Anda di halaman 1dari 19

Anggota Kelompok :

NANANG HIDAYAT (21010110)

RIZALUL GHOISI (21010112)

EKA PRASETIO BUDIYANTO (21010113)

BEERTY APRILIAN (21010114)

KELOMPOK : 23

PJK : SINTYA AYU WIRATAMA

PERCOBAAN III
BATUAN METAMORF

3.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan metamorf
2. Mengetahui kenampakan fisik batuan metamof
3. Mengetahui deskripsi batuan metamorf
4. Mengetahui cara mengindentifikasikan batuan metamorf
5. Mengetahui cara mengamati komponen-komponen batuan metamof
3.2 Dasar Teori
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari batuan induk
yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf
sendiri yang telah mengalami proses atau perubahan mineralogi, tekstur
maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Menurut Grovi (1931), perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi. Hasil rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru,
begitu pula pada teksturnya. Menurut H. G. F. Winkler (1906), metamorfisme
adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fasa padat karena
pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi
1
tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan
dan diagenesa.
Dalam hal pengklasifikasian jenis batuan metamorf, hal yang harus kita
perhatikan adalah:
Tipe-tipe metamorfisme:
1. Metamorfisme Thermal (kontak): terjadi akibat perubahan/ kenaikan
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung

2
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
2. Metamorfisme Dinamis: terjadi di daerah pergeseran/ pergerakan yang
dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya
hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
3. Metamorfisme Regional : proses yang berperan adalah kenaikan tekanan
dan temperatur. Proses ini tejadi secara regional, berhubungan dengan
lingkungan tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan
“zona tunjaman”, dsb.
4. Metamorfisme Kataklastik/ Kinematik/ Dislokasi: terjadi akibat
sesaryang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar
(dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
5. Metamorfisme Burial: terjadi akibat pembebanan (biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi) maupun perubahan mineralogi (ditandai munculnya
mineal zeolit).
6. Metamorfisme Lantai Samudera: terjadi akibat pembukaan lantai
samudera (ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat
dimana lempeng (litosfer) terbentuk.

STRUKTUR BATUAN METAMORF


1. Struktur Foliasi (Schistosity): sifat pelapisan berdaun (foliates = daun).
Dalam pelapisan berdaun, penyusunan kristal-kristal dari mineral tumbuh
memanjang.
2. Struktur Non-Foliasi: struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang
equidimensional, seringkali terjadi pada metamorfosa thermal.

3
Beberapa struktur yang bersifat foliasi:
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar (Gambar
3.1). Dapat dijumpai pada bidang belah batusabak/slate, mineral mika mulai
hadir, teratur dan sejajar.

Gambar 3.1 Strukur slaty cleavage dan sketsa pembentukan struktur

b. Phyllitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan granular, rekristalisasi lebih kasar dari pada slaty cleavage,
batuanmengkilap dari pada batusabak (mulai banyak mineral mika). Batuannya
disebut Phyllite (Gambar 3.2).

3
Gambar 3.2 Struktur Phyllitic

c. Schistosic
Terbentuknya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatik atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai
kasar. Batuannya disebut Schist (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Struktur Schistosic dan sketsa pembentukan struktur

d. Gneissic/ Gneiss
Terbentuk oleh adanya perselingan, lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatik (mineral
ferro-magnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus, melainkan
terputus-putus. Batuannya disebut Gneiss (Gambar 3.4).

4
Gambar 3.4 Struktur Gneissic dan sketsa pembentukan struktur

Beberapa struktur yang bersifat Non-Foliasi:


a. Struktur Hornfelsik (Hornfels)
Struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam
b. Struktur Kataklastik
Struktur terdiri dari pecahan-pecahan/ fragmen-fragmen batuan maupun
mineral, dimana tidak menunjukkan arah
c. Struktur Milonitik
Sama seperti stuktur katalistik, hanya saja butirannya lebih halus dan
dapat dibelah-belah seperti Schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai
untuk ciri adanya sesar pada suatu daerah.
Gambar 3.5 Struktur Granulose

Gambar 3.6 Milonitic

TEKSTUR BATUAN METAMORF


Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuknya (Gambar 3.7) dibagi menjadi:
1. Lepidoblastik: terdiri dari mineral-mineral tabular/ pipih, misalnya
mineral mika (muskovit, biotit)
2. Nematoblastik: terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral
plagioklas, k-felspar, piroks

7
3. Granoblastik: terdiri dari mineral-mineral granular (ekuidimensional),
dengan batas-batas suture (tidak teratur) dengan bentuk mineral
anhedral, misalnya kuarsa.
4. Tekstur Homeoblastik: bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya
lepidoblastik saja.
5. Tekstur Hetereoblastik: bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik.

Gambar 3.7 Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf berdasarkan pengamatan petrografi dibagi


menjadi:
a. Porfiroblastik, beberapa mineral yang ukurannya lebih besar
dari mineral lainnya,
b. Poikiloblastik atau seive texture, tekstur porfiroblastik
denganporphyroblasts tampak melingkupi bidang kristal yang lebih kecil,

7
c. Mortar texture, fragmen mineral lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama,
d. Decussate texture, tekstur kristaloblastik batuan poli-mineralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
e. Acarodial texture, tekstur yang tampak seperti gula pasir.

Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa


dibagi menjadi:
1. Plimpest (tekstur sisa)
a. Blastopofiritik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur
porifiritik.
b. Blastooporitik, suatu tektur sisa dari batuan asal yang bertekstur
optik.

KOMPOSISI MINERAL
Pada hakikatnya komposisi mineral batuan metamorf dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Mineral Stress, mineral yang tebentuk stabil pada kondisi tekanan dan suhu,
dimana mineral ini dapat terbentuk pipih dan prismatik,
2. Mineral Anti-Stress, mineral yang berbentuk bukan dalam kondisi
tekanan dan biasanya berbentuk equidimensional.

7
1.3 Alat dan Bahan

I. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
J. Bahan
1. 3 jenis batuan metamorf

1.4 Prosedur Percobaan

Siapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan

Amati Jenis Batuan, warna batuan, struktutr batuan, tekstur batuan


( derajat kristalisasi, granularitas,bentuk kristal, relasi), komposisi batuan
dan nama batuan

Ambil foto dari batuan dan gambar pada buku pendahuluan

Catata hasil deskripsi pada buku pendahuluan

Ulangi langkah 1 – 4 untuk batuan kedua dan ketiga

7
PERCOBAAN IV
PETA KONTUR #1

4.1 Tujuan
1. Mengetahui tentang peta topografi dan fungsinya
2. Mengetahui elemen-elemen peta topografi
3. Menggambar peta kontur berdasarkan titik ketinggian atau kedalaman
4. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta

4.2 Dasar Teori


Bentuk-bentuk topografi meliputi bukit, lembah, dataran pantai, jurang
dan semacamnya juga dimasukkan dalam bentuk topografi seperti gunung api,
aliran lava, garis patahan (Scarf Faulth).
Dari bentuk-bentuk topografi yang dihasilkan dari proses erosi dan
pengendapan yang arahnya keatas disebut bentuk positif dan yang tertekan
kebawah disebut bentuk negative.
Kriteria-kriteria yang termasuk sebagai ciri khas bentuk bentuk topografi
dapat diketahui dengan :
1. Pengenalan permukaan
2. Bentuk umum yang meliputi bidang datar dan profil yang menentukan
arah
3. Dengan bidang dakung topografi sekitarnya
4. Struktur bagian dalam
5. Untuk konstruksi pengendapan : mencirikan butir kasar/ Fragmen

7
4.2.1 Peta Topografi
Topografi merupakan tanda fisik dari daratan. Peta topografi adalah peta yang
mewakili dari bentuk, ukuran, posisi dan hubungan dari pengenal fisik dari
suatu area mencakup pegunungan, bukit, lembah dan sungai.
Umumnya bagian-bagian dari peta topografi terdiri dari:
1. Nama geografi/ judul peta
2. Skala peta
3. Penunjuk arah utara
4. Legenda peta
5. Lintang/ Bujur
6. Keterangan lain

4.2.2 Garis Kontur


Peta topografi digambarkan dalam garis kontur. Garis kontur adalah gariskhayal
kontinyu di lapangan/ peta yang menghubungkan titik dengan
ketinggian/ kedalaman yang sama. Interval kontur adalah jarak vertikal antara
dua garis k ontur yang berurutan. Indeks kontur adalah garis kontur yang
dicetak besar dalam peta, yang merupakan kelipatan sepuluh dari interval
kontur.

4.2.3 Peta dan Penampang Kontur


Jika peta merupakan tampak horizontal suatu area, maka penampang adalah
tampak vertikal dari suatu peta. Berikut ini ilustrasi perbedaan penampang peta
dan peta.

7
Tumpukan silinder

Tumpukan silinder
Gambar 4.1 Ilustrasi penampang peta, dan tampilan 3D

Beberapa sifat Garis Kontur diantaranya:


1) Satu garis kontur mewakili satu nilai ketinggian/ kedalaman tertentu.
2) Berbentuk kurva tertutup.
3) Garis kontur mempunyai nilai yang lebih rendah/ dalam mengelilingi garis
kontur yang lebih tinggi/ dangkal.
4) Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan yang terjal/ curam.
5) Garis kontur yang jarang menunjukkan keadaan permukaan yang landai
6) Tidak bercabang.
7) Tidak berpotongan.

7
100 m

ketinggian
75 m

Nilai
50 m

Garis proyeksi

50 m
75 m

100 m Peta kontur


ketinggian

Gambar 4.2 Ilustrasi penampang merupakan proyeksi dari peta

Gambar 4.3 Ilustrasi penampang dan peta yang menunjukkan topografi curam
dan landai

7
Gambar 4.4 Contoh gambar garis kontur tidak boleh bercabang dan berpotongan.

4.2.4 Peta Permukaan dan Bawah Permukaan


Peta permukaan merupakan topografi saat ini atau tampak atas yang muncul di
permukaan, sedangkan peta bawah permukaan merupakan peta di bawah permukaan
laut atau di bawah permukaan tanah.
Jika peta permukaan ditunjukkan dengan angka ketinggian dan bernilai positif,
maka peta bawah permukaan ditunjukkan dengan angka kedalaman dan diberikan
cirri angka negatif. Peta bawah permukaan biasanya berasosiasi dengan peta reservoir
migas.
Angka negatif pada peta bawah permukaan diambil terminologi TVDSS
atauTrue Vertical Depth Sub Sea. Berikut ini gambaran perbedaan peta permukaan
dan bawah permukaan.

7
ft
300

200

100

-100

-200

-300

ft

Gambar 4.5 Ilustrasi perbedaan penampang dan peta permukaan dengan penampang
peta bawah permukaan.

7
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
4.3.2 Bahan
1. Peta depth structure

7
PERCOBAAN V
PETA KONTUR #2

5.1 Tujuan
1. Menggambar peta kontur lebih lanjut dengan patahan
2. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta
5.2 Dasar Teori
Secara mendasar, patahan terdiri dari 3 jenis:
1) Patahan normal
2) Patahan naik
3) Patahan geser

Terdapat elemen-elemen dalam patahan. Berikut ini adalah elemen-elemen dalam


patahan normal.

Keterangan
a) Throw e) Displacement
b) Heave f) Dip angle
c) Foot wall g) Strike angle
d) Hanging wall

Gambar 5.1 Elemen-elemen dalam patahan

7
5.3 Alat dan Bahan
5.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
5.3.2 Bahan
1. Peta depth structure dengan patahan normal
2. Peta depth structure dengan patahan mendatar

37

Anda mungkin juga menyukai