PENDAHULUAN
Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu dari geologi yang membahas
Objek kajian dari petrologi yaitu batuan yang merupakan penyusun dari kulit
bumi.
Batuan merupakan hasil agregat dari mineral atau komponen baik yang
sejenis ataupun tidak sejenis yang memiliki komposisi kimia. Berdasarkan pada
proses terbentuknya batuan dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk
dari hasil pembekuan magma. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk
hasil sedimentasi, baik secara mekanik, kimia ataupun organik. Batuan metamorf
merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi dari batuan sebelumnya. Ketiga jenis batuan tersebut memiliki
sedimen yang memiliki struktur berlapis atau tidak berlapis, dan tekstur klastik
menambah ilmu mengenai petrologi khususnya batuan sedimen klastik dan batuan
piroklastik
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Referensi Petrologi
3. LKP
5. Sampel Batuan
yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak
memiliki susunan kimiawi yang tetap, biasanya tidak homogen. Batuan tidak
perlu padat dan keras dan biasanya merupakan agregat-agregat yang berukuran
cukup besar, tetapi dapat pula dalam ukuran yang cukup kecil atau tersusun oleh
benda gelas saja. Batuan dari segi asal dan keterdapatan di lapangan dapat
digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan
satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri
kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Dalam
ilmu geologi batu ( tunggal ) dan batuan ( jamak ) merupakan benda padat yang
terbuat secara alami dari mineral dan atau mineraloid. Lapisan luar padat Bumi
Litosfer terbuat dari batuan. Dalam batuan umumnya ialah tiga jenis yaitu batuan
beku, sedimen dan malihan. Penelitian ilmiah batuan disebut perrologi dan
suhu dan tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya (protolith), baik itu
batuan beku, sedimen, maupun batuan metamorf itu sendiri (Winter, 2001; Best,
metamorf juga disebut sebagai batuan malihan, demikian pula dengan prosesnya,
yaitu proses
berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi di atas 200C dan 300
MPa (megapascal) pada kedalaman tekanan 3 kbar dan terjadi dalam kondisi
padat. Proses diagenesa sendiri berlangsung pada suhu di bawah 200C dan proses
pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh di bawahnya dalam lingkungan
atmosfer.
terbatas
pada suatu daerah dengan kondisi geologi tertentu, seperti sabuk pegunungan,
batas
kontinen, dan daerah- daerah tektonik aktif. Keterdapatannya yang sangat terbatas
dan proses pembentukannya yang sangat kompleks menjadikan batuan ini
dijadikan
salah satu media oleh para ahli geologi, khususnya ahli petrologi untuk
mempelajari
dinamika bumi. Selain itu, batuan ini juga merupakan sumber mineralisasi
logam-logam ekonomis dan batu dimensi atau yang lebih dikenal dengan batu
mulia
yang bernilai sangat mahal yang banyak diburu oleh kolektor, baik dari dalam
batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktivitas kimia fluida,
gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi
tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitu pula pada teksturnya. Menurut
suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia
dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida dalam jumlah bervariasi di antara butiran
mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan
mempercepat proses metamorfisme. Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada
pada jaringan antar butir batuan mempunyai peranan yang penting dalam
metamorfosa. fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon
dioksida, asam hidroklorik dan hidroflourik. Umumnya fluida dan gas tersebut
bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membantu reaksi kimia dan
a. Struktur Foliasi
1. Slaty Cleavage
2. Phyllitic
phyllite (filit).
4. Gneissic/Gnissose
disebut gneiss.
1. Hornfelsic/granulose
3. Milonitic
disebut mylonite
(milonit).
4. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik
1. Relict/Palimset/Sisa
sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak
2. Kristaloblastik
tampak.
2. Afanitit bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
itu sendiri.
berbentuk anhedral.
dapat di gunakan salah satu klasfikasi yaitu klasifikasi W.T Huang 1962
Metode yang akan digunakan dalam praktikum acara kelima ini adalah
Pada tahapan awal, kami melakukan studi literatur dan terbagi kedalam
berbagai tahapan seperti asistensi acara dimana dijelaskan secara umum mengenai
materi batuan metamorf foliasi dan metamorf non foliasi. Selanjutnya akan
Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi dari
asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan yang
telah ditentukan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur dan tekanan yang tinggi
pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi
pelapukan dan diagenesa. Berdasarkan struktur, metamorf terbagi dua yaitu foliasi
mineral.
batuan metamorf foliasi dan 3 sampel batuan metamorf non foliasi sehingga total
3. Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama
batuan berada dalam kondisi padat. Perbedaan factor tekanan dan suhu akan
Foliasi).
5.2 Saran
Adapun saran kami untuk praktikum kali ini antara lain :
sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Press. Makassar
Lombok