Anda di halaman 1dari 16

Makalah

MAKROINVERTEBRATA BENTIK
( Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah limnologi )

OLEH :

HARDIANTO PAPUTUNGAN

432416019

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Irwan (2003), ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan

habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan pH sekitar

6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap, adakalanya naik, turun, atau mengering.

Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar yang ada dipermukaan

bumi. Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas mempunyai air yang

tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu dan keberadaan tumbuhan air

terbatas hanya di pinggir danau. Di dalam ekosistem danau terdapat faktor abiotik dan

biotik (produsen, konsumen dan pengurai) yang membentuk suatu hubungan timbal

balik dan saling mempengaruhi (Barus, 2002). Makroinvertebrata merupakan hewan

yang sering digunakan sebagai uji bioindikator kualitas air. Suatu perairan yang

terlihat sehat (belum tercemar) akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang

dan hampir semua spesies yang ada, sebaliknya suatu perairan yang tercemar,

penyebaran individu tidak merata cenderung terdapat spesies yang mendominasi.

Keuntungan dari menggunakan makroinvertebrata sebagai bioindokator yaitu karena

hidupnya melekat pada substrat dan motilitasnya (perubahannya) rendah sehingga

tidak mudah bergerak berpindah.


1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian makroinvertebrata bentik ?


2. Deskripsi ciri-ciri makroinvertebrata bentik ?
3. Peranan makroinvertebrata bentik secara alami dalam kehidupan di perairan
tawar?
4. Makroinvertebrata bentik sebagai bioindikator ekosistem perairan tawar?
5. Cara hidup makroinvertebrata bentik di ekosistem air tawar?
6. Langkah-langkah mengidentifikasi taksa makroinvertebrata bentik disertai
contoh 3 spesies.?
7. Mendeskripsikan 3contoh spesies makroinvertebrata bentik ekosistem
perairan tawar, disertai klasifikasi yang benar?
8. Faktor-faktor fisik kimia perairan tawar yang mempengaruhi kehidupan
makroinvertebrata bentik?

1.3. Tujuan

1. Mahasiswa mampu merumuskan beberapa pendapat tentang pengertian


makroinvertebrata bentik secara jelas dan benar.
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan ciri-ciri makroinvertebrata bentik.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan makroinvertebrata bentik dalam
kehidupan di ekosistem perairan tawar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan cara hidup makroinvertebrata bentik
5. Mahasiswa mampu memberikan 3 (tiga) contoh spesies makroinvertebrata
bentik disertai deskripsi dan klasifikasi (taksonominya).
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai faktor fisik kimia perairan
tawar yang mempengaruhi kehidupan makroinvertebrata bentik.
7. Mahasiswa mampu mengembangkan Power Point berkaitan dengan materi 1
s/d 6 dalam bentuk kreasi yang menarik dan jelas sebagai bahan ajar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertin Makroinvertebrata Bentik


Bentik makroinvertebrata adalah hewan-hewan atau organisme yang hidup

atau tinggal di dasar suatu perairan, tidak memiliki tulang belakang dan ukurannya

bisa dilihat dengan menggunakan mata. Makroinvertebrata bentik lebih mudah untuk

diidentifikasi dan diamati secara mikroskopis, dianalisa, dan diawetkan atau disimpan

(preserve) dari pada jasad renik lainnya.

Menurut Sudarso dan Wardiatno (2015), makroinvertebrata bentik atau

disebut juga makrozoobentos adalah kelompok hewan invertebrata yang hidup di

dasar perairan. Biota tersebut merupakan salah satu biota penting karena merupakan

sumber makanan bagi ikan, khususnya ikan-ikan karnivor (Nasution, 2015).


2.1. Ciri-ciri Makroinvertebrata Bentik

Menurut Prawito (2016), Ephemeroptera (Mayflay) adalah kelompok

serangga dengan ciri-ciri ukuran kecil hingga besar, bersayap, sayap depan triangular

lebih besar dan sayap belakang lebih kecil, alat mulut tereduksi, mata majemuk besar,

antena panjang filiform, abdomen ramping dibanding toraks, memiliki 3 “ekor”

(sersi) sama panjang, stadium pra-dewasa (nimfa) akuatif dengan 3 “ekor” dan insang

abdomen seperti lempeng. Pada beberapa famili dari ordo ini bersifat burrowers atau

penggali pada sedimen halus yang berada diatas bebatuan. Mayflay adalah pemakan

rumput, meskipun di klasifikasikan sebagai herbivora, Mayflay juga mengkonsumsi

sejumlah besar bakteri.

Makroinvertebrata Bentik pada umumnya telah banyak digunakan sebagai alat

untuk membuat kajian terintegrasi tentang kualits air sungai. Keuntungannya karena

makroinvertebrata (ukurannya kira-kira lebih besar dari 0,5 mm) berfungsi sebagai

jembatan penghubung antara algae (ganggang) dengan mikroorganisme (bakteri) dan

juga yang bertindak sebagai sumber bahan pangan baginya dan ikan atau hewan

bertulang belakang lainnya yang menggunakan atau memanfaatkan

makroinvertebrata sebagai mangsanya. Disamping itu makroinvertebrata mempunyai

tingkat “turnover” yang sedang (intermediate), akan tetapi makroinvertebrata

mempunyai “replacement time” yang lebih besar dari mikroorgnisme (bakteri) yang

mempunyai tingkat turnover” yang lebih besar dan mempunyai replacement time

yang lebih cepat dari ikan-ikan yang umumnya mempunyai tingkat “turnover” yang

lambat.
2.3. Peranan Makroinvertebrata Bentik Secara Alami dalam Kehidupan
Perairan Tawar

Keuntungan dengan menggunakan makroinvertebrata bentik selain sebagai

bioindikator uji kualitas air adalah makroinvertebrata hidup melekat pada tanah atau

di dalam tanah dan motilitasnya rendah sehingga dia tidak mudah bergerak dan

pindah.

Secara alami peranan makroinvertebrata bentik juga berperan dalam proses

mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organi, baik yang berasal dari perairan

(autokton) maupun daratan (allokton) serta menduduki urutan ke dua dan tiga dalam

rantai kehidupan suatu perairan. Banyak bahan tercemar dalam perairan dapat

memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan, yaitu dapat membunuh

spesies tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan jenis lain. Jadi

apabila air tercemar ada kemungkinan terjadinya pergeseran dari jumlah spesies yang

banyak dengan populasi yang sedang menjadi jumlah jenis yang sedikit tapi
populasinya tinggi. Oleh karena itu penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat

juga dianggap sebagai suatu pencemaran (Sastrawijaya, 2009).

2.4. Makroinvertebrata Bentik Sebagai Bioindikator Ekosistem Perairan Tawar

Indikator biologi adalah biota air yang keberadaannya dalam suatu ekosistem

perairan menunjukkan kondisi spesifik dari periran tersebut (Wediawati, W. 2001).

Indikator biologi merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya

pencemaran. Adanya pencemaran suatu lingkungan mengakibatkan jenis

keanekaragaman jenis akan mengalami penurunan dan mata rantai makanannya

menjadi sederhana, kecuali bila terjadi penyuburan (Sastrawijaya, 2009). Jenis ideal

yang digunakan sebagai indikator biologi untuk lingkungan akuatik tersebut masuk

dalam kelompok organisme yang tidak mempunyai tulang belakang atau bisa disebut

dengan makroinvertebrata (Arisandi, 2001).

Makroinvertebrata merupakan hewan yang sering digunakan sebagai uji

bioindikator kualitas air. Suatu perairan yang terlihat sehat (belum tercemar) akan

menunjukkan jumlah individu yang seimbang dan hampir semua spesies yang ada,

sebaliknya suatu perairan yang tercemar, penyebaran individu tidak merata cenderung

terdapat spesies yang mendominasi (Sinaga, 2009). Keuntungan dari menggunakan

makroinvertebrata sebagai bioindokator menurut Widiyanto (2016) yaitu karena

hidupnya melekat pada substrat dan motilitasnya (perubahannya) rendah sehingga

tidak mudah bergerak berpindah.

Makroinvertebrata pada umumnya sangat peka terhadap perubahan

lingkungan perairan yang ditempatinya, karena itulah makroinvertebrata sering


dijadikan sebagai indikator ekologi dari suatu ekosistem perairan (Sinaga, 2009).

Jumlah spesies, keanekaragaman dan beberapa kelompok fungsional pada komunitas

makroinvertebrata dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kualitas suatu

perairan. Perairan yang tercemar dapat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme

makroinvertebrata, menurut Khairuddin (2016) Organisme yang menempati

komunitas di perairan adalah biota yang toleran, memiliki ketahanan terhadap kondisi

perairan tercemar ringan maupun berat, dan mampu bereproduksi dalam habitat

tersebut. Keanekaragaman jenis hewan makroinvertebrata perairan dapat

mengindikasikan kondisi suatu ekosistem perairan. Menurut Djumanto (2013) setiap

hewan makroinvertebrata perairan memiliki batas kisaran toleransi terhadap kualitas

ekosistem perairan untuk menormalkan metabolism tubuhnya.

2.5. Cara Hidup Makroinvertebrata Bentik di Ekosistem Air Tawar

Menurut Prawito (2016), berdasarkan penggunaan makroinvertebrata sebagai

bioindikator kualitas air untuk mempermudah dalam penafsiran tentang keadaan

lingkungan perairan, sehingga daya toleransi makroinvertebrata terhadap pencemaran

bahan organik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Jenis Intoleran

Jenis intoleran memiliki kisaran toleransi yang sempit terhadap pencemaran

dan tidak tahan terhadap tekanan lingkungan, sehingga hanya hidup dan berkembang

di perairan yang belum atau sedikit tercemar seperti halnya ordo Ephemeroptera

(Mayflay) akan mencapai kelimpahan tinggi jika berada pada lingkungan yang

cenderung dingin, berarus sedang sampai deras serta berbatu.


2. Jenis Fakultatif

Jenis fakultatif dapat bertahan hidup terhadap lingkungan yang agak luas,

antara perairan yang belum tercemar sampai dengan tercemar sedang dan masih dapat

hidup pada perairan yang tercemar berat. Jenis ini dibedakan menjadi fakultatif

intoleran dan fakultatif toleran.

3. Jenis Toleran

Jenis toleran mempunyai daya toleran yang luas, sehingga dapat berkembang

mencapai kepadatan tertinggi dalam perairan yang tercemar barat. Oleh karena itu,

untuk mengtahui kehadiran atau ketidak hadiran organisme pada lingkungan perairan

digunakan indikator yang menunjukkan tingkat atau derajat kualitas sebuah habitat.

2.6. Langkah-Langkah Mengidentifikasi Taksa Makroinvertebrata Bentik

1. Koleksi Invertebrata makro yang hidup di lingkungan perairan kemudian

diidentifikasi dan dihitung jumlahnya.

2. Hasil identifikasi dicocokkan dengan tabel batasan praktis untuk menentukan

unit sistematik

3. Total unit sistematik digunakan untuk menentukan indeks biotik dengan

menggunakan tabel standar determinasi BBI

4. Nama biota yang digunakan berpedoman pada jumlah biota terbanyak yang di

temukan dilokasi.

5. Indeks biotik yang sudah ditentukan kemudian di interpretasikan dengan

menggunakan tabel interpretasi (Murtianingtyas, 2006).


Contoh Spesiaes:

1. Planaria sp

2. Baetis sp

1. Isoperia
2.7. Deskripsi Dari 3 Contoh Spesies Makroinvertebrata Bentik Ekosistem
Perairan Tawar Dan Klasifikasinya

1. Planaria sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Rabhditophora
Ordo : Tricladida
Family : Planaridae
Genus : Planaria
Species : Planaria sp.

Planaria adalah genus planarian dari keluarga Planaridae yang ditemukan di


Eropa. Ketika satu individu dipotong-potong, setiap bagian memiliki kemampuan
untuk beregenerasi menjadi individu yang terbentuk sepenuhnya. Saat ini genus
Planaria didefinisikan sebagai triclads air tawar dengan saluran telur yang bersatu
untuk membentuk saluran telur bersama tanpa merangkul bursa copulatrix dan
dengan adenodaktil yang ada di atrium laki-laki. Testis terjadi di sepanjang
tubuh.

2. Baetis sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Ephemeroptera
Family : Baetidae
Genus : Baetis
Species : Baetis sp.
Baetis sp adalah famili dari Baetidae yang merupakan salah satu spesies
makroinvertebrata yang paling toleran dari ordo ini untuk pencemaran yang
ringan. Biasanya hewan pada golongan ini akan mengalami penurunan
kelimpahan jika terdapat sedimentasi serta polusi organik, hewan ini memerlukan
banyak oksigen (Prawito, 2016).

3. Isoperia carbonaria
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Plecoptera
Family : Perlodidae
Genus : Isoperlinae
Species : Isopera carbonaria.

Isoperla carbonaria adalah spesies rheophilous yang ditandai dengan ukuran


yang relatif kecil, mencapai panjang sekitar 10–13 mm. Warna dasarnya
kekuningan. Larva dari stonefly predator ini terutama memakan Chironomidae ,
secara aktif berburu di seluruh permukaan substratum.

2.8. Faktor-Faktor Fisik Kimia Perairan Tawar yang Mempengaruhi


Kehidupan Makroinvertebrata Bentik
1. Substrat
Substrat mempunyai peranan penting bagi organisme yang hidup di zona dasar
seperti hewan makroinvertebrata perairan khusunya Gastropoda baik pada air diam
maupun air yang mengalir, bahan organik utama yang terdapat dalam air adalah asam
amino, protein, karbohidrat, dan lemak. Prawito (2016) menyatakan bahwa
komponen lain dari bahan organik yaitu asam organik, hidrokarbon, vitamin, homone
juga ditemukan di perairan, tetapi hanya 10% dari mineral organik tersebut yang
mengendap sebagai substrat ke dasar perairan. Prawito (2016) umumnya Gastropoda
hidup disubstrat untuk menentukan pola hidup, ketiadaan dan tipe organisme. Ukuran
sangat berpengaruh dalam menentukan kemampuan gastropoda menahan sirkulasi air.
Bahan organik dan tekstur sedimen sangat menentukan keberadaan dari gastropoda.
Tekstur sedimen atau substrat dasar merupakan tempat untuk menempel dan merayap
atau berjalan, sedangkan bahan organik merupakan sumber makanannya. Substrat
menjadi tempat bagi spesies yang melekat sepanjang hidupnya, juga digunakan oleh
hewan yang bergerak sebagai tempat perlindungan dari predator. Substrat dasar yang
berupa lumpur pasir dan tanah liat menjadi tempat makan dan perlindungan bagi
organisme yang hidup di dasar perairan (Prawito, 2016). Substrat dasar yang berupa
batu-batu pipih atau bebatuan merupakan lingkungan hidup yang baik bagi
makroinvertebrata sehingga biasanya kepadatan dan keragaman yang besar (Prawito,
2016).

2. Suhu
Suhu merupakan suatu ukuran yang menunjukkan derajat panas benda, suhu
biasanya digambarkan sebagai ukuran energi gerkan molekul. Umumnya suhu
dinyatakan dengan derajat Celcius (ºC) atau derajat Fahrenheit (ºF). Perubahan suhu
dapat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Menurut
Hutabarat (1995) Suhu di perairan merupakan salah satu faktor penting bagi
kehidupan organisme di dalamnya, karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme
maupun perkembangbiakan. Riniatsih (2009) menyatakan bahwa secara ekologis
perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan Gastropoda.
Menurut Effendi (2008) Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem
perairan, suhu juga merupakan pengatur utama proses fisika dan kimia yang terjadi di
dalam perairan. Suhu air secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi
kelarutan oksigen, dan kelarutan oksigen ini secara langsung mempengaruhi
kehidupan organisme, seperti tumbuhan dan reproduksi biota. Menurut Effendi
(2003) dalam Sinaga (2016) Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalm hari, penutupan awan dan kedalaman
perairan.
3. pH
pH atau derajat Keasaman merupakan suatu ukuran konsentrasi ion hydrogen
dan menunjukkan kondisi air tersebut bereaksi asam atau basa. Air dapat bersifat
asam atau basa tergantung pada besar kecil pH air atau besarnya konsentrasi ion
hydrogen di dalam air. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industry yang
dibuang ke air akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air tersebut (Kusrini, 2006). Rukminasari (2014)
menyatakan bahwa tingkat pH yang baik untuk kehidupan biota perairan adalah
berkisar 6,8-7,5 dengan demikian kisaran pH di setiap stasiun penelitian dapat
dikatakan memenuhi. Fadhilah (2013) mengungkapkan bahwa hewan klas
Gastropoda air tawar umumnya dapat hidup secara optimal pada lingkungan dengan
kisaran pH 5,0-9,0.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Makroinvertebrata bentik atau disebut juga makrozoobentos adalah kelompok
hewan invertebrata yang hidup di dasar perairan. Biota tersebut merupakan salah satu
biota penting karena merupakan sumber makanan bagi ikan, khususnya ikan-ikan
karnivor. Biota jenis ini merupakan hewan yang sering digunakan sebagai uji
bioindikator kualitas air. Suatu perairan yang terlihat sehat (belum tercemar) akan
menunjukkan jumlah individu yang seimbang dan hampir semua spesies yang ada,
sebaliknya suatu perairan yang tercemar, penyebaran individu tidak merata cenderung
terdapat spesies yang mendominasi. Keuntungan menggunakan makroinvertebrata
sebagai bioindokator yaitu karena hidupnya melekat pada substrat dan motilitasnya
(perubahannya) rendah sehingga tidak mudah bergerak berpindah.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S.H., Dian, O., Dharmadi dan Dede, I.H. 2008. Komunitas Ikan dan Faktor
Kondisi Beberapa Ikan Putihan di Sungai Muara Kaman dan Danau Semayang.
Jurnal Limnotek. Vol XV, No. 1. Hal: 10-21.
Purba, R. 2003. Keanekaragaman Ikan dan Hubungannya Dengan Faktor FisikKimia
Perairan di Danau Toba Kabupaten Tapanuli Utara. (Skripsi sarjana yang tidak
dipublikasikan, Universitas Sumatera Utara, 2003).
Sukoco, Restu M dkk. 2015. Inventarisasi Makroinvertebrata Akuatik di Kawasan
Coban Jahe Kabupaten Malang. Pascasarjana Pendidikan Biologi. Malang :
Universitas Negeri Malang. Tjokrokusumo,
S. W. 2006. Bentik Makroinvertebrata Sebagai Bioindikator Polusi Lahan Perairam.
Jurnal Hidrosfil Vol. 1 No. 1

Anda mungkin juga menyukai