PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara dalam majalah keluarga tahun
1936 menyatakan Pengajaran adalah salah satu kegiatan pendidikan, beliau
merumuskan sebagai berikut: “Pendidikan,yaitu tuntunan di dalam hidup tumbunya
anak-anak. Maksud pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakt dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Di dalam pendidikan terdapat bermacam-macam alat penilaian yang dapat
digunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap
peserta didik. Dalam setiap masalah yang timbul berbeda-beda juga cara mengatasinya.
Dan pembahasan kali ini penulis ingin mengutarakan bagaimana cara membuat sebuah
tes bagi peserta didik dan cara mengerjakannya.
Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar dan mengajar, seorang guru dapat
menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan (standardized) dan tes
buatan guru itu sendiri (teacher-made test). Suatu tes dapat disebut valid, jika tes itu
benar-benar menilai apa yang harus dinilai. Tes tersebut jika digunakan dapat mencapai
sasaran sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.Dan untuk
memperjelas pembahasan tersebut, maka dalam makalah ini, akan membahas tentang
tes tertulis untuk prestasi belajar, beserta hal-hal yang berkaitan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk-bentuk tes ?
2. Apa saja macam-macam tes objektif ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam
bentuk kalimat yang bagus.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan
gaya bahasa dan caranya sendiri.
Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
3
Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusunan
tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.
Tes Objektif dibagi lagi menjadi 4 yaitu tes pilihan ganda , tes benar-salah, tes
menjodohkan/mencocokkan, tes uraian singkat (melengkapi).
4
1. Tes Benar-Salah (True False Test)
Tes tipe benar salah (true false test) adalah tes yang butir soalnya terdiri
dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu jawaban atau
pernyataan yang benar dan yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk
menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf “B” jika
pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf “S” jika
pernyataan tersebut menurut pendapatnya salah.
a. Kelebihan Tes Benar Salah
1. Mudah dikonstruksi karena hanya membutuhkan satu pertanyaan.
Pernyataan itu saja harus berhubungan dengan bidang studi yang harus
di uji.
2. Soal benar salah harus dapat mewakili seluruh pokok bahasan karena
soal ini hanya meminta waktu yang singkat
untuk menjawabnya.Dalam waktu singkat siswa harus banyak
menjawab soal.
3. Mudah diskor karena untuk setiap soal hanya ada dua alternatif
jawaban.
4. Merupakan bentuk soal yang baik untuk mengukur fakta dan hasil
belajar langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan.
5. Dapat digunakan berulang kali.
6. Dapat dikoreksi secara cepat dan objektif.
7. Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti
5
Contoh:
1. Inti sel dsebut juga nukeus! (Benar / Salah)
2. Ptotein pada ikan gabus bisa membantu mempercepat penutupan luka
(Benar / Salah)
Tes bentuk objektif banyak memberi peluang testee untuk bermain spekulasi.
Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/ menjawab
soal), yakni:
Dengan pembetulan (without correction/ yaitu siswa diminta
membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah).
Tanpa pembetulan (without correction/ yaitu siswa hanya diminta
melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul).
6
3. Pemeriksaan (penskoran) jawaban peserta tes dapat dikerjakan dalam
waktu yang singkat.
4. Dapat dikonstruksi untuk mengukaur kemampuan peserta tes
memberikan berbagai tingkatan kebenaran. Misalnya dapat dibuat
butir soal dengan option yang seluruhnya benar tetapi berbeda
tingkat kebenarannya. Peserta tes diminta untuk memilih option yang
paling benar.
5. Dapat menggunakan lebih dari dua option sehingga dapat
mengurangi kemungkinan siswa menebak. Keinginan menebak
menjadi lebih besar bila kemungkinan (probabilitas) menjawab
benar cukup besar.
6. Memungkinkan dilakukannnya anlisis butir soal secara baik.
Tes pilihan ganda dapat disusun setelah butir-butir soalnya
diuji cobakan.Bila setelah diuji coba dan dianalisis ternyata ada butir
soal yang jelek dan lemah,perbaikan (revisi) terhadap soal dapat
dilakukan.
7. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan atau diatur dengan
mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Semakin
homogen alternatif jawaban semakin tinggi tingkat kesukarannnya.
8. Dapat memberikan informasi tentang siswa (testee) lebih banyak
terutama bila soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.Setiap
pilihan siswa terhadap alternatif jawaban merupakan informasi
tenyang penguasaan kognitif siswa dalam bidang yang dites
sehingga dapat digunakan untuk mengukur daya serap siswa, dan
mendiagnosis kelemahan siswa.
b. Kelemahan tes Pilihan Ganda
1. Kurang mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
2. Membatasi siswa untuk menyelesaikan jawaban dan pemecahan
sendiri.
3. Adanya kecenderungan hanya untuk menguji dan mengukur aspek
ingatan yang merupakan aspek yang paling rendah dalam ranah
kognitif.
4. Penggunaan tes pilihan ganda secara terus menerus akan
menyebabkan siswa mengetahui dan mengerti tentang suatu
7
problem,tetapi tidak tahu bagaimana memecahkan problem tersebut
dalam situasi yang nyata.
5. Makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihan ganda, makin
besar kemungkinan ia mendapatkan skor lebih baik yang sebenarnya
tidak berdampak positif terhadap hasil individu.
6. Tidak dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, keindahan,
kemampuan megorgaisir, dan menampilkan ide-ide baru dari siswa
yang sangat penting bagi pengembangan ilmu.
7. Peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi
cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik
tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan
menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak
belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan
jawabannya.
Contoh :
Stem atau pokok soal:
Organel yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein adalah.......
Pilihan jawaban: a. Ribosom
a. Ribosom
b. Lisosom
c. Mitokondria
d. Vakuola
Dari contoh diatas stem atau pokok soal dapat terdiri dai pertanyaan.
Sedangkan pilihan jawaban (options) terdiri dari alternatif pilihan jawaban. Salah
satu dari alternatif pilihan itu adalah jawaban yang benar terhadap pertanyaan. Dalam
hal ini ditandai dengan asteriks (*). Jawaban tersebut dinamakan kunci jawaban.
Alternatif jawaban yang bukan kunci dinamakan pengecoh atau distractors. Jadi
dalam pilihan (options) ada pilihan yang bukan kunci.
8
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu
seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas peserta tes adalah
mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
a. Kelebihan Tes soal Menjodohkan
1. Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal.
2. Dapat diperikasa dengan computer.
3. Relatif mudah menyusun soalnya.
4. Penskoran dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
5. Baik untuk mengukur hasil belajar yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
6. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung.
7. Agak mudah dikonstruksi sehingga dalam waktu yang tidak terlalu
lama dapat dikonstruksi soal yang cukup banyak untuk satu mata
pelajaran.
8. Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji. Dengan menggunakan
tes mencocokkan dapat mewakili setiap pokok bahasan dalam suatu
bidang studi.
b. Kelemahan Tes Menjodohkan
1. Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan.
2. Penulis soal cenderung tidak cermat.
3. Sulit menemukan pasangan yang homogen.
4. Tes mencocokkan terlalu menekankan pada aspek ingatan/hafalan.
Sukar untuk mengukur aspek pemahaman dan aspek lainnya yang
lebih tinggi.
5. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mangukur
hal-hal yang berhubungan.
6. Banyak kesempatan peserta tes untuk menjawab secara untung-
untungan. Kerjasama antara siswa pada waktu mengerjakan tes lebih
terbuka
9
Contoh :
No Pertanyaan Jawaban
1. Indra peraba adalah … a. Memompa darah
2. Kornea terletak dalam organ … b. Asma
3. Fungsi jantung adalah c. Telinga
4. Gangguan pada system pernafasan … d. Mata
5. Rumah siput terletak pada organ … e. Kulit
10
1. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks karena hanya
menghasilkan respon yang singkat dan sederhana.
2. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menskornya meskipun tidak
selama tes uraian.
3. Menyulitkan pemeriksa apabila jawaban siswa membingungkan.
4. Kurang ekonomis karena memerlukan kertas(biaya) yang banyak jika
dibandingkan dengan tes uraian.
Contoh :
Salah satu jenis manusia purba adalah Pithecantropus Erectus. Fosil manusia
purba ini ditemukan oleh peneliti yang bernama……dan ditemukan pada
tahun….. Fosil Pithecantropue Erectus yang ditemukan mempunyai ciri-ciri….
Fosil manusia ini ditemukan di daerah…..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada dua macam bentuk tes yang dilihat oleh guru dalam menilai kemajuan siswa:
11
1. Tes Subjektif, tes yang pada umumnya berbentuk uraian atau esay. Dan yang
dimaksud tes esay itu sendiri adalah tes yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan
tulisan, yang memerlukan jawaban secara uraian / dengan kata-kata yang
panjang. Dalam bentuk tesnya diawali dengan kata Mengapa, Bagaimana, dan
lain sebagainya.
2. Tes Objektif, adalah tes yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga hasil tes
itu dapat dinilai secara objektif, yaitu dapat dinilai oleh siapapun dan akan
mendapatkan hasil / skor yang sama. Bentuk tes objektif ada 3 macam yaitu :
Tes benar-salah (true-false test)
Test pilihan ganda (multiple choice test)
Tes menjodohkan (matching test).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
12