Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

MATA KULIAH PENGANTAR GEOLOGI (PTG121)

OLEH :
NAMA : HASBIYANI

AREAL PRAKTIKUM : GEOPARK MERANGIN

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
MEI 2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

MATA KULIAH : PENGANTAR GEOLOGI (PTG 121)

Di susun oleh :
HASBIYANI (F1D215001)

Mendalo,
Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen/Asisten

1. Ira Kusuma Dewi,S.si., M.T.


: ....................................................

Mei 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas karuniaNya telah memberikan kemudahan pada penyusun untuk menyelesaikan laporan
praktikum lapangan ini. Sehingga dapat berjalan lancar tanpa mengalami
hambatan yang berarti.
Untuk mengetahui bentuk muka bumi, karakteristik yang ada, dan prosesproses geologi yang ada maka dari itu perlu untuk mengenal alam lebih dekat
sperti pada perjalanan praktikum lapangan. Dengan mengenal dan mempelajari
lebih dalam tentang jenis-jenis batuan yang ada, deskripsi serta strukturnya maka
dapat diketahui manfaat dari batuan tersebut. Sehingga dapat kita manfaatkan
untuk menunjang kebutuhan manusia.
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya bagi pihak yang telah membantu, yaitu :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan
untuk menyelesaikan laporan prakikum lapangan ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan izin, doa dan memberikan dana
perjalanan untuk praktikum lapangan ini.
3. Bapak Ir. Y. Morsa Said, MT. Ibu Magdalena Ritonga, ST,. MT. Selaku
dosen mata kuliah pengantar geologi.
4. Ibu Ira Kusuma Dewi, S.si., MT. Selaku dosen pembimbing Laporan
Pengantar Geologi.
5. Seluruh asisten pendamping yang telah memberikan penjelasan kepada
penyusun selama perjalanan.
Laporan praktikum ini berisikan tentang penjelasan hasil praktikum Geopark
Merangin sehingga dapat menambah wawasan mengenai proses geologi, batuan
dan lain-lain.
Jambi, Mei 2016
Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi adalah suatu ilmu yang mempelajari material bumi secara
menyeluruh, misalnya seperti : asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, berbagai
macam proses yang sedang berlangsung setelah pembentukannya, maupun yang
sedang berlangsung, sampai dengan keadaan dari bumi saat ini. Atau defenisi
geologi adalah suatu ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari semua
tentang planet bumi beserta isinya. Yaitu kelompok ilmu yang mengupas
mengenai berbagai sifat dan bahan yang membentuk planet bumi, strukturnya,
maupun proses yang sedang berjalan di dalam dan di atas permukaan planet bumi.
Ilmu geologi mempelajari dari benda yang ukurannya sangat kecil seperti atom,
sampai benda yang ukurannya besar seperti samudera, benua, pulau, pegunungan
dan lain-lain.
Orang yang ahli di bidang geologi disebut geologist, vgeologist bertugas
untuk melakukan penelitian untuk mengungkap mister-misteri yang masih belum
terpecahkan yang menyelimuti proses-proses yang berkaitan dengan materialmaterial yang membentuk planet bumi ini, gerakan-gerakan maupun perubahan
yang terjadi. Oleh karena itu, sebagai awal mula, medan pertama yang di lalui
adalah kawasan Geopark Merangin.
Geopark merupakan warisan geologi yang mempunyai nilai ilmiah
(pengetahuan), jarang memiliki nilai pembanding di tempat lain (langka), serta
mempunyai nilai estetika dalam berbagai skala. Nilai-nilai itu menyatu
membentuk kawasan yang unik. Selain menjadi tempat kunjungan dan objek
rekreasi alam-budaya, geopark juga berfungsi sebagai kawasan lindung dan
sebagai situs pengembangan ilmu pengetahuan kebumian. Salah satunya yaitu
Geopark Merangin. Kawasan ini menyimpan harta karun peninggalan peradaban
dunia yang menjadi sejarah pembentukan bumi yang diperkirakan telah berumur
350

tahun, banyak terdapat peninggalan fosil kayu Araucarixylon dan fosil

Sterochia semireticalatus yang berupa jenis kerang-kerangan (brachipoda),


kerang mutiara purba (nautiloide) dan Bellerophon yang tercetak membatu di batu

endapan lava dan abu gunung vulkanik purba. Selain itu Geopark merangin
berada dalam kawasan taman nasional Kerinci Seblat yang masih terjaga
keasriannya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum lapangan ini adalah :
1.2.1 untuk pengenalan medan terhadap mahasiswa jurusan teknik kebumian
1.2.2 untuk mengetahui berbagai macam hasil dari proses geologi yang terdapat di
Geopark Merangin.
1.3 Lokasi
1.3.1 Lokasi hari pertama di daerah Sungai Muara Karing
1.3.2 Lokasi hari kedua di daerah Goa Tiangko dan Museum Geopark di Bangko
Kabupaten Merangin.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Geologi regional
Provinsi Jambi yang meliputi kawasan merangin secara geografis terletak
di tengah pulau sumatera. Provinsi ini di sebelah utara berbatasan dengan provinsi
Riau, sebelah timur dengan Selat Berhala, sebelah selatan berbatasan dengan
Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan
Provinsi Bengkulu. Kondisi Geografis yang cukup strategis di antara provinsi
disekitarnya membuat peran Provinsi Jambi cukup penting terlebih lagi dengan

dukungan sumber daya alam yang sangat bernilai terdapat di Kabupaten Merangin
dengan ditemukannya beberapa potensi keragaman geologi, di sepanjang aliran
Sungai Merangin dan Sungai Mengkarang. Potensi-potensi tersebut, mencakup
fosil flora dan fauna Jambi berumur 250-290 juta tahun (Zaman Perm Akhir).
Fosil flora jambi tersebut terekam pada batuan Gunung api bersisipan sedimen
laut (batu gamping, serpih gampingan).
Sementara itu di dalam sedimen batuan tersebut di temukan kandungan
fosil fusulina, krinoid, amonit, dan brakhiopoda yang berumur perm awal-tengah
yakni sekitar 290 juta tahun yang lalu. Selain itu terdapat fosil tumbuhan, yaitu
berupa batang kayu tekersikkan berukuran raksasa berumur tersier-Kuarter awal.
2.2 Material Batuan
Di kawasan sungai Muara Karing di dominasi oleh batuan sedimen
, dan sedikit batuan meta sedimen serta batuan beku. Selain itu terdapat fenomena
geologi berupa kekar yang terdiri dari shear dan gash. Sungai Muara Karing ini
juga memilki struktur sehingga membentuk pola-pola aliran tertentu. Medan yang
berupa perbukitan landai dan cukup terjal juga mendominasi kawasan menuju
daerah sungai Muara karing.
Untuk kawasan Goa Tiangko sendiri di dominasi oleh batuan gamping
yang terdiri dari gamping kedolomitan, gamping kemetamin, dan Gamping
kristalin serta sebagian kecil stalakmit.
Untuk lokasi Museum Geopark Merangin ditemukan berbagai macam
jenis batuan dan fosil kayu, serta tanaman paku.
Berikut adalah beberapa jenis batuan :
Batuan beku
Batuan beku berasal dari magma yang mendingin lalu mengeras. Magma
yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini
dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkan magma
yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi
dan sebagian terlarut dalam magma. Namun tidak semua material asing ini terlarut
dan mengendap di dasar dapur magma (magma chamber).
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau
lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan
membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi
melalui rekahan dinamakan erupsi linier atau fissure eruption.
Batuan sedimen

Hasil pelapukan dan pengikisan permukaan bumi merupakan bahan utama


sedimen. Batuan sedimen termasuk dalam batuan sekunder karena material
pembentuknya merupakan hasil dari aktifitas kimia dan mekanik denudasi
terhadap batuan yang sudah ada. Diendapkan dari larutan atau suspensi dalam air
atau udara pada suhu dan tekanan normal. Endapannya adalah hasil rombakan dan
hancuran batuan kerak bumi, terdiri dari fragmen batuan, mineral dan berbagai
material lainnya, di transpot oleh angin atau air dan diendapkan di lekukanlekukan di darat atau di laut. Material sedimen dapat berupa fragmen dari bataun
lain dan mineral-mineral, hasil penguapan dan proses kimia, dan juga material
organik.
Pengelompokan yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua kelompok
besar, batuan sedimen klastik dan non-klastik.
1. Batuan sedimen klastik : fragmen-fragmen lepas atau urai hasil
penghancuran atau rombakan secara mekanik dari batuan yang sudah
ada sebelumnya disebut dedritus.sedimen didritus disebut juga
sedimen klastik. Sedimen klastik ditranspot dalam berbagai cara, dapat
bergulir kebawah lereng akibat gravitasi, atau terbawa gletser, oleh
angin atau oleh aliran air. Saat transportasi berhenti, sedimen akan
terendapkan secara mekanik dengan sistem yang khas sesuai dengan
mekanisme transportasinya.
2. Batuan sedimen non-klastik : berdasarkan komposisinya batuan
sedimen

nonklastik

dikelompokkan

menjadi

yang

silikaan

menahndung silika dan karbonatan mengandung karbonat. Sedimen ini


terbentuk akibata proses-proses kimia yang terbentuk dicekungan.
Dalam kondisi tertentu dapat dijumpai batuan metasedimen, metasedimen
adalah batuan malihan yang berasal dari bataun sedimen, namun belum sampai
pada metamorf.
Batuan metamorf
Batuan metamorf juga disebut batuan malihan atau ubahan, demikian pula
dengan prosesnya, proses malihan. Proses malihan merupakan perubahan
himpunan mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan dengan proses diagenesa
dan proses pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi perubahan.
Proses metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi,

diatas 200 c dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Batuan
metamorf perubahannya berlangsung dalam keadaan padat, tidak melalui lelehan.
Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan fragmen kerak bertabrakan , batuan
terkoyak, tertarik (extended), terlipat, terpanaskan dan berubah dengan cara yang
kompleks.
2.3 Geomorfologi
Wilayah kajian, secara fisiografi termasuk kedalam kawasan peralihan
antara mendala pegunungan barisan dan daerah rendah Sumatera bagian Timur.
Morfologi kawasan ini didominasi oleh dataran menggelombang, dengan undulasi
yang tidak begitu kasar. Rangkaian punggungan topografi yang menempati
wilayah ini umumnya searah dengan sumbu pulau Sumatera, yaitu barat laut
tenggara, namun sebagian ada juga yang memotong arah jurus perlapisan batuan
sedimen. Ketinggian wilayah yang dimulai dari Kawasan Taman Nasional
Kerinci-Seblat di wilayah Kerinci, batuan sedimen terlipat Kuat, Kawasan Intrusi,
dan Kawasan batuian sedimen terlipat lemah adalah dari 2800 m sampai 400 m
dpl.
Patahan
Batuan- batuan sedimen yang terdapat pada sunga Muara karing
tersingkap akibat adanya patahan-patahan. Patahan atau sesar (fault) adalah satu
bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yang memungkinkan satu blok batuan
bergerak relatif terhadap blok yang lainnya. Prgerakannya bisa relatif turun, relatif
naik ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yang lain. Gerak suatu
batuan akibat proses pensesaran terjadi disepanjang bidang sesarnya, sedangkan
arah geraknya dapat diketahui dari jejak-jejak pergeserannya berupa gores garis
(slicken line), atau indikasi lainnya seperti drag fault dan sebagainya.
kekar
Kekar adalah pemecahan atau pemisahan dalam formasi geologis, seperti
sesar, yang membelah batuan menjadi kepingan. Kekar kadang-kadang dapat
membentuk retakan yang dalam dan lebar di dalam batuan. Kekar biasanya
disebakan oleh ketidakmampuan batu untuk menahan tekanan yang terlalu besar.
Akibatnya, batuan mengalami keretakan di titik terlemahnya. Kekar paling

menonjol muncul pada batuan-batuan yang terkonsolidasi baik, seperti batu pasir,
batu gamping, kuarsit, dan granit. Kekar dapat berupa rekahan terbuka atau terisi
oleh material-material yang bermacam-macam. Kekar yang diisi oleh mineral
disebut urat dan kekar yang diisi oleh magma beku beku disebut dike.
pelapukan
Pelapukan merupakan salah satu proses yang mempercepat denudasi.
Batuan, baik batuan beku, sedimen maupun metamorf yang tersingkap diatas
permukaan, bersentuhan dengan atmosfer, hidrosfer dan biosfer akan mengalami
proses pelapukan. Batuan akan terubah secara fisik dan atau secara kimia.
Pelapukan adalah proses berubahnya batuan menjadi tanah (soil) baik oleh
proses

fisik

atau

mekanik

(disintegrasi)

maupun

oleh

proses

kimia

(decomposition). Proses decomposition dapat menyebabkan terjadinya mineralmineral baru.


1. Pelapukan mekanik
1. Pelapukan mekanik
Pelapukan secara fisik umumnya disebut pelapukan fisika. Pada proses
pelapukan ini hanya terjadi perubahan fisik saja secara mekanik, tidak disertai
perubahan kimia. Sehingga komposisi utamanya tetap. Dari yang semula
mempunyai bentuk tubuh batuan besar secara masif, hancur menjadi bentuk
bentuk lebih kecul, yang terjadi hanya disintegrasi saja, perubahan fisik batuan
ini dapat diakibatkan oleh beberapa cara yaitu : rekahan-rekahan, tekanan es,
pertumbuhah kristal dan pengaruh suhu.
2.

Pelapukan kimia
Pelapukan kimia atau dekomposisi kimia adalah penghancuran batuan oleh
pengubahan kimia terhadap mineral-mineral pembentuknya yang melibatkan
beberapa reaksi penting antara unsur-unsur di atmosfir dan mineral-mineral
pada kerak bumi. Dalam proses-proses ini struktur dalam mineral semua terurai
dan terbentuk mineral mineral baru, dengan struktur kristal baru yang stabil di
atas permukaan bumi. Reaksi-reaksi yang demikian menyebabkan terjadinya
perubahan besar terhadap komposisi kimia, sifat fisik batuan, sehingga dapat
dikatakan proses dekomposisi.

3. Pelapukan biologis
Pelapukan biologis adalah pelapukan yang diakibatkan oleh aktivitas biologis,
seperti aktivitas binatang dan atau tumbuhan yang akhirnya batuan mengalami
desintegrasi menjadi bagian yang lebih kecil.
2.4 Fosil
Fosil adalah sisa-sisa atau bekas bekas makhluk hidup yang menjadi batu
baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Pembentukan fosil memerlukan
waktu ratusan bahkan jutaan tahun. Fosil terbentuk dari pengahncuran organisme
yang masih hidup. Setelah kematian suatu makhluk hidup sebuah fosil akan
muncul lewat pengawetan bagian-bagian keras yang tersisa, seperti tulang, gigi,
cangkang, atau kuku.
Proses pemfosilan yang paling umum dan luas disebut permineralisasi atau
mineralisasi. Selama proses ini, organisme digantuikan oleh mineral-mineral
dalam cairan di tanah tempat tubuhnya terendam. Selam proses mineralisasi
tahap-tahap ini berlangsung:
Setelah diselimuti tanah, lumpur, atau pasir, tubuh organisme mati segera
dilindungi dari pengaruh udara. Selama bulan-bulan berikutnya, lapisan-lapisan
baru endapan di timbunkan ke sisa-sisa tubuh yang terkubur. Lapisan-lapisan ini
bertindak sebagai tameng penebal, fungsinya untuk melindungi tubuh organisme
dari anasir-anasir luar dan pelapukan fisik. Semakin banyak lapisan yang
terbentuk, yang satu menutupi yang lainnya, dan dalam beberpa ratus tahun sisasisa organisme terbaring beberapa meter dibawah permukaan tanah. Lama
kelamaan, struktur-struktur mulai mengalami penguraian kimia. Air bawah tanah
mulai menembus struktur-struktur itu dan minaral-mineral terlarut yang
terkandung dalam air kalsit, pirit, silika dan besi, yang jauh lebih tahan erosi dan
penguraian kimia perlahan-lahan mulai menggantikan zat-zat kimai dalam
jaringan. Maka, selama jutaan tahun, mineral-mineral ini memunculkan salinan
batu yang persi dengan menggantikan jaringan tubuh organisme. Akhirnya fosil
pun memiliki bentuk dan tampak luar yang sama dengan organisme aslinya.

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan


yang terkumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami
pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Syarat terjadinya
pemfosilan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Organisme memiliki bagian tubuh yang keras


Mengalami pengawetan
Terbebas dari bakteri pembusuk
Terjadi secara alamiah
Mengandung kadar oksigen yang sedikit
Umurnya lebih dari 10.000 tahun.

Fosil sangat banyak dijumpai pada batuan sedimen karena batuan ini sangat baik
untuk pengendapan organisme, sehingga akan banyak fosil yang terkandung di
dalamnya. Pada batauan metamorf masih mungkin dijumpai, namun sangat sedikit
dan umumnya fosil tersebut hancur bahkan telah hilang dalam proses
metamorfisme. Sedangkan pada batuan beku tidak akan dijumpai fosil karena
batuan beku terbentuk dari hasil pembekuan magma , sehingga tidak memungkin
untuk terdapat fosil di dalamnya.
2.5 Orientasi Medan
Kawasan Geopark yang terletak di desa Air Batu dan Dusun Baru,
Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin dikelola langsung oleh
HAMPA (Himpunan Anak Muda Peduli Alam) desa Air Batu. Ada dua Cara untuk
menjangkau semua fosil, jalan kaki (traking) atau menyusuri sungai (Rafting)
menantang jeram-jeram di aliran sungai. Jika melalu Traking, butuh waktu 3 jam
pulang pergi, melewati jalan yang berliku, naik-turun yang cukup terjal, dan
sebagian kecil landai, disuguhi oleh panaroma perbukitan dan lembah di
sepanjang jalan traking. Dan jika menggunakan arung jeram harus melewati
sungai selama 3 jam yang memiliki arus yang cukup deras dan berkualitas
internasional, sepanjang perjalanan akan di sguhi oleh pemandangan tebing sungai
dan hutan.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Waktu dan tanggal :
1. Pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, tanggal 05 mei 2016
2. Pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB, tanggal 06 mei 2016
Tempat :
1. Sungai Muara Karing Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten
Merangin GEOPARK MERANGIN JAMBI
2. Goa Tiangko kabupaten Merangin provinsi Jambi
3. Museum GEOPARK MERANGIN Kecamatan Bangko Kabupaten
Merangin jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan praktikum adalah :

Kompas geologi
GPS
Tongkat Jacob
Kamera
Buku catatan
Alat tulis

Palu batuan beku


Palu batuan sedimen
3.3 Prosedur Praktikan
1. Kawasan sungai Muara karing
Lakukan perjalanan hingga mencapai kawasan Sungai Muara karing
Amati dan fotogeosite menggunakan skala pembanding geosite yang
dijumpai
Carai koordinat keberadaan geosite tersebut dengan menggunakan geosite
Laporkan hasil kegiatan dalam bentuk Laporan Praktikum Lapangan
2. Kawasan Goa Tiangko

lakukan perjalanan hingga mencapai Kawasan Goa Tiangko


amati dan foto batuan yang dijumpai
deskripsikan jenis batuan
laporkan hasil kegiatan dalam bentuk Laporan Praktikum Lapangan

3. Museum Geopark Merangin


lakukan perjalanan hingga Museum Geopark Merangin
amati dan foto batuan dan fosil yang dijumpai
laporkan hasil kegiatan dalam bentuk Laporan Praktikum Lapangan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Orientasi medan

Gambar 4.1 plotting are traking.


Lokasi : kawasan Sungai Muara Karing
4.1 Orientasi Medan
4.1.1 CP 1
Posisi Koordinat : 02 08 37,03 LS, dan 102 09 0,77 BT
Setelah diketahui titik koordinat dari CP 1 maka dilakukan plotting seperti
berikut:

Gambar 4.2 ploting kawasan CP 1


Ploting ini bertujuan untuk mengetahui titik koordinat pada peta. Sebagaimana
ditunjukkan oleh gambar di atas.

Gambar 4.3 daerah sekitar CP 1


Selain menggunakan peta kita dapat mengetahui posisi keberadaan kita melalui
daerah sekitar. Seperti bentuk perbukitan, lembah atau jurang. Selain itu, dari peta
kita dapat mengetahui kawasan-kawasan yang ada disekitar kita misalnya pada
kontur yang rapat menunjukkan lereng yang curam dan kontur yang jarang
menunjukkan dataran yang cukup landai.

4.1.2. CP 2
Posisi Koordinat : 02 08 57,09 LS, dan 102 08 59,03 BT
Pada CP 2 juga di lakukan ploting untuk menentukan koordinat pada peta

Gambar 4.4 ploting kawasan CP 2


Dari gambar dapat terlihat bahwa kawasan yang dilalui mulai memasuki kawasan
yang terjal ditandai oleh kontur pada peta yang berupa kontur rapat.

Gambar 4.5 CP 2 berupa jalan yang cukup terjal dan berkelok

Sangat sesuai dengan peta yang ada dimana kawasan yang dilalui memasuki
jalanan yang cukup curam dan berkelok.
4.1.3 CP 3
Posisi Koordinat : 02 09 5,34 LS, dan 102 09 11,85 BT
Kembali lagi dilakukan ploting area

Gambar 4.6 ploting kawasan CP 3


Tampak dari peta daerah jalan yang curam dan berliku telah dilewati dan
mulai memasuki kawasan landai dan sungai Muara Karing.

Gambar 4.7 kawasan CP 3 cukup landai

Kawasan ini telah melawti jalan yang curan dan berkelok-kelok, kawasan cukup
landai dan memasuik kawasan Sungai Muara Karing.
4.2 Pengamatan Bentang Alam
Pengamatan morfologi ini tepat berada di kawasan sungai Muara Karing.
4.2.1 Patahan

Gambar 4.8 air terjun Muara karing


Air terjun Muara Karing ini merupakan contoh dari patahan. Di lokasi ini
ditemukan sebaran batuan sedimen yang cukup luas dan sebagian kecil batuan
metasedimen serta fosil kayu yang berumur sekitar 300 juta tahun.
4.2.2 antiklinal dan sinklinal

Gambar 4.9 areal antiklin menuju sinklin

Antiklinal disini merupakan bagian lipatan yang memiliki posisi lebih


tinggi dari bagian lipatan lainnya. Lipatan antiklinal akan membentuk dataran
menjadi cembung. Sedangkan sinklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki
bagian yang lebih rendah dari antiklinal, lipatan sinklinal ini seperti cekungan.
Bentang alam ini dapat dijumpai disepanjang jalan traking menuju kawasan
Sungai Muara Karing.
4.3 Pola Aliran Sungai
4.3.1 sungai Muara Karing

Gambar 4.10 sungai Muara Karing


Sungai ini memiliki arus yang cukup deras dan digunakan utntuk areal
arung jeram. Sungai Muara Karing ini memiliki pola aliran Dendritik. Pola aliran
ini berbentuk tidak beraturan kesegala arah (seperti Pohon). Umumnya pada
lapisan massif dan perlapisan mendatar.

4.4 Pengenalan Kompas (Pengukuran Kekar)


4.4.1 Strike dan Dip

Gambar 4.11 pengukuran strike dan dip menggunakan kompas geologi


Strike adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dan
bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan dip adalah derajat yang
dibentuk antara bidang planar dan bideng horizontal. Dip pada umumnya muncul
di batuian hasil pengendapan (sedimen), seperti batuan pada sungai Muara Karing
ini. Strike dan dip ini di temukan di Sungai Muara Karing. Untuk mencari arah
strike kenali dulu arah utara pada kompas, agar tidak terbalim dalam menentukan
arah. Tempelkan sisi kompas yang bertanda E (sisi kompas bagian timur) pada
bidang yang akan kita ukur. Posisikan kompas secara horizontal dengan
memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada ditengah. Catat derajat
yang dibentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke uatara. Kemudian buat garis
lurus searah strike untuk menentukan dip. Pada garis lurus yang dibentuk strike,
tempelkan sisi kompas yang bertanda W (sisi kompas bagian barat) secara tegak
lurus. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalamnya berada di tengah.
Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka dip. Adapun cara
penulisan strike dan dip hasil pengamatan adalah : N (derajat strike) E/ (derajat
dip) dan dibaca North to East (nilai strike) and (nilai dip).

Tabel hasil pengukuran strike :

Geol Pertamb
ogi

angan

Geof

N
44
E

N 30 E

N
355 E

N
73
E

N 41 E

N 69
E

N
86
E

N 34 E

N 22
E

N
55
E

N 341 E

N 30
E

N
34
E

N 45 E

N
346 E

N
40
E

N 40 E

N 37
E

N 26 E

N 29

sika

86
E

N
41
E

N 341 E

N
162 E

N
24
E

N 334 E

N
341 E

N
347
E

N 37 E

N
353 E

4.4.2 Gash

Gambar 4.12 gash


Gash fracture ini adalah bagian dari extension fracture yang merupakan
kekar yang terjadi akibat adanya extension dari pergerakan sesar. Disebut gash

fracture karena terisi oleh mineral kalsit atau kuarsa. Pada contoh di atas gash
terisi oleh kuarsa. Atau yang sering disebut sebagai urat kuarsa.
4.5 Pengenalan Batuan
4.5.1 Batu Sedimen Pasiran

Gambar 4.13 batu sedimen pasir


Batuan sedimen ini ditemukan di sungai Muara Karing dengan Posisi
Koordinat : 02 09 5,34 LS, dan 102 09 11,85 BT. Berwarna abu-abu gelap,
memiliki ukuran butir berupa pasir halus (1/8 sampai 1/16 mm skala wenworth).
Kebundaran subrounded, pemilahan baik, kemas baik, fragmen litik, matriks pasir
halus, dan semen non-karbonat.
4.5.2 Batuan Sedimen Lanau

Gambar 4.14 batu sedimen lanau

Batuan sedimen ini ditemukan di sungai Muara Karing dengan Posisi


Koordinat : 02 09,7 7,23 LS, dan 102 09,12 12,18 BT. Berwarna abu-abu
gelap,struktur massif, memiliki ukuran butir berupa lanau (1/256 sampai 1/16 mm
skala wenworth). Kebundaran rounded, pemilahan baik, kemas tertutup, fragmen
litik, matriks lanau, dan semen non-karbonat.
4.5.3 Gamping Kedolomitan

Gambar 4.15 gamping kedolomitan


Batuan ini ditemukan di bagian dalam Goa Tiangko. Memilki warna abuabu kehitaman. Struktur tidak berfosil, tektur non kristalin, dan komposisi
dolomit.
4.5.4 Stalaktit

Gambar 4.16 stalaktit

Stalaktit adalah jenis speleothem (mineral sekunder) yang menggantung di


langit-langit goa. Stalaktit terbentuk darinpengendapan kalsium karbonat dan
mineral lainnya, yang terendapkan pada larutan air bermineral.larutan ini mengalir
melalu bebatuan sampai mencapai sebuah tepi dan kemudian menetes ke bawah.
Ketika larutan mengalami kontak dengan udara, terjadi reaksi kimia dan partikel
kalsium karbonat tersimpan sebagai endapan.
4.5.5 Batuan Sekis

Gambar 4.17 batuan sekis


Memiliki struktur foliasi atau metamorf foliasi. Batuan ini sebagai akibat
reorganisasi mineral-mineralnya menjadi lapisan-lapisan paralel, karena pengaruh
perubahan kondisi tempat. Terbentuk pada saat batuan sediment atau beku
terpendam pada tempat yang dalam dan mengalami tekanan dan temperatur yang
tinggi. Gambar batuan ini diambil di Museum Geopark Merangin.
4.5.6 Batuan Kuarsit

Gambar 4.18 batuan sekis

Gambar ini diambil di Museum Geopark Mernagi. Batuan kuarsit ini


memiliki struktur non-foliasi. Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional
dan umunya terdiri dari butiran-butiran. Kuarsit termasuk jenis batuan
metanorfosa yang kaya akan mineral-mineral kuarsa. Dapat terbentuk dari uraturat kuarsa, batu pasir kuarsa atau batu pasir yang tersemen oleh silika dan
kemudian mengalami proses metemorfosa akibat tekanan dan temperatur yang
tinggi selama jangka waktu tertentu. Kuarsit ini bersifat sangat keras, kompak,
masif dan kristalin. Sifatnya opak. Pecahnya tidak rata, konkoidal atau menyuban.
Batuan kuarsit ini ditemukan di kawasan Sungai Merangin.
4.5.7 Batuan Granit

Gambar 4.19 batuan granit


Batuan granit ini merupakan batuan beku. Dimana batuan beku ini
terbentuk akibat dari pendinginan magma. Granit adalah jenis batuan intrusif
(pembekuan magma di dalam), felsik dan igneus. Kepadatan rata-rata granit
adalah 2,75 gr/cm3 dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Batuan ini ditemukan
di Desa Baru, Sungai Merangin.

4.6 Fosil
4.6.1 Fosil Kayu

Gambar 4.20 fosil kayu kompas

Gambar 4.21 fosil kayu sungkai


Fosil-fosil kayu ini mengalami proses tersilifikasi, dimana silifikasi adalah
penggantian material oleh mineral-mineral tertentu. Sebenarnya fosil-fosil kayu
ini bisa saja menjadi batu bara, namun telah terlbih dahulu tersilifikasikan

sehingga terbentuk menjadi fosil. Fosil kayu kampas ditemukan di kampung Baru,
Merangin dan fosil kayu sungkai ditemukan di sungai Merangin.
4.6.2 Fosil Tumbuhan Pakis

Gambar 4.22 Fosil Tumbuhan Pakis


Gambar ini di ambil dari Museum Geopark Merangin. Dimana ini adalah fosil
tumbuhan pakis yang berumur sekitar 290-299 juta tahun dan dapat dijumpai di
kawasan sungai Muara Karing dan sungai Mengkarang. Batuan yang mengalasi
fosil ini adalah formasi mengkarang yang terdiri atas batuan sedimen bercampur
dengan material gunung api yang menghampar di seluruh sungai Merangin.

BAB V
KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum lapangan yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan
bahwa :
1. mahasiswa yang bergerak di bidang teknik kebumian memang harus
mengenal medan sedini mungkin karena memang pada bidang pekerjaan
kedepannya akan terjun kelapangan secara langsung.
2. Kabupaten merangin merupakan pusat lab geologi di provinsi jambi
karena memiliki situs warisan geologi dunia terlengkap.
3. Pada dearah sepanjang sungai di Geopark Merangin ini dapat ditemukan
berbagai macam jenis fosil kayu, hal ini terbukti pada museum Geopark
Merangin yang ada di Bangko.
4. Selain tersedia berbagai jenis fosil makhluk hidup pourba, juga terdapat
berbagai jenis batuan dan juga fenomena geologi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sapiie,B., Noer, A.M.,Agus,H.H.,Chalid,I.A. 2011. Geologi Fisik. Bandung : ITB.
Kateli, J.A. dan Marks,P,. Geologi dasar. Jakarta : Departemen Urusan Research
Nasioanal.
Waluyo, Teguh. Geografi. Jakarta : Erlangga.
Ariyadi. 2015. Penggila Wisata Alam Wajib Kunjungi Geopark Merangin. Jambi :
Antara News. Http://m.antarajambi.com. Diakses pada tanggal 09 Mei 2016.

LAMPIRAN

1. PETA ADMINISTRASI KAWASAN GEOPARK MERANGIN

DOKUMENTASI

2. Foto bersama teknik kebumian di Sungai Muara karing

3. Jalur traking yang dilalui menuju sungai Muara Karing

4. Stalaktit yang di jumpai di Goa Tiangko

5. Salah satu fosil kayu yang ada pada Museum geopark Merangin.

6. Batu kuarsit yang di temui di museum Geopark Merangin.

Biodata
Nama

: Hasbiyani

Nama penggilan

: Hasbi

Nim

: F1D215001

Prodi

: Teknik Geologi

TTL

: Koto Kandis, 20 Mei 1997

Agama

: Islam

Riwayat Sekolah

: SDN 172/X Lambur II


SMPN 13 Tanjung Jabung Timur
SMAN 1 Tanjung Jabung Timur

Latar Foto

: Air Terjun Muara karing, Desa Air Batu

Anda mungkin juga menyukai