PENDAHULUAN
Contoh dari beberapa batuan beku seperti basalt dan diorite. Tempat
keterbentukan basalt adalah vulkanik atau ekstrusif terbentuk diatas
permukaan bumi akibat keluarnya magma yang miskin akan silika melalui
rekahan atau lubang gunung api sebagai erupsi. Keterbentukan diorite adalah
plutonik/intrusive. Genesa diorite merupakan terbentuk akibat pengkristalan
magma dengan silika intermediate di dibawah permukaan bumi, tepatnya pada
subduction zone. Diorite dapat terjadi sebagai intrusi atau sebagai dykes dan
sills yang kecil (Bonewitz, 2012).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum petrologi yang telah dilaksanakan pada acara batuan beku
yaitu pengamatan secara megakopis pada batuan beku melalui beberapa hal
untuk meberikan penamaan pada batuan yang dideskripsikan. Ada sembilan
batuan beku yang digunakan sebagai sampel yakni,
hornblend
kuarsa
e
plagioklas
kuarsa hornblend
biotite
e
Gambar 3.2 Sampel batuan kedua
Dari pengamatan di laboratorium batuan yang ketiga ini memiliki warna fresh
abu-abu dan warna lapuk orange kecoklatan. Secara dari bentuk kristalnya
yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata membuat akibat kristalnya yang
besar-besar sehingga batuan ini termasuk batuan beku yang terbentuk secara
ekstrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk batuan vulkanik.
Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan amigdloidal yaitu
batuan yang adanya lubang-lubang diisi oleh mineral sekunder. Tekstur yang
dibagi menjadi tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsi kandungan masa
Kristal dan massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam hipokristalin yaitu
mengandung massa Kristal dan gelas pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang
keduan yaitu derajat granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat
diamati dengan jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis
fanerik halus berkisar 1 mm.. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati
dari hubungan antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular
porfiritik. Mineral penyususun pada batuan ini terdiri dari biotite, hornblend,
kuarsa, plagioklas. Biotite yang berbentuk hitam membulat berbeda dengan
hornblend yang berbentuk memanjang pada batuan. Warna hitam pada biotie
dan horbnlend bersifat dominan dari pada berwarna putih antara kuarsa dan
plagioklas. Begitu juga dengan mineral kuarsa yang tidak berwarna dengan
kilap kaca sedangkan mineral Plagioklas yang berwarna putih susu. Dan
batuan ini merupakan batuan vulkanik yang kandungan SiO 2 berkisar 45-
52% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan basa. Dan secara
mineralogi termasuk kelompok Mesocratic rock. Maka dapat disimpulkan dari
hasil pendeskripsian batuan ini diberi nama Basalt. Dengan ganesa terbentuk
dari hasil pembekuan magma akibat penurunan suhu secara ektrusi yang
terbentuk mendekati permukaaan bumi.
Batuan ketiga diperlihatkan pada gambar dibawah ini beserta perbesaran
pada sebagian sisi dari sampel batuan.
plagioklas
hornblend
plagioklas
Kuarsa biotite
Kuarsa biotite
plagioklas
kuarsa
biotite hornblende
k-feldspar
Kuarsa hornblend biotit
e
Kuarsa
biotite
Gambar 3.9. Sampel batuan beku kesembilan
Dari pengamatan di laboratorium batuan yang pertama ini memiliki warna
fresh hitam dan warna lapuk coklat. Secara dari bentuk kristalnya yang dapat
dilihat dengan kasat mata sehingga batuan ini termasuk batuan beku yang
terbentuk secara intrusi dan secara tekstur dan komposisinya termasuk batuan
plutonik. Secara struktur yang diamati batuan ini termasuk batuan massif
yaitu tidak ada fragmen lain pada tubuh batuan. Tekstur yang dibagi menjadi
tiga yaitu derajat kristalisasinya yaitu proporsii kandungan masa Kristal dan
massa gelas batuan ini digolongkan ke dalam holokristalin yaitu mengandung
massa Kristal semua pada tubuh batuan. Lalu tekstur yang keduan yaitu
derajat granulalitasnya batuan ini memiliki Kristal yang dapat diamati dengan
jelas oleh mata sehingga batuan ini fanerik dengan jenis fanerik sedang
berkisar 1-5 mm. Tekstur ketiga yaitu relasi yang dapat diamati dari hubungan
antar butir Kristal pada batuan memiliki jenis Inequigranular porfiritik. Mineral
penyususun pada batuan ini terdiri dari biotite, kuarsa. Biotite yang
berbentuk hitam membulat berbeda dengan hornblend jika ditemukan yang
berbentuk memanjang pada batuan. Begitu juga dengan kuarsa yang tidak
berwarna dengan kilap kaca sedangkan tidak adanya plagioklas yang
berwarna putih susu. Dari pengamatan K- feldspar lebih sedikit 1/
3 dari
plagioklasnya. Dan batuan ini merupakan batuan plutonik yang kandungan
SiO2 berkisar 52-66% maka batuan ini secara kimiawi adalah batuan
intermediet. Maka dapat disimpulkan dari hasil pendeskripsian batuan ini
diberi nama Andesit. Ganesa batuan terbentuk dari hasil pembekuan magma
secara ekstrusi di dalam permukaan bumi.
Dari beberapa sampel batuan ternyata dapat diberi penamaan setelah
diuraikan berdasarkan beberapa kriteria. Hal ini membuat hal yang pemberian
batuan tidak terlalu rumit dan diakui seluruh dunia dalam (IUGS)
Internasional Union Of Geologicals Sciens.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan
magma akibat menurunnya suhu magma yang bersifat mobile tersebut.
Tempat keterbentukan dan prosesnya terbentuknya serta perbedaan
kandungan batuan dari hasil proses tersebut menjadikan batuan beku
bermacam-macam tipenya dan dapat diberi nama setelah dilakukan
pendeskripsian dan mecocokkan pada parameter yang telah diakui oleh
dunia
2. Sebelum pemberian nama pada batuan dimulai pendeskripsian dari
warna, jenis batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi
mineral, nama batuan akan didapat setelah membandingkannya
dengan parameter yang ada. Serta ganesa dapat diketahui dari
pendeskripsian yang dilakukan sehingga memproleh nama pada
batuan. Pedekripsian ini dilakukan dengan cara megaskopis sehingga
kemungkinan besar adanya kekeliruan pada pendeskripsian.
3. Setelah diamati dan diketahui deskripsi batuannya maka batuan dari
pertama hingga akhir adalah Diorit, Andesit, Granodiorit, Basalt, Diorit,
Basalt, Granodiorit, Andesit dan Andesit,
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum petrologi kedepannya yaitu diharapkan
kepada praktikan agar lebih teliti dalam mengamati dan mendeskripsikan
batuan karena hal kecil akan memberikan dampak kesalahan pada penamaan
batuan khususnya batuan beku.
DAFTAR PUSTAKA