Anda di halaman 1dari 26

BAB V

BATUAN METAMORF
5.1

Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui

jenis-jenis

batuan

metamorf

dengan

cara

mengidentifikasi batuan metamorf.


Mengetahui batuan metamorf dengan cara menganalisa tekstur,

komposisi mineral dan struktur batuan metamorf.


Agar dapat menentukan batuan metamorf Felsik dan Non Felsik dari
data analisa yang ada.

5.2
5.2.1

Dasar Teori
Proses Terbentuknya Batuan Metamorf
Proses awal siklus metamorfisme, yaitu adanya Batuan Beku Dalam
atau Batuan Beku Intrusif ( Igneous Rock ) dan Batuan Sedimen yang ada
pada kerak bumi yang cukup dalam yang mendapat tekanan dan suhu
yang sangat tinggi. Sehingga mengubah mineral yang ada dalam batuan.
Proses ini sering disebut proses metamorfisme.

Gambar 5.1
Proses Terbentuknya Batuan Metamorf

Semua batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme.


Sehingga batuan berubah menjadi batuan metamorf. Akibat tekanan dan
suhu yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, mengakibatkan batuan
metamorf meleleh kembali menjadi magma.

134

5.2.2

Pengertian Batuan Metamorf


Batuan Metamorf adalah batuan yang mengalami perubahan
mineralogi dan struktur akibat proses metamorfisme dan terjadi pada fase
padat.Metamorfisme dapat digolongkan menjadi :

Gambar 5.2
Metamorfisme

Metamorfisme Kontak / Termal, terjadi pada zona kontak dengan


tubuh magma. Adanya suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk maupun warna batuan. Contoh batu kapur berubah
menjadi marmer.

135

Gambar 5.3
Metamorfisme Kontak / Termal

Metamorfisme Dinamik / Kataklastik, tejadi pada zona sesar. Contoh


mudstone berubah menjadi slate.

Gambar 5.4
Metamorfisme Dinamik / Kataklastik

Metamorfisme Regional, terjadi pada daerah yang luas akibat


orogenesis. Contoh kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi
topas.

136

Gambar 5.5
Metamorfisme Regional

Metamorfisme regional terbagi menjadi :


a) Burial : Metamorf burial terjadi karena tekanan lithostatik pada
timbunan sedimen dan batuan 5ulkanik, tekanan berpengaruh besar
pada proses ini.
b) Barrovian
c) Subduction
Biasanya metamorfisme terjadi di tepi Benua (Continental Margins).
Adapun syarat-syarat terjadinya proses metamorfisme :
1) Adanya batuan sumber.
2) Peningkatan suhu.
3) Peningkatan tekanan dan stress.
4) Adanya penambahan dan pengurangan fluida.
5) Waktu.
Tingakt metamorfisme dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Low Grade
Metamorphism dan High Grade Metamorphism.
1) Low Grade Metamorphism, yaitu metamorfisme dengan suhu antara
200 - 320oC dan tekanan yang rendah serta Hydrous Mineral berlimpah.
2) High Grade Metamorphism, yaitu metamorfisme dengan suhu > 320 o C
dan tekanan yang tinggi serta Non hydrous minerals melimpah
&hydrous minerals kehilangan H2O.
Facies Metamorfisme merupakan suatu pengelompokkan mineralmineral

metamorfik

berdasarkan

tekanan

dan

temperatur

dalam

pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan

137

metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan


mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia.

Gambar 5.6
Facies Metamorfisme

Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat


dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan
dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor
yang dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies
berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral
metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.
Karakteristik batuan metamorf dipengaruhi oleh beberapa faktor pada
saat pembentukan batuan berlangsung, diantara faktor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu :
1. Komposisi mineral batuan asal.
2. Tekanan dan Temperatur saat proses metamorfisme.
3. Pengaruh gaya tektonik.
4. Pengaruh fluida.
5.2.3 Mineralogi Batuan Metamorf

138

Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf


dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 5.1
bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

Tabel 5.2
Beberapa sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase


padat dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :
Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida
yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada

batuan tersebut.
Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya
untuk membuat ruang pertumbuhan.
Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya

tidak sama satu dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904)


menghasilkan seri kristaloblastik yang menunjukan bahwa mineral pada
seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan
mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan
kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral.

139

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada


batuan metamorf. Dalam hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress
mineral dan antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang
kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena tekanan atau
merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : kloritoid,
staurolit, dan kyanit. Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran
stabilitasnya akan semakin kecil bila terkena tekanan atau merupakan
mineral yang tidak tahan terhadap tekanan, contoh : andalusit, kordierit,
augit, hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.

Tabel 5.3
Seri Kristaloblastik

5.2.3

Struktur Batuan Metamorf

140

Struktur pada batuan metamorf terdiri dari Struktur Foliasi dan


Struktur Non Foliasi.
1. Struktur Foliasi, apabila pada batuan metamorf terlihat ada penjajaran
mineral. Terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
a) Struktur Slaty Cleavage, kesejajaran mineraloginya sangat halus,
berukuran lempung, mineral pipih sangat dominan.

Gambar 5.7
Struktur slaty cleavage

b) Struktur Phylitic, sama dengan struktur salty cleavage hanya saja


mineral dan kesejajarannnya sudah mulai agak kasar.

Gambar 5.8
Struktur Phylitic

c) Struktur Schistose, struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral


pipih lebih banyak dibanding mineral granular.

Gambar 5.9
Struktur Schistose

d) Struktur Gneissic, struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral


granular yang relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
141

Gambar 5.10
Struktur Gneissic

Secara umum, struktur foliasi ada pada gambar dibawah.

Gambar 5.11
Struktur Foliasi

2. Struktur Non Foliasi, apabila tidak terlihat adanya penjajaran mineral.


Struktur ini terbagi menjadi 8 macam, yaitu:
a) Struktur Hornfelsik, struktur yang memperlihatkan butiran-butiran
mineral yang relatif seragam.
b) Struktur Kataklastik, struktur

yang

memperlihatkan

adanya

penghancuran terhadap batuan asal.


c) Struktur Milonitik, struktur yang memperlihatkan liniasi o,leh
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineral
halus.

142

Gambar 5.12
Struktur Milonitik

d) Struktur Pilonitik, struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan


permukaan berbentuk pararel dan butiran mineralnya kasar.
e) Struktur Flaser, sama seperti struktur kataklastik. Namun struktur
batuan asal berbentuk lensa tertanam pada masa dasar milonit.
f) Struktur Angen, sama seperti struktur flaser. Namun, lensa-lensanya
terdiri dari butir feldspar dalam massa dasar yang lebih halus.
g) Struktur Granulose, sama seperti struktur hornfelsik. Namun
butirannya mempunyai ukuran yang beragam.

Gambar 5.13
Sttruktur Granulose

h) Struktur Liniasi, struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang


berbentuk jarum atau fibrous.
5.2.4 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur dalam batuan metamorf tebagi menjadi 2 macam, yaitu
Tekstur Krisrtoblastik dan Tekstur Sisa / Palimpset.
1. Tekstur Kristoblastik, dimana tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan
lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam

143

penamaannya menggunakan akhiran kata blastik. Tekstur ini terbagi


menjadi 6 macam, yaitu :
Porfiroblastik, identik dengan porfiritik batuan beku dan terdapat

porfiroblast (kristal besar) dalam suatu massa dasar.


Granoblastik, tektur yang memiliki butiran mineral berukuran

seragam.
Lepidoblastik, tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling

sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.


Nematoblastik, tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-

mineral prismatik yang sejajar dan terarah.


Idioblastik, tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral

euhedral.
Xenoblastik, tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral

anhedral.
2. Tekstur Sisa / Palimpset, Tekstur batuan metamorf yang memiliki sisa
tekstur dari batuan asal yang masih bisa diamati. Dalam penamaannya
menggunakan awalan kata blasto. Tekstur ini terbagi menjadi 4
macam, yaitu :
Blastoporfiritik, tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang

porfiritik.
Blastopsefit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang

ukuran butirnya lebih besar dari pasir.


Blastopsamit, sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran

butirnya sama dengan pasir.


Blastopellit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung.

5.2.5

Klasifikasi Batuan Metamorf


Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan
foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai
tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga,
yaitu batuan yang :
1. Berfoliasi sangat kuat; yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi,
biasanya karena melimpahnya mika yang terorientasi. Batuannya
adalah:
144

a.

Slate (batusabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada


bidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak
tampak merah bila banyak mengandung hematit, hijau bila klorit,

b.

dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit.


Phyllite (fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar dari pada
batusabak, dan bidang foliasinya mengkilat karena mika dan klorit
yang sudah lebih banyak dari pada batusabak. Batu ini merupakan

c.

peralihan dari batusabk ke skis.


Schist (skis). Bersifat faneritik, banyak mengandung mineral pipih
yang terorientasi seperti : mika, klorit, grafit, talk.
2. Berfoliasi rendah : yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat
pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih
berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir
sama besar. Batuannya antara lain :
a. Gneiss (gneis). Bersifat faneritik. Berbutir sedang sampai kasar.
Komposisinya yang utama : kwarsa, feldsfar, mika dan kadangkadang hornblede.
3. Berfoliasi sangat lemah sampai non foliasi: batuan didominasi oleh
mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada
orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya
antara lain :
a. Qurtzite (kwarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah kwarsa;
bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran. Non foliasi.
b. Marble (marmer). Berkomposisi utama kalsit; warnaabu-abu
(biasanya) karena grafit (bereaksi positif dengan HCl).
c. Hornfels. Bersifat afanitik sampai faneritik halus, berkomposisi
kwarsa, feldsfar, mika (diketahui melalui pengamatan lapangan).
d. Granofels. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi kwarsa
dan feldsfar (yang berbentuk kubus).
e. Granulit. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi piroksin
dan garnet disamping kwarsa dan feldsfar.
f. Serpentinite. Non foliasi sampai lineasi, berwarna hitam, hijau
sampai kuning pucat. Komposisi utamanya serpentin.
Selain penamaan-penamaan dasar diatas, penamaan batuan dapat
diberi awalan pada nama-nama dasar tersebut seperti :
145

Kloritik skis : artinya skis yang banyak mngandung klorit.

Skis kwarsa : artinya skis yang banyak mengadung kwarsa.


Disamping itu ada beberapa awalan atau akhiran yang perlu

diperhatikan (hanya sekedar dikatahui).


1.

Blasto- sebagai awalan, menunjukkan adanya tekstur sisa dari batuan


asal, seperti: Blastoporfiritik; menunjukkan adanya tekstur sisa yang

2.

porfiritik dalam batuan metamorf.


-blastik sebagai akhiran, menunjukkan akhir kristalisasi dalam

3.

kondisi padat.
Meta- sebagai awalan yang diikuti oleh nama batuan asal,
menunjukkan kenampakan sisa dari tekstur dan komposisi
meneralogi yang masih bertahan, misal:
Metaandesit, artinya masih ada kenampakan sisa andesit pada
batuan metamorf.
Metasedimen, artinya masih ada kenampakan sisa batuan sedimen

pada batuan metamorf.


5.2.6

Penamaan batuan
Penamaan batuan metamorf dapat didasarkan pada foliasi dan
komposisi.

1. Penamaan berdasarkan komposisi, misal :


Kwarsit
Serpentini
Marmer
Granulit
2. Penamaan berdasarkan foliasi, misal :
Skis
Filit

Granofel

Slat
Gneis
Penamaan dengan foliasi dapat diikuti dengan nama mineral, bila

mineral tersebut cukup bnayak, misal :

Skis mika : skis yang banyak mika

Gneis hornblende : gneis yang banyak mengandung hornblende.

Langkah-langkah penamaan batuan metamorf


1. Amati contoh dengan baik, kemudian tentukan teksturnya

146

2. Tentukan strukturnya, berfoliasi atau nonfoliasi. Bila berfoliasi tentukan


foliasinya apa
3. Tentukan komposisinya
4. Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan. Bila
berfoliasi biasanya penamaan berdasarkan komposisi.
Tabel 5.4
Klasifikasi Batuan Metamorf

5.2.7 contoh batuan metamorf


1.

Slate

147

Gambar 5.14
Slatycleavage (sabak)

Slate

merupakan

batuan

metamorf

terbentuk

dari

proses

metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada


temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage)
dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
2. Filit

Gambar 5.15
Filitik ( filit)

Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa,


sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme
dari Slate.

3. Gneiss

148

Gambar 5.16
Gneissa (gneiss)

Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan


beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat
diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan
amphibole.
4. Sekis

Gambar 5.17
Skistosa (sekis)

Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika,


grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi
berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilap.
5. Marmer

149

Gambar 5.18
Marble (marmer)

Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga


mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari
kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
6. Kuarsit

Gambar 5.19
quartzite (kuarsit)

Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk
ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi.
Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa
mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada
batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .

150

7. Milonit

Gambar 5.20
Milonitik (milonit)

Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh


rekristalisasi

dinamis

mineral-mineral

pokok

yang

mengakibatkan

pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus


dan dapat dibelah seperti schistose.
8. Filonit

Gambar 5.21
Filonit

Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih


tinggi dari Slate. Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan
Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran
yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu,
filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
9. Serpetinit

151

Gambar 5.22
Serpentinit

Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine
dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization).
Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang
menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic
teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
10. Hornfels

Gambar 5.23
Hornfelsik (hornfels)

Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis


oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas
seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.

5.3 Hasil Identifikasi


LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN S1 TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN 152

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN METAMORF


Nama
NIM
Kelompok

: Hendro Kurniawan
: 14001190
: IV (Empat)

No. Urut
No. Peraga
Deskripsi Batuan metamorf
:
1. Warna

:1
:

2.
3.
4.
5.

6.
8.
8.
9.

Jenis Batuan
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Deskripsi mineral
a. Warna
b. Ukuran
c. Bentuk
d. Kelimpahan
e. Nama Mineral
Nama batuan
Protolith
Jenis Metamorfosa
Genesa

GAMBAR

: Segar : putih keabu-abuan


Lapuk : coklat
: foliasi
: kristaloblastik (idioblastik)
: foliasi (schistosa)
:
: warna
: 5-30 mm
: trigonal
: 85 %
: kuarsa
: kuarsit
: batuan beku
: metamorfisme kontak
: metamorfisme batuan beku

KETERANGAN GAMBAR
Warna puti keabuabuan
foliasi
schistosa
Metamorfisme kontak

NILAI

PARAF ASPRAK

153

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF


PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN S1 TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN METAMORF


Nama
NIM
Kelompok

: Hendro Kurniawan
: 14001190
: IV (Empat)

No. Urut
No. Peraga
Deskripsi Batuan metamorf
:
1. Warna

:2
:

2.
3.
4.
5.

6.
8.
8.
9.

Jenis Batuan
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Deskripsi mineral
a. Warna
b. Ukuran
c. Bentuk
d. Kelimpahan
e. Nama Mineral
Nama batuan
Protolith
Jenis Metamorfosa
Genesa

GAMBAR

: Segar : hitam kehijauan


Lapuk : kuning
: foliasi
: lepidoblastik
: Foliasi (schistosa)
: mika, grafit, hornblende
: putih
: 5-30 mm
: monoklin
: 70%
: mika
: batusekis
: batuan beku
: metamorfisme kontak
: metamorfisme basalt, siltstone, shale

KETERANGAN GAMBAR
warna hitam kehijauan
foliasi
schistosa
metamorfisme kontak

NILAI

PARAF ASPRAK

154

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF


PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN S1 TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN METAMORF


Nama
NIM
Kelompok

: Hendro Kurniawan
: 14001190
: IV (Empat)

No. Urut
No. Peraga
Deskripsi Batuan metamorf
:
1. Warna

:3
:

2.
3.
4.
5.

6.
8.
8.
9.

Jenis Batuan
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Deskripsi mineral
a. Warna
b. Ukuran
c. Bentuk
d. Kelimpahan
e. Nama Mineral
Nama batuan
Protolith
Jenis Metamorfosa
Genesa

GAMBAR

: Segar : hitam
Lapuk : coklat
: foliasi
: kristaloblastik (lepidoblastik)
: foliasi (schistosa)
:
:::::: batusabak
: batuan sedimen
: metamorfisme regional
: metamorfisme batu lempung

KETERANGAN GAMBAR
Berwarna hitam
Foliasi
Schistosa
Metamorfisme
regional

NILAI

PARAF ASPRAK

155

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF


PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN S1 TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN METAMORF


Nama
NIM
Kelompok

: Hendro Kurniawan
: 14001190
: IV (Empat)

No. Urut
No. Peraga
Deskripsi Batuan metamorf
:
1. Warna

:4
:

2.
3.
4.
5.

6.
8.
8.
9.

Jenis Batuan
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Deskripsi mineral
a. Warna
b. Ukuran
c. Bentuk
d. Kelimpahan
e. Nama Mineral
Nama batuan
Protolith
Jenis Metamorfosa
Genesa

GAMBAR

: Segar : hitam
Lapuk : coklat
: foliasi
: kristaloblastik (idioblastik)
: foliasi (gneissic)
:
: putih
: 5-30 mm
: trigonal
: 65%
: kuarsa
: batugneiss
: batuan beku
: metamorfisme regional
: metamorfisme batuan beku

KETERANGAN GAMBAR
Berwarna putih
keabuan
Foliasi
Gneissic
Metamorfisme regional

NILAI

PARAF ASPRAK

156

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF


PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN S1 TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN METAMORF


Nama
NIM
Kelompok

: Hendro Kurniawan
: 14001190
: IV (Empat)

No. Urut
No. Peraga
Deskripsi Batuan metamorf
:
1. Warna

:5
:

2.
3.
4.
5.

6.
8.
8.
9.

Jenis Batuan
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Deskripsi mineral
a. Warna
b. Ukuran
c. Bentuk
d. Kelimpahan
e. Nama Mineral
Nama batuan
Protolith
Jenis Metamorfosa
Genesa

GAMBAR

: Segar : putih susu


Lapuk : putih kecoklatan
: non foliasi
: kristaloblastik (idioblastik)
: non foliasi (hornfelsik)
: kalsit
: putih susu
: 5-30 mm
: hexagonal
: 80 %
: kalsit
: batumarmer
: batugamping
: metamorfisme regional
:akibat heat & pressure yang
rekristalisasi batugamping

KETERANGAN GAMBAR
Berwarna putih susu
non foliasi
hornfelsik
metamorfisme regional

NILAI

PARAF ASPRAK

157

5.4

Pembahasan
Pada praktikum kelima ini yaitu batuan metamorf, kami disediakan 5
batuan yang harus diidentifikasi terlebih dahulu
Pada batuan pertama, warna segar yang terlihat yaitu putih keabuabuan dengan warna lapuk coklat. Jenis batuannya foliasi dengan tekstur
kristaloblastik (idioblastik). Strukuturnya yaitu foliasi (schistosa). Mineral
yang terlihat dominan adalah kuarsa dengan 85%. Dari data tersebut,
diketahui bahwa nama batuan tersebut adalah kuarsit dengan protolith
batuan beku. Jenis metamorfisme yang dialami adalah metamorfisme
kontak dan genesanya dari metamorfisme batuan beku.
Pada batuan kedua, warna segar yang terlihat yaitu hitam kehijauan
dengan warna lapuk kuning. Jenis batuannya foliasi dengan tekstur
lepidoblastik. Strukuturnya yaitu foliasi (schistosa). Mineral yang terlihat
dominan adalah mika dengan 70%. Dari data tersebut, diketahui bahwa
nama batuan tersebut adalah batusekis dengan protolith batuan beku. Jenis
metamorfisme yang dialami adalah metamorfisme kontak dan genesanya
dari metamorfisme basalt.
Pada batuan ketiga, warna segar yang terlihat yaitu hitam dengan
warna lapuk coklat. Jenis batuannya foliasi dengan tekstur lepidoblastik.
Strukuturnya yaitu foliasi (schistosa). Tidak terlihat mineral yang dominan.
Dari data tersebut, diketahui bahwa nama batuan tersebut adalah batusabak
dengan protolith batuan sedimen. Jenis metamorfisme yang dialami adalah
metamorfisme kontak dan genesanya dari metamorfisme batulempung
Pada batuan keempat, warna segar yang terlihat yaitu putih keabuabuan dengan warna lapuk coklat. Jenis batuannya foliasi dengan tekstur
lepidoblastik. Strukuturnya yaitu foliasi (gneissic). Mineral yang terlihat
dominan adalah kuarsa dengan 65%%. Dari data tersebut, diketahui bahwa
nama batuan tersebut adalah batugneiss dengan protolith batuan beku. Jenis
metamorfisme yang dialami adalah metamorfisme regional dan genesanya
dari metamorfisme batuan beku.
Pada batuan kelima, warna segar yang terlihat yaitu putih susu dengan
warna lapuk putih kecoklatan. Jenis batuannya non-foliasi dengan tekstur
kristaloblastik (idioblastik). Strukuturnya yaitu non foliasi (hornfelsik).
Mineral yang terlihat dominan adalah kalsit dengan 80%. Dari data
tersebut, diketahui bahwa nama batuan tersebut adalah batumarmer dengan

158

protolith batugamping. Jenis metamorfisme yang dialami adalah


metamorfisme regional dan genesanya dari metamorfisme batugamping

5.5

Kesimpulan
Dari data penelitian praktikum diatas, dapat ditari kesimpulab bahwa:
1. Setiap batuan metamorf memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda antara
satu dengan yang lain.
2. Karakteristik

batuan

metamorf

bisa

dibeda-bedakan

dengan

menggunakan alat sederhana.


3. Nama suatu batuan metamorf bisa ditentukan setelah mengamati
protolith dan struktur dari batuan itu sendiri.
4. Warna yang dimiliki oleh batuan metamorf cenderung sama dengan
warna mineral yang terdapat pada batuan tersebut.
5. Metamorfosa pada batuan metamorf bisa di penaruhi oleh suhu,
tekanan atau suhu dan tekanan.

159

Anda mungkin juga menyukai