Anda di halaman 1dari 14

Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Geopark merupakan taman bumi yang mengacu pada situs geologi dan
terintegrasi dengan warisan budaya di wilayah itu sendiri yang bertujuan sebagai
bagian konservasi, edukasi dan pembangunan dengan sistem berkesinambungan.
Geopark atau biasa disebut kawasan taman bumi adalah salah satu situs yang
banyak memiliki peninggalan kuno dari kehidupan masa lalu.
Salah satunya yaitu Geopark Merangin Jambi yang mengangkat tema fosil dan
proses geologi yang mengiringinya sebagai suatu kesatuan bentang alam yang
membentuk kawasan Geopark Merangin Jambi tersebut, termasuk hubungan antar
komponen di dalamnya (geologi, biologi, budaya). Geopark Merangin Jambi
digunakan sebagai instrumen pembangunan daerah yang berkelanjutan di Jambi
bagian barat-selatan dengan konsep pengembangannya berdasarkan pada aspek
konservasi, aspek pendidikan, aspek pertumbuhan ekonomi lokal yang mandiri
(salah satunya melalui konsep pariwisata berkelanjutan) dengan secara aktif
melibatkan masyarakat setempat sebagai subjek dalam proses pengembangannya.
Kawasan Geopark Merangin Jambi beriklim tropis yang memiliki kerentanan
perubahan iklim yang cukup tinggi. Gejala perubahan iklim seperti kenaikan
temperatur, perubahan intensitas dan periode hujan, pergeseran musim
hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan mengancam daya dukung
lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan.Situs Geopark Merangin
merupakan pecahan lempeng daratan tertua di dunia yang berada di Tiongkok.
Jenis batuan ini mirip dan bahkan berusia hampir sama dengan batuan yang ada di
situs bersejarah di Tiongkok. Di sini ditemukan banyak fosil tumbuhan.
Ekskursi lapangan dilakukan di geopark Merangin karena termasuk agenda
mata kuliah wajib yaitu Geologi Dasar. Geologi Dasar merupakan pelajaran yang
sangat penting untuk dipelajari khususnya untuk teknik kebumian,karena dengan
mempelajari geologi dasar ini mahasiswa akan diberikan bekal untuk mata kuliah
berikutnya yang berkenaan dengan bumi yang akan sulit bila dipelajari jika
mahasiswa tidak memahami apa saja yang akan dipelajari dari geologi itu sendiri.

1
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

I.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari ekskursi Pengantar Geologi ini, mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori dan materi yang didapatkan dari perkuliahan Pengantar
Geologi dilapangan. Ekskursi lapangan Pengantar Geologi memiliki tujuan:
1. Mahasiswa mampu mempelajari medan yang dihadapi
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan jenis batuan
3. Mahasiswa mampu menentukan bentang alam dan mendeskripsikan hasil yang
didapat

I.3 Waktu dan Tempat


Ekskursi Pengantar Geologi ini dilaksanakan pada:
 Jumat/6 Desember 2019 pada pukul 10.30-17.30 WIB tiba di Desa Air
Batu, Kecamatan Renah Pambarap, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
 Sabtu/7 Desember 2019 pada pukul 07.30 WIB berangkat ke Jeram Ladeh,
Teluk Gedang dan Muara Karing. Dan tiba di base camp sekitar jam 17.00
WIB. Dan pindah ke Desa pada pukul 17.30 WIB dan tiba pukul 18.00
WIB.
 Minggu/8 Desember 2019 pada pukul 08.00-15.00 WIB berangkat ke
Sungai Mengkarang dari Desa Bedeng Rejo, Kecamatan Bangko Barat,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

2
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB II
GEOLOGI REGIONAL
II. 1. Morfologi

Gambar 1. Peta Geologi Lembar Sarolangun Sumara


Secara umum, Provinsi Jambi hampir berada di bawah garis ekuator bumi
dengan kondisi topografi yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 mdpl di bagian
timur sampai pada ketinggian di atas 1.000 mdpl, ke arah barat morfologi
lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan
Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat.
Kawasan Geopark Merangin berada pada bagian selatan-tengah hingga barat
Provinsi Jambi yang memiliki topografi wilayah yang bervariasi dengan
ketinggian 100 mdpl hingga 3.805 mdpl dengan bentang alam rata-rata
bergelombang hingga terjal yang terdiri atas 3 (tiga) kelompok morfologi, yaitu :
Daerah rendah dan perbukitan lemah 0.0–1.000 m, berada di wilayah timur
sampai tengah, terdapat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, bagian timur
Kabupaten Sarolangun dan bagian selatan Kabupaten Merangin.
Daerah perbukitan sedang sampai kuat 1.000-2.000 m, pada wilayah
tengah, terdapat di Kabupaten Bungo, bagian barat Kabupaten Sarolangun, serta
bagian selatan dan barat Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Kerinci.

3
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Daerah perbukitan tinggi sampai pegunungan >2.000 mdpl, terletak pada wilayah
Utara Barat Kabupaten Kerinci dan bagian Selatan-Timur Kabupaten Merangin,
serta bagian Selatan-Utara Kabupaten Merangin.

II. 2. Statigrafi Regional

Gambar 2. Peta Geologi Regional Lembar Sarolangun

Menurut Suwarna 1998 daerah Geopark Merangin tersusun oleh beberapa


formasi tua yang berumur dari Permian sampai Holosen. Hal ini menandakan
adanya ketidakselarasan secara statigrafi pada satuan batuan di daerah Geopark.
Secara umum satuan formasi dibagi dalam skala umur ada 3, yakni : Pra
Tersier,Tersier, dan Kuarter.

Batuan Pra Tersier

4
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Pada gambar 1 peta Geologi di atas, terdapat satuan formasi dari tua ke
muda yang berumur Perm(Permian) sampai Kuarter.
A. Formasi Mengkarang (Pm)
Satuan batuan ini berupa perselinganbatupasir, batulanau, batulempung,
serpih, tuf, dan konglomerat; umumnya tekersikkan; serta sisipan batugamping
dan batubara. Batupasir, kelabu terang-gelap, berbutir halus-kasar, membundar
tanggung dan terpilah buruk, tebal setiap lapisan antara 0,5–2,5 m. Kuarsa,
feldspar, lempung, kalsit, dan klorit merupakan komponen utama batupasir,
dengan massa dasar lempung, feldspar dan kalsit.
Batulanau, kelabu gelap, tufan, agak pasiran, mengandung fosil tumbuhan,
tebal lapisan antara 0,2–3,0 m, berlapis kurang baik–baik.Batulempung, kelabu
kecoklatan–kehijauan.Serpih, kelabu gelap kehitaman, berlapis baik, mengandung
fosil brakhiopoda dan tumbuhan; tebal setiap lapisan 1–15 m, setempat
mengandung lapisan batubara tipis-tipis. Tuf, kelabu gelap, bersusunan basa–
asam; klastika, setempat berselingan dengan batu gamping dan sisipan batubara
setebal 15 cm; berlapis baik; terdapat juga kepingan kayu tekersikkan dan
Stigmaria; tebal lapisan tuf ini berkisar dari 0,5–1,5 m. Konglomerat, aneka
bahan,kelabu kehijuan dan kecoklatan; komponen yang berukuran 0,5–20 cm
dominan terdiri atas batuan gunung api (basal dan trakhit), serpih, batu pasir
halus, dan granit; setempat berselingan dengan tuf bersusun andasit; tebal
runtunan 0,15–10 m.
Batu gamping, jenis wackestone, kelabu gelap kehitaman, sebagai sisipan
dalam serpih, setempat dolomitan, termalihkan lemah, terlipat kuat, berselingan
dengan tuf basa.Fosil yang terkandung adalah Fusulina, Fusulinella, Bellerophon,
PseudoschwagerinameranginensisThompson, SchwagerinarutschiThompson, dan
Bivalvia. Selain itu ditemukan pula fosil ganggang, ganggang- pseudo,
foraminifera kecil, fusulinoid, iorite yang menunjukkan umur Asselian (Perem
Awal) (Beauvaisdrr., 1984). Dapat disimpulkan bahwa umur kumpulan fosil
tersebut berkisar dari Sakmarian–Artinskian (awal Perem–akhir Perem Awal).

B. Formasi Telukwang (Pt)

5
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Secara litologis, satuan batuan ini terdiri atas perselingan konglomerat aneka
bahan, batupasir, dan batulanau, berlapis baik dan tebal; sisipan batu gamping,
tufterlas-kan, riolit, dan andesit yang terubah kuat, mengandung ironstone.
Komponen konglomerat berupa kepingan basal dan andesit yang terkloritkan,
batupasir, batuan tekersikkan, granit (monzonit/monzodiorit), batu gamping, dan
kuarsa. Di dalam lapisan batupasir terdapat bongkah batu gamping.
Batu lanau, kelabu gelap, keras, berlapis tebal.Batu gamping berupa
kalsilutit dan kalkarenit (mudstone–grainstone), berlapis baik, tebal 10–30 cm;
mengandung fosil foraminifera, moluska, dan ganggang; struktur stylolite.
Formasi ini yang tebalnya mencapai 200 m, dan diduga terendapkan di
lingkungan darat–laut dangkal, telah terubah dan termalihkan lemah.Sebarannya
di Sungai Merangin kearah hulu dan hilir Telukwang, Sungai Mengkarang bagian
hilir, dan Sungai Salamuku.

C. Granit Tantan (TR Jgr)


Batuan ini terdiri atas granit, granodiorit, dan aplit. Granit biotit-
horenblenda, terubah, sebagian plagioklas terubah menjadi klorit dan epidot;
hipidiomorfis–subporfiritik; fenokris K-Na feldspar sebagian terkloritkan dan
terkaolinkan; sebagian plagioklas, ortoklas, dan kuarsa membentuk tekstur
granofir.
Granodioritbiotit-horenblenda, terubah, sebagian horenblenda terubah
menjadi biotit dan klorit; serisit berupa ubahan dari plagioklas dan ortoklas,
sedangkan kaolin berasal dari ortoklas; mengandung senolitdiorit-kuarsa.
Satuan batuan umumnya tergerus dan tersesarkan, serta terlapuk kuat;
menerobos Formasi Mengkarang dan Telukwang, dan bersentuhan tektonik
dengan Formasi Peneta. Umur mutlak satuan batuan adalah 171,50+1,30 jtl. Dan
200+10,0 jtl. Atau Trias Akhir–Jura Awal. Singkapannya terdapat di kiri dan
kanan Sungai Merangin sekitar Dusun Airbatu.

D. Formasi Asai (Ja)


Terdiri dari batu pasir malihan, filit, batu sabak, batu lanau tekersikkan,
greywake, sisipan batu gamping. Setempat-setempat batu pasir kuarsa, argilit,

6
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

sekis, dan horfels. Formasi ini berumur Jura. Selain itu formasi ini memiliki
anggota formasi yaitu anggota Mersip dengan satuan batuan batu gamping yang
terendapkan secara terlaras diatas formasi Asai dengan umur Jura Akhir-Kapur
Awal.

E. Formasi Paneta (Kjp)


Bagian bawah formasi ini tersusun oleh batu lanau, serpih, dan batu pasir
berbutir halus–menengah yang termalihkan lemah; sisipan batu gamping malih,
dan setempat batu sabak, iorite atas, satuan berangsur menjadi batu pasir kasar
dan konglomerat, mengandung sisipan batupasir kuarsa.
Batu lanau, secara setempat, mengandung lensa-lensa batu pasir yang
bertenaga kuat dan kaya akan pirit. Seringkali ditemukan batuan yang tergerus
dan tekersikkan.Pirit juga tersebar di dalam batu sabak, batu pasir-meta, dan
serpih.
Struktur perlapisan sejajar dan bersusun, slumping, serta perdaunan umum
ditemukan. Kumpulan fosil moluska dalam satuan batuan menunjukkan umur
Kapur Awal (Tobler, 1919).Sementara itu, Beauvaisdrr. (1984), berdasarkan
kandungan fosil calcarae, ganggang, di dalam sisipan batugamping meta,
berpendapat bahwa umur batuan adalah Jura Akhir. Fosil amonit yang ditemukan
oleh Baumberger (1925) menunjukkan umur Kapur Awal, sedangkan kepingan
amonit yang ditemukan oleh Tobler (1919) menurut Geyssant (dalam
Beauvaisdrr., 1984) berumur Jura Akhir. Beberapa spesies fosil nanno
menunjukkan umur Aptian–Santonian (Kapur Awal; Puslitbang Geologi,
1995).Berdasarkan temuan fosil-fosil tersebut, disimpulkan umur formasi berkisar
dari Jura Akhir–Kapur Awal.

Batuan Berumur Tersier


Formasi Kasai (QTk). Formasi Kasai tersusun oleh tuf dan tuf berbatu
apung (pumis); dengan sisipan batu pasir, batu lempung, dan batu lanau, yang
umumnya tufan; setempat ditemukan konglomerat, breksi tuf, serta sisipan lignit
dan gambut; kayu tekersikkan sangat umum, dan oksida besi pada bagian bawah
formasi.

7
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Batuan Kuarter
Batuan Breksi Gunung Api (Qv). Komplek batuan ini terdiri dari breksi
gunung api, lava, dan tuff. Umur satuan batuan ini diperkirakan Plistosen Akhir-
Holosen. Komplek batuan ini terbentuk dilingkungan darat dengan ketebalan
mencapai 100 m.

II.3 Struktur Geologi


Struktur yang hadir berupa sesar, perlipatan, kelurusan, perdaunan, dan
kekar, yang secara regional berarah barat laut–tenggara dan barat barat laut–timur
tenggara.Jenis sesar berupa sesar mendatar menganan dan sesar naik, yang
menempati batuan sedimen malihan Formasi Mengkarang dan Peneta, serta
terobosan berumur Pratersier.Perlipatan setempat terdeteksi di dalam Formasi
Telukwang dengan arah kemiringan yang rendah.Kelurusan hanya terdeteksi pada
batuan sedimen Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen.Sementara itu,
perdaunan umumnya dijumpai pada batuan sedimen malih Formasi Mengkarang
dan Peneta, sedangkan kekar terdapat baik pada batuan sedimen malih maupun
terobosan yang semuanya berumur Pratersier.
Perem Awal ditandai oleh pengendapan sedimen klastika dan batu
gamping terumbu Formasi Mengkarang dengan sisipan-sisipan batuan klastika
gunung api, kemudian batuan sedimen klastika Formasi Telukwang dan Anggota
Batuimpi Formasi Telukwang. Lingkungan pengendapan satuan-satuan batuan
tersebut berada di tepi benua sampai laut dangkal, bersamaan dengan kegiatan
gunung api andesit–basal Formasi Palepat, yang selain menghasilkan lava juga
batuan klastika gunung api. Kegiatan ini ditafsirkan terjadi di busur kepulauan
bergunung api dengan rangkaian terumbu, yang erat kaitannya dengan lajur
penunjaman.Berdasarkan analisis kemagnetan purba, Formasi Mengkarang
terendapkan pada posisi 30o LU (Wahyono drr., 1996), dan telah mengalami
rotasi searah jarum jam sejak Perem.

8
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Pada akhir Trias–awal Jura, terjadi penerobosan Granit Tantan terhadap


batuan berumur Perem, yang disertai dengan pencenanggaan pemalihan regional
berderajatrendah.Kegiatan penurunan yang berlangsung dari Jura Tengah sampai
Kapur Awal, pada kala Jura Akhir-awal Kapur ditandai dengan terendapkannya
batuan sedimen klastika halus Formasi Peneta.
Penerobosan oleh Granit Arai, pada Kapur Tengah, terhadap Formasi
Peneta, diikuti oleh pencenanggaan, pengangkatan, dan pemalihanberderajat
rendah pada batuan formasi tersebut. Kegiatan tektonika ini, diikuti oleh
penggabungan (amalgamasi) antara Blok Mengkarang-Palepat dan Blok Peneta
dalam bentuk kontak tektonik/sesar naik, yang diduga berlangsung pada Kapur
Akhir.
Tektonika Miosen Tengah–awal Pliosen ditandai oleh pengangkatan Lajur
Barisan. Di kawasan busur-belakang terendapkan batuan sedimen klastika
Formasi Muaraenim dalam kondisi susut laut, lingkungan peralihan

9
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB III
HASIL LAPANGAN

III. 1. Jeram Ladeh

Gambar 3. Bentang Alam Jeram Ladeh


Jeram Ladeh merupakan salah satu stop site pada hari pertama pada
ekskursi. Jarak antara Jeram Ladeh dengan desa Air Batu sekitar ± 1 km. Waktu
yang di butuhkan adalah sekitar 40 menit dengan berjalan kaki atau tracking dari
base camp penginapan. Jeram Ladeh terletak pada titik koordinat X=0182030 dan
Y=9759693, arah timur laut dari base camp penginapan. Dengan nilai
Azimuthnya adalah 220.
Pada Jeram Ladeh ini terdapat fenomena geologi yaitu adalah sebuah
singkapan. Batuan yang tersingkap ini terdapat di sepanjang aliran Sungai
Mengkarang. Singkapan adalah tubuh batuan yang terekspos dari hasil tenaga
endogen dan tenaga eksogen. Di Jeram Ladeh ini terdapat formasi granit tantan
pada seberang sungai pengamatan. Kandungan batuan yang ada pada granit tantan
ini adalah Monzorit dan Diorit.
Sesar yang ada pada Jeram Ladeh ini adalah Sesar mendatar. Sesar mendatar
pada stop site ini biasanya di temukan pada aliran sungai. Dan sebelum

10
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

mengambil gambar, di perlukan kompas untuk menentukan straight atau arah


kemiringan.
III.2 Teluk Gedang

Formasi Kasai

Granit
Tantan Formasi
Mengkarang

Gambar 4. Bentang Alam Teluk Gedang


Sebelum mencapai daerah stop site ke dua yaitu di Teluk Gedang ini, di
butuhkan perjalanan yang cukup lebih lama daripada ke Jeram Ladeh. Setelah dari
Jeram Ladeh, tracking melewati perbukitan. Di Teluk Gedang terdapat tiga
formasi, yaitu formasi Mengkarang, formasi Asai dan formasi Granit Tantan.
Letak koordinat Teluk Gedang adalah X=0182820 dan Y=9760762. Pada bagian
bawah peneliti itu termasuk formasi Mengkarang. Di formasi Kasai dan formasi
Mengkarang memiliki nilai azimuthnya adalah 80, sedangkan pada formasi Granit
Tantan memiliki nilai azimuth 95.

Di dalam formasi ini terdapat fosil kayu arau atau nama latinnya
Araucarioxylon. Apa itu fosil? Fosil ialah sisa tulang belulang binatang atau sisa-
sisa tumbuhan dari zaman purba yang membatu atau yang tertanam di bawah
lapisan tanah. Suatu benda bisa disebut fosil apabila memiliki syarat antara lain:
merupakan sisa organisme, terawetkan secara alamiah, pada umumnya
padat/kompak/keras, mengandung kadar oksigen dalam jumlah sedikit, dan
berumur lebih dari 10.000 tahun (Palmer,2002). Fosil kayu arau ini terjadi ketika
semua bahan organic yang ada dalam tubuh kayu tersebut digantikan oleh mineral
(silika dan sejenis kuarsa), dengan struktur kayu yang tetap terjaga. Di daerah

11
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Perbedaan warna pada batu fosil kayu arau merupakan suatu kontak batuan atau
sebagai kontak/batas formasi.

Jika di perhatikan di sekeliling wilayah Teluk Gedang ini, dapat dijumpai


fosil daun panda yang ada di pinggir sungai. Fosil daun pandan ini menunjukkan
penciri daerah tersebut pada waktu itu yang menunjukkan bahwa daerah tersebut
sebelumnya adalah rawa. Hal ini membuktikan bahwa daerah Teluk Gedang
mengalami ubahan
III.3 Muara Karing

X=0183373 dan Y=9761827


Pada air terjun Muara Karing, batuan yang ada seperti batuan sedimen hal
ini di karenakan bentuknya berlapis-lapis, tetapi dilihat warnanya seperti batuan
beku. Di batuan ini terjadi ubahan pada ubahan tersebut.
III.4 Muarosiau

12
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

13
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai