Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MINERALOGI

BATUAN METAMORF

oleh
kelompok 5
1. IRAFATIMA AMONG(15118023)
2. LUCIA MONIS(15118012)
3. DELSI NDOEN(15118033)
4. MATILDIS C DOGON(15118035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 28 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Batuan Metamorf.........................................................................3

2.2 Agen-Agen Dan Jenis-Jenis Dari Batuan Metamorf.....................................5

2.2.1 Agen Metamorfisme...................................................................................5

2.2.2 Fasies Metamorfisme..................................................................................8

2.2.3 Jenis-Jenis Dari Batuan Metamorf.............................................................8

2.2.4 Mineral-Mineral Penyusun Batuan Metamorf............................................9

2.3 Macam-Macam Batuan Metamorf..............................................................11

2.4 Struktur Dan Tekstur Batuan Metamorf......................................................15

2.4.1 Struktur Batuan Metamorf .......................................................................15

2.4.2 Tekstur Batuan Metamorf.........................................................................16

BAB III PENUTUP...........................................................................................20


3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bumi ini terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alamnya,


diantaranya yaitu batuan dan bahan tambang. Batuan dan bahan tambang
mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Batuan
merupakan kumpulan dari satu atau lebih mineral, batuan penyusun kerak bumi
berdasarkan kejadiannnya (genesis), tekstur, dan komposisi mineralnya dapat
dibagi menjadi 3, yaitu : Batuan beku (Igneous Rocks), Batuan sedimen
(Sedimentary Rocks), Batuan metamof/malihan (Metamorphic Rocks).

Batuan dan mineral merupakan sumber daya alam yang banyak


dibutuhkan dan digunakan untuk kehidupan manusia, dan bahan dasar industri.
Batuan terbentuk dari kumpulan magma yang membeku di permukaan bumi dan
berakhir menjadi berbagai jenis batuan. Sedangkan mineral terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki
atom-atom yang tersusun secara teratur, mineral merupakan komponen batuan
yang membentuk lapisan kerak bumi. Bahan tambang di Indonesia terdapat di
darat dan di laut. Bahan tambang jika diolah memerlukan modal yang banyak,
tenaga ahli dan teknologi yang tinggi. Sedangkan untuk memperolehnya,dapat
juga dilakukan secara tradisional seperti mendulang emas dan lain-lain.

Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah


bentuk.Batuan yang terkubur sangat dalam mengalami perubahan tekanan dan
temperatur. Jika mencapai suhu tertentu, batuan tersebut akan melebur jadi
magma. Namun saatbelum mencapai titik peleburan kembali menjadi
magma, batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.

Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami proses


metamorfosis. Proses metamorfosis hanya terjadi di dalam bumi. Proses tersebut
mengubah tekstur asal batuan, susunan mineral batuan, atau mengubah

1
keduanya sekaligus. Proses ini terjadi dalam solid state, artinya batuan
tersebut tidak melebur. Meskipun demikian, penting diingat bahwa fluida
(terutam air) memiliki peranan yang penting dalam proses metamorfosis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian batuan metamorf?

2. Apa saja agen-agen, dan jenis-jenis dari batuan metamorf atau

metamorfisme.

3. Bagaimana cara mengidentifikasi mineral-mineral penyusun batuan


metamorf.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian batuan metamorf.

2. Untuk mengetahui agen-agen, dan jenis-jenis metamorfisme.

3. Untuk mengidentifikasi mineral-mineral penyusun batuan metamorf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian batuan metamorf


Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur)
dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan
tinggi dalam kerak bumi atau Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari
batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun
batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi,
tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang
tinggi. Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam
batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan
terbentuk kristal-kristal baru, begitu pula pada teksturnya. Menurut H. G. F.
Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah mineral suatu
batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam
kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut
tidak termasuk pelapukan dandiagenesa.

Batuan metamorposis atau metamorfosa atau metamorf (metamorphic


rock) membentuk sebagian besar kerak bumi dan membentuk 12% luas
permukaan bumi. Batuan ini diklasifikasikan berdasarkan tekstur, kandungan
kimia dan mineral. Batuan ini mungkin terbentuk berada jauh di bawah
permukaan bumi, mengalami suhu tinggi dan tekanan besar oleh lapisan batu di
atasnya. Batuan ini juga dapat terbentuk dari proses tektonik seperti benturan
kontinental, yang menyebabkan tekanan horisontal, gesekan dan distorsi. Batuan
metamorf juga terbentuk saat batuan dipanaskan oleh intrusi batuan cair panas
yang disebut magma yang berasal dari interior bumi. Studi tentang batuan
metamorf yang tersingkap / terpapar di permukaan bumi memberikan informasi
tentang suhu dan tekanan yang terjadi pada kedalaman yang dalam di dalam kerak

3
bumi. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneiss, slate, marmer, schist, dan
kuarsit. contoh batuan metamorfosa dari jenis kuarsit. Metamorfosis adalah
himpunan proses dimana batuan mengalami perubahan mineralogi, tekstur, atau
keduanya untuk mencapai ekuilibrium (keseimbangan) dengan lingkungannya
pada kondisi solid/padat. Istilah metamorphism berasal dari bahasa Yunani "meta"
yang berarti "berubah" dan "morph" yang berarti "bentuk". Dapat di simpulkan
bahawa batuan metamorfosa adalah transisi satu batu ke yang lain oleh suhu dan
atau tekanan dan membentuk batuan baru. Batuan metamorfik dihasilkan dari
(batuan induk): Batuan beku, Batuan sedimen atau Batu metamorf lainnya.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah
batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer
yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan
perubahan dari batu pasir. Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya
terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian
mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.

Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi


oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut :

1) Komposisi mineral batuan asal

2) Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme

3) Pengaruh gaya tektonik

4) Pengaruh fluida

Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan


menjadi dua, yaitu :

4
1) Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari
pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.

2) Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan


penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut.

2.2 Agen-Agen dan Jenis-Jenis Dari Batuan Metamorf Atau metamorfisme.


2.2.1 Agen Metamorfosa
Agen utama atau penyebab metamorfosis adalah perubahan suhu, tekanan,
dan kandungan kimia. Perubahan terjadi pada batuan padat. Perubahan ini terjadi
untuk mengembalikan keseimbangan ke bebatuan yang terkena lingkungan yang
berbeda dengan lingkungan yang semula terbentuk.
1) Suhu
Suhu merupakan agen utama pada prses metamorfik yang paling penting.
Meningkatnya suhu bisa disebabkan oleh penguburan (tekanan batuan yang
berada diatasnya atau gradien panas bumi) atau karena intrusi magma.
Keseimbangan suhu meningkat dengan bertambahnya kedalaman (Gambar 7.2).
Seiring dengan meningkatnya suhu batuan, mineral mulai berubah dari keadaan
padat ke keadaan cair, dan reaktivitas pori-pori fluida di batuan meningkat.
Namun, dibawah 2000C, sebagian besar mineral akan tetap tidak berubah. Pada
kondisi suhu yang lebih rendah dari ini, perubahan pada batuan terjadi melalui
pelapukan (di permukaan) atau diagenesis (selama penguburan). Jika suhu naik
sampai 6500C, kisi kristal pecah dan bereaksi dengan menggunakan kombinasi
yang berbeda dari ion yang sama dan struktur atom yang berbeda. Mineral baru
akan mulai muncul. Jika suhu lebih tinggi dari 700 0C maka batu akan menjadi
magma. Mineral yang berbeda akan memerlukan suhu yang berada untuk
mencapai kesetimbangannya.

5
Gambar 1. Gradient geothermal untuk berbagai kondisi

Selain suhu akibat penambahan tekanan diatas batuan tersebut, peningkatan suhu
juga dapat diperoleh dari intrusi magma. Batuan disekitar intrusi magma akan
mendapat suhu yang sangat tinggi, namun masih kurang dari 7000C. Semakin
jauh dari sumber intrusi magma, maka suhu semakin menurun.
2) Tekanan
Ada dua jenis tekanan yang penting sebagai agen metamorfosis: Tekanan
beban atau confining presure (atau tekanan seragam atau tekanan pengikat
atau tekanan litostatik). Tekanan ini seragam bekerja ke segala arah,
disebabkan oleh berat batuan di atasnya karena bertambahnya kedalaman
batuan tersebut (Gambar 1 di atas).
Bobot tekanan batuan di atas sebuah batuan bisa diperoleh dengan = densitas
(kg /m3) x konstanta gravitasi (m /s2) x kedalaman (m). Satuan dari tekanan
adalah Pascal (Newton / m2).
Kenaikan tekanan adalah diperkirakan sekitar 25 sampai 30 MPa per
kilometer tergantung kepadatan bebatuan yang berada diatasnya. Tekanan
beban khas pada kedalaman 35 kilometer adalah sekitar 1000 MPa. Tekanan
yang diarahkan (Directed Presure/Differential Stress

6
atau tekanan geser atau tegangan diferensial. Tekanan ini tidak seragam, tidak
sama di semua arah, dan disebabkan oleh kekuatan tektonik. Kekuatan tersebut
menyebabkan perkembangan struktur utama seperti lipatan dan patahan, serta
dapat bertindak sebagai agen metamorf. Jumlah tekanan yang diarahkan tidak
terkait dengan kedalaman posissi batua. Pada Gambar 1 bawah terlihat tekanan
yang tidak sama rata untuk ke semua arah. Tekanan yang diarahkan pada
umumnya menyebabkan perataan butir mineral dan perkembangan mineral platy
(terutama mikas) tumbuh sejajar dengan sedikit tekanan. Penyelarasan berbagai
mineral mika akan menghasilkan foliasi.

Gambar 2 Directed / Confining Presure dan Differential Stress

3) Cairan Kimia Aktif


Air dan karbon dioksida sering ditemukan dalam jumlah kecil di sekeliling
kristal mineral atau di ruang pori batuan. Ruang pori ini dipenuhi cairan
berair, yang dikenal sebagai cairan intergranular, bisa berupa cairan, atau
pada suhu tinggi bisa berupa uap. Cairan sebagian besar air, tetapi juga
mengandung garam dan volatil dan unsur lainnya. Cairan intergranular
biasanya kaya akan air, meskipun karbon dioksida mungkin merupakan

7
komponen penting, terutama pada batuan yang mengandung karbonat
(seperti batu gamping). Bila dicampur, cairan yang dihasilkan meningkatkan
metamorfosis dengan melarutkan ion dan dengan menyebabkan reaksi kimia.
Biasanya, produk akhir dari proses ini adalah penciptaan mineral baru dengan
substitusi, pemindahan, atau penambahan ion kimia. Terkadang cairan juga
bisa meresap dari magma yang berdekatan. Cairan intergranular berperan
penting selama metamorfosis yaitu sebagai:
Reaksi pada batuan kering sangat lamban dan sedikit perubahan terjadi.
Cairan bertindak sebagai katalis, mereka mempercepat reaksi mineralogi
yang lambat. Batuan kering adalah konduktor panas yang buruk. Cairan
mentransfer panas dari sumber panas seperti pendinginan pluton ke batuan
yang lebih dingin yang mendorong pertumbuhan mineral baru. Pengangkutan
atom melalui bahan padat melalui difusi adalah proses yang sangat lambat.
Cairan mengangkut padatan terlarut ke dan dari massa batuan dan karenanya
sangat berperan dalam pembentukan mineral baru.
2.2.2 Fasies Metamorfisme
Fasies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik
berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan
metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan
berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau
kimia. Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat
dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam
facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana
semakin tinggi derajat metamorfisme (fasies berkembang), struktur akan semakin
berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.
2.2.3 Jenis-Jenis dari Batuan Metamorf Atau metamorfisme
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan
menjadi dua:
1. Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa
kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:

8
a) Metamorfosa kontak/thermal
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang
tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi
magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah
satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan
suhu pada daerah disekitar intrusi.
b) Metamorfosadinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan
yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang
mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin
dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar.
Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan
saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah
sesar/patahan.
2. Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai
beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
a) Metamorfosa regional/dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi
adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif
apabila diikuti oleh orogenesa.
b) Metamorfosa beban/burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi
terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan
sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di
bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.

2.2.4 Mineral-Mineral Penyusun Batuan Metamorf

1. Amphibole/Hornblende

9
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi
(Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan
Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman.
Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan
metamorf.
2. Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar
menyerupai buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite.
Mineral biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite
berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak
dan bisa digores dengan kuku.
3. Plagioclase feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar.
Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk
prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang
mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang
mengandung Ca disebut An-orthite.
4. Potassium feldspar (Orthoclase)
Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya
plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang
mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna
merah daging hingga putih.
5. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O).

6. Quartz

10
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada
kerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih,
kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
7. Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya
berwarna putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari
binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’
dari batugamping.

2.3 Macam – Macam Batuan Metamorf


1. Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme
batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu
yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-
butir yang sangat halus (very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : Rendah
Ciri khas : Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite
mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal : Metamorfisme Shale
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang

11
has : Mudah membelah menjadi lembaran tipis

2. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite
mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal : Metamorfisme Shale
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang

3. Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku
dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : Abu-abu
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Foliated (Gneissic)
Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan
lapisan tipis kaya amphibole dan mika.
4. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika,
grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-
berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna : Hitam, hijau, ungu

12
Ukuran butir : Fine – Medium Coarse
Struktur : Foliated (Schistose)
Komposisi : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat
kristal garnet

5. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga
mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium
karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna : Bervariasi
Ukuran butir : Medium – Coarse Grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat
fosil, bereaksi dengan HCl
6. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh
proses metamorfosis .
Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir : Medium coarse
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi

13
Ciri khas : Lebih keras dibanding glass

7. Milonit
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan
ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah
seperti schistose.
Asal : Metamorfisme dinamik
Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Dapat dibelah-belah

8. Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi
dari Slate. Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone.
Filonit mirip dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar
dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan
milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Asal : Metamorfisme Shale, Mudstone
Warna : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Beragam (kuarsa, mika, dll)
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Permukaan terlihat berkilau

14
9. Serpetinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine
dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization).
Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang
menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic
teroksidasi dan terhidrolisis dengan air menjadi serpentinit.
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

10. Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis
oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti
dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas : lebih keras dari pada glass, tekstur marata

2.4 Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf


2.4.1 Struktur Batuan Metamorf
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun

15
batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
 Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
 Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral
pipih.
 Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
 Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2.4.2 Tekstur Batuan Metamorf
Berdasarkan kenampakan tekstur batuan asalnya (terlihat/tidak terlihat
lagi), batuan metamorf yang bertekstur foliasi ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Kristoblastik
Yaitu jika tekstur batuan asalnya tak terlihat lagi. Dalam penamaan-nya
digunakan akhiran blastik kemudian kita lihat kemasnya, dan gunakan
istilah:
 Homoblastik, jika terdiri dari satu jenis tekstur.
 Heteroblastik, jika terdiri lebih dari satu jenis tekstur.
Tekstur yang dimaksud disini adalah:
 Lepidoblastik : sebagian besar mineralnya berbentuk pipih (mika/
muskovit).
 Nematoblastik : sebagian besar mineralnya berbentuk kristalin
(plagioklas).
 Granoblastik: sebagian besar mineralnya granular/equidemensional
(kuarsa).
Sedangkan untuk bentuk kristalnya gunakan istilah :
 ldioblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk euhedral.
 Hipidioblastik : sebagian besar mineralnya berbentuk subhedral.
Ksenoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk anhedral.

16
2) Palimset
Yaitu jika tekstur batuan asalnya masih terlihat atau tersisa. Gunakan
awalan blasto untuk penamaannya, dan gunakan istilah:
 Blasto ofitik : batuan asalnya mempunyai tekstur ofitik.
 Blasto porfiritik : batuan asalnya mempunyai tekstur porfiritik.
 Blasto psefitik : batuan asalnya mempunyai tekstur pebble
(psefi-tik).
 Blasto psamatik : batuan asalnya batuan sedimen klastik berukuran
pasir (psamatik).
 Blasto pelitik : batuan asalnya batuan sedimen klastik berukuran
lempung (argilik).

a) Adapun jenis struktur pada batuan metamorf yang berfoliasi antara


lain:
 Slaty : menampakkan belahan-belahan yang sangat halus,
umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan sangat halus.
 Phylitic : Foliasi sudah mulai ada, oleh kepingan-kepingan halus
mika, terdiri atas bentuk kristal lepiplastik.
 Schistose : Foliasi sudah mulai jelas oleh kepingan mika, dengan
belahan yang merata/menerus, terdiri dari selang-seling bentuk
kristal lapidoblastik dan granoblastik.
 Gneissic : Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral
granular dan pipih/mika, belahan tidak rata atau terputus-putus.

Slaty Phylitic Schistose Gneissic


Gambar 3 Jenis struktur batuan metamorf yang berfoliasi
b) Struktur nonfoliasi

17
 Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-
butiran mineral relatif seragam.
 Struktur Kataklastik : struktur yang memperlihatkan adanya
penghancuran terhadap batuan asal.
 Struktur Milonitik : struktur yang memperlihatkan liniasi oleh
adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran
mineralnya halus.
 Struktur Pilonitik : struktur yang memperlihatkan liniasi dari
belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran
mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah
mendekati tipe struktur filit.
 Struktur Flaser : sama struktur kataklastik, namun struktur
batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar
milonit.
 Struktur Augen : sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
 Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran beragam.
 Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral
yang berbentuk jarus atau fibrous.

Granulose Hornfels Milonitic Breksi kataklastik


Gambar 4 Jenis struktur batuan metamorf nonfoliasi

18
Tabel 1 Contoh batuan metamorf yang bertekstur foliasi

Nama Ukuran
Kenampakan Batuan
Batuan kristal Asal
Buram hingga berkilap, berlembar.
Batulanau,
Lebih keras daripada serpih. Umumnya
sabak/slate kecil serpih,
berwarna kelabu gelap, coklat, merah,
dan hijau. batuan
vulkanik.
Kristal mika yang hampir tidak terlihat,
menunjukkan kenampakan kilau satin Batulan
Filit
pada permukaan yang berfoliasi. au,
Biasanya kelabu atau kelabu hijau. serpih,
sabak.
Mineral-mineral yang memanjang dan
Batuan
berlembar menunjukkan foliasi.
Sekis vulkanik,
Umumnya serpih, sabak, filit, kuarsa,
serpih,
besar feldspar, atau garnet.
sabak, dll.
Batuan
Gelap, batuan yang berat dengan kristal-
amfibolit kristal hornblenda yang sejajar dan beku
mineral aksesoris feldspar. mafic,

gray-
wacke,

serpih
yang kaya
karbonat.
Batuan
Batuan berbutir kasar dengan
beku
gneiss kenampakan banded akibat segregasi
silikaan,
mineral.
arkosa,
batulanau
atau
serpih.

19
BAB III
PENUNUP
3.1 kesimpulan
1. Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metam orfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur,
tekstur) dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur
dan tekanan tinggi dalam kerak bumi.
2. Agen-agen atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme
meliputi suhu (temperatur), tekanan (Pressure), dan aktivitas larutan kimia.
3. Secara umum metamorfisme terbagi menjadi 3 yaitu metamorfisme sentuh
atau kontak, metamorfisme dynamo, dan metamorfisme regional.
4. Secara umum ada beberapa fasies dari batuan metamorf yang meliputi:
 Fasies metamorfisme kontak
 Fasies metamorfisme regional
 Fasies granulit
 Fasies eklogite
5. Mineral penyusun batuan metamorf merupakan mineral-mineral yang ada
pada batuan yang telah ada sebelumnya, baik mineral yang berasal dari
batuan beku, sedimen, maupun metamorf.
6. Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi

3.2 Saran
Untuk lebih memperdalam pemahaman dan pengetahuan mengenai batuan
metamorf sebaiknya banyak membaca literatur-literatur yang lebih variatif yang
berkaitan dengan batuan metamorf serta mengkajinya secara mendalam dan
dibarengi dengan pengama tan batuan di laboratorium dan pengamatan langsung
singkapan batuan metamorf di lapangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Blatt, Harvey and Robert J. Tracy, Petrology, W.H.Freeman, 2nd ed., 1996, p. 355 ISBN
0-7167-2438-3
https://mithaariany.wordpress.com/2012/05/30/batuan-metamorf/
Buchner, K & R. Grapes (2011). "Metamorphic rocks". Petrogenesis of Metamorphic
Rocks. Springer. pp. 21–56. doi:10.1007/978-3-540-74169-5_2. ISBN 978-3-540- 74168-
8.

21

Anda mungkin juga menyukai