwa ada sebagian energi yang hilang selama terjadi
transformasi energi. Energi yang hilang dalam bentuk panas dan tidak dapat dimanfaatkan
lagi disebut dengan entropi. Aliran energi di alam diawali oleh sinar matahari yang
memancarkan energi cahaya dan ditangkap oleh tumbuhan untuk kemudian diubah menjadi
energi kimia (bahan pangan) melalui proses fotosintesis.

C. Rantai dan Jaring-Jaring Makanan, Tingkatan Trofik, dan Piramida Ekologi


1. Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan
urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, 
konsumen, dan dekomposer.  Berikut adalah contoh sebuah rantai makanan.Pada rantai
makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu yaitu rumput
dimakan belalang, belalang dimakan katak, katak dimakan ular dan jika ular mati akan
diuraikan oleh jamur yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara yang akan
dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.

Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada
tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri
yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen.
Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen  primer (konsumen I).
Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat
tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan
daging (carnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi
disebut konsumen puncak.

2. Jaring Makanan
Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan
dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi
dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur
kimia  transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung melalui interaksi makan
dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem
membentuk struktur trofik yang bertingkat-tingkat. Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan
berbagai organisme dengan sumber makanan tertentu.

Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrop yang disebut produsen.
Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dari bahan
anorganik dengan bantuan sumber energi. Bila  dapat menggunakan energi cahaya seperti
cahaya, matahari disebut fotoautotrof, contohnya tumbuhan hijau dan fitoplankton. Apabila
menggunakan bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia disebut kemoautotrof, misalnya,
bakteri sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat. Tingkat tropik kedua ditempati oleh berbagai
organisme yang tidak dapat menyusun bahan organik sendiri yang disebut organisme
heterotrof. Organisme heterotrof ini hanya menggunakan zat organik dari organisme lain
sehingga disebut juga konsumen. Pembagian konsumen adalah sebagai berikut

D. Siklus Biogeokimia

Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia
yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus
tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Siklus tersebut antara lain:

1)   Siklus Nitrogen (N2). Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan
dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga
menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri
denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen
yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam
ekosistem.

2)   Siklus Fosfor. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh
dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air
tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Fosfor dari batu dan fosil
terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik
ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus-menerus.

3)   Siklus Karbon dan Oksigen. Karbondioksida di udara diimanfaatkan oleh tumbuhan


untuj berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan manusia
dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama
akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai
bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara.

Bioma

A. Bioma Tundra

Bioma ini terdapat di belahan bumi utara di dalam lingkaran kutub utara yang disebut
Tundra arktik dan di puncak gunung disebut Tundra alpin. Bioma tundra arktik memiliki
curah hujan sekitar 20 - 60 cm per tahun, namun untuk tundra alpin bisa melebihi 100 cm per
tahun. Iklimnya iklim kutub dengan musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas
dan terang yang pendek. Suhu rata-rata di musim dingin di bawah -30 oC, sedangkan di
musim panas hanya mencapai 10oC. Tidak ada pohon yang tinggi, kalaupun ada terlihat tebal
seperti semak. Tumbuhan semusim biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dalam
masa pertumbuhan yang pendek. Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan perdu. Permafrost
(tanah bagian bawah yang membeku secara permanen), suhu yang sangat dingin, dan angin
yang sangat kencang merupakan penyebab utama tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi
lainnya di tundra arktik di alaska Tengah. Meskipun tundra arktik menerima sangat sedikit
curah hujan tahunan, air tidak dapat menembus fermafrost di bawahnya dan akan menumpuk
di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal selama musim panas yang pendek. Tundra
menutupi luas yang sangat besar di arktik, mencapai 20% permukaan tanah bumi. Hewan
yang hidup di bioma tundra adalah muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa dan domba.
Banyak spesies burung bermigrasi ke tundra untuk bersarang di musim dingin. Tundra jarang
dihuni manusia, namun cukup banyak yang telah menjadi areal pertambangan mineral dan
minyak dalam tahun-tahun terakhir.

B. Bioma Padang Rumput


Bioma padang rumput mempunyai curah hujan 30 - 100 cm per tahun dan hujan turun
tidak teratur. Musim dingin relatif kering dan musim hujan relatif basah. Suhu musim dingin
bisa turun sampai -10oC, sedangkan pada musim panas seringkali mendekati 30 oC dan
menyengat. Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan. Rumput yang hidup di bioma
padang rumput yang relative basah ukurannya bisa mencapai tiga meter, misalnya rumput
Bluestem dan Indian Grasses. Rumput yang tumbuh di bioma padang rumput kering,
ukurannya pendek-pendek, misalnya rumput Grana dan Buffalo Grasses. Hewan yang hidup
di bioma ini adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau, anjing liar, ular, rodentia, belalang
dan burung.Contoh bioma padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan,
Asia dan Indonesia (Sumbawa). Padang atau veldt di Afrika Selatan, puszta di Hungaria,
pampas di Argentina dan Uruguay, steppe di Rusia, dan prairie di Amerika Utara bagian
tengah semuanya adalah bioma padang rumput.

Kebakaran yang kadang terjadi di musim kemarau dan pemakanan rumput oleh mamalia
besar mencegah pembentukan semak berkayu dan pohon-pohon.Tanah subur yang tebal
menjadikan padang rumput beriklim sedang sebagai tempat yang ideal untuk pertanian,
terutama pertanian gandum. Sebagai konsekuensinya, sebagian besar padang rumput di
Amerika Utara dan sebagian besar padang rumput di Eurasia telah dikonversi menjadi lahan
pertanian. Di beberapa padang rumput yang lebih kering, ternak dan perumput yang lain telah
membantu mengubah sebagian bioma tersebut menjadi gurun.

C. Bioma Sabana

Padang rumput tropis seringkali merujuk kepada sabana. Bioma sabana hangat sepanjang
tahun, berkisar 24-29oC, namun dengan variasi yang lebih musiman daripada di hutan tropis.
Rumput dan pohon yang terpencar-pencar merupakan tumbuhan yang dominan. Pepohonan
yang ditemukan di sabana seringkali berduri dan berdaun kecil, yang merupakan bentuk
adaptasi dari kondisi yang relatif kering. Kebakaran merupakan komponen abiotik penting,
dan spesies tumbuhan yang dominan adalah spesies yang sudah beradaptasi dengan
kebakaran. Pertumbuhan rumput- rumputan dan forb (tumbuhan kecil berdaun lebar) yang
sangat cepat selama musim hujan menyediakan sumber makanan yang banyak bagi hewan.
Akan tetapi, mamalia pemakan rumput besar harus bermigrasi ke padang rumput yang lebih
hijau dan menyebar mencari sumber air selama periode musim kemarau. Bioma sabana ini
terdapat di Amerika Selatan, Afrika Timur dan sebagian wilayah Indonesia.Mamalia besar
pemakan rumput (bison dan kuda liar) dan predatornya (singa dan dubuk) terlihat dengan
jelas di bioma Sabana. Sesungguhnya, herbivora yang dominan di sini adalah serangga,
khususnya semut, rayap dan tungau.

D. Bioma Hutan Tropis

Bioma ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur yang tinggi sekitar 25-
29°C. Curah hujan bioma hutan hujan tropis (tropical rain forest) cukup tinggi, yatu sekitar
200-225 cm per tahun. Sedangkan di hutan kering tropis (tropical dry forest) curah hujan
sangat tergantung musim, sekitar 150-200 cm per tahun, dengan musim kering selama enam
sampai tujuh bulan. Pada daerah hutan hujan tropis tumbuhannya tinggi dan rimbun
membentuk tudung yang menyebabkan dasar hutan menjadi gelap dan basah. Pohon lain dan
tanaman merambat yang berkayu makan tumbuh secara cepat, bersaing untuk mendapatkan
cahaya dan ruang ketika mengisi celah tersebut. Tumbuhan khas, ialah liana dan epifit.
Contoh liana adalah rotan sedangkan epifit adalah anggrek. Vegetasinya didominasi oleh
tumbuhan yang aktif melakukan fotosintesis, misalnya jati, meranti, konifer, dan keruing.

Hewan hutan tropis di bumi merupakan rumah jutaan spesies, termasuk spesies serangga,
laba-laba, dan artopoda yang belum dideskripsikan dan diestimasi berjumlah 5 – 30 juta.
Bahkan keanekaragaman hewan di hutan tropis lebih tinggi daripada di bioma darat
manapun. Hewan hutan tropis, termasuk amfibia, burung dan reptil lain, mamalia, serta
artropoda, beradaptasi terhadap lingkungan berstratifikasi vertikal dan seringkali tersamarkan
oleh lingkungannya. Contoh bioma hutan hujan tropis adalah hutan di Indonesia, Malaysia,
Filipina, Papua, dan Brasil. Sejak lama sekali manusia telah mewujudkan masyarakat yang
berkembang pesat di hutan tropis.

E. Bioma Hutan Gugur

Pada umumnya terdapat di sekitar wilayah subtropik yang mengalami pergantian musim
panas dan dingin. Hutan gugur juga terdapat diberbagai pegunungan di daerah tropis. Suhu
dimusim dingin berkisar kira-kira 0oC. Musim panas dengan suhu maksimum sekitar 35 oC,
menyengat dan lembab. Bioma hutan gugur mempunyai curah hujan sedang, yaitu 70 sampai
lebih dari 200 cm per tahun. Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim
dingin dan musim semi.

Vegetasi yang tumbuh pada hutan gugur adalah adalah pohon Maple, Oak, Beech, dan
Elm. Pohon-pohon gugur yang padat dan tegak berdiri merupakan ciri khas hutan gugur,
seperti hutan di Great Smoky Mountains National Park di California Utara. Hutan gugur lebih
terbuka dibandingkan dengan hutan hujan, pohon-pohonnya juga tidak setinggi pohon hutan
hujan. Hutan gugur memiliki lepisan vertikal yang jelas, yang memiliki satu atau dua strata
pohon, di bawahnya terdapat semak, dan di bagian dasar terdapat tumbuhan herba. Pohon-
pohon hutan gugur menggugurkan daunnya sebelum musim dingin, dimana terjadinya
fotosintesis tidak efektif karena suhunya terlalu rendah.
Suksesi

Suksesi adalah proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu tertentu menuju ke


arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil. Suksesi adalah proses perubahan ekosistem
dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan
stabil. Suksesi primer adalah gangguan komunitas awal hilang secara total dan membentuk
habitat baru. Suksesi sekunder adalah salah satu dari dua jenis suksesi ekologis dari
kehidupan tanaman. 

Berbeda dengan suksesi pertama, suksesi sekunder adalah proses yang dimulai oleh


suatu peristiwa (misalnya kebakaran hutan , pemanenan , badai) yang mengurangi ekosistem
yang sudah mapan (misalnya hutan atau ladang gandum) ke populasi yang lebih kecil dari
spesies, dan suksesi sekunder seperti itu terjadi pada tanah yang sudah ada sebelumnya
sedangkan suksesi primer biasanya terjadi di tempat yang tidak memiliki tanah. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi suksesi sekunder, seperti interaksi trofik, komposisi awal,
dan kompromi persaingan-kolonisasi.Faktor-faktor yang mengendalikan peningkatan
kelimpahan suatu spesies selama suksesi dapat ditentukan terutama oleh produksi benih dan
penyebaran, iklim mikro; struktur lanskap (ukuran tambalan habitat dan jarak ke sumber
benih luar), kerapatan curah, pH, dan tekstur tanah (pasir dan tanah liat). 

Beberapa Permasalahan Konsep Suksesi :

1. Stabilitas
Konsep klimaks lama menyatakan secara tidak langsung suatu keadaan keseimbangan
dengan lingkungan, terutama yang di anggap penting adalah faktor iklim. Pendekatan ini
adalah lemah ,karena iklim seperti diketahui adalah teratur dan berfluktuasi , terutama di
daerah temperatur. Dengan demikian akan tidak mungkin untuk untuk suatu vegetasi menjadi
benar-benar sesuai dengan keadaan iklim itu, lain halnya dengan situasi di daerah
katulistiwa , perubahan iklim relatif tidak banyak terjadi. dengan demikian konsep ini masih
bisa diterima. Meskipun demikian untuk daerah iklim yang relatif stabil inipun keseimbangan
komunitas klimaks tidaklah absolut sifatnya, masih terjadi perubahan-perubahan komposisi
jenis akibat adanya migrasi atau perubahan anggota populasi. Berdasarkan keadaan ini, akan
lebih realistis untuk menganggap fase klimaks dari suatu komunitas mencapai kestabilan
yang relatif. perubahan-perubahan masih tetap akan terjadi berdasarkan arah tertentu , dalam
hal ini mengikuti arah perubahan iklim. Perbedaan yang penting antara fasa klimaks dengan
fase-fase sebelumnya dalam laju perubahnnya, dalam fasa seral laju perubahan adalah cepat ,
sedangkan dalam fasa klimaks terjadi perubahan minimal.
2. Kemantapan
Kemantapan adalah pusat perhatian pola berfikir konsep lama fasa klimaks. Sangat
sedikit komunitas yang benar-benar terlihat mantap baik struktur maupun komposisi
jenisnya. Mereka berkecenderungan menjadi terbatas atau di batasi oleh kondisi-kondisi
lingkungan yang kurang menunjang,seperti di padang pasir. Komunitas klimaks umumnya
mantap dalam hal strukturnya tetapi tidak dalam komposisi jenisnya. misalnya formasi hutan
seluruh berada di suatu daerah untuk ribuan tahun, tetapi campuran dari pohon-pohon
dominan dan asosiasi ktumbuhan dasarnya akan merubah merefleksikan perubahan iklim.
Beberapa komunitas klimaks jelas-jelas tidak mantap, mengalami perkembangan siklis.
Pohon yang dominan pada suatu komunitas klimaks sering tidak mau melakukan regenerasi
secara langsung di bawah naungan pohon induknya. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang
tercipta tidak cocok untuk anakan pohon tadi. sehingga di bawah naungan pohon dominan
tadi akan tumbuh jenis –jenis pohon lainnya termasuk , mungkin jenis seral. Dengan
demikian akan terjadi perubahan struktur dan kompiosisi dari komunitas klimaks ini, ada
kemungkinan komunitas klimaks akan berubah menjadi bentuk seral kembali. Tetapi kondisi
baru ini akan memungkinkan untuk tumbuhnya anakabn pohon yang dominan pada masa
klimaks tadi  maka terjadilah perubahan siklis dalam perjalanan waktu.
3. Suksesi dan Keteraturan
Apabila pandangan tradisional tentang komunitas klimaks
mempermasalahkan, pertanyaan harus di lanjutkan apakah pendapat bahwa suksesi sebagai
suatu proses teratur yang menbgarah pada suatu bentuk akhir dari komunitas yang dapat di
perkirakan perlu di kaji kembali. Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat
mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung
untuk melawan inovasi baru.

A. Klimaks

Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini


menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini
disebut disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh
dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1961)
mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan
pada pyrix klimaks antara lain: Melastoma polyanthum, Melaleuca leucadendron dan
Macaranga sp. Contohnya di Bukit Pohen, suksesi sekunder pada tahap fallow stage tengah
berjalan, yang ditandai dari dominansikehadiran jenis-jenis seperti Eupatorium
odoratum,Melastoma malabathricum Lantana dan Rubus. Van Steenis, (1972) juga
melaporkan adanya dominasi jenis Eupatorium pada hutan sekunder muda bekas perkebunan
teh di Cibodas. Demikan pula halnya di petak tujuh hutan lindung Kaliurang Yogyakarta
yang bekas terbakar dijumpai pula Eupatorium sebagai dominansi jenis tumbuhan bawahnya
(Sutomo, 2004). Demikian pula Melastoma yang memang kerap dijumpai hidup di lokasi-
lokasi alami yang terganggu karena pembukaan lahan pada ketinggian tempat hingga 3000 m
d.p.l . Selain terna, pada tingkat pohon juga banyak terdapat jenis pohon Homalanthus
giganteus di bekas lahan kebakaran hutan di Bukit Pohen. 
Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum
mencapai klimaks yang diharapkan disebut pra klimaks (pre klimaks).

 TeoriMonoklimaks
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas klimaks
untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa
pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum
vegetasi klimaks yang sama akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan
demikian iklim sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini dipahami
sebagai teori monoklimaks dan diterima secara luas oleh pakar botani pada pertengahan awal
dari abad ini. 
Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyatan bahwa
banyak sekali variasi lokal dalam suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh
Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil.
Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada keyakinan akan waktu yang
panjang, dimana perbedaan-perbedaan local dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan
tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama.
Penamaan-penamaan khusus diberikan untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi
local ini. Istilah ”subklimaks” dipergunakan untuk suatu fasa seral akhir yang berkepanjangan
yang akhirnya akan berkembang juga ke bentuk klimaksnya. Sedangkan istilah ”disklimaks”
dipakai untuk komunitas tumbuhan yang menggantikan bentuk klimaks setelah terjadi
kerusakan.
 TeoriPoliklimaks
Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak
memberikan kemungkinan untuk mengangkat variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan.
Dalam tahun 1939 Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu alternatif
yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk
klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu meliputi tanah  ;drainage ; dan berbagai
faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim, tetapi faktor-faktor lain
hendaknya jangan dipandang sebagai suatu faktor yang bersifat temporal.
Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua
komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap sebagai bentuk klimaks. Teori
poliklimaks ini ternyata pendekatannya tidak bersifat kaku, sehingga dapat diterima
dikalangan pakar secara luas.
Teori poliklimaks menyebutkan bahwa banyak komunitas klimaks yang berbeda dapat
dikenali dalam suatu area tertentu dan klimaks yang demikian itu dikendalikan oleh lengas
dalam tanah, zat hara di dalam tanah, aktivitas makhluk hewan, dan faktor lainnya
Perbedaan mendasar dari teori monoklimaks dan poliklimaks adalah terletak dalam faktor
waktu di dalam pengukuran nisbi. Penganut monoklimaks mengatakan bahwa jika diberi
waktu secukupnya, suatu komunitas tunggal akan berkembang bahkan dapat menguasai
klimaks edafik.

 Teori Potensi Biotik atau Pola Klimaks Hipotesis


Dalam tiga decade terakhir para pakar menyadari bahwa komunitas klimaks tidak
ditentukan oleh hanya satu atau lebih faktor lingkungan yang berinteraksi terhadapnya,
seperti iklim tanah; topografi; dan sebagainya. Dengan demikian sekian banyak bentuk
klimaks akan terjadi sebagai akibat kombinasi dari kondisi-kondisi tadi. Perhatikan konsep
faktor holosinotik atau holismal. Pemikiran ini pertama-tama diformulasikan oleh R.H.
Whittaker pada tahun 1950-an. Ia menekankan bahwa komunitas alami teradaptasi terhadap
seluruh pola dari faktor lingkungan, dan komunitas klimaks itu akan bervariasi secara teratur
meliputi suatu region dan merefleksikan perubahan faktor-faktor (suhu, tanah, bentuk lahan,
dansebagainya), secara gradual.
Klimaks dari setiap daerah merefleksikan potensi perkembangan ekosistem di lokasi
itu. Pemikiran ini dikenal sebagai pola klimaks hipotesis atau teori potensial biotik.
Pendekatan ini sedikit lebih abstrak daripada teori monoklimaks dan poliklimaks. Pendekatan
ini memberi kemungkinan untuk penelaahan yang lebih realistik dari komunitas klimaks.
Pada dewasa ini timbul tantangan-tantangan baru terhadap konsep-konsep klimaks ini.
Berbagai ahli percaya bahwa suksesi berkecendrungan membentuk ekosistem yang kompleks
dan lebih stabil. Tetapi mereka merasakan bahwa karakteristika dari hasil akhir perlu untuk
dikaji kembali. Ini merupakan tantangan untuk kemajuan ekologi, dimana pada dewasa ini
telah masuk dalam kajian yang modern dan tidak terbelenggu dalam pola pemikiran yang
bersifat filosofis serta deskriptif lagi. Sejalan dengan perkembangan dari ekologi umumnya
maka dalam kajian suksesi inipun mengalami perkembangan, dan dapat dibagi dalam dua
perioda pendekatan, yaitu pendekatan secara lama atau tradisional disatu pihak dan
pendekatan yang ditujukan untuk melengkapi atau mengoreksi pendekatan lama berdasarkan
konsep-konsep ekosistem yang mendasarinya di pihak lain. 
 
B. Hubungan suksesi dengan pertanian

Konsep suksesi mempunyai hubungan langsung terhadap berbagai kegiatan
manusia.Yang paling penting adalah dalam bidang pertanian untuk mendapatkan produksi ma
ksimal yang di dasarkan pada pertentangan
-pertentangan yang bersifatekologi.Tanaman peliharaan umunya merupakan tumbuhan yang 
mampu mempergunakankesempatan dalam memanfaatkan lingkungan yang belum stabil, dal
am konsep suksesi dikenal dengan jenis oportunis yang biasanya hidup pada fasa-fasa awal sa
mpai fasa tengahdari sesenya.tumbuhan ini hidup cepat pada daerah yang terbuka, menyuimp
an sebagianhasil produktivitasnya pada struktur-struktur reproduksi seperti biji.Dengan demi
kiandapat di pergunakan sebagai sumber makanan bagi manusia.Beberapa tanaman pertanian 
dapat di kelompokkan dalam jenis-jenis pospionir.misalnya ubi jalar ,mempunyai oragan peni
mbun dalam tanah .ini merupakankarakteristika jenis tumbuhan yang berada pada fasa-fasa a
wal suksesi.kemudianumumnya pohon merupakan karakteristika dari fasa seral tengah,dan m
anusia dapatmemanfaatkannya berupa buahnya atau kayunya.kesemua jenis tanaman ini mem
punyai produktivitas bersih yang tinggi dan hidupnya relative pendek.Selama ekosistem perta
nian menyerupai fasa seral awal,maka kurangstabil.Dengan demikian komunitas yang yang ti
dak stabil ini harus dikelola olehmanusia,secra ekologi di sebut pengelolaan buatan yang bers
ifat non alami. Penegelolaan buatan ini misalnya perumputan,penyemprotan untuk menjaga d
ari hama dan penyakit,,dengan demikian memerlukan sejumlah subsidi energy.Siklus nutrisi 
dari komunitas seral,seperti kegiatan pertanian ,merupakan suiklusyang terbuka,dengan demi
kian kehilangan sejumlah nutrisi yang keluar dari system
merupakan jarak karakteristiknya,akibatnya penambahan sejumlah nutrisi ke dalamsystem ad
alah mutlak di perlukan ,yaitu berupa pemupukan dan masukan materi lainnya.Kegiatan perta
nian memerlukan lahan-lahan baru ,membuka lahan baru ini berartimengembalikan komunita
s ke fasa awal lagi.akibatnya tidak saja kehilangan jenis-jenisyang sudah beradaptasi dengan 
baik terhadap dengan baik terhadap kondisi lingkunganyang ada.tetapi juga menganggu siklu
s nutrisi yang di kembangkan oleh system secaraskala besar,yang akhirnya menganggu kemat
angan dari komunitas tersebut.

Salah satu contoh kasus suksesi negara adalah Republik IndonesiaSuksesi negara pada
Indonesia terjadi pada beberapa wilayah dalam negara tersebut seperti Aceh, Papua, dan
Timor Timur. Aceh merupakan salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia, terletak
di ujung utara Pulau Sumatera dan paling barat dari kepulauan Nusantara. Kerajaan Aceh
berdiri pada tahun 1520-1903, Sultan Ali Mughayat Syah adalah sultan Aceh yang pertama
memimpin Aceh mulai tahun 1520-1530. Wilayah Kerajaan Aceh pada awal kepemimpinan
Sultan Ali Mughayat Syah meliputi daerah Aceh Besar kemudian diperluas dengan
menaklukkan daerah-daerah pelabuhan dagang di pesisir timur Sumatera yang bersebelahan
dengan Selat Malaka seperti Pasai, Daya, dan Pidie.Sedangkan, Papua pada mulanya adalah
bagian dari wilayah administratif Hindia Belanda yang tidak lepaskan setelah Indonesia
merdeka. Belanda sulit melepaskan wilayah Papua dikarenakan potensi alam yang
menunjang untuk mendukung perekonomian Hindia Belanda. Timor Timur merupakan
wilayah jajahan Portugis sejak awal abad ke-16. Revolusi Bunga yang terjadi di Portugis
pada 25 April 1974 menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap kebijakan politik
kolonisasi Portugis di Afrika dan di Timor Timur. Pemerintah Revolusioner mengumumkan
kebijakan hak penentuan nasib sendiri yang akan segera diberikan kepada wilayah jajahan
Portugis..

Produktivitas

Produktivitas di dalam suatu ekosistem dibedakan menjadi 2, yaitu produktivitas primer


dan produktivitas sekunder. Produktivitas primer adalah kecepatan penyimpanan energi
potensial oleh organisme produsen melalui proses fotosintesis dan kemosintesis, dalam
bentuk bahan-bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan pangan. Terdapat dua
kategori produktivitas primer, yaitu:
a. Produktivitas primer kotor (bruto) adalah kecepatan total fotosintesis mencakup pula
bahan organik yang habis dipakai dalam respirasi selama waktu pengukuran. Istilah lain
produktivitas kotor adalah ”fotosintesis total” atau ”asimilasi total”
b. Produktivitas primer bersih (netto) adalah kecepatan penyimpanan bahan-bahan organik
dalam jaringan tumbuhan, sebagai kelebihan bahan dari respirasi pada tumbuhan selama
waktu pengukuran. Produktivitas primer bersih ini juga merupakan produktivitas kasar
dikurangi dengan energi yang digunakan untuk respirasi. Istilah lainnya adalah
”fotosintesis nyata” atau ”asimilasi nyata”.

 Proses-Proses Dasar Produktivitas


Produktivitas primer
bersihditentukanolehperbedaanrelatifdarihasilfotosintesisdenganmateri yang
dimanfaatkandalam proses respirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhiproduksi primer:
a. Proses Fotosintesis
Proses inihanyamemanfaatkansebagiankecilenergicahayayaitusekitar 1-5% yang
diubahmenjadienergikimiadansebagianbesardipantulkankembaliatauberubahmenjadipanas.
Gula yang dihasilkandalamfotosintesisdapatdimanfaatkandalam proses
respirasiuntukmenghasilkan ATP dandapatdikonpersimenjadisenyawaorganik lain seperti
lignin, selulosa, lemak, dan protein. Energicahaya yang dipancarkanmataharikebumi ± 7.000
kkal/m2/haripadamusimpanasataudaerahtropisdalamkeadaantidakmendung. Dari
jumlahtersebut, sebanyak ± 2.735
kkaldapatdimanfaatkansecarapotensialuntukfotosintetisbagitumbuhan. Sekitar 70% energi
yang
tersediaberperandalamperantarapembentukanpemindahanenergisecarafotokhemiskefotosintes
is. Dari total energy tersebut, hanyasekitar 28% diabsorbsikedalambentuk yang
menjadibagiandaripemasukan energy kedalamekosistem. Prinsipnyadibutuhkan minimum 8
Einstein (mol quanta) cahayauntukmenggerakkan 1 molkarbohidrat.
b. Proses Respirasi
Padakondisi optimum kecepatanfotosintesisdapatmencapai 30x
darirespirasiterutamapadatempatterendahcahayamatahari. Umumnyakarbohidrat yang
digunakanantara 10-75% tergantungjenisdanusiatumbuhan.
c. FaktorLingkungan
Faktorlingkunganada 2 yaitufaktoreksternaldanfaktor internal. Faktor internal
meliputistrukturdankomposisikomunitas, jenisdanusiatumbuhan, sertapeneduhan.
Faktoreksternalcahaya, karbohidrat, air, nutrisi, suhu, dantanah.

 Produktivitas Primer dalam Ekosistem Alami


Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energi per satuan luas per satuan waktu
(J/mr/tahun), atau sebagai biomassa (berat) vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem per
satuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Biomassa umumnya dinyatakan sebagai berat
kering bahan organik, karena molekul air tidak mengandung energi yang dapat digunakan,
dan karena kandungan air tumbuhan bervariasi dalam jangka waktu yg singkat. Produktivitas
primer suatu ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof
fotosintetik yg terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman tegakan
(standing crop biomass).
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode
biomassa, metode penandaan  dan metode metabolisme. Penelitian produktivitas di Indonesia
umumnya menggunakan metode penandaan. Produktivitas yang diperoleh dari hasil
pengukuran ini bisa lebih kecil dari produktivitas yang sebenarnya karena tidak
memperhitungkan kehilangan seresah, pengaruh grazing hewan-hewan herbivore yang
memakan tumbuhan

 Gambaran Umum Produktivitas Ekosistem


a. sebagian besar prosentase permukaan bumi berada dalam kategori produktivitas yang
rendah, akibat tidak adanya air seperti padang pasir atau kekurangan hara seperti lautan
dalam.
b. produktivitas lautan pada kenyataannya lebih rendah daripada produktivitas daratan.
Hal ini diakibatkan oleh beberapa penyebab, yang paling tinggi adalah tingginya
prosentase energi yang dipakai dalam respirasi oleh pitoplangton, dan akibat
kekurangan har terutama pada lapisan permukaan air.
c. ekosistem yang paling produktif adalah ekosistem terbuka, memiliki komunikasi yang
intensif terhadap ekosisitem lainnya (adanya masukan). Misalnya estuaria, rawa dan
koral dan kesemuanya, mendapatkan masukan nutrisi dari daerah sekitarnya. Sistem
setengah tertutup dengan siklus nutrisi yang mandiri umumnya kurang produktif.
 Produktivitas dalam pertanian
a. Pemanfaatan rata-rata energimatahariolehekosistemalamiadalahduasampaitujuh kali
rata-rata yang dipakaiolehtananampertanian. Hal inimemilikiimplikasi yang
sangatluas. Berartisemuaatausetengahdaripolaproduksimakanankurangefisien.
Bilaekosistemalamiinidikonversimenjadiekosistempertanianefisiensinyamenurun.
Rata-rata produktivitasbiji-bijianduniasekitar 2 grm/m2/hari,
inimerupakanangkarendahjikadibandingkandenganekosistemalami 
b. Dalambeberapadaerahiklim,sistempetanian yang
memanfaatkanenergisuryasepenuhnyaadalahtanaman yang
selamasetahunpenuhmempunyaipenutupanataukanopi yang rapat.
Dalamhalinipertaniantumpang sari adalahgambaran system pertanian yang efisien.
Jumlahklorofil per unit are adalahtinggi,sehinggaenergilebihbanyak yang
dimanfaatkan.
c. Padakenyataannyasemuaproduktivitas yang
diperkirakanuntukpertanianmemerlukansubsidienergi.
Pertanianmemerlukansubsidienergibahanbakaruntuktraktoratauuntukmengolahtanah,
memberikanpupuk, pestisidadan yang lainnya. Apabila kesemuanya diperhitungkan
maka efisiensi ekosistem sangat rendah.

Analisis vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis (Marsono, 1977).Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan
merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan
habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

A. Metode analisis vegetasi


Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada.
1. Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat
dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa diproduktivitas
primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan
penuain atau berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya
dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu
meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar
materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas
suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus
menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara
floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

2. Metode non Destruktif (Pengukuran yang bersifat tidak merusak)


Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan
penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada taksonominya), dan
pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi atau pendekatan floristika.
a. Metode non-destruktif, non-floristika
Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du
Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang kemudian diekspresikan oleh
Eiten (1968) dan Unesco (1973) dan serau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai
hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan
penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang
pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.
Bentuk Hidup Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam
pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan untuk
menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi
disiplin ilmu yang lainnya. Untuk memahami metode non-floristika ini sebaiknya kita kaji
dasar-dasar pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha
mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan
secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-
dasar tertentu.
b. Metode non destruktif floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai
bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembantuk
masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan
secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaanya ditunjang dengan variabel-
variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi.

B.     Langkah kerja analisis vegetasi


Secara umum langkah kerja Analisis Vegetasi untuk menguraikan komunitas
tumbuhan dibagi atas 2 tahap, yaitu:
1.      Analisis Karakter (Analytical Characters)
Analisis karakter terdiri atas:
a. Analisis kuantitatif, memberikan data komunitas yang berkenaan dengan jumlah
dan ukuran komunitas. Pada analisis kuantitatif ada 3 parameter penting yang diukir dari satu
komunitas:
1.      Kekerapan (frekuensi), berkenaan dengan keseragaman/keteraturan sebaran dari
suatu tumpukan dalam suatu komunitas. Kekerapan digambarkan dengan persentase
kehadiran jenis tersebut dalam petak-petak contoh (plot).

Frekuensi = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis


Jumlah semua petak yang dibuat

FR = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis X 100%


Total frekuensi seluruh jenis
2.      Kerapatan (densitas), merupakan jumlah individu suatu jenis yang terdapat
dalam suatu area contoh.

Densitas = Jumlah individu suatu jenis


Luas area sampel

Densitas Relatif = Jumlah individu suatu jenis X 100%


Total densitas seluruh jenis

3.      Dominansi, merupakan luas tutupan atau penguasaan suatu jenis tumbuhan
terhadap bidang dasar pada suatu komunitas. Dominansi dapat diukur dengan:
a.       Cover (kelindungan atau tutupan tajuk)
Dominansi = luas cover suatu jenis
Luas area sampel

b.      Basal area, luas area dekat permukaan tanah yang dikuasai suatu jenis tumbuhan.
Dominansi = luas basal area suatu jenis X 100%
Total dominansi seluruh jenis

2.      Sintesis Karakter


Sintesis karakter dipakai untuk membedakan antara bebagai komunitas. Namun
diantara parameter itu bila dikombinasikan menampilkan corak yang lebih berguna untuk
perumpunan.

C.    Parameter dalam analisis vegetasi


 Parameter Kuantitatif dalam Analisis Vegetasi
1. Kerapatan (Density)
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak
contoh. Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum
1975) yang umumya dinyatakan sebagai jumlah individu atau biosmasa populasi persatuan
areal atau volume, misal 200 pohon per Ha
2. Dominasi (Tutupan)
Tutupan menyangkut luas tanah yang ditempati oleh bagian tumbuhan di atas tanah
seperti yang tampak dari atas. Tutupan ditasir dari sejumlah contoh dan diberi batasan
sebagai perbandingan bagian (biasanya dinyatkan sebagai persentase) tanah yang ditempati
spesies yang ada.
Mengingat sifat tumpang tindih dari bagian tumbuhan, persentase seluruh tutupan
sering lebih dari 100% untuk menghindari kesalahan ini ada kalanya dipakai tutupan nisbi
yaitu besarnya tutupan suatu spesies sebagai persentase darikeseluruhan luas semua spesies
dan tanah gundul dalam suatu habitat tertentu. Dengan cara ini maka angka keseluruhannya
tidak akan melebihi 100%.
Dominansi dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau
biomassa atau volume.
a.       Kelindungan adalah : proyeksi vertical dari tajuk (canopy) suatu jenis pada area yang
diambil samplingnya,dinyatakan dalam persen luas secara penaksiran. Dapat dinyatakan
berdasar penaksiran dengan kelas.
b.      Luas basal
Satuan ini iasa di gunakan untuk jenis jenis yang berkelompok atau membentuk rumpun
dengan batas yang jelas.
c.       Biomassa
Tumbuhan dipotong diatas tanah dan dikeringkan dalam pengering kemudian di timbang
berat keringnya. Dengan mengukur tinggi masing masing jenis kita dapat mengetahui pula
hubungan tinggi dan beratnya. Cara ini baik unuk memperbandingkan stadia pertumbuhan
gulma.
d.      Volume
Dihitung dengan rata rata luas basal x rata rata tinggi x jumlah suatu jenis

3. Frekuensi (kekerapan)
Kekerapan menyangkut tingkat keseragaman terdapatnya individu suatu spesies di
dalam suatu daerah.Kekerapan diukur dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies dalam
daerah contoh atau luas yang secara idealnya tersebar secara acak di seluruh daerah yang
dikaji.
Karenanya kekkerapan dikatakan sebagai persentase dari seluruh daerah contoh atau
luas yang dipakai yang di dalmnya terdapat spesies tertentu. Misalnya suatu spesies
ditemukan dlam 15 dari 30 contoh. Maka kekerapannya adalah 50 %.
Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm lima kelas
berdasarkan besarnya persentase,yaitu:

• Kelas A dalam Frekuensi 01 –20 %


• Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
• Kelas C dalm frekuensi 41-60%
• Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
• Kelas E dalam frekuensi 81-100%

4. Indek Nilai Penting (importance value Indeks)


Merupakan jumlah nilai nisbi kedua atau ketiga parameter diatas.

b.      Parameter Kualitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan


1.      Fisiognomi
Fisiognomi dalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat di
deskripsikan berdasarkan penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi
tumbuhan, dan warna dari tumbuhan yang tampak dari mata.
2.      Fenologi
Fenologi adalah perwujudan pross pada setiap fase dalam siklus hidupnya.
3.      Periodisitas
Periodisitas adalah kejadian musiman dan berbagai proses dalam kehidupan
tumbuhan.
4.      Stratifikasi
Distribusi tumbuhan dalam ruangan vertical. Semua spesies tetumbuhan dalam
komunitas tidak sama ukuran nya,serta secara vertical tidak menempati ruangan yang sama.
5.      Kelimpahan
Parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relative spesies organisme dalam
komunitas. Kelimpahan pada umumnya berhubungan dengan densitas berdasarkan
penaksiran kualitatif. Menurut penaksiran kualitatif kelimpahan dikelompokkan menjadi
5,yaitu :
a. Sangat jarang
b. Kadang-kadang/jarang
c. Sering /tidak banyak
d. Banyak /berlimpah-limpah
e. Sangat banyak/sangat berlimpah
6.      Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies
organism pada ruang secara horizontal. Penyebaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3
anatara lain: Random, seragam dan berkelompok.
7.      Daya hidup atau vitalitas, tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh
normal, serta kemampuan untuk bereproduksi
8.      Bentuk pertumbuhan, penggolongan tumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya,
habitat atau menurut karakteristik lainya.

Anda mungkin juga menyukai