Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

FILUM COELENTERATA
(Hydrozoa, Anthozoa, Scyphozoa, Stromatoporoidae)

Disusun Oleh :
FAJAR MANIK
F1D219005

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman yang semakin berkembang tidak terlepas disertai oleh
perkembangan ilmu pengetahuan berkat peran teknologi sekarang ini yang
amat kompleks. Alat-alat yang semakin canggih menjadikan sebuah hal yang
mustahil dapat diketahui walaupun masih ada batasan-batasan. Pada abad 19
perkembangan geologi modern semakin menarik perhatian para ilmuwan untuk
menjawab kejadian-kejadian yang ada sekarang ini bahkan masa lampau.
Untuk mengetahui kondisi kejadian masa lalu diperlukan rekam jejak atau
sebagia bahan bukti mengenai hal tersebut. Namun, secara ilmiah masa lampau
yng berjuta-juta tahun tidak mudah menemukan jejak atau bukti sebagia alat
bantu untuk menjelaskan kejadian yang sudah lama terjadi tersebut.
Paleontologi hadir sebagai ilmu cabang dari ilmu kebumian yang terkhusus
dipelajari oleh calon ahli geologi. Paleontologi yang berisikan kajian serta
perjelasan mengenai perjalanan kehidupan mahluk hidup yang pernah ada di
muka bumi ini hingga perubahan sampai saat ini. Paleontologi mengakses masa
lampau menggunakan sisa peninggalan mahluk pada hidup pada masa berupa
fosil.
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan proses-proses yang
terjadi baik itu di dalam bumi maupun di permukaan bumi, baik itu proses
endogen maupun proses eksogen yang melibatkan organisme yang ada dibumi.
Salah satu cabang ilmu geologi yaitu Paleontologi. Pada hakekatnya paleontologi
dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang makhluk hidup yang hidup pada
zaman dahulu yang telah terawetkan atau studi mengenai fosil. Kata
Paleontologi sendiri terdiri dari tiga kata yaitu: paleo yang artinya hidup, onto
yang artinya masa lampau dan logos yang artinya Knowledge atau ilmu
pengetahuan. Fosil berasal dari bahasa latin yaitu fossa yang berarti menggali
keluar dari dalam tanah. Fosil sendiri adalah peninggalan berupa sisa atau jejak
atau cetakan yang berasal dari makhluk hidup (manusia, hewan, dan
tumbuhan) yang telah terawetkan atau membatu atau mengalami fosilisasi yang
terbungkus oleh material sedimen dan memiliki umur geologi. Organisme yang
telah menjadi fosil tidak serta merta langsung jadi fosil akan tetapi melaui
tahapan yang sangat panjang, mulai dari kematian, terhindar dari proses kimia
yang dapat merusak ataupun dari bakteri pembusuk, transportasi,
terendapkan, tertutupi material sedimen, terlitifikasi dan pada akhirnya
tersingkap dipermukaan.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 1


1.1 Tujuan
1. Mengetahui mengenai filum coelenterata
2 Mengenal keanekaragaman hewan-hewan Coelenterata
3 Mengelompokkan hewan-hewan Coelenterata ke dalam class
3.1 Alat dan Bahan
1.Alat tulis
2. Modul
3. HVS
4. LKS
5. Maket fosil Hydrozoa, Anthozoa, Scyphozoan, Stromatoporoidae.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 2


BAB II
DASAR TEORI

Coelenterata berasal dari kata Yunani koilos enteron Koilos yaitu rongga, enteron
yaitu usus, sering disebut sebagai hewan berongga. Coelenterata merupakan
hewan yang tidak mempunyai usus yang sesungguhnya, tetapi pemberian nama
dengan istilah “Hewan Berongga” itupun masih belum tepat mengingat
Coelenterata adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh yang
sebenarnya (coelom), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang ada di
dalam tubuh yang disebut coelenteron. Dalam kenyataan Coelenteron
merupakan alat yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat pencerna makanan
dan sebagai alat pengedar sari-sari makanan ke seluruh sari-sari makanan ke
seluruh bagian tubuh (Maskoeri, 1992)
Coelenterata umumnya hidup di laut, hanya beberapa jenis yang hidup di
air tawar. Dalam siklus hidupnya ia dapat berbentuk polip yaitu hidup
menempel pada suatu substrat atau berbentuk medusa yang bebas berenang.
Bentuk polip tubuhnya berbentuk silindris, bagian proksimal melekat, bagian
distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Mulut bermuara ke dalam
rongga gastrovaskuler atau enteron yang berfungsi untuk mencerna makanan
dan mengedarkan sari-sari makanan (Noor,2012)
Ciri-ciri Umum Coelenterata Coelenterata memiliki bentuk tubuh simetris
radial dan biradial yang merupakan tipe umum eumetazoa. Hewan-hewan dari
filum ini sudah memiliki jaringan, yaitu sel-sel yang sama akan bergabung
menjadi satu kelompok, tetapi belum memiliki organ yang sebenarnya. Tubuh
Coelenterata memiliki dua lapisan (diploblastic) (Santoso, 2007).
Jaringan di sebelah luar adalah epidermis dan sbelah dalam gastrodermis,
antara kedua lapisan itu terdapat suatu lapisan monoseluler yang disebut
mesoglea (Toharudin dan Cartono, 2001). Tubuhnya memiliki suatu rongga
yang disebut rongga gastrovaskular (coe-lenteron) yang berfungsi sebagai mulut
dan anus (Santoso, 2007).
Coelenterata mempunyai tentakel di sekitar mulutnya, tentakel tersebut
dilengkapi dengan sel-sel knidoblas yang mengandung penyengat atau jelatang
(nematokis) berupa gelembung yang mengandung cairan beracun dan dapat
ditembakkan untuk melumpuhkan mangsa atau untuk pertahanan dirinya
(Toharudin dan Cartono, 2001).
Cara hidup Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton
dan hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk
dimasukkan ke dalam mulut. Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 3


maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup di laut secara soliter atau berkoloni. Ada yang
melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk
bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapatbergerak bebas melayang di air (Tutupoho,
2012).
Cara berkembang biak coelenterata reproduksi pada coelenterata terdiri
dari dua cara, yaitu aseksual (polip) dan seksual (medusa). Perkembangbiakan
polip dilakukan dengan tunas aseksual, sedangkan medusa dapat
menghasilkan sperma dan sel telur. Individu coelenterata dapat bersifat
monoecious atau dioecious. Hasil reproduksi seksual ialah larva planula yang
memiliki silia (rambut getar) dan dapat bebas berenang (Santoso, 2007).
Menurut Santoso (2007). Klasifikasi Coelenterata Filum coelenterata
(cnidaria) terbagi dalam tiga kelas, yaitu hydrozoa, scyphozoa dan anthozoa.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kelas tersebut Hydrozoa
Sebagian besar hydrozoa melakukan pergiliran bentuk antara polip dan
medusa, seperti siklus hidup Obelia. Salah satu anggota kelas ini yang hanya
ditemukan dalam bentuk polip ialah Hydra. Apabila kondisi lingkungan baik,
Hydra akan bereproduksi dengan pertunasan (budding), tetapi ketika kondisi
lingkungan buruk Hydra dapat bereproduksi secara seksual dan membentuk
zigot yang resisten sehingga dapat tetap hidup sampai lingkungan membaik.
Contoh Hydrozoa ialah Obelia, Hydra, dan Physalia.

Gambar 1. Diagram irisan memanjang tubuh Hydra


(Henger dan Engemann dalam Kastawi dkk, 2001)
Pada kelas ini, medusa dapat bertahan lebih lama. Medusanya hidup di antara
plankton sebagai ubur-ubur. Sebagian besar hewan dari kelas ini hidup di
pantai dalam bentuk polip selama hidupnya. Contohnya Aurelia.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 4


Gambar 2. Stuktur tubuh Aurelia
(Barnes dalam Kastawi dkk, 2001)
Anthozoa. Hewan yang termasuk kelas ini ialah anemon laut dan karang
sehingga umumnya hanya ditemukan dalam bentuk polip. Karang biasanya
hidup soliter atau dalam koloni dan karang mensekresikan kerangka eksternal
yang keras karena mengandung kalsium karbonat. Karang yang terdapat di laut
sebenarnya merupakan kumpulan dari sisa-sisa polip yang membentuk "batu".

Gamber 3. Struktur tubuh Metridium dalam irisan longitudinal


(Henger dan Engemann dalam Kastawi dkk, 2001)
Manfaat coelenterata secara spesifik sebenarnya belum ada, tetapi
keberadaan karang laut yang sangat luas dan indah sehingga dapat dijadikan
sebagai tempat hidup dan berkembang biak berbagai jenis hewan laut serta
merupakan objek wisata yang sangat indah (Santoso, 2007).

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 5


3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini praktikan melakukan praktikum filum dari Coelentera
terhadap suatu sepuluh fosil dari filum coelenterate. Dimana dikelompokkan
berdasarkan klasifikasi secara biologi.

Gambar 1. Stromatoporoidea
Stromatoporoidea adalah spesies spons yang tergolong dalam kelas
Demospongiae. Spesies ini juga merupakan bagian dari kelas Demospongiae,
filum Porifera, subregnum Parazoa, dan kingdom Animalia. Seperti spons pada
umumnya, spesies ini memiliki tubuh yang berpori dan permukaan yang keras
seperti batu.Spesies ini memiliki tubuh yang berpori dari permukaan yang keras
seperti batu. Stromatoporoidea ini dapat menyerap oksigen dari air melalui
proses difusi. Cara hidup spesies ini adalah tertambat pada dasar laut yang
dangkal. Dengan lingkungan pengendapannya pada sub-litoral atau pada laut
dangkal dengan kedalaman 0-200 m dibawah permukaan laut.

Gambar 2 Stromatoporoidea
Stromatoporoidea adalah spesies spons yang tergolong dalam kelas
Demospongiae. Spesies ini juga merupakan bagian dari kelas Demospongiae,
filum Porifera, subregnum Parazoa, dan kingdom Animalia. Seperti spons pada
umumnya, spesies ini memiliki tubuh yang berpori dan permukaan yang keras
seperti batu.Spesies ini memiliki tubuh yang berpori dari permukaan yang keras
seperti batu. Spesies ini memiliki tubuh yang berpori dari permukaan yang
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 6
keras seperti batu. Stromatoporoidea ini dapat menyerap oksigen dari air melalui
proses difusi. Cara hidup spesies ini adalah tertambat pada dasar laut yang
dangkal. Dengan Lingkungan pengendapannya pada sub-litoral atau pada laut
dangkal dengan kedalaman 0-200 m dibawah permukaan laut.

Gambar 3. Stromatoporoidea
Stromatoporoidea adalah spesies spons yang tergolong dalam kelas
Demospongiae. Spesies ini juga merupakan bagian dari kelas Demospongiae,
filum Porifera, subregnum Parazoa, dan kingdom Animalia. Seperti spons pada
umumnya, spesies ini memiliki tubuh yang berpori dan permukaan yang keras
seperti batu.Spesies ini memiliki tubuh yang berpori dari permukaan yang keras
seperti batu. Spesies ini memiliki tubuh yang berpori dari permukaan yang
keras seperti batu. Spesies ini memiliki tubuh yang berpori dari permukaan
yang keras seperti batu. Stromatoporoidea ini dapat menyerap oksigen dari air
melalui proses difusi. Cara hidup spesies ini adalah tertambat pada dasar laut
yang dangkal. Dengan Lingkungan pengendapannya pada sub-litoral atau pada
laut dangkal dengan kedalaman 0-200 m dibawah permukaan laut.

Gambar 4. Anthozoa
Fungia sp. merupakan jenis Coelenterata yang termasuk kedalam classis
Anthozoa. Hewan ini hidup berkoloni dan memiliki bentuk dominan berupa polip.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 7


Bentuk dari sekret Fungia sp. seperti bentuk jamur payung tanpa tangkai
terbentuk dari endoskeleton dan memiliki lapisan epidermis sebagai lapisan
luarnya. Terdapat garis-garis membentuk jari-jari lingkaran yang melingkar, dan
di setiap garis-garis tersebut, banyak terdapat rongga-rongga yang merupakan
tempat hidup spesies ini.

Gambar 5. Schypozoa
Spesies ini proses pemfosilannya secara cast yang berumur kambrium
hingga recent. Dengan bentuk tubuhnya yang medusa. Hidupnya secara soliter
dan berenang. Fosilnya lebih sering dijumpai dalam bentuk cetakan, dimana
lingkungan pengendapannya di sub-litoral atau laut dangkal dengan kedalaman
0-200 m dibawah permukaan laut. Berasal dari kata scyphos yang berarti tutup
dan zoon yang berarti hewan. Contoh anggota scyphozoa adalah Aurelia
aurita (ubur-ubur). Aurelia aurita (ubur-ubur) merupakan jenis Coelenterata
termasuk kedalam classis Schypozoa, yang memiliki daur pergiliran keturunan
(metagenesis). Terdapat dua bentuk fase hidup pada spesies ini yaitu fase medusa
dan fase polip yang bernama skifistoma (aseksual). Pada Aurelia aurita fase
dominannya yaitu bentuk medusa (seksual). Dan pengamatan praktikum yang di
lakukan, preparat Aurelia aurita pada fase medusa dengan ciri memiliki mangkuk
dan tentakel di tepi-tepinya serta adanya oral arm yang mengelilingi mulut pesies
ini . Di permukaan mangkuk pada Aurelia aurita terdapat bentuk seperti tapal
kuda yang merupakan gonad (tempat pembentukan sel gamet) pada spesies
tersebut. Aurelia aurita tidak memiliki cakram basal karena pada umumnya fase
medusa hidup secara bebas dan tidak menempel pada sekret.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 8


Gambar 6. Hydrozoa
Hydra viridissima merupakan jenis Coelenterata yang termasuk kedalam
classis Hydrozoa. Memiliki fase hidup berupa medusa dan polip. Fase dominan
pada spesies ini adalah fase polip. Hydra viridissima memiliki ukuran yang sangat
kecil. Biasanya Hidrozoa ini berada di kolam, air tawar dan sungai. Dan
menempel di pinggir-pinggir tembok pada kolam, atau batu-batu pada sungai.
Pada Hydra viridissima tidak berbeda jauh sama seperti Hydra oligactis, untuk
membedakannya dapat dilihat dari warnanya. Hydra oligactis berwarna lebih
gelap kecoklatan sedangkan pada Hydra viridissima berwarna hijau.

Gambar 7. Hydrozoa
Hydra oligactis merupakan jenis Coelenterata yang termasuk kedalam
classis Hydrozoa. Memiliki fase hidup berupa medusa dan polip. Fase dominan
pada spesies ini adalah fase polip. Hydra oligactis memiliki ukuran yang sangat
kecil. Biasanya Hidrozoa ini berada di kolam, air tawar dan sungai. Dan
menempel di pinggir-pinggir tembok pada kolam, atau batu-batu pada sungai.
Pada Hydra oligactis makanan ditangkap dengan tentakel, sengatan dengan
cnidocyte, kemudian dipindahkan ke mulut dan rongga gastrovascular dalam
awal pencernaan extracellular. Ini diikuti dengan pencernaan intracellular
sebagai molekul dan partikel makanan disalurkan oleh arus ciliary pada rongga
gastrovascular kemudian pembelahan dalam dengan sel-sel gastrodermal.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 9


Makanan yang tidak tercerna terexocytos ke rongga gastrovascular kemudian
dibuang melalui mulut, yang juga merupakan anus. Pembentukan kembali
deretan cnidocyte pada tentacle.

Gambar 8. Anthozoa
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, anthos berarti bunga dan zoon
berarti hewan. Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau
hewan bunga, yang meliputi anemone laut serta hewan-hewan karang. Tubuh
anthozoa berbentuk silinder pendek. Pada salah satu ujungnya terdapat mulut
berupa celah yang dikelilingi oleh tentakel yang mengandung nematosista.
Ujung yang lain berupa lempeng untuk melekatkan diri pada suatu dasar. Di
bawah mulut terdapat kerongkongan yang disebut stomodeum. Sepanjang
stomodeum, pada satu sisi atau pada kedua sisi terdapat saluran sempit yang
bersilia dan disebut sifonoglifa yang merupakan alat pernapasan yang paling
sederhana. Di bawah stomodeum terdapat rongga gastrovaskuler yang terbagi
menjadi ruang-ruang kecil oleh sekat-sekat yang berasal dari dinding
kerongkongan. Pada sekat ini terdapat nematosista yang mengeluarkan racun
untuk melumpuhkan mangsanya. Makanannya berupa udang-udangan kecil
dan invertebrata lain.Spesies ini memiliki ciri yang khas yakni pola pada
permukaannya seperti Karang-karangan yang hidup menempel mengikuti
pergerakan air laut. Spesies ini ummunya hidup secara berkelompok atau
berkoloni, dimana lingkungan hidupnya pada laut dangkal. Dan lingkungan
pengendapannya pada Litoral atau zona transisi antara laut dan daratan.
Polidacna sp. merupakan jenis Coelenterata yang termasuk kedalam classis
Anthozoa dengan bentuk dominannya berupa polip yang menempel di sekret
hasil ekresinya. Hidup berkoloni dan memiliki bentuk dominan berupa polip
dengan simetri tubuh berbentuk radial. Polidacna sp. memiliki sekret yang
bentuknya seperti jari-jari tangan seseorang yang mengalami mutasi yang tidak
terjadi pemanjangan (pendek).

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 10


Gambar 9. Anthozoa
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, anthos berarti bunga dan zoon
berarti hewan. Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau
hewan bunga, yang meliputi anemone laut serta hewan-hewan karang. Spesies
ini memiliki ciri yang khas yakni pola pada permukaannya seperti Karang-
karangan yang hidup menempel mengikuti pergerakan air laut. Spesies ini
ummunya hidup secara berkelompok atau berkoloni, dimana lingkungan
hidupnya pada laut dangkal. Dan lingkungan pengendapannya pada Litoral
atau zona transisi antara laut dan daratan.

Gambar 10. Anthozoa


Astroconeia guadaupae merupakan jenis Coelenterata yang termasuk
kedalam classis Anthozoa yang memiliki bentuk tubuh besar (makrosopis). Fase
hidup yang dominan pada spesies ini adalah fase polip. Hidupnya berkoloni
membentuk sekret. Terdapat di lautan baik di laut dangkal maupun di laut
yang dalam. Biasanya terdapat pada laut yang jernih dan perairan yang hangat.
Tubuh sepesies ini mudah diidentifikasi, dan bentuknya seperti keong,
badannya seperti bentuk rumah keong berwarna putih tulang namun lunak, di
ujung tubuhnya terdapat tentakel-tentakel yang berfungsi untuk menangkap
makanannya. Pada pengamatan yang dilakukan, mulut dari Astrocoenia
guadaupae.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 11


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Coelenterata merupakan hewan yang memiliki rongga sentral,
disebut coelenteron. Termasuk hewan yang tubuhnya tersusun oleh
banyak sel dan sudah membentuk jaringan, dan perkembangan
organ tubuhnya masih terbatas;
2. Coelenterata memiliki fase hidup sebagai polip yang bersifat sesil dan
medusa. Polip Coelenterata memiliki cakram basal, batang tubuh,
tentakel di sekitar mulut. Medusa Coelenterata memiliki tentakel,
tentakel mulut, gonad, mangkuk, dan rongga gastrovaskuler;
3. Terdapat 3 class dari phylum Coelenterata, di antaranya:
a) Hydrozoa, merupakan class yang anggotanya memiliki fase polip
dan medusa, dengan fase polip yang lebih dominan,
b) Scyphozoa, merupakan class yang anggotanya memiliki fase polip
dan medusa, dengan fase medusa yang lebih dominan karena
fase polip dengan ukuran yang sangat kecil,
c) Anthozoa, merupakan class yang anggotanya hanya memiliki fase
polip.
4.2 Saran
Pada praktikum kali ini, saran dari saya sebaiknya materi yang di berikan
dapat di terangkan lebih rinci lagi agar para praktikan dapat memahami materi

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 12


DAFTAR PUSTAKA

Kastawi, Yusuf. (2001). Zoologi Avertebrata. Buku ajar pada Jurusan Pendidikan
Biologi Universitas Negri Malang: tidak diterbitkan.
Santoso, Imam. (2007). Biologi - Pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas X.
Bekasi: Interplus.
Toharudin, Uus dan Cartono. (2001). Zoologi Invertebrata. Bandung: Prisma
Press.
Radiopoetro.2002. Zoologi. Erlangga . Jakarta.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Coelenterata 13

Anda mungkin juga menyukai