Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH BIOLOGI LAUT

“Plankton”

Dosen Pengampuh : Endik Deni Nugroho, M.Pd.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

Mardhiyah Noor Arifah (1740603018)


Mitha Purnama Sari (1740603054)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini
bejudul “Plankton” yang dibuat untuk memenuhi tugas kami dalam mata kuliah Biologi
Laut.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun agar
kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Tarakan, 11 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Pengertian Plankton .................................................................................. 3


B. Klasifikasi Plankton .................................................................................. 4
C. Migrasi Plankton..................................................................................... 16
D. Adaptasi Plankton ................................................................................... 18
E. Peran Dan Manfaat Plankton .................................................................. 21

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 23

A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Saran .......................................................................................................... 23

Daftar pustaka ........................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laut merupakan tempat hidup atau habitat dari berbagai macam biota, mulai
dari organisme bersel satu hingga organisme yang berukuran sangat besar. Terdapat
ratusan ribu biota laut yang telah diketahui dan laut masih menyimpan misteri akan
keanekaragaman biotanya. Biota laut saling berinteraksi dan membentuk suatu
ekosistem khusus. (Romimohtarto &Juwana, 2007)

Pada umumnya biota laut dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu, plankton,
nekton dan bentos. Pengelompokan ini tidak berkaitan dengan jenis dan klasifikasi
ilmiah. Melainkan pengelompokan ini berdasarkan pada kebiasaaan hidup mereka
secara umum, seperti gerakan saat berjalan, pola hidupnya, serta persebarannya di
perairan laut menurut ekologi. (Nybakken. 1988)

Plankton merupakan organisme yang hidup di air baik air tawar hingga air
laut, dan bergerak mengunakan arus air saja. Ukuran plankton bervariasi namun
lebih di dominansi oleh plankton berukuran mikroskopis. Ukuran yang kecil pada
plankton sangat menguntungkan, hal ini merupakan adaptasinya dalam kehidupan di
air dengan mengecilkan ukuran daya apung. (Nontji, 2008)

Plankton merupakan biota laut yang berjumlah sangat banyak dan beraneka
ragam serta yang terpadat di laut. Plankton memiliki peranan yang penting dalam
ekosistem dan rantai makanan di laut. Fitoplankton yang menyerupai tumbuhan
yang merupa kan produsen utama di laut yang menjadi dasar dari rantai makanan.
Dan zooplankton merupakan konsumen primer utama yang menjadi makanan bagi
berbagai biota laut. Paus biru yang terkenal sebagai hewan terbesar menjadikan
zooplankton sebagai makanan utamanya. Tanpa adanya plankton maka tidak
terdapat keseimbangan pada rantai akanan di laut hingga dapat menyebabkan

1
ketidakseimbangan dalam ekosistem. Karena hal tersebut maka plankton merupakan
tumpuan bagi seluruh organisme yang hidup dilaut. (Nybakken. 1988)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian plankton?
2. Bagaimana klasifikasi plankton?
3. Bagaimana migrasi plankton?
4. Bagaimana adaptasi plankton?
5. Apa peran dan manfaat plankton?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian plankton
2. Menjelaskan klasifikasi plankton
3. Menjelaskan migrasi plankton
4. Menjelaskan adaptasi plankton
5. Menjelaskan peran dan manfaat plankton

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Plankton

Plankton adalah organisme yang hidup di perairan baik hewan maupun


tumbuhan hidup secara mengapung, menghanyut atau berenang dengan sangat
lemah, dan terbawa arus air laut. Plankton hidup di zonasi mintakat pelagik dengan
tidak dapat melawan arus air. Istilah “plankton” diperkenalkan oleh Victor Hensen
pada tahun 1887. Plankton berasal dari bahasa yunani yaitu “Planktos”, yang berarti
menghanyut atau mengembara. (Nontji, 2008)
Plankton berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang mempunyai
kemampuan aktif untuk berenang sendiri, tanpa bergantung pada arus air laut,
contohnya seperti ikan, cumi-cumi, paus dan biota laut lainnya. Plankton juga
berbeda dengan bentos yang merupakan biota yang hidup melekat, menancap dan
merayap, atau membuat lubang di dasar laut, seperti kerang, teripang, bintang lait
dan karang. (Nontji, 2008)
Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut ultra
plankton berukuran kurang dari 0,005 mm (5 mikron) sampai nanoplankton yang
berukuran 60-70 mikron. Nanplankton juga sering disebut plankton sentrifus hal ini
disebabkan apabila ingin mengambil sampel nano plankton maka air laut perlu
diendapkan beberapa waktu untuk kemudian diambil endapannya dan diambil
menggunakan sentrifugasi. Selain itu terdapat pula mikroplankton atau netplankton,
jenis ini memiliki ukuran beberapa millimeter. Dan plankton berukuran besar
disebut makroplankton yang berukuran hingga beberapa centimeter.
(Romimohtarto &Juwana, 2007)
Berdasarkan daur hidupnya plankton terbagi menjadi 2 kelompok yaitu
holozoik dan meroplankton. Golongan holoplankton merupakan organisme yang
seluruh daur hidupnya bersifat planktonik atau akan menjadi plankton semasa

3
hidupnya. Kemudian meroplankton merupakan organisme – organisme akuatik
yang hanya sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik. Organisme yang
termasuk dalam golongan meroplankton yaitu berbagai larva hewan laut yang pada
stadium dewasa hidup sebagai bentos atau nekton. (Nybakken. 1988)

Plankton dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu fitoplankton (plankton


yang menyerupai tumbuhan) dan zooplankton (plankton yang menyerupai hewan).
Kelimpahan dan penyebaran serta varietas plankton di laut selain dipengaruhi oleh
nutrien juga kondisi fisik perairan seperti penetrasi cahaya, suhu, salinitas dan arus
permukaan. (Nybakken. 1988)

B. Klasifikasi Plankton
a. Klasifikasi berdasarkan ukuran

Ukuran plankton sangat beranekaragam, dari ukuran yang kecil sampai


yang besar. Pada dasarnya plankton dalam tiga katagori berdasarkan ukurannya,
yaitu: (Nontji, 2008)

Plankton jarring (net plankton) : plankton yang dapat tertangkap dengan


jarring dengan mata jarring (mesh size ) berukuran 20µm atau dengan kata lain
plankton berukuran lebih besar dari 20µm.
Nanoplankton : plankton yang lolos dari jarring, tetapi lebih besar dari 2 µm
atau berukuran 2-20 µm.
Ultrananoplankton : plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 µm.

Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah –
milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan
ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh
sierubuth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang. (Nontji, 2008)

a. Megaplankton (20-200 cm)

4
Yang termasuk dalam golongan ini yaitu ubur-ubur Schyphomedusa,
misalnya bisa mempunyai ukuran diameter payungnya sampai lebih dari
satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter
panjangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-
ubur Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan
dengan panjang tentakel 30 m lebih.
b. Makroplankton (2-20 cm)
Contohnya adalah eufausit, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula
termasuk dalam golongan ini.
c. Mesoplankton (0,2-20 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti
copepod, amfipod, ostakod, kaetognat,. Ada juga beberapa fitoplankton yang
berukuran besar dalam golongan ini seperti Noctiluca.
d. Mikroplankton (20-200 µm)
Fitoplankton adalah yang paling umum ditemukan yang termasuk dalam
golongan ini, sepeti diatom dan dinoflagelata.
e. Nanoplankton (2-20 µm)
Kelompok ini terlalu kecil untuk dapat ditangkap dengan jarring
plankton, misalnya kokolitororid. Dan berbagai mikroflagelata.
f. Picoplankton (0,2-2 µm)
Umum bakteri termasuk dalam golongan ini, termasuk sianobakteri yang
baik membentuk filament seperti Synechococcus.
g. Femtoplankton (lebih kecil dari 0,2 µm)
Termasuk dalam golongan ini adalah virus laut (marine virus), yang
disebut juga sebagai virioplankton

b. Klasifikasi berdasarkan fungsi


1. Fitoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, tumbuh- tumbuhan air
yang memiliki ukuran yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata

5
dan hidup di melayang diair dan Sebagaian fitoplatan bersel satu.
Fitoplankton memiliki peran penting dalam ekosistem perairan yaitu
sebagai produsen utama (primary producer) serta salah satu parameter
tingkat kesuburan suatu peairan. Fitoplankton juga dapat mengubah zat
anorganik menjadi organic dan mengoksidasi air serta fitoplanton
habitatnya ditemukan pada zona eufotik. Dimana zona eufotik ini
merupakan tempat kedalaman tertentu yang dapat ditembus oleh matahari
yang bisa tempat tumbuhan melakukan fotosintesis. (Nontji, 2008)
Fitoplankton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Diatom

Gambar 1 Diatom

Diatom merupakan produsen primer terbanyak di perairan


laut. Diatom terdapat di berbagai laut dan melimpah di daerah
permukaan intesitas cahaya yang cukup serta memiliki kekayaan
unsur haranya. (Saribu,2017)
Diatom mudah dibedakan dari dinoflagelata karena diatom
hidup dalam suatu kotak gelas yang unik dan tidak memiliki alat –
alat gerak. Bagian hidup diatom terdapat dalam kotak ini kotak
tersebut terbuat dari silicon dioksida, yaitu bahan utama pembutatan
gelas, berhiasan lubang-lubang besar jecil dengan pola-pola yang
khas menurut spesies atom. Ada diatom yang hidupnya tunggal, tiap
atom terdiri dari satu kotak, dan adapula yang membentuk rantai
yang terdiri dari berbagai spesies diatom, sehingga menambahkan
keindahan hiasan pada setiap kotak. (Nurlaelatum, 2017)

6
b. Dinoflagelata

Gambar 2 Dinoflagelata
Dinoflagelata dicirikan oleh sepasang flagel yang digunakan
untuk bergerak dalam air. Dinoflagelata tidak memiliki kerangka luar
yang yang terbuat dari silikon, tetapi sering memiliki suatu “baju
zirah” berupa lempeng-lempeng selulosa yaitu suatu karbohidrat.
Pada umumnya dinoflagelata berukuran kecil, hidup tunggal, dan
jarang membentuk rantai . sama halnya dengan diatom, dinoflagelata
berkembang biak melalui proses pembelahan .dinoflagelata juga
mampu menghasilkan bermacam zat racun yang dilepaskan ke dalam
laut. Zat racun yang dilepaskan ini akan dapat mempengaruhi
organisme-organisme lainnya yang ada dilaut dan dapat
menyebabkan kematian masal. (Nybakken. 1988)
2. Zooplankton
Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani.
Zooplankton hidupnya mengapung atau melayang dipermukaan air serta
dapat bergerak dengan cara berenang. Pengerakannnya zooplankton inipun
terbatas sehingga hanya ditentukan oleh arus yang membawanya. (Nontji,
2008)
Zooplankton bersifat heterotrofik, dimana ia tidak mampu mengubah
bahan organik dari anorganik. Oleh sebab itu untuk kelangsungan hidupnya
ia sangat bergantung pada bahan organic dari fitoplanton yang menjadi
makananya. Jadi zooplankton ini yang berfungsi sebagai konsumen bahan
organik. Zooplankton ada yang hidup dipermukaan dan ada pula yang hidup

7
di perairan dalam serta ada juga yang melakukan migrasi vertikal harian dari
lapisan dalam kepermukaan. (Nontji, 2008)
Meroplankton yaitu hewan yang hidup sebagai plankton hanya pada
tahapan siklus tertentu, seperti larva atau juvenil dari Crustacea,
Coelenterata, Molusca, Annelida dan Echinodermata. (Putra, 2015)
Arinardi (1994) mengatakan bahwa beberapa filum hewan terwakili
di dalam kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari beberapa filum
hewan antara lain : filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida,
Crustacea, Mollusca, Echinodermata, Chaetognatha dan Chordata. (Diah
Afsari, 2012)

1. Protozoa

Gambar 3 Protozoa
Di antara zooplankton yang holoplanktonik, jumlah individu dari
filum Protozoa sangat besar. Protozoa lautan ini didominasi oleh ordo
Foraminiferida dan ordo Radiolaria. Para anggota kedua ordo ini
semuanya organisme-organisme monoselular berkerangka. Kerangka
foraminiferida terdiri dari kalsium karbonat, sedangkan kerangka
radiolaria terdiri dari gelas (SiO2). Radiolaria hanya terdapat di laut,
sedangkan foraminiferida hanya sebagian yang hidup di laut. Para
anggota kedua ordo ini demikian melimpahinya dan penyebarannya pun
sangat luas, sehingga kerangka mereka yang mengendap di dasar
perairan-perairan bahari yang dalam membentuk lapisan-lapisan lumpur
globigerina dan radiolaria yang tebal. (Nybakken. 1988)

8
2. Cnidaria

Gambar 4 Cnidaria
Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah
berbagai ubur-ubur dari klas Hydrozoa dan Scyphozoa, serta koloni-
koloni yang kompleks dan aneh yang dikenal dengan nama sifonofora.
Ubur-ubur dari klas Scyphozoa merupakan organisme plankton tersebar
dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar. (Nybakken. 1988)
3. Ctenophora

Gambar 5 Ctenophora
Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan
Cnidaria sebagian besar bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah
karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakel - tentakel
yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untukbergerak
dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang besar yang disebut
stenes. Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak adanya sel
penyengat (nematocysts) pada Ctenophora tetapi memiliki sel pelengket
yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya
(Nybakken. 1988)
4. Annelida

Gambar 6 Annelida

9
Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di
laut. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai
yang subur. Larva- larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru
keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai
tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan
detritus yang halus. (Diah Afsari, 2012)
Terdapat pula holoplankton dari filum annelida seperti cacing
polikaeta dari family Tomoptoridae dan Alciopidae. Plankton jenis ini
memiliki habitat di perairan dalam. (Nybakken. 1988)
5. Arthropoda

Gambar 7 Arthropoda
Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar zooplankton adalah
anggota filum arthropoda. Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea
yang hidup sebagai plankton dan merupakan zooplankton terpenting bagi
ikan di perairan air tawar maupun air laut.
Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri
dari kitin atau kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi menjadi
2 golongan: Entomostracea (udang-udangan tingkat rendah) dan
Malacostracea (udang-udangan tingkat tinggi). Sebagian besar dari larva
Malacostracea merupakan meroplankton. Entomostracea tidak
mempunyai stadium zoea seperti halnya Malocostracea. Entomostracea
yang merupakan zooplankton ialah Cladocera, Ostracoda dan Copepoda,
sedangkan dari Malacostracea hanya Mycidacea (mysid) dan
Euphausiacea (Eufausid) yang merupakan zooplankton kasar atau
makrozooplankton (Diah Afsari, 2012)

10
Salah satu sub kelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah
Copepoda. Kopepoda yaitu krustasea holoplaktonik berukuran kecil
yang mendominasi zooplankton di semua laut dan Sumatra. Copepoda
mendominasiekosistem perairan, dengan populasi dapat mencapai 70 –
90%. (Diah Afsari, 2012)
Pada umumnya kopepoda hidup bebas yang berukuran kecil ,
panjang. Gerakan-gerakan renangnya lemah, menggunakan kaki-kaki
torakal, dengan ciri khas gerakan kaki yang tersentak-sentak. Antenanya
yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya dan
kebnyakan kopepoda memiliki bentuk tubuh yang khas sehingga mudah
dikenal. Kopepoda memakan fitoplakton dengan cara menyaringnya
melalui rambut-rambut (sitae) halus yang tumbuh di apendiks tertentu
yang mengelilingi mulut (maxillae), atau dengan langsung menangkap
fitoplakton dengan apendiksnya. (Nybakken. 1988)
6. Molusca

Gambar 8 Molusca
Filum Moluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang
lambat. Namun, terdapat pula bermacam moluska yang telah mengalami
adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Moluska
planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah pteropoda
dan heteropoda. Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan
siput dan termasuk kelas Gastropoda. Salah satu jenis spesies unik dari
plankton pada filum molusca adalah janthina. (Nybakken. 1988)
7. Echinodermata

11
Gambar 9 Molusca
Filum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang
termasuk meroplankton. Genus echinodermata yang larvanya merupakan
meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada
pada waktunya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-
fauna (Diah Afsari 2012)
8. Chaetognatha

Gambar 10 Chaetognatha
Chaetognatha merupakan filum yang seluruh jenis hewannya
hidup di laut. Nama chateognat berasal dari bahasa yunani kuno
“Chaete” yang berarti bulu kaku, dan “gnathos” yang berarti rahang.
Jadi dapat disumpulkan bahwa hewan yang memiliki rahang berbulu
kaku. (Nontji, 2008)
Chaetognatha terkenal dengan julukan “cacing panah” dan
merupakan anggota plankton paling banyak dari seluruh dunia.
Semuanya merupakan predator rakus, baik terhadap koppepoda maupun
organisme planktonik lainnya. (Nybakken. 1988)
9. Chordata

Gambar 11 Chordata

12
Para anggota filum ini yang planktonik termasuk dalam kelas
Thaliacea dan larvacea, berbentuk seperti agar-agar dan makan dengan
cara menyaring makanan dari air laut. Larvacea membangun rumah di
sekelilingnya dan memompa air melalui alat penyaring di dalam rumah
untuk memperoleh makanan. (Nybakken. 1988)

c. Klasifikasi berdasarkan daur hidup


1. Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga
dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini.
Contohnya copepod, ampifod, salpa, kaetagnat. Fitoplankton juga
umumnya merupakan adalah holoplankton. (Nontji, 2008)
2. Meroplankton
Plankton golongan ini menjalani kehidupannya sebagai
plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni
pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan
berubah menjadi nekton yakni hewan yang dapat aktif berenang
bebas atau, sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di
dasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut plankton
sementara. (Nontji, 2008)
Pada umumnya ikan menjalani hidupnya sebagai plankton
ketika masih dalam tahap telur dan larva kemudian menjaid nekton
setelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang (coral) adalah
contoh hewan yang awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur
hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai
bentos yang hidup melekat atau menancap di dasar laut. (Nontji,
2008)
Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya
mempunyai bentuk yang berbeda dari bentuk dari bentuk dewasanya.

13
Larva krustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan yang bertingkat – tingkat dengan bentuk yang
sedikitpun tidak menunjukan persamaan dengan bentuk dewasanya.
Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting
dalam kaitannya dengan upaya budi daya udang, krustacea, molusca,
dan ikan. (Nontji, 2008)

d. Klasifikasi berdasarkan zonasi vertikal

Plankton hidup di laut mulai dari lapisan permukaan hingga


kedalaman laut yang gelap. Penyebaran fitoplankton lebih merata
dibandingkan dengan penyebaran zooplankton. Zooplankton bermigrasi
ke arah horizontal dan vertikal mengikuti kelompok fitoplankton. Jika
sudah mencapai tingkat kepadatan tertentu perkembangan zooplankton
akan berkurang dan memberi kesempatan pada fitoplankton untuk
tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsetrasi yang
tinggi. (Nontji, 2008)
Namun fitoplanton hanya merata pada bagian permukaan yang
terkena cahaya matahari (secara horizontal). Fitoplankton kurang dapat
di temukan di kedalaman yg tidak terjangkau matahari (secara vertikal).
Berdasarkan kedalaman laut mempengaruhi jenis atau spesies plankton
yang hidup menjadi 3 bagian. (Nontji, 2008)
1. Epiplankton
Epiplankton merupakan plankton yang hidup di lapisan
permukaan sampai kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut ini
termasuk mintakat oseanik zona epipelagik. Lapisan laut ini terletak
paling atas hingga permukaan air, hal ini membuat sinar matahari
mudah untuk menembus masuk. (Nontji, 2008)
Terdapat kelompok epiplankton yang hidup di lapisan yang
langsung berbatasan dengan udara yang disebut neuston. Contoh dari

14
kelompok neuston adalah Trichodesmium. Yang merupakan
sianobakteri berantai panjang yang dapat hidup di permukaan dan
mempunyai keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari
udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10 cm dari
permukaan laut disebut hiponeuston. (Nontji, 2008)
Dari kelompok neuston ini terdapat pula jenis plankton yang
mengambang di permukaan dengan sebagian tubuhnya di dalam air
dan sebagian lainnya timbul di udara yang disebut pleuston. Contoh
pleuston adalah ubur – ubur api (Physalia physalis) yang diberi
julukan Portuguese man of war. Bagian atasnya mengelembung
keluar dari permukaan bagaikan layar yang dapat ditiup angin yang
menghanyutkan plankton tersebut. Plankton Physalia physalis
disebut ubur – ubur api karena bila tersentuh akan dapat menyengat
kulit hingga melebuh seperti terbakar api. Selain ubur – ubur lapi
terdapat pula spesies lain yang termasuk kelompok pleuston yakni
Janthina yang merupakan keong laut yang hidup menggantung di
lapisan permukaan dengan busa yang dihasilkan bagaikan
pelampung. (Nontji, 2008)
2. Mesoplankton
Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah,
pada kedalaman sekitar 100-400 m di bawah permukaan laut.
Lapisan laut ini termasuk mintakat oseanik zona mesopelagik. Pada
lapisan ini intensitas cahaya matahari lebih rendah dari zona
epipelagic, Kondisi lingkungan cenderung redup hingga gelap. Oleh
sebab itu pada lapian ini fitoplankton sulit dijumpai karena
kurangnya cahaya matahari yang masuk menyebabkan fitoplankton
kesulitan untuk melakukan fotosintesis. Pada umumnya lapisan ini di
dominansi oleh zooplankton. Kelompok kopepoda (jenis crustacean
kecil) misalnya Eucheuta marina. Terdapat pula kelompok eufausid
misalnya (Thysanopoda, Euphausia, Thysanoessa, Nematoscelis).

15
Namun kelompok ini juga dapat melakukan migrasi ke lapisan
atasnya. (Nontji, 2008)
3. Hipoplankton
Hipoplankton adalah plankton yang hidup di kedalaman lebih
dari 400 m. termasuk dalam kelompok ini adalah Batiplankton
(Bathyplankton) yang hidup pada kedalaman >600 m yang termasuk
pada zona batipelagik , dan Abisoplankton (Abyssoplankton) yang
hidup di lapisan yang paling dalam sampai 3000-4000 meter yang
termasuk pada zona abisopelagik. Sebagai contoh, dari kelompok
eufausid, Bentheuphausia ambylops,dan Thysanopoda adalah jenis
tipikal laut dalam yang menghuni perairan pada kedalaman lebih dari
1500 m. Kelompok kaetognat Eukrohnia hamata,dan Eukrohnia
bathypelagica yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 m.
(Nontji, 2008)

C. Migrasi Plankton
Migrasi merupakan perpindahan sekelompok hewan dari satu lokasi ke
lokasi yang lain. Pada umumnya hewan bermigrasi dipicu oleh tiga dorongan utama
yaitu reproduksi, makanan, dan bertahan hidup (Survival). Zooplankton juga
mengalami migrasi yang dinamakan migrasi vertika zooplankton, dalam setiap hari
diperkirankan sekitar satu miliar ton zooplankton bermigari. (Nontji, 2008)
Migrasi vertikal sebenarnya dapat dibagi menjadi migrasi vertikal harian
(diel vertikal migration), migrasi vertikal musiman (seasonal vertikal migration).,
migrasi vertikal ontogenetik (ontogenetic vertikal migration) yang bergantung pada
tahap pertumbuhan jenis. migrasi vertikal harian merupakan migrasi yang dilakukan
zooplankton setiap hari pada malam hari. Migrasi vertikal musiman merupakan
migrasi yang dilakukan zooplankton pada musim tertentu terganutung makanan
(fitoplankton) atau kondisi lingkungan tertentu. Migrasi vertikal ontogenetik
merupakan migrasi yang terjadi pada siklus hidup tertentu pada kedalaman tertentu.

16
Namun yang paling umum adalah migrasi vertikal harian, dimana
zooplankton bergerak naik menjelang malam hari dan bergerak turun pada dini hari.
Jarak vertikal yang ditempuh dalam migrasi vertikal bervariasi antar jenis,
meskipun para ahli memperkirakan jaraknya tidak lebih dari 1700 m. hampir
seluruh filum hewan yang mempunyai representasi dalam zooplankton melakukan
migrasi harian, seperti kaetognat, copepod, misid, amfipod, dan lainnya. (Nontji,
2008)
Sejak awal ilmuan mempelajari plankton pada akhir abad – 19, orang sudah
menduga adanya migrasi vertikal ini pada zooplankton. Hal ini didasarkan pada saat
ilmuan tersebut mengambil contoh sampel zooplankton pada malam hari hasilnya
biasanya lebih besar daripada pengambilan contoh sampel pada siang hari. Salah
satu contoh klasik pola migrasi vertikal zooplankton yang terjadi pada jenis Calanus
finmerchicus diperairan Sconland. (Nontji, 2008)
Pada umumnya dapat dijelaskan bahwa migrasi vertikal itu disebabkan oleh
faktor internal (endogenous) dan faktor eksternal (eksogenous). Faktor internal
misalnya dengan adanya jam biologi (biological clock) yang secara otomatis
mengatur irama kegiatan harian tiap individu faktor eksternal di tentukan oleh
perubahan kondisi lingkungan, antara lain karena faktor cahaya, suhu, salinitas,
kandungan oksigen, tekanan hidrostatik, dan keterseidaan pakan. Diantara seluruh
faktor maka yang paling dominan adalah cahaya. Terdapat beberapa hipotesis
mengenai faktor yang mendukung migrasi zooplankton yaitu : (Nontji, 2008)
Hipotesis isolume (isolume hypothesis), yang menerangkan bahwa
zooplankton bergerak mengikuti kedalaman yang mempunyai intensitas cahaya
yang paling cocok untuknya. Jadi menjelang senja, ketika penetrasi cahaya matahari
ke dalam laut mulai berkurang, zooplankton pun mulai bergerak ke permukaan.
Sebaliknya. Menjelang subuh, ketika cahaya matahari mulai akan bersinar,
zooplankton akan bergerak turun.
Hipotesis laju perubahan (rate of change hypothesis) yang menerangkan
bahwa zooplankton tidak mengikuti intensitas cahaya absolut, tetapi merespon laju

17
perubahan cahaya. Saat – saat menjelang senja dan menjelang subuh adalah saat
laju perubahan cahya terjadi dengan sangat.
Hipotesis mengenai ketersediaan pakan didasarkan pada asumsi bahwa
zooplankton akan berhimpun di tempat yang mempunyai ketersediaan pakan yang
tinggi. Ada pula yang melihat bahwa semua faktor – faktor itu berpengaruh secara
serentak, tidak sendiri – sendiri. Oleh sebab itu, penjelasan mengenai migrasi
vertikal ini harus dilihat sebagai kombinasi semua faktor lingkungan tersebut.
Penelitian mengenai distribusi dan pola migrasi vertikal pada zooplankton
Indonesia telah dipelajari pula dalam Ekspedisi Sriellius II (kerjasama Indonesia –
belanda) di laut banda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 1984 saat
terjadinya upwelling (air naik), dan bulan februari-maret 1985 saat downwelling (air
tenggelam). Beberapa jenis copepod mempunya pola migrasi vertika yang berbeda.
Copepod Calanoides philippinensis, yang merupakan jenis indikator (indikator
species). Untuk perairan upwelling, mengadakan migrasi ontogenetic dan musiman
antara permukaan dan lapisan lebih dalam dari 500m. beberapa jenis copepod
lainnya, seperti Rhyncalanus nasutus, Eucalanus mucronatus, dan Pleuremamma
abdominalis melakukan migrasi vertikal harian, merambat naik keatas saat senja,
dan mulai turun ke lapisan lebih dalam setelah malam hari. Ekspedisi ini juga
mendapatkan bukti bahwa migrasi vertikal tidak hanya terjadi pada holoplankton
seperti copepod, tetapi juga pada berbagai larva ikan dan mikro nekton. (Nontji,
2008)
D. Adaptasi Plankton
Plankton hidup mengapung atau melayang dalam laut. Tentu diperlukan
strategi sehingga tidak mudah tenggelam. Melawan gravitasi atau daya tenggelam
merupakan kunci untuk survival bagi plankton. (Nontji, 2008)
Sebagai makhluk hidup, semua plankton terdiri dari sel yang mengandung
bagian yang hidup bernama protoplasma. Protoplasma hidup mempunyai berat jenis
yang sedikit lebih tinggi daripada air murni, tetapi hampir sama dengan berat jenis
air laut, berkisar 1,02 – 1,05. Apabila suatu jenis fitoplankton dicirikan mempunyai
dinding sel pelindung maka berat jenisnya akan bertambah, dan karenanya akan

18
tenggelam. Untuk melawan gravitasi atau daya tenggelam ini ternyata berlaku
ketentuan umu bahwa makin besar luas permukaan suatu benda maka akan akn
makin besar pula tahanan gesekannya (Frictional resistance) terhadap air. Maikn
besar tahanan gesekannya akan semakin besar pula tahanannya untuk tenggelam.
Dapat disimpulkan bahwa plankton dengan ukuran yang kecil dapat lebih mudah
untuk mengapung, semaikn kecil ukurannya maka semakin tinggi daya apungnya
(buoyancy). Itulah sebabnya plankton yang harus hidup mengapung atau melayang
umumnya berukuran kecil. Apabila ada plankton yang berukuran besar seperti pada
ubur – ubur, strateginya adalah dengan mengandung air yang banyak dengan berat
jenis yang sama dengan air sekitarnya. Kandungan air pada ubur – ubur bisa lebih
dari 95%. (Nontji, 2008)
Untuk melawan gravitasi, atau menignkatkan daya apung, maka plankton
mempunyai berbagai adaptasi morfologis. Adaptasi ini pada plankton diatom ada
beberapa tipe: (Nontji, 2008)
1. Tipe kantong

Gambar 12 Coscinodiscus
Tipe kantong yakni berukuran relative besar dengan kandungan cairan
yang ringan dalam selnya. Contohnya adalah coscinodiscus. Terdapat pula yang
berbentuk cakram seperti Planktoniella.
2. Tipe jarum

Gambar 13 Rhizosolenia

19
Tipe jarum atau rambut, berbentuk ramping atau memanjang seperti
pada Rhizosolenia dan Thallasiothrix.
3. Tipe pita

Gambar 14 Nitzschia seriata


Sel – selnya melebar pipih, saling bertautan membentuk pita. Yang
terdapat pada Nitzschia seriata
4. Tipe bercabang

Gambar 15 Chaeostoceros
Bercabang banyak dan membentuk rantai spiral untuk menghambat
daya tenggelam seperti yang terdapat pada Chaetoceros dan Corethron

Selain adaptasi morfologi, fitoplankton diatom, juga dapat mengandung


minyak (fatty oils) yang ringan di dalam selnya, hingga akan mengurangi berat
jenisnya, atau menambah daya apungnya. (Nontji, 2008)
Zooplankton umumnya mempunyai kemampuan bergerak atau berenang
meskipus terbatas. Zooplankton seperti copepod dan eufausid dilengkapi dengan
umbai – umbai yang digunakan sebagai kaki renang. Dengan kemampuan itu
mereka dapat melakukan gerakan migrasi vertikal. (Nontji, 2008)
Ada jenis Vellella yang mempunyai gelembung yang membuatnya dapat
terapung di permukaan. Ada yang mempunyai bentuk seperti payung misalnya
banyak terdapat pada ubur – ubur, yang dalam tubuhnya juga terdapat banyak air
yang membantu daya apungnya (Nontji, 2008)

20
Ada faktor lingkungan yang juga ikut mempengaruhi daya apung plankton,
yakni viskositas atau kekentalanair laut, yang bergantung dari suhu dan salinitas
(kadar garam). Makin tinggi suhu air atau makin rendah salinitas akan
menyebabkan viskositas menurun, dan menyebabkan plankton lebih mudah
tenggelam. (Nontji, 2008)

E. Peran Dan Manfaat Plankton


a. Peran plankton pada ekosistem laut
Plankton merupakan komponen penting dalam kehidupan akuatik karena
fungsi biologisnya yang penting sebagai mata rantai paling dasar dalam rantai
makanan dan merupakan organisme yang menduduki kunci utama di dalam
ekosistem bahari. (Setyadji & Priatna)
Fitoplankton dengan proses fotosintesisnya bertindak sebagai produsen
primer (utama) terbesar di laut karena merupakan biota awal yang menyerap
energi sinar matahari. Sedangkan zooplankton berperan sebagai konsumen
primer, sehingga menjadi penghubung antara fitoplankton dengan biota yang
lebih tinggi pada tingkat rantai makanan, seperti ikan kecil atau anak ikan.
Keberadaan plankton dalam perairan juga mencerminkan kesuburan perairan,
sehingga dapat menggambarkan tingkat produktivitas perairan tersebut.
(Setyadji. & Priatna)
b. Manfaat Plankton
1. Fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan dengan
mengetahui keseragaman jenis atau heterogenitasnya. Komunitas dikatakan
memiliki kualitas air yang baik jika kelimpahan serta keragaman jenis
tinggi. Maka sebalikny apabila kualitas air tidak baik, kelimpahan serta
keragaman jenis nya rendah. Selain itu plankton juga dapat menyerap dan
mengakumulasi bahan pencemar. (Nontji, 2008)
2. Fitoplankton pada jumlah tertentu dapat menyuburkan ekosistem di
sekitarnya. Seperti tumbuhan hijau yang lain yang memiliki klorofil,

21
fitoplankton membuat ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan
anorganik sederhana serta melakukan fotosintesis. (Nontji, 2008)
3. Fitoplankton sebagai sumber daya pakan dalam budidaya ikan (kolam atau
tambak) (Nontji, 2008)
4. Plankton sebagai obat. Berbagai jenis plankton merupakan bahan dasar
untuk memproduksi obat – obatan. Salahsatu alas an terjadinya pemburuan
plankton krill (zooplankton eufausid) di samudra selatan adalah untuk
memenuhi meningkatnya permintaan bahan baku untuk obat – obatan.
Plankton ubur – ubur jenis tertentu dipercaya dapat menjadi obat untuk
artritis, hipertensi dan nyeri punggung contoh lainnya adalah adalah
spirulina yang digunakan dalam bidang kecantikan.. (Nontji, 2008)

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Plankton adalah organisme yang hidup di perairan baik hewan maupun
tumbuhan hidup secara mengapung, menghanyut atau berenang dengan sangat
lemah, dan terbawa arus air laut. Plankton hidup di zonasi mintakat pelagik
dengan tidak dapat melawan arus air.
2. Klasifikasi plankton terbagi menjadi 4 yaitu berdasarkan ukuran, berdasarkan
fungsi, berdasarkan daur hidup, berdasarkan zonasi vertikal.
3. Migrasi plankton terbagi menjadi 3 migrasi vertikal harian, migrasi vertical
musiman, migrasi vertikan ontogenetik.
4. Adaptasi merupakan kemampuan plankton dapat mengapung hal ini disebabkan
karena ukurannya yang kecil sehingga mengurangi gaya gesek dengan air,
bentuk morfologinya yang mendukung, adanya cairan lemak, adanya gelembung
udara serta faktor luar seperti viskositas dan salinitas air.
5. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer (utama) dan zooplankton
berperan sebagai konsumen primer. Manfaat Plankton yaitu sebagai indikator
kualitas lingkungan, menyuburkan ekosistem di sekitarnya. sumber daya pakan
dalam budidaya ikan (kolam atau tambak), sebagai obat.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyaknya
kekurangan yang terdapat di dalamnya, mulai dari kurangnya referensi yang kami
miliki sampai tahapan penyusunan makalah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

23
Daftar Pustaka

Nyabakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.
Gramedia.

Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. Jakarta : LIPI Press

Romimohtarto, Kasijan & Juwana, Sri. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang
Biologi Laut. Jakarta : Penerbit Djambata

Setyadji. Bram & Priatna, Asep. 2011. Distribusi Spasial Dan Temporal Plankton di
Perairan Teluk Tomini, Sulawesi. jurnal bawal vol.3 (6) desember 2011 : 387 diakses
tanggal 11 september 2019

Diah Afsari, Rachmawati. 2012. Studi Keanekaragaman Jenis Fitoplankton Untuk


Mengetahui Kualitas Perairan Di Telaga Jongge Kecamatan Semanu Kabupaten
Gunungkidul Yogyakarta. dikutip dari eprints.uny.ac.id diakses tanggal 11 september 2019

Putra, Gigih Janotama. 2015. Perbedaan Salinitas Dengan Pakan Alami Kombinasi
Terhadap Pertumbuhan Diaphanosoma Sp. Di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
Lampung. dikutip dari https:// digilib.unila.ac.id pdf diakses tanggal 11 september 2019

Saribu, Mikael H. Dolok.2017. Studi Kelimpahan Diatom (Bacillariophyta) plankton


dengan konsentrasi dan fosfat. dikutip dari https://media.neliti.com. diakses tanggal 13
september 2019.

Nurlaelatum, Hasanah dkk.2018. Jurnal Biologi Tropis,VOL.18.No.1 Januari 2018.2549-


7863. Diakses 13 september 2019

24

Anda mungkin juga menyukai