1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum Kristalografi dan Mineral ini adalah :
1.1.3 Manfaat
1
Laporan praktikum kristalografi dan mineralogi ini selain sangat bermanfaat
bagi setiap mahasiswa pertambangan dalam pengenalan kristal dan mineral
sebagai dasar ilmu pembelajaran bagi mahasiswa, juga bermanfaat bagi segenap
komponen dalam jurusan teknik pertambangan dalam rangka peningkatan
kepustakaan pada Jurusan Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Nusa Cendana Kupang.
2
BAB II
KRISTALOGRAFI
2.1.1 Kristal
Kata kristal berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan
yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk
menyeragamkan pendapat para ahli maka, kristal adalah bahan padat homogen,
biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti
sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan
kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal juga dapat
diartikan sebagai suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam
padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi secara
umum kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari
merupakan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan
tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan
tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
3
Bila ditinjau dan telah lebih dalam mengenai pengertian kristal,
mengandung pengertian sebagai berikut :
b. Macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :
a. Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi
pada skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini
cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau
memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan
suhu lingkungan.
b. Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa
melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-
kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang
4
terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena
perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari
aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan
temperature.
c. Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal
dibawah pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah
adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap
(rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk
sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara
signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-
unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah
karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan
temperatur.
2.1.3 Kristalografi
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang kristal
seperti sifat-sifat geometri terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan
bentuk luar, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya.
a. Sifat Geometri
Memberikan pengetahuan tentang letak, panjang dan jumlah sumbu
kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta
bentuk bidang luar yang membatasinya.
b. Perkembangan dan Pertumbuhan Kenampakan Bentuk Luar
Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang
pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu
bentuk dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem
kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
c. Struktur dalam
Susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter
dan parameter rasio.
d. Sifat Fisik Kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi
oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin
dan non kristalin.
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat
kristal. Dimana kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar, dan
tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga
digunakan proyeksi orthogonal.
Berikut adalah sudut kristalografi dari 7 sistem kristal yang disajikan dalam
bentuk tabel :
1 Isometrik = = = 90
2 Tetragonal = = = 90
3 Hexagonal = = 90 ; = 120
4 Trigonal = = 90 ; = 120
5 Orthorhombik = = = 90
6 Monoklin = = 90
7 Triklin 90
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh
7
(3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri
dibedakan menjadi empat, yaitu :
a. Bidang simetri utama, yaitu bidang simetri yang dibuat melalui 2 buah
sumbu simetri utama kristal dan membagi 2 bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama dibagi menjadi 2 yaitu bidang simetri utama
horizontaldengan notasi (h) dan bidang simetri utama vertikal dengan
notasi (v).
hol
hko
hkl
okl
(001)
(010)
9
(100)
Gambar 2.4 Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu
kristal
10
6 Monoklin a:b:c=1:4:6 a+/b = 45
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara
ilmu ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat
membayangkan kristal hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan
bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu
kristalografi, geometri dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem
kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada:
11
Gambar 2.5 Sudut dan sistem kristal isometrik
12
Gambar 2.6 Sudut dan sistem kristal tetragonal
a. Tetragonal pyramidal
b. Tetragonal trapezohedral
c. Tetragonal bipyramidal
d. Ditetragonal pyramidal
e. Ditetragonal bipyramidal
f. Tetragonal tetrahedral
g. Tetragonal Scalenohedral
13
a. Trigonal bipyramidal
b. Ditrigonal bipyramidal
c. Hexagonal pyramidal
d. Hexagonal trapezohedral
e. Hexagonal bipyramidal
f. Dihexagonal pyramidal
g. Dihexagonal bipyramidal
a. Trigonal pyramidal
14
b. Trigonal trapezohedral
c. Ditrigonal pyramidal
d. Rhombohedral
e. Ditrigonal scalenohedral
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= = 90. Hal ini berarti pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).
a. Rhombic tetraheral
b. Rhombic pyramidal
c. Rhombic bipyramidal
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem
15
monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini berarti pada
sistem ini, sudut dan saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus
(miring).
a. Sphenoidal
b. Domatic
c. Prismatic
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya.
a. Pedial
b. Pinacoidal
17
2.3.1 Jumlah Unsur Simetri
Unsur simetri yang diamati adalah sumbu, bidang, dan pusat simetri. Cara
penentuannya adalah sebagai berikut:
e. Jumlahkan semua sumbu dan bidang simetri (yang bernilai sama) yang
ada.
2.3.2 Herman-Maugin
Dalam pembagian sistem kristal, ada dua simbolisasi yang sering digunakan
yaitu Herman-Mauguin dan Schoenflish. Simbolisasi tersebut adalah simbolisasi
yang dikenal secara umum (simbol Internasional). Simbol Herman-Mauguin
adalah simbol yang menerangkan ada atau tidaknya bidang simetri dalam suatu
kristal yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu utama dalam kristal tersebut. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal
tersebut. Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-
masing kristal. Dan cara penentuannya pun berbeda pada tiap sistem kristal.
18
a. Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu utama mungkin bernilai
2 atau 4 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus.
4 2
Dinotasikan dengan , 4, 4 , ,2
m m
2
tersebut. Dinotasikan dengan , 2, m atau tidak ada.
m
4
lurus sumbu c. dinotasikan dengan , 4 , 4
m
2
lateral tersebut. Dinotasikan dengan , 2, atau tidak ada.
m
4
yang tegak lurus sumbu c tersebut. Dinotasikan dengan
m
, 6 , 6 , 3, 3
2
Dinotasikan dengan , 2, m, atau tidak ada.
m
19
c. Bagian 3 :Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri
intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
terhadap sumbu intermediet tersebut. Dinotasikan dengan
2
, 2, m, atau tidak ada.
m
2
dengan , 2, m
m
2
tersebut. Dinotasikan dengan , 2, m
m
2
Dinotasikan dengan ,2
m
Terdiri atas satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Untuk sistem ini hanya mempunyai dua kelas simetri yang menerangkan
keterdapatan pusat simetri kristal.
2.3.3 Schoenflish
Pada sistem ini, simbolisasi yang dilakukan hanya terdiri dari 2 bagian, yaitu :
21
c. Jika mempunyai bidang simetri vertical dan diagonal,
maka diberi notasi huruf v.
22
No Kelas Simetri Notasi (Simbolisasi)
1 Hexotahedral Oh
7 Rhombik Disphenoidal C2
8 Domatic Cv
9 Pinacoidal Ci
10 Pedial C
Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting,
karena indeks ini digunakan pada ancer semua ilmu matematika dan struktur
kristalografi. Indeks Miller dan Weiss pada kristalografi menunjukkan adanya
perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah kristal.
Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah satu bidang
atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong
sumbu-sumbu utama (a, b dan c) pada kristal tersebut.
Pada dasarnya indeks Miller dan Weiss tidak jauh berbeda, karena apa yang
dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau
bidang dengan sumbu simetri kristal. Yang berbeda hanyalah pada penentuan nilai
indeks. Bila pada Miller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya
dijadikan penyebut, dengan dengan nilai pembilang sama dengan satu. Maka pada
Weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyebut sama
dengan satu. Untuk indeks Weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai indeks
tidak terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai
perpotongan sumbu sama dengan nol). Dalam praktikum laboratorium
Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Pertambangan Universitas Nusa
Cendana disepakati bahwa nilai tidak terbatas ( ~ ) tersebut digantikan atau
disamakan dengan tidak mempunyai nilai (0). Indeks Miller-Weiss ini juga
disebut sebagai ancer bentuk. Hal ini adalah karena indeks ini juga akan
mencerminkan bagaimana bentuk sisi-sisi dan bidang-bidang yang ada pada
kristal terhadap sumbu-sumbu utama kristalnya.
24
LABORATORIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Isometrik Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : 3L4 4L 3 6L 2 9PC
Kelas simetri : Hexoctahedral
(Hm) : 4 2
3
m m
(Sc) : Oh
Nama dan Simbol : Hexahedron { 100 }
Contoh Mineral : Mangan (Mn), Copper (Cu), Chromium (Cr), Platinum (Pt),
Magnetite (Fe3O4) 25
Sistem Kristal :
Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :
LABORATORIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Tetragonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L4 4L2 5PC
Kelas simetri : Ditetragonal Bipyramidal
4 2 2
(Hm) :
m m m
(Sc) : D4h
Nama dan Simbol : Ditetragonal Prismatik { 110 }
Contoh Mineral :Rutile (TiO2), Kalkopirit (CuFeS2), Indium (In), Kasiterit
(SnO2), Zircon (ZrSiO4) 26
Sistem Kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :
LABORATORIUM KRISMIN
Ss
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Orthorombic Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : 3L2 3PC
Kelas simetri : Orthorombik Dipyramidal
2 2 2
(Hm) :
m m m
(Sc) : D2h
Nama dan Simbol : Orthorhombic Bipyramidal { 011 }
Contoh Mineral : Barite (BaSO4), Sulfur (S), Aragonit (CaCo 3), Anhidrit
(CaSO4), Arsenopirite (FeAsS) 27
Sistem Kristal :
Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
LABORATURIUM KRISMIN
LABORATORIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Heksagonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L6 6L2 7PC
Kelas simetri : Dihexagonal Bipyramidal
6 2 2
(Hm) :
m m m
(Sc) : D6h
Nama dan Simbol : Dihexagonal prismatik { 1010 }
Contoh Mineral :Arsen(As),Graphite(C),Kuarsa(SiO2),Corundum
(Al2O3),Hematite ( Fe2O3)
28
Sistem Kristal :
Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :
LABORATORIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Trigonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L63 3L2 4PC
Kelas simetri : Ditrigonal Bipyramidal
(Hm) : 6 m 2
(Sc) : D3h
Nama dan Simbol : Ditrigonal Bipiramidal { 1011 }
Contoh Mineral : Siderite (FeCO3),Corundum (Al2O3),Bismut (Bi),Dolomit
(CaMg(CO3)2),Smithsonite(ZnCo3)
29
LABORATORIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Monoklin Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L2 PC
Kelas simetri : Prismatik
2
(Hm) :
m
(Sc) : C2h
Nama dan Simbol : Monoklin Hemibypiramid { 111 }
Contoh Mineral : Gipsum ((CaSO4).2(H2O)), Azurit (CO3)2, Manganit
(MnO(OH)), Argentite (Ag2S), Diopside (CaMgSi2O630
)
Sistem Kristal :
Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :
LABORATURIU
LABORATORIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Triklin Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal :C
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) : 1
(Sc) : Ci
Nama dan Simbol : Triklin Hemibipyramid { 111 }
Contoh Mineral :Microcline (KAlSi3O8), Anorthite (CaAl2Si2O8), Albite
31
(NaAlSi3O8), Kyanite (Al2OsiO5), Kaolinite (Al2OsiO5(OH)4)
Nama : Norbert M W Manoh
Nim : 1506100021
Skala a:b:c
Jurusan
< a+/c- =: Teknik
45 Pertambangan
1:4:6
Deskripsi Kristal :
32