BAB I
Pendahuluan .......
BAB II
Pembahasan.....................................................................................................
2. Proses Metamorfisme.......................................................................... 3
3. Agen-Agen Metamorfisme.................................................................. 5
4. Fasies-Fasies Metamorfisme............................................................... 5
5. Jenis-Jenis Batuan Metamorf............................................................
10
14
16
21
Penutup............................................................................................................
22
23
Daftar Pustaka.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari
segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan
kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun
diatas permukaan bumi,kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Ilmu ini
mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.
Semua batuan pada mulanya dari magma. Magma keluar di
permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi.
Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma
yang sudah mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma
yang membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku
muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur
terurai selama terkena panas, hujan, serta aktifitas tumbuhan
dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin
atau hewan ke tempat lain yang pada akhirnya akan diendapkan.
Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau
batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah
bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya
perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah
bentuk disebut batuan malihan atau batuan metamorf.
Dalam makalah ini secara khusus membahas tentang batuan metamorf meliputi
pengertian batuan metamorf, agen-agen metamorfisme, jenis-jenis metamorfisme,
fasies metamorf, dan mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Batuan Metamorf
Batuan
metamorf (batuan
malihan)
adalah
salah
satu
kelompok
utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe
batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut
metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk", dimana terjadi perubahan atau
alterasi; physical (struktur, tekstur) dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan
pada temperatur dan tekanan tinggi dalam kerak bumi atau Batuan metamorf
adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku,
batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami
proses/perubahan mineralogi, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang
baru pula sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
2. Proses Metamorfisme
Batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan
akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau
variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
mengalami metamorfosa. Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa
mengalami fasa cair, dengan temperatur 2000C 6500C. Menurut Grovi (1931)
perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi
tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.Menurut
H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral
suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia
dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian
kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur
dan struktur yang ada.
3. Agen-agen Metamorfisme
Adapun agen-agen atau faktor-faktor yang berperan dalam proses
metamorfisme yaitu :
1) Suhu atau Temperatur :
Suhu atau temperatur merupakan agen atau faktor pengontrol yang
berperan dalam proses metamorfisme. Kenaikan suhu atau temperatur
dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan rekristalisasi atau
pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan yang telah ada
dengan tidak melalui fase cair. Pada kondisi ini temperatur sekitar 3501200 derajat celcius.
2) Tekanan atau Pressure :
Tekanan atau pressure merupakan faktor pengontrol atau agen dari proses
metamorfisme. Kenaikan tekanan dapat menyebabkan terjadi perubahan
dan rekristalisasi pada mineral dalam batuan yang telah ada sebelumnya.
Pada kondisi ini tekanan sekitar 1-10.000 bar (Jackson).
3) Cairan Panas/Aktifitas Larutan Kimia :
Aktivitas larutan kimia juga merupakan agen dari proses metamorfisme.
Adanya cairan panas/aktivitas larutan kimia dapat menyebabkan terjadinya
alterasi atau perubahan pada batuan yang telah ada sebelumnya.
4. Fasies-Fasies Metamorf
Fasies metamorfisme adalah suatu pengelompokan mineral mineral metamorfik
berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan
metamorf. Setiap fasies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan
berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat sifat fisik atau
kimia. Jadi, fasies metamorfisme intinya menyatakan bahwa pada komposisi
batuan tertentu, kumpulan mineral yang mencapai keseimbangan selama
metamorfisme di bawah kisaran kondisi fisik tertentu, termasuk dalam fasies
metamorfisme yang sama. Prinsip fasies metamorfisme bersamaan dengan
gradien hidrotermal dan kondisi geologi.
Fasies metamorfisme juga bisa dianggap sebagai hasil dari proses isokimia
metamorfisme, yaitu proses metamorfisme yang terjadi tanpa adanya penambahan
unsur-unsur kimia yang dalam hal ini komposisi kimianya tetap. Penentuan fasies
5
metamorf dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara menentukan
mineral penyusun batuan atau dengan menggunakan reaksi metamorf yang dapat
diperoleh dari kondisi tekanan dan temperature tertentu dari batuan metamorf.
Menurut Turner (1960), fasies metamorfisme secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua bagian yakni fasies metamorfosa kontak dan fasies metamorfosa
regional.
kordierit. Fasies ini terbentuk pada suhu yang tinggi dan tekanan yang
rendah. Mineral pencirinya adalah orthopiroksen.
d. Fasies Sanadinit : Fasies sanadinit adalah salah satu fasies langka karena
kondisi pembentukannya memerlukan suhu yang sangat tinggi, tetapi
tekanannya rendah. Oleh karenanya, kondisi ini hanya bisa dicapai di
sekitar daerah metamorfosa kontak tetapi dengan syarat suhu tertentu.
Karena jika suhu terlalu tinggi, maka batuan bisa melebur. Fasies ini
terdapatnya sebagai fragmen dalam tuf, xenolit dalam lava basa dan zona
kontak yang sempit disekitar pipa atau leher gunung api.
fasies sekis hijau. Batuan yang masuk dalam fasies ini adalah pelitik,
batupasir-feldspatik, basal, andesit, batuan silikat-kapur, batupasir
kapuran dan serpih amfibolit.
f. Fasies Granulit : Fasies ini terbentuk pada tekanan rendah hingga
menengah, tetapi pada suhu yang tinggi. Fasies ini adalah hasil dari
metamorfosa derajat tinggi, merupakan metamorfosa yang paling
bawah dari kelompok gneissic.
g. Fasies Eklogit : Fasies metamorf yang paling tinggi, terbentuk pada
tekanan yang sangat tinggi dan suhu yang besar jauh di dalam bumi.
Batuan ini biasanya sangat keras karena terbentuk pada kedalaman yang
besar di dalam bumi.
1) Metamorfisme kontak/termal
Metamorfisme sentuh ini biasa juga disebut metamorfisme thermal atau
metamorfisme kontak. Faktor yang sangat berpengaruh pada metamorfisme
sentuh atau kontak ini adalah suhu yang panas, sedangkan tekanan relatif rendah
dan terjadi dekat dengan intrusi magma, yakni kontak antara tubuh intrusi
magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 3 km. Salah satu
contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada
daerah disekitar intrusi. Contohnya, batolit, sill ,lakolit, stock, dan dike. Luas zona
metamorfosis di sekitar batolit bisa mencapai puluhan kilometer persegi, di
sekitar stock sampai ribuan meter persegi, namun di sekitar sill dan dike zona
metamorfosis tersebut tidaklah begitu luas.Pada zona metamorfosis juga banyak
dijumpai mineral bahan galian yang letaknya teratur menurut jauh jaraknya dari
batuan induk. Makin jauh dari batuan induk makin berkurang pula derajat
metamorfosisnya karena temperatur makin rendah. Mineral-mineral bahan galian
yang terbentuk melalui proses metamorfosis antara lain besi, timah, tembaga, dan
zink dihasilkan dari batuan limestone, dan calcareous shale.
Tembaga
2) Metamorfisme Dynamo/dinamik/dislokasi/kinematik
Metamorfisme dynamo juga sering disebut dengan metamorfisme kinetik atau
dislokasi, akibat oleh adanya pergeseran atau dislokasi pada batuan. Misalnya
oleh sesar. Jadi faktor yang memegang peranan penting dalam metamorfisme
dynamo ini adalah tekanan atau pressure dengan daerah yang relatif sempit.
Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang
mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam
ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan
tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja,
metamorfisme semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan. Adanya
tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan butiran-butiran mineral menjadi
pipih dan ada yang mengkristal kembali. contohnya, batu lumpur menjadi batu
tulis(Slate), Mylonite, Phyllonite, frictionbreccias, dan lain-lain.
Slate
Topaz
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
1) Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa
batuan (Bucher & Frey, 1994). Foliasi ini dapat terjadi karena adanya
penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissosity), orientasi
butiran(schistosity), permukaan belahan planar(cleavage) atau kombinasi dari
ketiga hal tersebut (Jackson, 1970).
Struktur ini meliputi :
a. Slaty Cleavage
b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)
11
c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai
kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral
ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan
terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
a. Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan
umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)
b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi
akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik.
Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan
goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral
primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).
d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi
umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap
sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut
phyllonite (filonit)
13
e. Flaser
Sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang
tertanam pada masa dasar milonit.
f. Augen
Sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam
masa dasar yang lebih halus.
g. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran yang beragam.
h. Liniasi
Struktur yang memperlihatkan adanya kumpulan mineral yang berbentuk jarus
atau fibrous.
14
15
Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
bertekstur homeoblastik, sedangkan batuan yang mempunyai lebih dari satu
tekstur disebut bertekstur heteroblastik.
17
Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar
dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol(umumnya hornblende)
dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral
prismatiknya terorientasi.
Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya
sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.
Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang
tersusun oleh mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan
garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur
gneissic.
Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir
semuanya berupa mineral kelompok serpentin. Kadang dijumpai mineral
tambahan seperti klorit, talk dan karbonat yang umumnya berwarna hijau.
Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit
atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.
18
Skarn, Yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calcsilikat seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan
komposisi batuan disekitar kontak dengan batuan beku.
Kuarsit, Yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
Soapstone, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.
Rodingit, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang
terjadi akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku
ultrabasa yang mengalami serpentinitasi.
Kwarsa
Mika
- Abu-abu
kehitaman,
hijau, merah
- Kilap suram
KOMPOSISI
MINERAL
UTAMA
Klorit
SLATY CLEAVAGE
CIRI LAIN
NAMA
BATUAN
- Metamor BATU
fosa
SABAK
regional
(SLATE)
- Dari
mudstone,
siltstone,
claystone
dll
- Belahan
berkembang
baik
- Kehijauan
atau merah
- Kilap sutera
FILIT
- Foliasi
kadang-kadang
bergelombang
- Kadangkadang hadir
garnet
Amphibole
- Belahan
tidak
berkembang
baik
SESCHISTO
FOLIASI
STRUKT
UR
Metamorf
osa
Regional
SEKIS
19
- Warna beragam
- Lebih keras
dibanding kaca
KOMPOSISI
MINERAL
UTAMA
- Warna putih
sampai dengan
hitam
- Kadang masih
terdapat fosil
- Lebih keras
dibanding kuku jari
GENIS
NAMA
BATUAN
KWARSIT
KWARSA
- Warna gelap
- Berbutir halus
- Lebih keras
dibanding gelas
GENE
SA
KWARSA/MIKA
Termal/KontakMetamorfosa
CIRI LAIN
Metamorf
osa
Regional
Piroksen
GNEISSIC
NON FOLIASI
STRUK
TUR
Kwarsa dan
feldspar
nampak
berselang
seling dengan
lapisan tipis
yang kaya
amphibol dan
mika
HORNFELS
MARMER
DOLOMIT
Atau
KALSIT
- Bereaksi dengan
HCl
- Hijau terang
SERPENTIN
SERPENTIN
20
sampai gelap
- Kilap berminyak
- Lebih keras dari
kuku jari
- Hitam
- Pecahan
konkoidal
ANTRASITE
COAL
SOAP STONE
TALK
BAB III
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa ditarik dari makalah ini yaitu:
1. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain,
dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri
yang telah mengalami proses yang disebut metamorfisme dimana terjadi
perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh
temperatur dan tekanan yang tinggi.
2. Batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh
proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan
batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia
fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut tanpa melalui fase cair
(batuan tetap berada pada fase padat). Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan
yang mengalami metamorfosa.
3. Fasies metamorfisme adalah suatu pengelompokan mineral mineral
metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada
batuan metamorf. Setiap fasies pada batuan metamorf pada umumnya
dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat
sifat fisik atau kimia.
4. Secara umum batuan metamorf dapat dibagi menjadi :
21
zona sesar.
Metamorfisme Regional : Metamorfisme yang terjadi pada daerah yang
luas akibat orogenesis dan terletak di tepi benua (continental margins).
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
- http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf
- http://marshalchristiansimamora.wordpress.com/2012/07/22/geologi-danbatuan/
- http://anindyaestiandari.wordpress.com/2013/05/09/fasies-metamorfisme-fasiesmetamorfisme-adalah-sekelompok-batuan-yang-termetamorfosa/
- http://geograph88.blogspot.com/2013/03/jenis-batuan-metamorf.html
- http://tugasgeografi.wordpress.com/2011/05/08/batuan/
- http://anto-elnino.blogspot.com/
- http://www.seputarpengetahuan.com/2014/09/batuan-malihan-batuanmetamorf.html
- http://ptbudie.wordpress.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-metamorf/
23