MAKROINVERTEBRATA BENTIK
( Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah limnologi )
OLEH :
HARDIANTO PAPUTUNGAN
432416019
2020
BAB I
PENDAHULUAN
habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan pH sekitar
6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap, adakalanya naik, turun, atau mengering.
Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar yang ada dipermukaan
bumi. Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas mempunyai air yang
tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu dan keberadaan tumbuhan air
terbatas hanya di pinggir danau. Di dalam ekosistem danau terdapat faktor abiotik dan
biotik (produsen, konsumen dan pengurai) yang membentuk suatu hubungan timbal
yang sering digunakan sebagai uji bioindikator kualitas air. Suatu perairan yang
terlihat sehat (belum tercemar) akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang
dan hampir semua spesies yang ada, sebaliknya suatu perairan yang tercemar,
1.3. Tujuan
atau tinggal di dasar suatu perairan, tidak memiliki tulang belakang dan ukurannya
bisa dilihat dengan menggunakan mata. Makroinvertebrata bentik lebih mudah untuk
diidentifikasi dan diamati secara mikroskopis, dianalisa, dan diawetkan atau disimpan
dasar perairan. Biota tersebut merupakan salah satu biota penting karena merupakan
serangga dengan ciri-ciri ukuran kecil hingga besar, bersayap, sayap depan triangular
lebih besar dan sayap belakang lebih kecil, alat mulut tereduksi, mata majemuk besar,
(sersi) sama panjang, stadium pra-dewasa (nimfa) akuatif dengan 3 “ekor” dan insang
abdomen seperti lempeng. Pada beberapa famili dari ordo ini bersifat burrowers atau
penggali pada sedimen halus yang berada diatas bebatuan. Mayflay adalah pemakan
untuk membuat kajian terintegrasi tentang kualits air sungai. Keuntungannya karena
makroinvertebrata (ukurannya kira-kira lebih besar dari 0,5 mm) berfungsi sebagai
juga yang bertindak sebagai sumber bahan pangan baginya dan ikan atau hewan
mempunyai “replacement time” yang lebih besar dari mikroorgnisme (bakteri) yang
mempunyai tingkat turnover” yang lebih besar dan mempunyai replacement time
yang lebih cepat dari ikan-ikan yang umumnya mempunyai tingkat “turnover” yang
lambat.
2.3. Peranan Makroinvertebrata Bentik Secara Alami dalam Kehidupan
Perairan Tawar
bioindikator uji kualitas air adalah makroinvertebrata hidup melekat pada tanah atau
di dalam tanah dan motilitasnya rendah sehingga dia tidak mudah bergerak dan
pindah.
mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organi, baik yang berasal dari perairan
(autokton) maupun daratan (allokton) serta menduduki urutan ke dua dan tiga dalam
rantai kehidupan suatu perairan. Banyak bahan tercemar dalam perairan dapat
spesies tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan jenis lain. Jadi
apabila air tercemar ada kemungkinan terjadinya pergeseran dari jumlah spesies yang
banyak dengan populasi yang sedang menjadi jumlah jenis yang sedikit tapi
populasinya tinggi. Oleh karena itu penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat
Indikator biologi adalah biota air yang keberadaannya dalam suatu ekosistem
menjadi sederhana, kecuali bila terjadi penyuburan (Sastrawijaya, 2009). Jenis ideal
yang digunakan sebagai indikator biologi untuk lingkungan akuatik tersebut masuk
dalam kelompok organisme yang tidak mempunyai tulang belakang atau bisa disebut
bioindikator kualitas air. Suatu perairan yang terlihat sehat (belum tercemar) akan
menunjukkan jumlah individu yang seimbang dan hampir semua spesies yang ada,
sebaliknya suatu perairan yang tercemar, penyebaran individu tidak merata cenderung
komunitas di perairan adalah biota yang toleran, memiliki ketahanan terhadap kondisi
perairan tercemar ringan maupun berat, dan mampu bereproduksi dalam habitat
1. Jenis Intoleran
dan tidak tahan terhadap tekanan lingkungan, sehingga hanya hidup dan berkembang
di perairan yang belum atau sedikit tercemar seperti halnya ordo Ephemeroptera
(Mayflay) akan mencapai kelimpahan tinggi jika berada pada lingkungan yang
Jenis fakultatif dapat bertahan hidup terhadap lingkungan yang agak luas,
antara perairan yang belum tercemar sampai dengan tercemar sedang dan masih dapat
hidup pada perairan yang tercemar berat. Jenis ini dibedakan menjadi fakultatif
3. Jenis Toleran
Jenis toleran mempunyai daya toleran yang luas, sehingga dapat berkembang
mencapai kepadatan tertinggi dalam perairan yang tercemar barat. Oleh karena itu,
untuk mengtahui kehadiran atau ketidak hadiran organisme pada lingkungan perairan
digunakan indikator yang menunjukkan tingkat atau derajat kualitas sebuah habitat.
unit sistematik
4. Nama biota yang digunakan berpedoman pada jumlah biota terbanyak yang di
temukan dilokasi.
1. Planaria sp
2. Baetis sp
1. Isoperia
2.7. Deskripsi Dari 3 Contoh Spesies Makroinvertebrata Bentik Ekosistem
Perairan Tawar Dan Klasifikasinya
1. Planaria sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Rabhditophora
Ordo : Tricladida
Family : Planaridae
Genus : Planaria
Species : Planaria sp.
2. Baetis sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Ephemeroptera
Family : Baetidae
Genus : Baetis
Species : Baetis sp.
Baetis sp adalah famili dari Baetidae yang merupakan salah satu spesies
makroinvertebrata yang paling toleran dari ordo ini untuk pencemaran yang
ringan. Biasanya hewan pada golongan ini akan mengalami penurunan
kelimpahan jika terdapat sedimentasi serta polusi organik, hewan ini memerlukan
banyak oksigen (Prawito, 2016).
3. Isoperia carbonaria
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Plecoptera
Family : Perlodidae
Genus : Isoperlinae
Species : Isopera carbonaria.
2. Suhu
Suhu merupakan suatu ukuran yang menunjukkan derajat panas benda, suhu
biasanya digambarkan sebagai ukuran energi gerkan molekul. Umumnya suhu
dinyatakan dengan derajat Celcius (ºC) atau derajat Fahrenheit (ºF). Perubahan suhu
dapat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Menurut
Hutabarat (1995) Suhu di perairan merupakan salah satu faktor penting bagi
kehidupan organisme di dalamnya, karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme
maupun perkembangbiakan. Riniatsih (2009) menyatakan bahwa secara ekologis
perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan Gastropoda.
Menurut Effendi (2008) Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem
perairan, suhu juga merupakan pengatur utama proses fisika dan kimia yang terjadi di
dalam perairan. Suhu air secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi
kelarutan oksigen, dan kelarutan oksigen ini secara langsung mempengaruhi
kehidupan organisme, seperti tumbuhan dan reproduksi biota. Menurut Effendi
(2003) dalam Sinaga (2016) Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalm hari, penutupan awan dan kedalaman
perairan.
3. pH
pH atau derajat Keasaman merupakan suatu ukuran konsentrasi ion hydrogen
dan menunjukkan kondisi air tersebut bereaksi asam atau basa. Air dapat bersifat
asam atau basa tergantung pada besar kecil pH air atau besarnya konsentrasi ion
hydrogen di dalam air. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industry yang
dibuang ke air akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air tersebut (Kusrini, 2006). Rukminasari (2014)
menyatakan bahwa tingkat pH yang baik untuk kehidupan biota perairan adalah
berkisar 6,8-7,5 dengan demikian kisaran pH di setiap stasiun penelitian dapat
dikatakan memenuhi. Fadhilah (2013) mengungkapkan bahwa hewan klas
Gastropoda air tawar umumnya dapat hidup secara optimal pada lingkungan dengan
kisaran pH 5,0-9,0.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Makroinvertebrata bentik atau disebut juga makrozoobentos adalah kelompok
hewan invertebrata yang hidup di dasar perairan. Biota tersebut merupakan salah satu
biota penting karena merupakan sumber makanan bagi ikan, khususnya ikan-ikan
karnivor. Biota jenis ini merupakan hewan yang sering digunakan sebagai uji
bioindikator kualitas air. Suatu perairan yang terlihat sehat (belum tercemar) akan
menunjukkan jumlah individu yang seimbang dan hampir semua spesies yang ada,
sebaliknya suatu perairan yang tercemar, penyebaran individu tidak merata cenderung
terdapat spesies yang mendominasi. Keuntungan menggunakan makroinvertebrata
sebagai bioindokator yaitu karena hidupnya melekat pada substrat dan motilitasnya
(perubahannya) rendah sehingga tidak mudah bergerak berpindah.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S.H., Dian, O., Dharmadi dan Dede, I.H. 2008. Komunitas Ikan dan Faktor
Kondisi Beberapa Ikan Putihan di Sungai Muara Kaman dan Danau Semayang.
Jurnal Limnotek. Vol XV, No. 1. Hal: 10-21.
Purba, R. 2003. Keanekaragaman Ikan dan Hubungannya Dengan Faktor FisikKimia
Perairan di Danau Toba Kabupaten Tapanuli Utara. (Skripsi sarjana yang tidak
dipublikasikan, Universitas Sumatera Utara, 2003).
Sukoco, Restu M dkk. 2015. Inventarisasi Makroinvertebrata Akuatik di Kawasan
Coban Jahe Kabupaten Malang. Pascasarjana Pendidikan Biologi. Malang :
Universitas Negeri Malang. Tjokrokusumo,
S. W. 2006. Bentik Makroinvertebrata Sebagai Bioindikator Polusi Lahan Perairam.
Jurnal Hidrosfil Vol. 1 No. 1