Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA III : PORIFERA DAN COELENTERATA

LAPORAN

OLEH:
URIP CAHYADI
D061201011

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bumi ini terdapat banyak jenis makhluk hidup yang tak terhitung

jumlahnya. Dan semua makhluk hidup tersebut pasti akan mengalami kematian

baik itu binatang, manusia maupun tumbuhan. Setelah mengalami kematian

sebagian dari makhluk itu meninggalkan sisa-sisa kehidupan dalam jangka waktu

yang lama dan biasa dikenal dengan istiah fosil. Berdasarkan asal katanya, fosil

berasal dari bahasa latin yaitu “fossa” yang berarti "galian", adalah sisa-sisa atau

bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.

Bicara mengenai fosil berarti berbicara mengenai paleontologi,

Paleontologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari fosil. Seluk beluk

fosil dipelajari oleh seorang paleontologist. Fosil terbentuk dari proses dari proses

penghancuran peninggalan organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi

ketika tumbuhan atau hewan terkubur dalam kondisi lingkungan yang bebas

oksigen. Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam

beberapa kasus, kandungan mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya

terlarut semua sehingga digantikan dengan cetakan. Praktikum paleontologi dalam

acara Filum Porifera ini bermaksud untuk memberikan pemahaman kepada

praktikan agar dapat mendiskripsikan damn membedakan fosil Porifera dengan

fosil lainnya dengan melihat ciri-ciri, bentuk, proses pemfosilannya serta

lingkungan pengendapannya.
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

praktikum kali ini bermaksud ialah mengembangkan pemahaman mengenai

fosil – fosil dari filum porifera dan coelenterate Serta dapat membedakan atara

kedua filum tersebut.

Adapun tujuan dari praktikum acara ini yaitu :

1. Praktikan dapat mengetahui ciri – ciri dan anatomi dari filum porifera dan

coelenterata.

2. Praktikan dapat mengetahui morfologi dan klasifikasi dari filum porifera dan

coelenterata.

3. Praktikan dapat mengidentifikasi fosil dari filum porifera dan coelenterata.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Porifera

2.1.1 Filum Porifera

Secara Bahasa kata porifera berasal dari dua Bahasa yaitu porus yaitu

rongga dan ferre yaitu mempunyai, sehingga dari kata tersebut porifera adalah

hewan yang memiliki rongga. Umumnya porifera hidup berkoloni dengan cara

melekat pada dasar perairan yang tidak terlalu dalam. Porifera juga biasa disebut

sebagai kingdom Parazoa.

Gambar 2.1 Filum Porifera

2.1.2 Ciri-ciri Porifera

Adapun ciri-ciri dari porifera yaitu:

a. Sebagian besar hewan berpori hidup di laut, hanya sebagian yang hidup di

air tawarTubuhnya berpori-pori, berbentuk seperti vas bunga, pipih, atau


bercabang, dan melekat di dasar air. Pori-pori ini berfungsi sebagai tempat

untuk masuknya air yang mengandung bahan makanan ke dalam tubuh.

b. Rangka luar terdiri atas spikula yang tersusun dari zat kapur dan zat kersik.

Organisme bersel multiseluler. Terdapat sel dengan bentuk khusus yang

disebut koanosit atau sel leher. Pada umumnya soliter, namun beberapa

spesies berkoloni

2.1.3 Klasifikasi Porifera

Adapun klasifikasi filum porifera sebagai berikut:

a. Kelas Calcareae (Calcispongiae)

Secara Bahasa calcareae berasal dari Bahasa latin yaitu calca yang artinya

kapur dan spongiae yang artinya porifera. Calcareae biasanya hidup di laut

dangkal lebih dari 10 cm dan biasanya berbentuk vas bunga.

b. Kelas Demospongia

Domospongia dalam bahasa Yunani berarti tebal spons, memiliki rangka

yang tersusun dari serabut Spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena

mengandung pigmen yang terdapat pada amoesbit. Hal ini untuk melindungi dari

matahari. Bentuknya tidak beraturan dan bercabang. Tingginya bisa sampai 1

meter. Habitatnya umumnya di laut dalam maupun dangka,meskipun kadang

ditemukan di air tawar. Demospongia adalah satu-satunya kelompok porifera yang

anggotanya ada hidup di air tawar. Contoh Demospongia adalah Spongia,

Hippospongia, dan Niphlates digitalis.


c. Hexactinellida (Hyalospongiae)

Hexactinellida dalam bahasa Yunani berarti enam spons memiliki spikula

yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang.

Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk.

Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini

hidup soliter di laut pada kedalaman 200-1000 m. Contoh Hexactinellida adalah

Euplectella.

2.1.4 Morfologi Porifera

Porifera merupakan salah satu kelas dari invertebrata atau hewan tidak

bertulang belakang.Porifera adalah hewan yang pada permukaan tubuhnya

berpori. Pori-pori ditubuhnya dihubungkan oleh saluran kecil menuju rongga yang

dindingnya mempunyai rambut getar. Fungsi pori sebagai saluran keluar

masuknya air yang mengandung bahan makanan ke dalam rongga tubuh. oriferra

merupakan hewan bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana atau primitive,

karena sel-sel cenderung bekerja sendiri-sendiri dan belum terorganisi dengan

baik serta belum mempunyai organ atau jaringan sejati, merupakan hewan

multiseluler, tapi belum mempunyai jaringan, organ dan sistem organ.Gerakanya

sangat kecil dan hidupnya bersifat menetap. Biasanya porifera terdapat pada

perairan jernih, dangkal dan menempel pada substrat.

Beberapa menetap di dasar perairan berpasir atau berlumpur.Ukuran tubuh

porifera sangat berfariasi, dari sebesar kacang polong sampai setinggi 90 cm

dengan lebar 1 meter. Bentuk spons juga bermacam-macam, beberapa simetri


radial, tetapi kebanyakan berbentuk tidak beraturan dan dengan pola bervariasi,

seperti : massif, tegak, merayap (encrusting) atau tumbuh bercabang.

2.1.5 Manfaat Porifera

Beberapa jenis Porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan

sebagai spons mandi dan alat gosok.Namun, spons mandi yang banyak digunakan

umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera

2.2 COELENTERATA

2.2.1 Filum Coelenterata

Tubuhnya seperti Kantong berongga dengan sebuah lubang sebagai

mulutnya. Mulut ini dikelilingi oleh beberapa alat peraba yang disebut tentakel.

Adapun sel penyengat juga dipergunakan oleh hewan berongga untuk

melemaskan mangsanya.

Gambar 2.2.1 filum coelenterata

2.2.2. Ciri-Ciri Coelenterata

Berikut ini pencirian umum dari Filum Protozoa

1. Berongga dengan sebuah lubang sebagai mulut


2. Terdapat sel-sel penggatal atau sel penyengat

3. Terdapat Mesoglea

4. Ada yang berbentuk medusa dan polip.

2.2.3 Klasifikasi Coelenterata

1. Hydrozoa

Hydrozoa memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus

hidupnya. Hydrozoa mampu hidup soliter. Biasanya berkoloni dan hidup di laut

2. Anthozoa

Anthozoa biasanya memilki tentakel berwarna-warni, dan hanya memiliki

bentuk polip. Polip Anthozoa lebih besar dari polip Kelas Coelenterata yang

lainnya. Hidupnya di laut dangka; secara berkoloni.

3. Scyphozoa

Scyphozoa memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus

hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur mangkuk karena

bentuknya seperti mangkuk transparan.

2.2.4 Morfologi Coelenterata

Coelenterata memiliki penciri berupa tubuh yang berongga Coelenterata ini

mempunyai bentuk tubuh simetri radial, yakni bagian yang sama didistribusikan

dengan secara merata di dalam susunan melinkar dari poros tengah. Hewan

tersebut juga tidak mempunyai kepala serta segmen tubuh.

2.2.5 Manfaat Coelenterata

Pada ekosistem laut, Coelenterata berperan dalam mencegah abrasi daratan

dengan menahan gelombang laut menggunakan terumbu karang. Dalam perairan,


berperan sebagai plankton. Karang yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

tempat perkembangbiakan biota laut.

BAB III
METODOLOGI

3.1 METODOLOGI

Metode yang akan digunakan dalam praktikum acara pertama ini adalah

pengenalan dan pendeskripsian fosil yang di lakukan oleh praktikan.

3.2 TAHAPAN METODOLOGI

Adapun tahapan-tahapan praktikum, diantaranya:

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama-tama diawali dengan pembukaan

asistensi acara 3 yaitu Porifera dan Coelenterata. Setelah pembawaan materi

singkat terkait pengenalan dan pendeskripsian fosil Porifera dan Coelenterata,

asisten memberi tugas pendahuluan yang menjadi syarat sebelum bisa mengikuti

kegiatan praktikum.

3.2.2 Tahapan Praktikum

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Paleontologi, Departemen

Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan kegiatan

praktikum, pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui

sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah

responsi dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan diberikan 8


sampel fosil untuk kemudian di deskripsikan dan dituliskan pada lembar kerja

praktikan.

3.2.3 Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil yang

benar.

3.2.4 Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi dari

asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan yang

telah ditentukan.

Tabel 3.1 Diagram alir

Studi Literatur

Pengolahan data

Mengambil sampel fosil mendeskripsi fosil dari literatur yang ada

Membuat hasil, pembahasan, dan kesimpulan


dari praktikum yang telah dilaksanakan

3.3 ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan, diantaranya:


1. Buku penuntun

2. Sampel Fosil

3. LKP (Lembar Kerja Praktikan)

4. Kartu kontrol

5. Lembar asistensi

6. Referensi berupa hardcopy

7. Pensil warna

8. ATK

9. HVS A4

10. Clipboard

11. Sarung tangan latex

Anda mungkin juga menyukai