Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang

Fosil adalah sisa sisa atau berkas berkas kehidupan mahluk hidup yang

berubah menjadi batu atau mineral. Fosil termasuk ke dalam benda yang

langka karena tidak semua sisa sisa makhluk hidup pada zaman dahulu dapat

menjadi fosil. Terdapat beberapa kelas dalam pengklasifikasian fosil itu

tersendiri. Diantaranya yaitu Porifera dan Coelenterata.

Porifera merupakan organisme yang dengan penciri berupa lubang (pori)

yang banyak dan membentuk suatu sistem saluran. Coelenterata tersendiri

memilki penciri tubuhnya seperti kantong berongga dengan sebuah lubang

sebagai mulutnya. Fosil dari kedua filum ini memberikan banyak manfaat

ketika diteliti dan dianalasi dengan baik. Tentunya ini akan membantu dalam

memberikan informasi Geologi pada masa lampau.

Oleh karena itu pada praktikum kali ini dimaksudkan untuk para praktikan

dapat mendeskripsikan fosil dari filum Porifera dan Coelenterata berdasarkan

ciri khas dari fosil tersebut, beserta pembagian-pembagiannya.


1.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini ialah untuk mengenalkan kepada praktikan

mengenai fosil. Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Dapat mengetahui ciri-ciri dan anatomi dari Filum Porifera

dan Coelenterata

2. Dapat mengetahui morfologi dan klasifikasi dari Filum Porifera dan

Coelenterata

3. Dapat mengidentifikasi fosil dari Filum Porifera dan Coelenterata


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Porifera

2.1.1 Filum Porifera

Porifera atau biasa juga disebut bunga karang adalah organisme multiseluler,

yang mempunyai banyak pori sehingga air dapat melewatinya. Tubuh mereka

terdiri dari mesohil yang diapit dua lapisan tipis sel. Umumnya porifera hidup

berkoloni dengan cara melekat pada dasar perairan yang tidak terlalu dalam.

Porifera juga biasa disebut sebagai kingdom Parazoa.

2.1.2 Ciri-Ciri filum porifera

Ciri-ciri umum dari filum porifera antara lain adalah:

a) Bersifat multisel, ukurannya sangat bervariasi

b) Tidak mempunyai mulut, tetapi berpori.Air masuk melalui kanal menuju suatu

ruangan yang disebut spongocoel dan keluar melalui lubang besar yang

disebut osculum

c) Hidup secara sessile, dalam artian hidup tertambat di dasar laut

d) Hidup di air terutama di laut

2.1.3 Klasifikasi Filum Porifera

a) Hexactinellida (Hyalospongiae)

Hexactinellida dalam bahasa Yunani berarti enam spons memiliki spikula

yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang.
Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk.

Tinggi (Aryulina 2007)

tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini hidup

soliter di laut pada kedalaman 200-1000 m. Contoh Hexactinellida adalah

Euplectella sp (Aryulina 2007)

Gambar 2.1 Contoh Fosil Kelas Hexactinellida

b) Demospongia

Domospongia dalam bahasa Yunani berarti tebal spons, memiliki rangka

yang tersusun dari serabut Spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena

mengandung pigmen yang terdapat pada amoesbit. Hal ini untuk melindungi dari

matahari. Bentuknya tidak beraturan dan bercabang. Tingginya bisa sampai 1

meter. Habitatnya umumnya di laut dalam maupun dangka,meskipun kadang

ditemukan di air tawar. Demospongia adalah satu-satunya kelompok porifera yang

anggotanya ada hidup di air tawar. Contoh Demospongia adalah Spongia,

Hippospongia, dan Niphlates digitalis. (Aryulina 2007)


Gambar 2.2 Contoh Fosil Kelas Demospongiae
c) Calcarea (Calcissponngie)

Calcarea memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat. Tubuhnya

kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi atau

silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm. Struktur tubuh ada yang memiliki

saluran air. Hidup di daerah laut dangkal.( Aryulina 2007)

Gambar 2.3 Contoh Fosil Kelas Calcarea


2.1.4 Morfologi Porifera

Porifera memiliki ukuran tubuh sangat bervariasi, ada yang sebesar kacang

polong dan ada pula yang setinggi 90 cm dan lebar 1 m. Bentuk tubuh spons juga

bermacam-macam, kebanyakan berbentuk tidak beraturan dengan pola bervariasi

namun ada pula beberapa simetri radial. Bagian tubuh porifera yang

menghubungkan lingkungan luar dan dalam tubuh porifera yang terletak pada

bagian distal dinamakan osculum. Osculum berhubungan dengan spongcoel yang

terletak ditengah-tengah tubuh dan merupakan ruangan yang besar.Tubuh bagian


luarnya terdiri atas pori-pori atau ousita. Membuka dan menutupnya ostis diatur

oleh sel porosity yang menghubungkan bagian luar dengan bagian dalam

tubuh.Sel-sel yang melapisi tubuh bagianluar ialah sel epitel berbentuk pipih atau

disebut sel-sel leher atau choanocyt. Ujung sel ini mempunyai flagellum.

2.1.5 Bagian-bagian Tubuh Filum Porifera

Bagian tubuh dari filum ini secara sederhana dapat digambarkan seperti

vas atau pot bunga dengan bagian atasnya yang terbuka dan menambatkan diri

pada bagian dasar.

Gambar 2.4 Bentuk Tubuh Filum Porifera

Keterangan :

a) Oskulum : saluran penyebaran air dari tubuh. Tempat air keluar dari

spongocoel

b) Ostium : Lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh


c) Spongocole : saluran yang terdapat di bagian tengah tubuh. Ruang kosong di

dalam kantong

d) Holdfast : tempat tertambahnya tubuh porifera pada tempat hidupnya

e) Branch : cabang dari porifera

2.1.6 Manfaat Filum Porifera

Fosil ini penting untuk penentuan lingkungan sedimentasi batuan yang

mengandungnya. Contoh : keratos dan calcarean dijumpai pada laut dangkal

(kurang dari 450) ( Tim asisten 2021)

2.2 Coelenterata

2.2.1 Filum Coelenterata

Coelenterata sering disebut hewan berongga (Yunani, koilos yang berarti

lubang, dan enteron, yang berarti usus) karena bentuknya yang simetri radial,

tidak memiliki rongga tubuh yang sebenarnya (acoelomata) dan hanya memiliki

sebuah rongga sentral yang disebut coelenteron (rongga gastrovaskuler, tempat

terjadinya pencernaan dan peredaran sari-sari makanan).( Rosah endah, lidya

paramitha, Novi risdayanti, tiwi noviyanti)

2.2.2 Ciri – Ciri Coelenterata

Berikut ini pencirian umum dari Filum Protozoa

a. Bentuk simetri radial/biradial, dengan satu lubang yang berfungsi sebagai

mulut (dikelilingi oleh tentakel)

b. Termasuk fauna invertebrata (tidak bertulang belakang)


c. Dinding tubuh terdiri dari : Epidermis (ektoderm) lapisan luar dan

Endodermis (Gastroderm) lapisan dalam

d. Mulut langsung berhubungan dengan rongga Gastrovasekuler>>enteron

e. Disekitar mulut terdapat tentakel yang berfungsi sebagai anus

f. Mempunyai 2 bentuk yaitu Polyp berbentuk seperti tabung dan medusa :

bentuknya seperti payung

g. Hidup secara sessile atau tertambat di dasar laut

Adapun dasar-dasar dalam pembagian kelas dari filum ini yaitu sebagai

berikut:

 Berdasarkan atas bagian tubuh yang lunak.

 Berdasarkan atas siklus hidup maupun cara berkembang biak.

 Berdasarkan atas struktur dan kenampakan sceleton

 Berdasarkan struktur dari internal sceleton

 Berdasarkan hubungan dari genesa filum tersebut

Dari hal itu maka filum Coelenterata terdiri dari tiga kelas umum, yaitu

Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa:

1. Hydrozoa

Hewan dalam kelas Hydrozoa ada yang hidup soliter dan ada yang

berkoloni. Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang

berkoloni dengan bentuk polip yang dominan dan beberapa jenis membentuk

medusa. Contohnya adalah Hydra dan Obelia. Beberapa jenis hydrozoa

mengalami dua siklus hidup yaitu tahap polip yang aseksual dan tahap medusa
yang seksual. Contohnya adalah spesies Obelia sp. Ada pula yang semasa

hidupnya hanya berbentuk polip saja, misalnya Hydra.

Gambar 2.5 Contoh fosil bentuk Hydrozoa

2.Anthozoa

Anthozoa biasanya memilki tentakel berwarna-warni, dan hanya memiliki

bentuk polip. Polip Anthozoa lebih besar dari polip Kelas Coelenterata yang

lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Contoh spesies yang termasuk

dalam kelas ini adalah Metridium (anemon laut). Anthozoa hidup sebagai polip.

Tiga hal penting yang dipelajari pada Kelas Anthozoa yaitu yang masih bertahan

hidup, terumbu karang (Sclerectina) dan yang telah punya yaitu Rugosa dan

Tabulata.

a) Sclerectina ditemukan melimpah sebagai fosil pada Masa Mesozoikum

yaitu Zaman Trias Tengah dan dianggap penting kehadirannya pada

Zaman Jura dan masih ada hingga kini.

b) Rugosa ditemukan melimpah sejak Masa Paleozoikum yaitu

Ordovisium Tengah dengan susunan kerangka kalkareus dan mulai-

mulai melimpah sejak Zaman Silur. Jumlahnya meningkat hingga

puncaknya pada Karbon Bawah dan menghilang pada Zaman Perm.


c) Tabulata berukuran kecil hanya beberapa sentimeter namun dapat

menghampar sepanjang 20 meter. Tabulata ditemukan pada

Ordovisium Tengah dan melimpah kehadirannya pada Zaman Silur

dan Devon. Keterdapatannya mulai menurun pada Akhir Paleozoikum

dan muali menghilang

Gambar 2.6 contoh fosil kelas Anthozoa

3. Scyphozoa

Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani scyphos (mangkuk) dan zoon

(binatang) karena bentuk tubuhnya yang menyerupai mangkuk atau cawan

transparan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Memiliki bentuk

dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Permukaan tubuh bagian bawah

terdapat rongga mulut yang dikelilingi empat tentakel. Mulut ini berhubungan

dengan rongga pencernaan. Contoh spesies yang termasuk dalam kelas ini adalah

Aurelia aurita (ubur-ubur).

Gambar 2.7 Contoh fosil kelas Scyphozoa


2.2.4 Morfologi Coelenterata

Coelenterata memiliki penciri berupa tubuh yang berongga Coelenterata

ini mempunyai bentuk tubuh simetri radial, yakni bagian yang sama

didistribusikan dengan secara merata di dalam susunan melinkar dari poros

tengah. Hewan tersebut juga tidak mempunyai kepala serta segmen tubuh.

2.2.5 Bagian-bagian Tubuh Kelas Anthozoa

Gambar 2.10 Morfologi Kelas Anthozoa

Keterangan:

Oral disk : lingkaran terluar dari tubuh fosil yang menyerupai disk

Oral opening : lingkaran terdalam dari tubuh fosil yang merupakan tempat

masuknya air dan makanan

Holdfast : bagian tubuh fosil yang tertambat.

2.2.6 Manfaat Coelenterata

Pada ekosistem laut, Coelenterata berperan dalam mencegah abrasi daratan

dengan menahan gelombang laut menggunakan terumbu kara ng. Dalam perairan,

berperan sebagai plankton. Karang yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

tempat perkembangbiakan biota laut.


BAB III
METODOLOGI

3.1 METODOLOGI

Metode yang akan digunakan dalam praktikum acara ketiga ini adalah

pengenalan dan pendeskripsian fosil yang di lakukan oleh praktikan.

3.2 TAHAPAN METODOLOGI

Adapun flow chart tahapan praktikum yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Flow chart tahapan praktikum

Adapun tahapan-tahapan praktikum, diantaranya:

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama-tama diawali dengan pembukaan

asistensi acara 3 yaitu Porifera dan Coelenterata. Setelah pembawaan materi

singkat terkait pengenalan dan pendeskripsian fosil Porifera dan Coelenterata,

asisten memberi tugas pendahuluan yang menjadi syarat sebelum bisa mengikuti

kegiatan praktikum.
3.2.2 Tahapan Praktikum

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Paleontologi, Departemen

Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan kegiatan

praktikum, pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui

sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah

responsi dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan diberikan 8

sampel fosil untuk kemudian di deskripsikan dan dituliskan pada lembar kerja

praktikan.

3.2.3 Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil yang

benar.

3.2.4 Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi

dari asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan

yang telah ditentukan.

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan, diantaranya:

1. Buku penuntun

2. Sampel Fosil

3. LKP (Lembar Kerja Praktikan)

4. Kartu kontrol
5. Lembar asistensi

6. Referensi berupa hardcopy

7. Pensil warna

8. ATK

9. HVS A4

10. Clipboard

11. Sarung tangan latex

12. HCL 0,1 M


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang didapatkan pada praktikum ini setelah melakukan deskripsi pada

sampel adalah berupa endapan fosil yang berupa 4 fosil porifera dan 4 fosil

coelenterata.

4.2 Pembahasan

Hasil yang didapatkan pada praktikum ini setelah melakukan analisis pada

sampel adalah berupa proses pemfosilan yang terjadi pada fosil, bentuk, umur,

komposisi, serta lingkungan pengendapan dari fosil tersebut.

Adapun sampel fosil yang digunakan adalah :

4.2.1 Fosil peraga 1

Gambar 4.1 Zepherentoides Delanouei EDW & H

Fosil ini termasuk kedalam filum Porifera, ordo stauriida, Kelas

Hexactinellida Fosil ini merupakan bagian dari family Zaphrentoidesidae, nama

genus Zaphrentoides, nama spesies Zephrentoides delanoue.

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi, Pada

kondisi lain, seluruh atau sebagian dari tubuh organisme mengalami penggantian

oleh mineral yang disebut proses mineralisasi. Meski material yang menyusun
organisme tersebut telah digantikan oleh mineral, struktur sel organisme tersebut

masih dapat terlihat jelas dengan menggunakan mikroskop. Proses mineralisasi

dapat terjadi dengan bermacam cara, yaitu rekristalisasi, permineralisasi dan

penggantian (replacement). Fosil ini berbentuk Tabular (Tabung), bentuk fosil

Tabular ini merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk tabung. Fosil ini

memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati yakni test yaitu seluruh bagian

tubuh dari fosil tersebut.Fosil ini tidak bereaksi ketika di tetesi larutan HCl,

sehingga komposisi kimianya berupa Silikat (SiO2). Dilihat dari komposisi

kimianya fosil ini memiliki lingkungan pengendapan berada pada daerah laut

dalam. Fosil ini berumur Karbon Bawah (345 – 319 Juta Tahun).

4.2.2 Fosil peraga 2

Gambar 4.2 Montivaltia Sp

Fosil ini berasal dari Filum Coelenterata, ordo sceleratinia, familly

Montlivaltiaidae kelas Anthozoa, genus Montlivaltia, dan dengan nama spesies

Montlivaltia sp.

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi,

dimana permineralisasi sendiri merupakan proses pemfosilan yang terjadi karena

penggantian sebagian atau bagian dari fosil oleh satu jenis mineral karena akibat

masuknya mineral tertentu ke dalam rongga – rongga atau pori


Adapun bentuk tubuh dari fosil ini adalah Branching (bercabang), dimana bentuk

dari fosil ini memiliki cabang.Jika di tetesi HCL 0,1 M maka fosil akan berekasi

membentuk buih-buih, dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium

karbonat (CaCO3), dimana jika suatu fosil bereaksi dengan HCL menandakan

bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal. Berdasarkan

skala waktu geologi, umur fosil ini adalah Jura Atas 160-142 juta tahun yang

lalu.

4.2.3 Fosil peraga 3

Gambar 4.3 Porpites Porpita L

Fosil ini termasuk kedalam filum Coelenterata, Kelas Anthozoa (Koral),

memiliki ciri khusus yaitu tubuh yang menyerupai bunga, dan ordo

Cystiphyllida. Fosil ini merupakan bagian dari family Porpitesidae , nama genus

Porpites, nama spesies Porpites porpita L.

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi,

dimana permineralisasi sendiri merupakan proses pemfosilan yang terjadi karena

penggantian sebagian atau bagian dari fosil oleh satu jenis mineral karena akibat

masuknya mineral tertentu ke dalam rongga – rongga atau pori pori tulang,

cangkang, atau material. Fosil ini berbentuk Discoidal (Cakram), bentuk fosil
Discoidal ini merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk cakram dimana

bentuknya memusat pada satu titik.. Fosil ini memiliki bagian tubuh yang masih

dapat diamati yakni test yaitu seluruh bagian tubuh dari fosil tersebut.

Fosil ini bereaksi ketika di tetesi larutan HCl, sehingga komposisi kimianya

berupa Karbonat (CaCO3). Dilihat dari komposisi kimianya fosil ini memiliki

lingkungan pengendapan berada pada daerah laut dangkal. Fosil ini berumur

Silur Tengah (434 – 424 juta tahun).

4.2.4 Fosil peraga 4

Gambar 4.4 Cystiphillum “amiricanum” EDW. & H.

Fosil ini berasal dari Filum Porifera, ordo regusa, familly

Cystiphyllumidae kelas Hexactinelida, genus Cystiphyllum, dan dengan nama

spesies Cystiphyllum “Americanus” EDW & H

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi, Pada

kondisi lain, seluruh atau sebagian dari tubuh organisme mengalami penggantian

oleh mineral yang disebut proses mineralisasi. Meski material yang menyusun

organisme tersebut telah digantikan oleh mineral, struktur sel organisme tersebut

masih dapat terlihat jelas dengan menggunakan mikroskop. Proses mineralisasi

dapat terjadi dengan bermacam cara, yaitu rekristalisasi, permineralisasi dan

penggantian (replacement). Fosil ini berbentuk Tabular (Tabung), bentuk fosil

Tabular ini merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk tabung. Fosil ini
memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati yakni test yaitu seluruh bagian

tubuh dari fosil tersebut. Fosil ini tidak bereaksi ketika di tetesi larutan HCl,

sehingga komposisi kimianya berupa Silikat (SiO2). Dilihat dari komposisi

kimianya fosil ini memiliki lingkungan pengendapan berada pada daerah laut

dalam. Fosil ini berumur Devon Tengah (370-361 Juta Tahun).

4.2.5 Fosil peraga 5

Gambar 4.5 Hyalotragos Rugosum

Fosil ini berasal dari Filum Coelenterata, ordo Spirosclerophoridea familly


Hyalotrgosidae kelas Hydrozoa, genus Hyalotrgos, dan dengan nama spesies
Hyalotrgos rugosum (MSTR).

Setelah organisme ini mati, organisme akan tertimbun lalu mengalami


transportasi oleh media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan.
Selama transportasi mineral-mineral yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengnalami pergantian terhadap mineral yang resisten terhadap pelapukan.
Setelah itu material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif
stabil. Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material sedimen dan organisme
yang telah tertransportasi tadi terakumulasi bersama. Setelah terakumulasi lama
kelamaan material akan bertambah dan mengalami tekanan atau kompaksi yang
mengakibatkan pori-pori akan mengecil dan air yang terkandung di antara
mineral-mineral akan keluar. Proses selanjutnya adalah sementasi dan terjadilah
proses leaching (prosen pencuian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme
tersebut menjadi fosil. Proses yang dilakukan oleh fosil ini adalah mineralisasi.
Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana ringga dalam cangkang terisi
oleh mineral yang di endapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga
terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.
Adapun bentuk tubuh dari fosil ini adalah Konikal ( Kerucut)Jika di tetesi HCL
0,1 M maka fosil akan berekasi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui
bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3), menandakan bahwa
lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal.Berdasarkan skala
waktu geologi, umur fosil ini adalah Jura Atas 160-142 juta tahun yang lalu.
4.2.6 Fosil peraga 6

Gambar 4.6 Verruculine Tenuis

Fosil ini termasuk kedalam filum Porifera, kelas Demospongiae, ordo


Lithisida, bagian dari family Verruculinanidae, nama genus Verruculina, dan
nama spesies Verruculina tenuis.

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi,


dimana permineralisasi sendiri merupakan proses pemfosilan yang terjadi karena
penggantian sebagian atau bagian dari fosil oleh satu jenis mineral karena akibat
masuknya mineral tertentu ke dalam rongga – rongga atau pori pori tulang,
cangkang, atau material Fosil ini berbentuk Konikal (Kerucut), bentuk fosil
Konikal ini merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk kerucut dimana
bentuknya memanjang dan memusat di satu titik. Fosil ini memiliki bagian tubuh
yang masih dapat diamati yakni test yaitu seluruh bagian tubuh dari fosil
tersebut.Fosil ini bereaksi ketika di tetesi larutan HCl, sehingga komposisi
kimianya berupa Karbonat (CaCO3). Dilihat dari komposisi kimianya fosil ini
memiliki lingkungan pengendapan berada pada daerah laut dangkal. Fosil ini
berumur Kapur Atas (100 – 66 juta tahun).
4.2.7 Fosil peraga 7

Gambar 4.7 Cnemidiatrum Rimulosum GOLDF

Fosil ini termasuk kedalam filum Porifera, kelas calcarea, ordo


heterocoela, bagian dari family Cnemidiastrumidae nama genus Cnemidiastrum,
dan nama spesies Cnemidiastrum rimulosom GOLDF

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi,


dimana permineralisasi sendiri merupakan proses pemfosilan yang terjadi karena
penggantian sebagian atau bagian dari fosil oleh satu jenis mineral karena akibat
masuknya mineral tertentu ke dalam rongga – rongga atau pori pori tulang,
cangkang, atau material. Fosil ini berbentuk Konikal (Kerucut), bentuk fosil
Konikal ini merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk kerucut dimana
bentuknya memanjang dan memusat di satu titik.Fosil ini memiliki bagian tubuh
yang masih dapat diamati yakni test yaitu seluruh bagian tubuh dari fosil
tersebut. Fosil ini bereaksi ketika di tetesi larutan HCl, sehingga komposisi
kimianya berupa Karbonat (CaCO3). Dilihat dari komposisi kimianya fosil ini
memiliki lingkungan pengendapan berada pada daerah laut dangkal. Fosil ini
berumur Jura Atas (160 – 142 Juta Tahun).

4.2.8 Fosil peraga 8


Gambar 4.8 Helliophyllum Halli EDW. & H.

Fosil ini termasuk kedalam filum Coelenterata, Kelas Anthozoa (Koral),


memiliki ciri khusus yaitu tubuh yang menyerupai bunga, dan ordo Staurida .
Fosil ini merupakan bagian dari family Zaphrentidae, nama genus Heliophyllum,
nama spesies Heliophyllum halli .

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi,


dimana permineralisasi sendiri merupakan proses pemfosilan yang terjadi karena
penggantian sebagian atau bagian dari fosil oleh satu jenis mineral karena akibat
masuknya mineral tertentu ke dalam rongga – rongga atau pori pori tulang,
cangkang, atau material Fosil ini berbentuk Konikal (Kerucut), bentuk fosil
Konikal ini merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk kerucut dimana
bentuknya memanjang dan memusat di satu titik Fosil ini bereaksi ketika di
tetesi larutan HCl, sehingga komposisi kimianya berupa Karbonat (CaCO3).
Dilihat dari komposisi kimianya fosil ini memiliki lingkungan pengendapan
berada pada daerah laut dangkal. Fosil ini berumur Devon Tengah (370 – 361
Juta Tahun).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah praktikum acara ini, antara
lain:

1. Ciri-ciri dari Porifera adalah bersifat multiseluler; tidak mempunyai mulut,


tetapi berpori; hidup secara sesil; dan hidup di air laut. Sedangkan ciri-ciri
dari Coelenterata adalah berbentuk radial atau biradial; invertebrata; dinding
tubuh terdiri dari epidermis (ekdoterm) lapisan luar dan endoterm
(gastroderm) lapisan dalam; mulut langsung berhubungan dengan rongga; di
sekitar mulut terdapat tentakel sebagai anus; mempunyai dua bentuk (polip
dan medusa); hidup secara sesil.
2. Dalam morfologinya, Porifera terdiri dari osculum, spongocole, branch,
bud, dan canal. Sedangkan Coelenterata terdiri atas dua bentuk, yaitu polip
dan medusa. Dalam klasifikasinya, Porifera dibagi menjadi empat kelas,
yaitu Hexactinellida, Demospongia, Sclerospongea, dan Calcarea.
Coelenterata dibagi juga mejadi empat kelas, yaitu Hydrozoa,
Stromatoporoidea, Scyphozoa, dan Anthozoa.
3. Porifera dapat dimanfaatkan dalam penentuan lingkungan sedimentasi dari
batuan yang mengandungnya, sedangkan Coelenterata dapat dimanfaatkan
sebagai penciri kehidupan terumbu karang di laut, karena keberadaannya
sangat membantu dalam penentu lingkungan pengendapan serta umur
batuan.

DAFTAR PUSTAKA
Miranda, L.S., Morandini, A.C., dan Marques, A.C. 2009. Taxonomic review of

Haliclystus antarcticus Pfeffer, 1889.

Nishikawa, J. 2007. Presentasi “Gelatinous zooplankton: their biology and

ecology”. LIPI-JSPS Training Course on Methods of Zooplankton

Ecology and Identification 2007. Cibinong (tidak dipublikasikan).

NMNH Department. of Invertebrate Zoology, Smithsonian. 2008. NMNH

Department. of Invertebrate Zoology Collections Smithsonian. Diakses

kembali pada tanggal 13 Maret 2015.

http://nhb_acsmith2.si.edu/emuwebizweb/pages/nmnh/iz/ResultsList.php.

Rusyana, A. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.

Tim Asisten 2021. Penuntun Praktikum Paleontologi. Laboratorium Paleontologi :

Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai