Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, dapat berasal batuan beku,
batuan sedimen, atau batuan metamorf sendiri yang mengalami metamorfosa. Metamorfosa
adalah proses rekristalisasi di dalam kerak bumi yang keseluruhan atau sebagian bsar terjadi
dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase cair sehingga terbentuk struktur dan mineralogi
baru akibat pengarug temperature dan tekanan yang tinggi (Suharwanto, 2017). Metamorfosa
dapat juga dikatakan sebagai proses-proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fasa padat
karena pengaruh atau respon terhadap kondisi kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi kimia
dan fisika tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk
pelapukan dan diagenesa. Metamorfosa dalam geologi merujik pada perubahan dari kelompok
mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan
temperature yang berbeda dengan tekanan dan temperature saat batuan tersebut pertama kalinya
terbentuk (Noor, 2009).
Tipe-tipe Metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.1.1 Tipe Metamorfosa Lokal
Tipe ini disebut metamorfosa local karena penyebaran metamorfosa ini terbatas sekali,
hanya sampai beberapa meter hingga beberapa puluh meter.
a) Metamorfosa Kontak atau Termal
Metamorfosa kontak disebabkan oleh adanya kenaikan temperature pada batuan
tertentu. Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada batuan sekitarnya mengakibatkan
metamorfosa kontak. Zona metamorfosa kontak di sekitar tubuh batuan tersebut
dinamakan daerah kontak (contact aureole) yang efeknya terlihat pada batuan
sekitarnya. Lebar daerah penyebaran panas tersebut berkisar dari beberapa sentimeter
hingga beberapa kilometer. Pada metamorfosa kontak, batuan sekitarnya brubah
menjadi hornfels atau batu tanduk yang susunannya bergantung pada batuan sedimen
asalnya.
b) Metamorfosa dislokasi/katalistik/dynamo
Batuan metamorf ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, misalkan pada
daerah sesar besar. Proses metamorfosanya terjadi pada lokasi dimana batuan ini
mengalami proses penggerusan secara mekanik yang disebabkan oleh factor
penekanan baik tegak maupun mendatar. Batuan metamorf katalistik khusus dijumpai
di jalur-jalur orogenesa dimana proses pengangkatan diikuti oleh fase perlipatan dan
pematangan batuan.
1.1.2 Tipe Metamorfosa Regional
a) Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan factor yang berpengaruh
adalah temperature dan tekanan yang tinggi. Secara geografis dan genetik penyebaran
batuan metamorf ini sangat erat kaitannya dengan aktivitas orogenesis atau proses
pembentukan pegunungan lipatan gunung api, meliputi daerah yang luas dan selalu
dalam bentuk sabuk pegunungan yaknu dalam daerah geosinklin. Dengan demikian
erat hubungannya dengan tumbukkan dua buah lempeng tektonik khususnya antara
kerak samudera dan kerak benua membentuk suatu jalur penujaman atau subduction
zone.
b) Metamorfsa beban atau burial
Batuan metamorf ini terbentuk oleh proses pembebanan oleh suatu massa
sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang sangat luas atau dikenal
dengan sebutan cekungan geosinklin. Proses terjadinya hamper tidak berkaitan
dengan aktivitas orogenesis maupun intrusi, tetapi lebih pada suatu proses bersifat
regional atau dikenal dengan proses epirogenesis.
Batuan metamorf tentu memiliki strukturm yaitu struktur foliasi dan struktur non-foliasi. Struktur
foliasi merupakan struktur yang ditunjukkan dengan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan
metamorf tersebut. Sedangkan struktur batuan non-foliasi merupakan struktur batuan yang tidak
memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf.
1.1.3 Struktur Foliasi
a) Slatycleavage :Struktur batuan peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf,
merupakan derajat rendah dai lempung. Mineralnya berukuran halus dan kesn
kesejajarannya halus.
b) Filitik : struktur ini mirip dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya lebih kasar.
c) Skistosa : struktur dimana mineral pipih lebih dominan dibandingkan dengan mineral
butir. Biasanya dihasilkan dari metamorfosa regional.
d) Gneissa : struktur dimana jumlah mineal granular related lebih banyak dari mineral
pipih
1.1.4 Struktur Non-Foliasi
a) Hornfelsik : struktur yang ditandai dengan butiran-butiran seragam, terbentyk pada
bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku.
b) Milonitik : struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang
mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halis dan liniasinya ditunjukkan
oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler terkadang masih menyimpan
lensa batuan asalnya.
c) Katalistik : struktur hamper sama dengan struktur milonitik, namun butirannya tebal
dan kasar.
d) Pilotonik : struktur yang menyerupai milonitik tetapi ukuran butirnya relative lebih
kasar dan mendekati tipe filit
e) Flaser : seperti struktur katalistik dimana struktur batuan asal yang berbentuk lensa
tertanam pada massa dasae milonit.
f) Augen : seperti struktur flaser, hanya saja llensanya terdiri dari butir-butir feldspar
dalam massa dasar yang lebih halus.
g) Granulose: struktur ini hamper sama dengan hornfelsikm hanya butirannya
mempunyai ukuran yang relative tidak sama besar.
h) Liniasi : struktur yang memperlihatkan adanya kumpulan mineral yang berbentuk
jarum (fibros)
1.1.5 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan metamorf digolongkan menjadi :
a) Tekstur Kristaloblastik
Teksur ini terjadi pada saat tumbuhnys mineral dalam suasana padat (tekstur batuan
asalnya tidak nampak lagi), bukan mengkristal dalam suasana cair. Oleh karena itu
kristal yang terjadi disebut blastos.
Macam-macam tekstur kristaloblastik, yaitu :
1. Lepidoblastik : tekstur yang didominasi oleh mineral pipih dan memperlihatkan
orientasi sejajar, seperti mineral biotit, muskovit, dan sebagainya.
2. Granoblastik : tekstur batuan metamorf yang terdiri dari mineral yang
membentuk butiran yang seragam, seperti kuarsa, kalsit, garnet, dan sebagainya.
3. Nematoblastik : tekstur yang terdiri atas mineral-mineral berbentuk prismatic
menjarum yang memperlihatkan orientasi sejajar, seperti amfibol, silimanit,
piroksen, dan lain-lain.
4. Porfiroblastik : tekstur batuan metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris)
tertanam pada massa dasar yang relative halus. Identik dengan porfiritik pada
batuan beku.
5. Idioblastik : tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral penyusunnya
euhedral.
6. Xenoblastik : tekstur batuan metamorf dimana mineral penyusunnya berbentuk
anhedral.
b) Tekstur Palimpsest
Merupakan tekstur sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf.
Macam-macam tekstur palimpsest, yaitu :
1. Blastoporfiritik : suatu sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
2. Blastopsefit : suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirannya lebih
besar dari pasir (psephite).
3. Blastopsamit : tekstur yang mirip dengan blastopsefit, hanya saja ukuran butirnya
sama dengan pasit (psamite).
4. Blastopellite : tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran butir lempung
(pellite).
1.1.6 Komposisi Batuan Metamorf
Secara megaskopis, sulit untuk mendeskripsikan atau menentukan komposisi mineral
batuan metamorf. Pada hakekatnya komposisi batuan metamorf dapat dibagi 2 golongan,
yaitu :
a) Mineral Stress
Mineral stress merupakan mineral yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral
ini dapat berbentuk pipih atau tubular, primatik, maka mineral tersebut akan tumbuh
tegak lurus terhadap gaya arah. Contoh dari mineral stress, yaitu mika, temolit-
actinolit, zeolite, glaukofan, hornblende. Serpentin, silimanit, kyanit, claurite,
epidote, staurolit, dan antopilit.
b) Mineral Anti-Stress
Mineral anti-stress merupakan suatu mineral yang berbentuk bukan dalam kondisi
tekanan dimana biasanya berbentuk equidimensional. Contoh dari mineral ini yaitu
kuarsa, feldspar, garnet, kalsit, dan koordierit.
c) Mineral Khas Batuan Metamorf
1.2 Batusabak
Batusabak (batu tulis), penamaannya didasaran pada salah satu kegunaannya, yaitu dapat
dipergunakan untuk menulis. Batusabak merupakan batu malihan yang berasal dari lempung atau
serpih yang mengalami metamorfosa regional ataupun metamorfosa kontak tingkat rendah hingga
sedang yang dicirikan oleh facies hornfels – subfacies hornblende hornfels. Jenis batuan ini akan
mengalami rekristalisasi pada suhu 500 derajat celcius, pada tekanan ±2,5 kilobar. Dari hasil
analisa mineralogy teliti batusabak di Indonesia tersusun oleh mineral kuarsa (30%), illite (27%),
serisit (10%), kalsit (10%), plagioklas (6%), klorit (5%), dolomit (4%), grafit (2,5%), dan rutil
(0,5%). Kandungan mineral tersebut sangat ditentukan oleh batuan asal dan kandungan mineral
tersebut mempengaruhi warna batusabak, missal warna abu-abu sampai hitam karena grafit,
merah dan violet karena hematit, warna hijau karena klorit atau oksida besi (Sukandarrumidi,
2009).
1.3 Gneiss
1.4 Kuarsit
1.5 Marmer
1.6 Sekis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batusabak
Batuan ini memiliki warna hitam dan berjenis batuan metamorf regional. Batuan ini
memiliki panjang ….cm, lebar …cm, dan tinggi …cm. batuan ini memiliki struktur foliasi
berjenis Slatycleavage dan bertekstur kristaloblastik berjenis lepidoblastik. Komposisi dari batuan
ini adalah mineral stress hornblende. Memiliki protolith berupa batulempung. Batuan ini tidak
berbuih saat ditetesi HCl. Batyan tersebut adalah Batusabak.
Petrogenesa dari batuan ini adalah terbentuknya oleh batuan dasar yang berupa
batulempung yang mengalami kontak metamorfosa sebagai proses intrusi dari batuan beku dan
membentuk batusabak. Batusabak merupakan batuan malihan yang berasal dari lempung atau
serpih yang mengalami metamorfosa regional ataupun metamorfosa kontak tingkat rendah –
medium yang dicirikan oleh facial hornfels – subfacies hornblende homfel. Batusabak memiliki
mika muskovit dan biotit. Batusabak terbentuk pada suhu 500 derajat celcius atau pada tekanan
2,5 kilobar terbentuk berbanding terbalik, tetapi lebih tinggi suhunya. Dari hasil analisa
mineralogy teliti batusabak di Indonesia tersusun oleh mineral kuarsa (30%), illite (27%), serisit
(10%), kalsit (10%), plagioklas (6%), klorit (5%), dolomit (4%), grafit (2,5%), dan rutil (0,5%).
Kandungan mineral tersebut sangat ditentukan oleh batuan asal dan kandungan mineral tersebut
mempengaruhi warna batusabak, missal warna abu-abu sampai hitam karena grafit, merah dan
violet karena hematit, warna hijau karena klorit atau oksida besi. Batusabak termasuk dalam
batuan metamorf regional tingkat rendah. Ciri utama dari batu sabak bidang belahnya (cleavage)
parallel bertekstur lepidoblastik – granoblastik, kadang-kadang polikiloblastik, struktur sekistos,
dengan mineral utamanya mika, cordenit andalusit, warna mengarah kewarna gelap mengkilap
(Sukandarrumidi, 2009).
Batuan ini memiliki warna hitam diakibatkan kandungan mineral hornblende sebagai
komposisi mineral stress yang menyatu sehingga warna batuannya adalah warna hitam
mengkilap. Batuan ini memiliki struktur berupa slatycleavage batuan ini memiliki ukuran
butirnya lebih rendah daripada lempung. Batuan ini berjenis metamorf regional sehingga batuan
ini terbentuk mempengaruhi denhan suhu dan tekanan. Batuan ini memiliki tekstur lepidoblastik
dikarenakan mineral hornblendenya membentuk pipih dan terlihat persejajarannya. Pengujian
dengan menggunakan larutan HCl tidak menghasilkan buih dikarenakan tidak mengandung unsur
karbonat pada batuan ini. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori yang ada.
Batusabak termasuk dalam jenis batuan metamorf tipe regional disebabkan karena
batusabak terbentuk oleh pengaruh tekanan dan suhu yang rendah sampai sedang. Batuan ini
terbentuk dari batuan asal yaitu batulempung yang terkena kontak dengan suhu 500 derajat
celcius dan 2,5 kilobar tekanan yang mengakibatkan mineral yang terdapat pada batuan ini
mengalami pemipihan. Batuan ini memiliki struktur berupa slatycleavage berupa ukuran butir
lebih rendah daripada lempung sehingga butir-butirnya berbentuk lebih kecil daripada lempung.
Tekstur yang dimiliki batusabak merupakan tekstur kristaloblastik yaitu lepidoblastik yang mana
tekstur tersebut juga dihasilkan dari pengaruh suhu dan tekanan yang rendah. Batuan ini memiliki
kandungan mineral hornblende yang mengakibatkan warna batuan ini hitam mengkilap. Batuan
ini memiliki metamorf kontak rendah diakibatkan adanya permukaan seperti mineral hornblende
yaitu warna hitam mengkilap. Batusabak memiliki kenampakan yang hamper sama dengan filit,
perbedaan antara kedua batuan adalah batusabak memiliki persejajaran mineral yang sangat halus
berukuran lempung sedangkan filit memiliki persejajaran mineral yang lebih kasar. Saat diberi
tetesan HCl batuan ini tidak berbuih karena tidak mengandung unsur karbonat.
Balok batusabak sesuai dengan keperluan digergaji dan dibentuk. Batusabak yang sudah
diolah dapat dimanfaatkan untuk atap rumah, batu temple dinding, batu tulis (pada masa lampau),
sedang pecahannya dapat digerysmenhadu tepung sebagai bahan pengisi atau pengembang dalam
alat industry cat. Batusabak banyak ditemukan pada Daerah Istimewa Aceh : Daerah Goh.
Kedondong, Goh. Tebara. Tanah Reubuh, Bukit Lampulo, pada Sumatera Barat :Siguntur Mudo.
Kabupaten Pesisir Selatan. Simkam. Kabupaten Solok dan Panti Kabupaten Pasaman : Desa
Tanjungbalit, Kecamatan Lembah Girnanli. Kabupaten Solok (Sukandarrumidi, 2009).
2.2 Gneiss
Batuan ini memiliki warna abu-abu dan memiliki jenis metamorf regional. Batuan ini
memiliki ukuran panjang …cm, lebar …cm, dan tinggi …cm. batuan ini memiliki strktur foliasi
berjenis gnesosa dan memiliki tekstur granoblastik. Komposisi pembentuk batuan ini adalah
mineral stressnya adalah muskovit, feldspar, dan kuarsa. Saat diberi tetesan larutan HCl tidak
menghasilkan buih. Batuan tersebut adalah Gneiss.
Gneiss adalah batuan metamorf tipe regional yang terbentuk dari batuan sedimen atau
granit pada suhu dan tekanan yang tinggi yaitu lebih dari 575 derajat celcius di batas lempeng
konvergen, terbentuk dengan derajat metamorfisme yang tinggi. Kebanyakan gneiss adalah
batuan dengan ukuran butir medium. Tidak seperti sekis, foliasi pada gneiss lebih berkembang,
tetapi tidak memiliki kecenderungan untuk terbagi di sepanjang bidang. Kebanyakan dari gneiss
mengandung kuarsa dan feldspar. Kristal besar seperti garnet dapat juga muncul. Gneiss
menyusun inti dari banyak pegunungan . jenis gneiss yaitu gneiss pensil memiliki bentuk mineral
individu atau mineral yang beragregat. Sedangkan, orthogneiss terbentuk dari batuan beku, dan
paragneiss terbentuk dari batuan sedimen. Selain itu, terdapat augen gneiss yang memiliki satu
mineral, berbentuk mata dan memiliki butir yang lebih besar dari butiran lainnya dalam batuan
(Bonewitz, 2012). Gneiss adalah batuan metamorf dengan mineral yang biasa ditemukan adalah
kuarsa, dan feldspar. Terdapat juga gneiss yang tersusun atas biotit, muskovit, dan amfibol.
Dikarenakan tingginya tingkat metamorfisme maka komponen yang terang dan gelap terpisah,
menjadikan gneiss memiliki karakteristik yang berlapis sejajar. Kebanyakan gneiss tersusun atas
feldspar dan lapisan yang kaya akan mineral ferromagnesian, gneiss ini sering muncul karena
deformasi yaitu lipatan dan kadang karena sesar. Kebanyakan dari gneiss memiliki komposisi
felsic dan sering terbentuk dari granit atau riolit. Bagaimanapun, bentuk gneiss yang terbentuk
oleh tingkat metamorfisme yang tinggi berasal dari batu serpih (Lutgens, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan, gneiss memiliki warna abu-abu dan termasuk dalam
batuan jenis metamorf yang bermetamorfosa regional. Struktur termasuuk foliasi yaitu adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun dengan jenis gneiss karena mineral-mineral yang granular
relative lebih banyak dari mineral-mineral pipih dan mewakili metamorfosa regional derajat
tinggi. Tekstur pada gneiss yaitu termasuk dalam kristaloblastik dengan jenis granoblastik karena
didominasi oleh mineral-mineral yang membentuk butiran seragam. Batuan ini memiliki
komposisi berupa mineral anti stress yaitu olivine, fluorit, dan feldspar. Pada saat batuan ini
ditetesi HCl batuan ini tidak berbuih karena tidak mengandung karbonat. Hal tersebut sesuai
dengan dasar teori yang ada.
Warna abu-abu disebabkan karena adanya mineral kuarsa yang menyusun batuan dan
berjenis batuan metamorf akubat adanya proses perombakan kembali batuan asal yang
menyebabkan adanya perubahan mineral penyusun dimana batuan asalnya berasal dari batuan
sedimen. Struktur batuan adalah fokiasi gniss yaitu struktur dimana jumlah mineral-mineral yang
granular lebih relatif daripada mineral pipih. Tekstur batuan adalah kristaloblastik granoblastik
yang terdiri dari mineral yang membentuk butir seragam. Batuan ini memiliki komposisi mineral
berupa kuarsa dan feldspar. Saat ditetesi HCl batuan ini tidak berbuih karena batuan ini tidak
mengandung karbonat.
Gneiss yang merupakan batuan metamorf biasanya sulit untuk dipecah. Hal ini
menjadikan gneiss dapat digunakan sebagai konstruksi jalan, pondasi bangunan, dan proyek-
proyek lansekap lainnya. Gneiss juga dapat dibuat menjadi blok dan lempengan yang digunakan
pada berbagai bangunan, paving dan pagar. Beberapa gneiss dapat dipoles dan menghasilkan
batuan arsitektur seperti lantai, dinding, tapak tangga, kusen jendela, dan batu nisan. Gneiss dapat
ditemukan di Daerah Istimewa Aceh : Daerah Goh. Kedondong, Goh. Tebara, Tanah Reubuh,
Bukit Lampulo, Bidien, Janbuaye, Laudo (warna abu-abu gelap). Sumatera Barat : Siguntur
Mudo, Kabupaten Pesisir Selatan, Sirukam, Kabupaten Solok dan Panti Kabupaten Pasaman
(warna abu-abu gelap) : Desa Tanjungbalit, Kecamatan Lembah Gumanli, Kabupaten Solok
(warna abu-abu pernah dimanfaatkan untuk batu tulis) (Sukandarrumidi, 2009).
2.3 Kuarsit
Batuan yang diamati memiliki panjang …cm, lebar …cm, dan tinggi …cm. batuan
tersebut berwarna putih, temasuk jenis batuan metamorf. Struktur batuan non foliasi. Batuan ini
memiliki tekstur granoblastik. Komposisi pada batuan tersebut terdiri dari mineral stress berupa
kuarsa, mika, dan mineral anti stress berupa kuarsa. Batuan tersebut terdapat pengotor HCl dan
tidak berbuih saat ditetesi HCl. Batuan tersebut adalah Kuarsit.
Kuarsit merupakan mineral kuarsa yang mengalami metamorfosa regional. Batuan ini
akan mengalami kristalisasi pada temperature 800 derajat celcius atau pada tekanan 5,5 kilobar.
Kuarsit terbentuk dari batuan sedimen yang banyak mengandung mineral kuarsa yaitu jenis
arkose atau greywacke, orthoquarzite, jasper, flint, batuan silica lainnya. Kuarsa yang ada dapat
pula merupakan hasil rombakan batuan beku asam antara lain aplit dan pegmatite. Kuarsit yang
murni berwarna putih, tekstur granoblastik, mosaic sakaroidal, struktur foliasi tergantung
banyaknya mineral pipih. Kehadiran mineral lain sebagai kontaminan menyebabkan perubahan
warna misalnya adanya mineral biotit, grafit atau magnetic mengakibatkan warna gelap. Sifat-
sifat fisik dari kuarsit tidak jauh berbeda dengan kuarsa (Sukandarrumidi, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan dan pendeskripsian di laboratorium, diketahui bahwa
kuarsit merupakan batuan jenis metamorf karena mengalami proses rekristalisasi di kedalaman
kerak bumi (3-20km) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat,
yakni tanpa melalui fasa cair. Struktur batuan non-foliasi yaitu tidak menunjukkan adanya
penjajaran mineral penyusun batuan. Batuan meiliki tekstur granoblastik. Komposisi pada
batuan tersebut terdiri dari mineral stress berupa mika, kuarsa, dan mineral anti stress berupa
garnet sehingga tidak dapat berbuh jika ditetesi HCl. Hasil dari pengamatan dan pendeskripsian
di laboratorium sesuai dengan teori.
Kuarsit digolongkan ke dalam batuan metamorf karena merupakan batuan yang berasal
dari proses rekristalisasi batuan sebelumnya. Kuarsit memiliki warna putih karena komposisi
batuan ini terdiri dari kuarsa. Kuarsit memiliki struktur non-foliasi, hal ini karena kuarsit
terbentuk ketika batupasir yang kaya kuarsa diubah oleh panas, tekanan, dan aktivitas kimia
akibat proses metamorphosis. Kuarsit memiliki tekstur granoblastik karena terbentuk dari
mineral-mineral yang membentuk butiran seragam. Kuarsit memiliki komposisi mineral stress
berupa mika, kuarsa, dan mineral anti stress berupa garnet sehingga tidak dapat berbuh jika
ditetesi HCl karena tidak mengandung karbonat.
Pengolahan kuarsit sangat ditentuan oleh rencana pemanfaatannya. Dalam keadaan belum
diolah kuarsit dapat dimanfaatkan sebagai agregat bahan bangunan. Sesudah diolah dengan
persyaratan tertentu kuarsit dapat dimanfaatkan seperti mineral kuarsa antara lain pembuatan bata
refraktori, bahan abrasive, industry gelas, keramik, agregat lantai dan dinding. Persebaran di
Indonesia terdapat di Nangroe Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah
(Sukandarrumidi, 2009).
2.4 Marmer
Batuan ini memiliki ukuran panjang …cm, lebar …cm, dan tinggi …cm. Batuan ini
memiliki warna putih keabuan dan memiliki jenis metamorf kontak. Batuan ini memiliki struktur
non-foliasi dan betekstur granoblastik. Komposisi mineral antistressnya adalah kalsit. Batuan ini
saat ditetesi HCl menghasilkan buih. Batuan tersebut adalah marmer.
Marmer atau batuan pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan
dari batu gamping yang mengandung karbonat. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh
gaya endogen menyebabkan terjadinya rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai
macam foliasi maupun non-foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur
baru dan keteraturan butir. Marmer akan selalu berasosiasi keberadaannya dengan batugamping.
Setiap ada marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap batugamping ada batu
marmer (Ferriyal, 2005). Disebut pula sebagai marble, batu pualam, hasil proses metamorfosa
kontak atau regional dari jenis batu gamping. Oleh sebab out jenis dari marmer sangat tergantung
dari jenis batuan asal. Warna asli marmer adalah putih, tetapi terdapat warna pengotor yang justru
membuat marmer menjadi menarik. Mineral pengotor antara lain grafit memberi warna hitam-
coklat, pyrit, ilmenit memberi warna coklat kemerahan. Kadang-kadang didapatkan juga dalam
jumlah sedikit mineral lain yaitu dolomit, kuarsa, mika, klorit, plagioklas, diopsid, piroksen,
tremolit, wolastonit, visuvianit, forsterit, olivine, talk, brucit, serpentin, dan periklas. Disamping
itu tingkat metamorfosa dari tingkat rendah hingga tinggi berawal dari zeolite facies hingga
granulite facies dan ini tampak pada sayatan petrografi. Berdasarkan atas kegunaannya marmer
dibagi menjadi 2 jenis yaitu marmer ordinario untuk bangunan dan marmer statuario untuk seni
pahat. Marmer apabila digergaji dan dipoles menunjukkan gambaran yang bervariasi dan dikenal
dengan istilah tekstur (Sukandarrumidi, 2009).
Warna batuan adalah putih keaban dengan jenis batuan metamorf karena perombakan
kristal dari batuan asal. Struktur batuan adalah non-foliasi dan tekstur batuan adaah
kristaloblastik-granoblastik. Komposisi mineral penyusun batuan adalah berupa mineral antistress
yaitu kalsit. Saat ditetesi dengan HCl menunjukkan batuan berbuih dan terdapat vein atau rekahan
yang terdapat mineral sekunder yaitu kalsit. Hasil uji di laboratorium menunjukkan kecocokan
dengan teori yang ada.
Batuan marmer merupakan salah satu batuan metamorf yang terbentuk akibat
perombakan batugamping akibat adanya pengaruh tekanan dan temperature yang tinggi. Marmer
memiliki warna putih keabuan yang disebabkan karena memiliki mineral kalsit yang diperoleh
dari batugamping sebelumnya yang terdiri dari unsur karbonat akibat lingkungan
pengendapannya banyak mengandung unsur karbonat. Namun kalsit pada marmer merupakan
mineral sekunder karena kalsit pada marmer diperoleh setelah perombakan terjadi sehingga
bukan mineral utama namun mineral sekunder. Struktur batuan non-foliasi dimana tidak
memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Tekstur batuan adalah
kristaloblastik granoblastik karena mineral yang memiliki bentuk granular lebih dominan
daripada mineral bentuk tubular atau pipih yang disebabkan perombakan dari waktu yang lama
sehingga terbentuk butir yang seragam. Komposisi mineralnya adalah mineral anti-stress seperti
kalsit. Marmer akan berbuih jika ditetesi HCl dikarenakan mengandung unsur karbonat.
Dalam keseharian, marmer memiliki fungsi atau manfaat sebagai bahan bangunan, batu
hias (ornament), pembuatan keramik, dan industry rumah tangga yaitu pembuatan patung dan
perhiasan. Saat ini daerah penghasil marmer di Indonesia adalah berada di Lampung, Jawa
Tengah, Bandung, Karangsambung, Bangka dan Kupang. Namun marmer terbaik berapa pada
Sulawesi Selatan (Ferriyal, 2005). Marmer bisa digunakan sebagai bahan bangunan, setelah block
marmer diperoleh kemudian digergaji dengan bentuk yang diinginkan dan dipoles dalam bentuk
tegel, baik untuk dinging ataupun lantai, bisa juga digunakan untuk industry rumah tangga sesuai
dengan jenis marmer dapat dibentuk patung, hiasan ataupun meja. Pecahan dari marmer
dimanfaatkan untuk tegel campuran semen. Tempat didapatkannya marmer adalah Sumatera,
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di daerah ini pernah berdiri PT. Industri Marmer
Indonesia (Sukandarrumidi, 1998).
2.5 Sekis
Batuan yang diamati memiliki panjang …cm, lebar…cm, dan tinggi…cm. Batuan
tersebut berwarna hitam, batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan metamorf termasuk dalam
jenis batuan metamorf regional dynamo thermal. Struktur batuan menunjukkan struktur foliasi –
skistosa. Batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik – lepidoblastik. Komposisi mineral yang
terkandung di dalam sampel yaitu mineral mika yang merupakan mineal stress. Pada saat diberi
cairan HCl tidak berbuih. Batuan tersebut adalah sekis.
Sekis termasuk ke dalam batuan metamorf dengan tipe metamorfosa regional dynamo
thermal yang terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor yang berpengaruh adalah
temperature dan tekanan yang sedang (medium). Sekis mika biasanya terbentuk dari lempung
yang bermetamorfosa terutama terdiri dari metamorfosa filit (Pellant, 1992). Seki berbutir
sedang-kasar dengan memperlihatkan penjajaran mineral yang lebih besar, seperti mika, yang
dibariskan pada satu arah, memperlihatkan struktur foliasi yang tidak teratur. Terbentuk pada
temperature lebih dari 400 derajat celcius dan tekanan yang cukup tinggi yang diperlukan selama
pembentukannya suatu batuan metamorf yang telah mengalami proses metamorfisme sangat jauh
sehingga bentuknya sudah jauh berbeda disbanding dengan Slate atau phyllite yaitu menjadi lebih
raksasa atau massif (Petrolab, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan, batu ini memiliki warna hitam dan termasuk jenis batuan
meramorf. Sekis memiliki struktur batuan skistosa karena pada saat proses rekristalisasi terjadi
penjajaran mineral penyusun batuan yang diakibatkan oleh tekanan dan suhu tinggi. Batuan ini
memiliki tekstur kristaloblastik tepatnya lepidoblastik karena tekstur batuan metamorf ini
didominasi oleh mineral-mineral pipih dan memperlihatkan orientasi sejajar. Sekis memiliki
komposisi mineral mika karena pada permukaan sekis mika terlihat sebagai mineral yang
menjarum dan mengkilat. Pada batuan ini terdapat pengotor HCl. Sekis juga tidak berbuih saat
ditetesi HCl. Hasil pengamatan sesuai dengan dasar teori.
Sekis termasuk dalam golongan batuan metamorf regional karena sekis terbentuk pada
daerah sesar engan wilayah yang sangat luas yaitu berkisar ratusan meter. Batuan yang diamati
memiliki warna hitam karena sekis terbentuk dari mineral biotit yang menyebabkan warna
kehitaman. Sekis memiliki struktur foliasi (skistosa) karena sekis terbentuk pada daerah regional.
Sekis memiliki tekstur kristaloblastik-lepidoblastik karena terbentuk oleh tekanan dan
temperature yang sangat tinggi sehingga menyebabkan mineral-mineral penyusunnya menjadi
pipih dan memperlihatkan orientasi sejajar. Komposisi mineral penyusun adalah biotit, mika, dan
hornblende. Sekis memiliki komposisi mineral mika karena terbentuk oleh tekanan dan
temperature yang tinggi. Sekis pada saat ditetesi HCl tidak bereaksi karena tidak mengandung
unsur karbonat.
Sekis memiliki beberapa manfaat yang dapat digunakan. Sekis juga dapat diolah
kemudian menjadi nilai ekonomis yang tinggi. Sekis banyak ditambang untuk dijual kembali atau
diolah terlebih dahulu. Sekis mika dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sekis mika juga
dapat digunakan sebagai gravel. Persebaran sekis di Indonesia terdapat di daerah Sulawei Tengah
(Sukandarrumidi, 2009).

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Laboratrium Mineralogi Petrologi, dapat disimpulkan
bahwa :
3.1 Batusabak
Warna hitam. Jenis batuan metamorf. Struktur foliasi-slatycleavage. Tekstur kristaloblastik-
lepidoblastik. Komposisi terdiri dari mineral stress berupa biotit, hornblende dan mineral anti
stress berupa feldspar, kuarsa, mika. Tidak berbuih saat ditetesi HCl. Nama batuan adalah
batusabak.
3.2 Gneiss
Warna abu-abu. Jenis batuan metamorf. Struktur foliasi-gnesosa. Tekstur kristaloblastik-
granoblastik. Komposisi terdiri dari mineral stress berupa hornblende dan mineral anti stress
berupa kuarsa. Tidak berbuih saat ditetesi HCl. Nama batuan adalah gneiss.
3.3 Kuarsit
Warna putih. Jenis batuan metamorf. Struktur non-foliasi. Tekstur granoblastik. Komposisi terdiri
dari mineral stress berupa mika dan anti stress berupa kuarsa. Tidak berbuih saat ditetesi HCl.
Nama batuan adalah kuarsit.
3.4 Marmer
Warna putih keabuan. Jenis metamorf. Struktur non-foliasi. Tekstur kristaloblastik – granoblastik.
Komposisi terdiri dari mineral stress miskovit, granit, dan mineral anti stress kalsit. Berbuih saat
ditetesi HCl. Nama batuan adalah marmer.
3.5 Sekis
Warna hitam. Jenis batuan metamorf. Struktur foliasi – skistosa. Tekstur kristaloblastik –
lepidoblastik. Komposisi terdiri dari mineral stress berupa hornblende dan mika. Tidak berbuih
saat ditetesi HCl. Nama batuan adalah sekis.

Anda mungkin juga menyukai