Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Studi geologi merupakan studi tentang kebumian yang menggunakan
konsep-konsep penelitian dalam ilmu pengetahuan yang saling berhubungan
akibat ruang lingkup yang sangat luas jika berbicara mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan bumi. Ilmu ini akan digunakan dalam menjawab
segala masalah yang berhubungan mengenai kebumian itu sendiri guna
meningkatkan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan manusia baik secara
lingkungannya, aplikasi ilmunya dan lain sebagainya.
Permukaan bumi maupun di dalam permukaan bumi memiliki bentuk,
struktur dan kandungan yang berbeda-beda tergantung material penyusun
lapisan tersebut. Dalam pembentukan material penyusun lapisan tersebut
bukan secara hadir langsung tanpa mengalami proses namun mengalami
proses yang dapat dijelaskan secara bidang keilmuan dan adanya kaitan
dengan keilmuan lainnya. Hal pembentukan berupa batuan ini dijelaskan
dalam suatu cabang ilmu geologi bernama Petrologi. Petrologi merupakan suatu
studi dasar dalam pembelajaran bidang geologi karena secara analisa batuan
merupakan obyek dari bidang ilmu kebumian seperti studi geologi. Tanpa
menguasai bidang petrologi maka ilmu kebumian akan sulit dipelajari tahap
selanjutnya.
Batuan didalam maupun diluar permukaan bumi berasal pertama kali dari
pendinginan magma yang diberi nama batuan beku. Batuan beku yang
mengalami suatu perubahan akibat faktor tertentu menjadikan adanya jenis
batuan lainnya secara asal terbentuknya. Akibatnya perlunya langkah awal
mempelajari batuan beku ini agar ketahap berikutnya lebih mudah dipahami.
Selain dari tujuan itu karena batuan beku memiliki suatu kajian tersendiri
seperti proses terbentuknya, strukturnya, tekstur maupun pemberian namanya
menjadi suatu poin yang sangat perlu untuk dipahami agar tujuan dari ilmu
petrologi dapat tercapai terkhusus terbentuknya calon-calon ahli geologi yang
mahir dibidang ini.
Batuan beku sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam
kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-
beluk mengenai batuan beku ini. Penggunaanya dalam sehari-hari juga
terbilang tidak terlalu hal umum diketahui oleh orang awam karena memang
lebih sulit ditemukan batuan beku dibandingkan batuan jenis lainnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mengetahui yang berkaitan mengenai batuan beku.
2. Mendeskripsikan batuan beku yang telah disediakan.
3. Memberikan penamaan pada batuan beku melalui pendeskripsian pada
batuan.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dari praktikum kali ini adalah:
1.3.1 Alat
1. Alat tulis lengkap
2. LKS batuan beku
3. Lup
4. Komperator batuan beku
5. Kamera
1.3.2 Bahan
1. Sample batuan beku
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam The Penguin Dictionary of Geology, yang dinamakan dengan batuan


(rock) adalah material penyusun kerak bumi yang tersusun baik oleh satu jenis
mineral (monomineralic) maupun oleh banyak jenis mineral (polymineralic).
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
maupun di atas permukaan. Magma merupakan cairan silikat kental dan pijar
yang bersifat mobile dengan suhu berkisar 1500-2500ºC terdapat pada kerak
bumi bagian bawah dan mantel bagian atas.

Gambar 1. Tubuh batuan jenis intrusi


( Sumber:Buku Geologi dasar UNPAD)
Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam bumi, disebut juga
dengan batuan plutonik. Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh
batuan beku intrusi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pertama adalah
konkordan, yaitu intrusi yang sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya,
antara lain: Sill yaitu intrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan
sekitar dengan ketebalan beberapa milimeter sampai beberapa kilometer.
Laccolith sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atasnya. bentuk
tubuh Laccolith. Lopolith bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai
1/12 dari lebar tubuhnya dengan bentuk seperti melensa dimana bagian
tengahnya melengkung ke arah bawah karena elastisitas batuan di bawahnya
lebih lentur. Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu
lipatan. Kedua yaitu diskordan, intrusi yang memotong perlapisan batuan di
sekitarnya, yaitu Dike yaitu intrusi yang berbentuk tabular yang memotong
struktur lapisan batuan sekitarnya. Batholith yaitu intrusi yang tersingkap di
permukaan, berukuran >100km2, berbentuk tak beraturan, dan tak diketahui
dasarnya. Stock yaitu intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang
tersingkap di permukaan <100km2. Dan ada batuan beku ekstrusi Batuan
beku yang berasal dari pembekuan magma baik di daratan maupun di bawah
permukaan laut yang disebut juga dengan batuan vulkanik (Noor, 2012).
Batuan beku intrusive atau plutonik adalah batuan yang terbentuk dibawah
permukaan bumi, pendinginan magma yang terjadi sangat lambat dapat
mencapai jutaan tahun, biasanya kristal-kristal pada batuan beku intrusive
berbentuk sempurna dan mempunyai ukuran kristal yang besar dan lebih
sedikit. Batuan beku tersusun oleh mineral silikat. Mineral ini terbentuk oleh
silikon dan oksigen atau disebut sebagai silika (Si𝑂2 ). Selain itu terdapat ion
Aluminium (Al), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Magnesium (Mg) dan
Besi (Fe) yang merupakan penyusun sebagian besar magma. Ketika magma
mendingin akan membentuk dua kelompok utama mineral silikat yaitu silikat
gelap yang rendah akan kandungan silika (Si𝑂2 ) dan silikat terang yang kaya
akan silika (SiO2) (Tarbuck, 1976).
Menurut Frost (1976) Parameter deskripsi batuan beku warna, warna terbagi
menjadi dua, yaitu Warna segar yaitu warna asli batuan yang belum terjadi
perubahan warna akibat factor-faktor alam. Warna lapuk yaitu warna lapuk
adalah warna luar batuan yang telah terjadi perubahan akibat faktor-faktor
alam seperti oksidasi, pelapukan dan erosi pada batuan tersebut. Komponen,
komponen pada deskripsi bagian beku dibagi menjadi dua, yaitu Fenokris
Fenokris adalah mineral penyusun batuan yang relative besar. Massa dasar
yaitu massa dasar berbentuk butir yang halus dimana massa dasar merupakan
tempat fenokris berada. Tekstur, tekstur pada deskripsi batuan beku terbagi 3,
yaitu ukuran kristal dibagi menjadi tiga Faneritik, memiliki ukuran butir yang
relative besar dan kristal pembentuknya dapat dilihat dengan mata telanjang.
Porifitik memiliki ukuran kristal yang sangat besar. Pada porifitik material
penyusunnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fenokris dan massa dasar.
Afanitik memiliki ukuran kristal yang sangat kecil dan halus sehingga tidak
dapat dibedakan dengan megaskopis. Derajat Kristalisasi menunjukkan
kecepatan pendinginan magma pada batuan.Derajat kistalisasi dibagi menjadi
4, yaitu holokristalin batuan yang hanya tersusun oleh massa kristal yang
dapat dilihat dengan mata megaskopis. Hipokristalin batuan yang tersusun oleh
kristal dan gelas namun lebih dominan kristal daripada gelas.
Hipohyalin batuan yang tersusun oleh kristal dan gelas namun lebih dominan
gelas daripada kristal. Holohyaline batuan yang hanya tersusun oleh massa
gelas.
Menurut Blatt dan Tracy (1996) Keseragaman atau disebut juga granulitas
merupakan keseragaman bentuk mineral yang ada pada batuan beku.
Keseragaman dibagi menjadi 2, yaitu Equigranular yaitu butir-butir mineral
pada batuan beku memiliki bentuk yang sama. Hal tersebut dikarenakan saat
proses kristalisasi batuan memiliki tekanan dan temperature yang sama.
Inequigranular yaitu butir-butir mineral pada batuan beku memiliki bentuk
yang berbeda-beda. Bentuk Kristal dapat dibedakan menjadi 3, yaitu euhedral
yaitu bentuk kristal dan mineral yang mempunyai bidang kristal yang
sempurna. Subhedral yaitu bentuk kristal dan mineral yang mempunyai batas
kristal yang kurang sempurna atau sebagian sempurna. Anhedral yaitu bentuk
kristal dan mineral yang mempunyai batas yang tidak sempurna dan bentuknya
yang tidak jelas. Komposisi mineral pada batuan beku dibagi menjadi 2, yaitu
Mineral utama yaitu mineral yang terbentuk bersamaan proses pembentukan
mineral. Mineral sekunder yaitu mineral yang tumbuh diluar proses
pembentukan mineral. Selanjutnya yaitu struktur batuan struktur batuan
dibagi menjadi 2, yaitu skala besar, yang dibagi menjadi 3 Massif, yaitu tidak
terdapat fragmen batuan lain. Pillow lava, yaitu berbentuk seperti bantal yang
merupakan akibat dari lava yang mendingin dibawah tekanan air. Joint, yaitu
terdapat kekar-kekar pada batuan yang tegak lurus searah aliran. Skala hand
sample, dibagi menjadi 5 yaitu Vesikuler, yaitu terdapat lubang-lubang pada
batuan akibat pelepasan gas saat pembekuan. Scoria, yaitu struktur yang
terdapat sangat banyak lubang melebihi vesikuler. Amygdaloidal, yaitu struktur
dengan lubang-lubang yang diisi oleh mineral sekunder. Xenolith, yaitu
struktur dimana terdapat fragmen batuan yang masuk kedalam batuan
tersebut. Autobreccia, yaitu struktur yang memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava. Keterbentukan batuan yaitu tempat dimana terjadi pembekuan
magma yang akan menjadi batuan beku. Tempat keterbentukan batuan beku
dibagi 3 yaitu plutonik, yaitu terbentuk dibawah permuakan bumi .
Hypabyssal, yaitu terbentuk diantara tempat plutonik dan vulkanik terbentuk
vulkanik/esktrusi, yaitu terbentuk diatas permukaan bumi. Penciri hipobysal
yaitu terdapatnya massa gelas dan Kristal pada tubuh batuan yang tersusun
sama jumlah pada batuan.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan Mineral Felsic (Klasifikasi IUSGS) dan
penamaan batuan beku dapat menggunakan table Fenton dengan parameter
pendeskripsian batuan beku yang sudah dijelaskan diatas.
Gambar 1.1 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineral Felsic
(Klasifikasi IUSGS)

Contoh dari beberapa batuan beku seperti basalt dan diorite. Tempat
keterbentukan basalt adalah vulkanik atau ekstrusif terbentuk diatas
permukaan bumi akibat keluarnya magma yang miskin akan silika melalui
rekahan atau lubang gunung api sebagai erupsi. Keterbentukan diorite adalah
plutonik/intrusive. Genesa diorite merupakan terbentuk akibat pengkristalan
magma dengan silika intermediate di dibawah permukaan bumi, tepatnya pada
subduction zone. Diorite dapat terjadi sebagai intrusi atau sebagai dykes dan
sills yang kecil (Bonewitz, 2012).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum petrologi yang telah dilaksanakan pada acara batuan beku
yaitu pengamatan secara megakopis pada batuan beku melalui beberapa hal
untuk meberikan penamaan pada batuan yang dideskripsikan. Ada sembilan
batuan beku yang digunakan sebagai sampel yakni,
hornblend
kuarsa
e

plagioklas

Gambar 3.1. Sampel batuan beku biotite

Dari pengamatan di laboratorium batuan yang pertama ini memiliki warna


fresh abu-abu dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang
dapat dilihat dengan kasat mata sehingga batuan ini termasuk batuan beku
yang terbentuk secara intrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk
batuan plutonik. Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan
massif yaitu tidak ada fragmen lain pada tubuh batuan. Tekstur yang dibagi
menjadi tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsii kandungan masa
Kristal dan massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam holokristalin yaitu
mengandung massa Kristal semua pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang
keduan yaitu derajat granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat
diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis
fanerik sedang berkisar 1-5 mm. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati
dari hubungan antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular
porfiritik. Mineral penyususun pada batuan ini terdiri dari biotite, hornblend,
kuarsa, plagioklas. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda dengan
hornblend yang berbentuk memanjang pada batuan. Begitu juga dengan
kuarsa yang tidak berwarna dengan kilap kaca sedangkan plagioklas yang
berwarna putih susu. Dari pengamatan K- feldspar lebih sedikit 1/
3 dari
plagioklasnya. Dan batuan ini merupakan batuan plutonik yang kandungan
SiO2 berkisar 52-66% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan
intermediet. Maka dapat disimpulkan dari hasil pendeskripsian batuan ini
diberi nama Diorit. Ganesa batuan terbentuk dari hasil pembekuan magma
secara intrusi di dalam permukaan bumi.
Batuan yang kedua terlihat pada gambar dibawah ini beserta gambar perbesaran pada
suatu sisi dari batuan.

kuarsa hornblend
biotite
e
Gambar 3.2 Sampel batuan kedua
Dari pengamatan di laboratorium batuan yang ketiga ini memiliki warna fresh
abu-abu dan warna lapuk orange kecoklatan. Secara dari bentuk kristalnya
yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata membuat akibat kristalnya yang
besar-besar sehingga batuan ini termasuk batuan beku yang terbentuk secara
ekstrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk batuan vulkanik.
Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan amigdloidal yaitu
batuan yang adanya lubang-lubang diisi oleh mineral sekunder. Tekstur yang
dibagi menjadi tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsi kandungan masa
Kristal dan massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam hipokristalin yaitu
mengandung massa Kristal dan gelas pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang
keduan yaitu derajat granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat
diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis
fanerik halus berkisar 1 mm.. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati
dari hubungan antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular
porfiritik. Mineral penyususun pada batuan ini terdiri dari biotite, hornblend,
kuarsa, plagioklas. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda dengan
hornblend yang berbentuk memanjang pada batuan. Warna hitam pada biotie
dan horbnlend bersifat dominan dari pada berwarna putih antara kuarsa dan
plagioklas. Begitu juga dengan mineral kuarsa yang tidak berwarna dengan
kilap kaca sedangkan mineral Plagioklas yang berwarna putih susu. Dan
batuan ini merupakan batuan vulkanik yang kandungan SiO 2 berkisar 45-
52% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan basa. Dan secara
mineralogi termasuk kelompok Mesocratic rock. Maka dapat disimpulkan dari
hasil pendeskripsian batuan ini diberi nama Basalt. Dengan ganesa terbentuk
dari hasil pembekuan magma akibat penurunan suhu secara ektrusi yang
terbentuk mendekati permukaaan bumi.
Batuan ketiga diperlihatkan pada gambar dibawah ini beserta perbesaran
pada sebagian sisi dari sampel batuan.
plagioklas

biotite hornblend Kuarsa


Gambar 3.3 Sampel batuan beku ketiga e
Dari pengamatan di laboratorium batuan yang ketiga ini memiliki warna
fresh abu-abu dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang
dapat dilihat dengan kasat mata membuat akibat kristalnya yang besar-besar
sehingga batuan ini termasuk batuan beku yang terbentuk secara intrusi dan
secara tekstur dan komposisinya termasuk batuan plutonik. Secara struktur
yang diamati batuan ini termasuk batuan massif yaitu tidak ada fragmen lain
pada tubuh batuan. Tekstur yang dibagi menjadi tiga yaitu derajat
kristalisasinya yaitu proporsi kandungan masa Kristal dan massa gelas batuan .
Batuan ini digolongkan ke dalam holokristalin yaitu mengandung massa Kristal
semua pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang keduan yaitu derajat
granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat diamati dengan jelas
oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis fanerik sedang berkisar 1-5
mm. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati dari hubungan antar butir
Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular porfiritik. Mineral penyususun
pada batuan ini terdiri dari biotite, hornblend, kuarsa, plagioklas dan
beberapa mineral lain yang tidak bisa praktikan amati secara seksama. Biotite
yang berbentuk hitam membulat berbeda dengan hornblend yang berbentuk
memanjang pada batuan. Warna hitam pada biotie dan horbnlend bersifat
dominan dari pada berwarna putih antara kuarsa dan plagioklas maupun K-
Feldspar. Begitu juga dengan mineral kuarsa yang tidak berwarna dengan
kilap kaca sedangkan mineral Plagioklas yang berwarna putih susu. Dari
pengamatan K- feldspar lebih sedikit 1/3 dari plagioklasnya. Dan batuan ini
merupakan batuan plutonik yang kandungan SiO 2 berkisar >66% maka
batuan ini secara kimiawi adalah batuan asam. Dan secara mineralogi
termasuk kelompok Leucrocatic rock, Maka dapat disimpulkan dari hasil
pendeskripsian batuan ini diberi nama Granodiorit. Dengan ganesa terbentuk
dari hasil pembekuan magma akibat penurunan suhu secara intrusi di bawah
permukaaan bumi.
Batuan yang keempat terlihat pada gambar dibawah ini beserta gambar perbesaran
pada suatu sisi dari batuan.

hornblend

plagioklas

Kuarsa biotite

Gambar 3.4. Sampel batuan beku keempat


Dari pengamatan di laboratorium batuan yang keempat ini memiliki warna
fresh hitam dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang dapat
dilihat dengan kasat mata namun memiliki massa gelas yaitu berwarna hitam
mengkilap seperti kaca sehingga batuan ini termasuk batuan beku yang
terbentuk secara ekstrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk
batuan vulkanik. Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan
masif yaitu tidak ada fragmen lain pada tubuh batuan. Tekstur yang dibagi
menjadi tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsi kandungan masa Kristal
dan massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam hipokristalin yaitu
mengandung massa Kristal dan gelas pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang
kedua yaitu derajat granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat
diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis
fanerik halus berkisar 1 mm.. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati
dari hubungan antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular
porfiritik. Mineral penyususun pada batuan ini terdiri dari biotite, hornblend,
kuarsa, plagioklas. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda dengan
hornblend yang berbentuk memanjang pada batuan. Warna hitam pada biotie
dan horbnlend bersifat dominan dari pada berwarna putih antara kuarsa dan
plagioklas. Begitu juga dengan mineral kuarsa yang tidak berwarna dengan
kilap kaca sedangkan mineral Plagioklas yang berwarna putih susu. Dan
batuan ini merupakan batuan vulkanik yang kandungan SiO 2 berkisar 45-
52% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan basa. Dan secara
mineralogi termasuk kelompok Mesocratic rock. Maka dapat disimpulkan dari
hasil pendeskripsian batuan ini diberi nama Basalt. Dengan ganesa terbentuk
dari hasil pembekuan magma akibat penurunan suhu secara ektrusi yang
terbentuk mendekati permukaaan bumi.
Batuan yang kelima terlihat pada gambar dibawah ini beserta gambar perbesaran pada
suatu sisi dari batuan.

Kuarsa biotite
plagioklas

Gambar 3.5. Sampel batuan beku kelima


Dari pengamatan di laboratorium batuan yangkelima ini memiliki warna
fresh abu-abu dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang
dapat dilihat dengan kasat mata sehingga batuan ini termasuk batuan beku
yang terbentuk secara ekstrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk
batuan vulkanik. Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan
masif yaitu tidak ada fragmen lain pada tubuh batuan. Tekstur yang dibagi
menjadi tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsi kandungan masa Kristal
dan massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam hipokristalin yaitu
mengandung massa Kristal dan masa gelas pada semua pada tubuh batuan.
Lalu tekstur yang keduan yaitu derajat granulalitasnya batuan ini memiliki
Kristal yang dapat diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik
dengan jenis fanerik sedang. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati dari
hubungan antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular
porfiritik. Mineral penyususun pada batuan ini terdiri dari biotit, kuarsa,
plagioklas. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda dengan hornblend
jika ditemukan dia berbentuk memanjang pada batuan. Begitu juga dengan
kuarsa yang tidak berwarna dengan kilap kaca sedangkan plagioklas yang
berwarna putih susu. Dari pengamatan K- feldspar lebih sedikit 1/
3 dari
plagioklasnya. Dan batuan ini merupakan batuan antara plutonik dengan
vulkanik atau ada juga disebut hipobisal yang kandungan SiO 2 berkisar 52-
66% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan intermediet. Maka dapat
disimpulkan dari hasil pendeskripsian batuan ini diberi nama Diorit. Ganesa
batuan terbentuk dari hasil pembekuan magma secara intrusi di dalam
permukaan bumi.
Batuan yang keenam terlihat pada gambar dibawah ini beserta gambar perbesaran
pada suatu sisi dari batuan.

biotite Penciri scoaria

Gambar 3.6. Sampel batuan beku keenam


Dari pengamatan di laboratorium batuan yang keenam ini memiliki warna
fresh hitam dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang tidak
dapat dilihat dengan kasat mata sehingga batuan ini termasuk batuan beku
yang terbentuk secara ekstrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk
batuan vlutonik. Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan
scoaria yaitu terdapatnya lubang-lubang akibat pelepasan gas pada saat
pendinginan yang jumlahnya merata pada batuan. Tekstur yang dibagi menjadi
tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsi kandungan masa Kristal dan
massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam hipokristalin yaitu mengandung
massa Kristal dan masa gelas pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang kedua
yaitu derajat granularitasnya batuan ini memiliki Kristal yang tidak dapat
diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini afanitik dengan jenis.
Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati dari hubungan antar butir
Kristal pada batuan memiliki jenis eguigranular. Mineral penyususun pada
batuan ini terdiri dari biotite. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda
dengan hornblend yang berbentuk memanjang pada batuan tetapi sulit dilihat
dari batuan ini. Begitu juga dengan kuarsa yang tidak ditemukan biasanya dia
berwarna dengan kilap kaca sedangkan jika ada plagioklas yang berwarna
putih susu. Dari pengamatan merupakan batuan vulkanik yang kandungan
SiO2 berkisar 45-52% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan basa.
Maka dapat disimpulkan dari hasil pendeskripsian batuan ini diberi nama
basa. Ganesa batuan terbentuk dari hasil pembekuan magma akibat
penurunan suhu secara cepat dan proses ekstrusi di dalam permukaan bumi
sehingga tidak terbentuknya Kristal secara sempurna dan terbentuk gelas.
Begitu juga karena mendingin di permukaan mengakibatkan adanya pengaruh
pelpasan gas sehingga batu ini memiliki lubang-lubang yang relatif banyak.
Batuan yang ketujuh terlihat pada gambar dibawah ini beserta gambar perbesaran
pada suatu sisi dari batuan.

kuarsa
biotite hornblende

Gambar 3.7. Sampel batuan beku ketujuh


Dari pengamatan di laboratorium batuan yang ketiga ini memiliki warna fresh
putih dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang dapat dilihat
dengan kasat mata membuat akibat kristalnya yang besar-besar sehingga
batuan ini termasuk batuan beku yang terbentuk secara intrusi dan secara
tekstur dan komposisinya termasuk batuan plutonik. Secara struktur yang
diamati batuan ini termasuk batuan masif yaitu tidak ada fragmen lain pada
tubuh batuan. Tekstur yang dibagi menjadi tiga yaitu derajat kristalisasinya
yaitu proporsi kandungan masa Kristal dan massa gelas batuan ini digolongkan
ke dalam holokristalin yaitu mengandung massa kristal pada tubuh batuan.
Lalu tekstur yang keduan yaitu derajat granulalitasnya batuan ini memiliki
Kristal yang dapat diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik
dengan jenis fanerik sedang berkisar 1-5 mm.. Tekstur ketiga yaitu relasi yang
dapat diamati dari hubungan antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis
Inequigranular porfiritik. Mineral penyususun pada batuan ini terdiri dari
biotite, hornblend, kuarsa. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda
dengan hornblend yang berbentuk memanjang pada batuan. Warna hitam
pada biotie dan horbnlend bersifat resesif dari pada berwarna putih antara
kuarsa dan plagioklas. Begitu juga dengan mineral kuarsa yang tidak
berwarna dengan kilap kaca sedangkan mineral Plagioklas yang berwarna
putih susu. Dan batuan ini merupakan batuan plutonik yang kandungan SiO2
berkisar >66% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan asam. Dan
secara mineralogi termasuk kelompok Leucrocatic rock. Maka dapat
disimpulkan dari hasil pendeskripsian batuan ini diberi nama Granidiorit.
Dengan ganesa terbentuk dari hasil pembekuan magma akibat penurunan
suhu secara intrusi yang terbentuk di dalam permukaaan bumi. Akibat
pendingin yang lama magma terbentuknya Kristal yang baik.
Batuan yang kedelapan terlihat pada gambar dibawah ini beserta gambar
perbesaran pada suatu sisi dari batuan.

k-feldspar
Kuarsa hornblend biotit
e

Gambar 3.8. Sampel batuan beku kedelapan


Dari pengamatan di laboratorium batuan yang pertama ini memiliki warna
fresh merah daging dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang
tidak dapat dilihat dengan kasat mata sehingga batuan ini termasuk batuan
beku yang terbentuk secara ekstrusi dan secara tekstur dan komposisinya
termasuk batuan vulkanik. Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk
batuan masif yaitu tidak ada fragmen lain pada tubuh batuan. Tekstur yang
dibagi menjadi tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsi kandungan masa
Kristal dan massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam holokristalin yaitu
mengandung massa Kristal semua pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang
keduan yaitu derajat granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat
diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis
fanerik sedang berkisar 1-5 mm. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati
dari hubungan antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular
porfiritik. Mineral penyususun pada batuan ini terdiri dari biotite, hornblend,
kuarsa, k-feldspar. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda dengan
hornblend yang berbentuk memanjang pada batuan. Begitu juga dengan
kuarsa yang tidak berwarna dengan kilap kaca sedangkan k-feldspar yang
berwarna merah daging.
Dari pengamatan K- feldspar lebih sedikit 1/
3 dari plagioklasnya. Dan
batuan ini merupakan batuan vulkanik yang kandungan SiO2 berkisar 45-
52% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan intermediet. Maka dapat
disimpulkan dari hasil pendeskripsian batuan ini diberi nama Andesit. Ganesa
batuan terbentuk dari hasil pembekuan magma secara ekstrusi di permukaan
bumi akibat pendinginan magma yang dulunya bersuhu tinggi menjadi
rendah. Pembekuannya relatif cepat jauh dari inti bumi yang bersuhu tinggi
dibandingkan suhu permukaan bumi. Andesit mudah dikenali oleh warnanya.
Batuan yang terakhir dapat dilihat pada gambar dibawah ini beserta gambar
perbesaran pada suatu sisi dari batuan.

Kuarsa
biotite
Gambar 3.9. Sampel batuan beku kesembilan
Dari pengamatan di laboratorium batuan yang pertama ini memiliki warna
fresh hitam dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang dapat
dilihat dengan kasat mata sehingga batuan ini termasuk batuan beku yang
terbentuk secara intrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk batuan
plutonik. Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan massif
yaitu tidak ada fragmen lain pada tubuh batuan. Tekstur yang dibagi menjadi
tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsii kandungan masa Kristal dan
massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam holokristalin yaitu mengandung
massa Kristal semua pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang keduan yaitu
derajat granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat diamati dengan
jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis fanerik sedang
berkisar 1-5 mm. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati dari hubungan
antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular porfiritik. Mineral
penyususun pada batuan ini terdiri dari biotite, kuarsa. Biotite yang
berbentuk hitam membulat berbeda dengan hornblend jika ditemukan yang
berbentuk memanjang pada batuan. Begitu juga dengan kuarsa yang tidak
berwarna dengan kilap kaca sedangkan tidak adanya plagioklas yang
berwarna putih susu. Dari pengamatan K- feldspar lebih sedikit 1/
3 dari
plagioklasnya. Dan batuan ini merupakan batuan plutonik yang kandungan
SiO2 berkisar 52-66% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan
intermediet. Maka dapat disimpulkan dari hasil pendeskripsian batuan ini
diberi nama Andesit. Ganesa batuan terbentuk dari hasil pembekuan magma
secara ekstrusi di dalam permukaan bumi.
Dari beberapa sampel batuan ternyata dapat diberi penamaan setelah
diuraikan berdasarkan beberapa kriteria. Hal ini membuat hal yang pemberian
batuan tidak terlalu rumit dan diakui seluruh dunia dalam (IUGS)
Internasional Union Of Geologicals Sciens.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan
magma akibat menurunnya suhu magma yang bersifat mobile tersebut.
Tempat keterbentukan dan prosesnya terbentuknya serta perbedaan
kandungan batuan dari hasil proses tersebut menjadikan batuan beku
bermacam-macam tipenya dan dapat diberi nama setelah dilakukan
pendeskripsian dan mecocokkan pada parameter yang telah diakui oleh
dunia
2. Sebelum pemberian nama pada batuan dimulai pendeskripsian dari
warna, jenis batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi
mineral, nama batuan akan didapat setelah membandingkannya
dengan parameter yang ada. Serta ganesa dapat diketahui dari
pendeskripsian yang dilakukan sehingga memproleh nama pada
batuan. Pedekripsian ini dilakukan dengan cara megaskopis sehingga
kemungkinan besar adanya kekeliruan pada pendeskripsian.
3. Setelah diamati dan diketahui deskripsi batuannya maka batuan dari
pertama hingga akhir adalah Diorit, Andesit, Granodiorit, Basalt, Diorit,
Basalt, Granodiorit, Andesit dan Andesit,
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum petrologi kedepannya yaitu diharapkan
kepada praktikan agar lebih teliti dalam mengamati dan mendeskripsikan
batuan karena hal kecil akan memberikan dampak kesalahan pada penamaan
batuan khususnya batuan beku.
DAFTAR PUSTAKA

Blatt, Harvey., et al. (1996). Petrology: Igneous, Sedimentary and Metamorphic.


New York: W.H Freeman.
Bonewitz, Ronald Louis. (2012). Nature Guide Rocks and Mineral. United States :
DK Publishing.
Frost, B Ronald., Frost, Carol D. (2014). Essentials of Igneous and Metamorphic
Petrology. Cambridge: Cambridge University Press,
Tarbuck, Edward J., Frederick K. Lutgens & Dennis Tasa. (1976). Earth Science.
Petrology. Cambridge: Cambridge University Press.
Noor, Djauri, 2012. Geologi Dasar. Bandung: Universitas Pakuan

Anda mungkin juga menyukai