Anda di halaman 1dari 27

Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi di
mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan
meningkatkan fungsi warisan alam, termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya
yang ada di dalamnya. Istilah Geopark merupakan singkatan dari "Geological
Park" yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Taman Geologi atau
taman bumi.
Awal tujuan Geopark adalah untuk melindungi warisan geologi yang
berada di negara-negara Eropa oleh organisasi non pemerintah bernama EGN
(Europe Geopark Network) pada tahun 2001. Keberadaan Geopark oleh Badan
dunia UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization) dikembangkan dan difasilitasi dengan membentuk organisasi GGN
(Global Geopark Network) pada tahun 2004 agar mampu menampung anggota
lebih banyak lagi dari negara-negara yang ada di dunia. Selain itu tujuan Geopark
lebih dikembangkan lagi, bukan hanya sekedar melindungi warisan geologi.
Menurut GGN UNESCO (2004), tujuan Geopark adalah mengambil manfaat,
menggali, menghargai dan mengembangkan warisan geologi tersebut seperti
halnya pelestarian bioma.
Untuk menjadi anggota GGN UNESCO ada persyaratan tertentu yang
harus dipenuhi. Wilayah tersebut sudah ditetapkan sebagai Geopark nasional di
negaranya dengan memiliki batas-batas yang ditetapkan oleh pemerintah setempat
dengan jelas dan memiliki kawasan yang cukup luas untuk pembangunan
ekonomi lokal serta minimal ada tiga kegiatan yang berlangsung yaitu konservasi
, pendidikan, dan geowisata.
Salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang memiliki kekayaan geologis
geopark adalah Kabupaten Merangin, persisnya terletak di Desa Air Batu
Kecamatan Renah Pembarap. Penemuan geopark ini dimulai dari ketidak
sengajaan masyarakat setempat yang menemukan fosil purba yang berukuran 2,5
meter tepat berada di pinggir sungai tempat mereka melakukan aktifitas olah raga

2
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

arung jeram. Pada penemuan fosil kayu itu, Para ahli memperkirakan zaman
dahulu gunung berapi meletus 5 kali dalam rentang waktu 20 juta tahun. Akibat
letusan itu debu vulkanik letusan lava yang akhirnya membentuk proses
pembekuan disekitar pohon purba dengan nama latin Araucarixylon yang telah
tertimbun endapan vulkanik setebal 7 meter dengan akar menjulur kurang lebih 7
meter yang berasal dari Zaman Perem.
Geopark merangin memiliki kekayaan geologis yang lebih lengkap jika
dibandingkan dengan geopark lainnya, Hal tersebut dikarenakan banyaknya fosil
kayu Araucarixylon dan fosil Stereochia Semireticalatus yang berupa kerang-
kerangan (Brachiopoda), kerang mutiara purba (Nautiloide) dan Bellerophon
yang tercetak membatu di endapan abu vulkanik purba dan diyakini masih banyak
fosil objek geologi lainnya yang terpendam di dalam tanah.
Hal inilah yang menjadikan geopark merangin menjadi daerah yang tepat
bagi mahasiswa teknik kebumian untuk melakukan pembelajaran maupun
penelitian.selain itu daerah geopark merangin masih termasuk dalam kawasan
TNKS ( taman nasional kerinci sebelat ) yang menjadikan kawasan tersebut
memiliki keaslian alam masih terjaga.sehingga warisan alam, termasuk nilai
arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya masih bisa diamati hingga
saat ini.
I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilakukannya kegiatan Ekskursi Pengantar Geologi di
Geopark Merangin adalah:
1. Mengetahui struktur dan jenis batuan di Kawasan pengamatan.
2. Menentukan besarnya strike dan dip yang ada di Kawasan pengamatan.
3. Mengetahui bentang alam di daerah pengamatan.

3
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

I.3 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan ekskursi Pengantar Geologi adalah
sebagai berikut :
NO Hari, Tanggal Waktu Keterangan

1. 6 Desember 2019 10:15-18.00 WIB Perjalanan ke home stay di


Bangko, Desa air batu

2. 7 Desember 2019 08:00-15.30 WIB 1. Jeram ladeh


2. Teluk gedang
3. Muara karing
3. 8 Desember 2019 08:00-14.30 WIB Sungai Mengkarang desa
Bedeng Rejo

4
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB II
GEOLOGI REGIONAL

II.1 MORFOLOGI
Wilayah kajian, secara fisiografi termasuk ke dalam kawasan peralihan
antara mendala Pegunungan Barisan dan Daerah rendah Sumatra bagian timur
(Verstappen, 1973). Morfologi kawasan ini didominasi oleh dataran
menggelombang, dengan undulasi yang tidak begiu kasar. Rangkaian pegunungan
topografi yang menempati wilyah ini umumnya searah dengan sumbu Pulau
Sumatra, yaitu Baratlaut-Tenggara, namun sebagian ada juga yang memotong
arah jurus perlapisan batuan sedimen.
Vegetasi bervariasi dari mulai hutan-hutan poduksi yang cukup rimbun,
kawasan-kawasan budidaya yang umumnya tidak lebat, serta setempat berupa
lading dan semak belukar kebun karet, kebun kopi, serta kelapa sawit.

II.2 STRATIGRAFI
Satuan batuan tertua di kawasan Merangin adalah Formasi Mengkarang
(Pm) yang menjemari dengan dan ditindih secara selaras oleh Formasi Telukwang
(Pt) yang berumum Perem Awal-Tengah. Kea rah barat dari wilayah kajian,
Formasi Mengkarang dan Telukwang ini menjemari dengan Formasi Palepat.
Formasi Mengkarang tersusun oleh batuan sedimen klastika halus-kasar
bersisipan batuan klastika gunungapi dan batuan karbonat, sedangkan Formasi
Telukwang berupa batuan sedimen klastika kasar dengan anggota batugamping.
Sementara itu, Formasi Palepat terdiri atas batuan gunungapi dengan sisipan
batuan sedimen klastika halus-kasar dan batugamping.
Batuan berumur Perem tersebut yang diterobos oleh granit horblenda
berumur Trias Akhir-awal Jura, memperlihatkan kontak tektonik dengan Formasi
Asai (Ja) berumur Jura Tengah yang berupa batuan sedimen-meta dengan sisipan
batugamping dan Formasi Peneta (KJp) berumur Jura Akhir-Kapur awal, yang
tersusun oleh runtunan batuan sedimen klastika halus-kasar dan sisipan
batugamping, umumnya termalihkan derajat rendah.

5
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Formasi Mengkarang (Pm)


Satuan batuan ini berupa perselingan batupasir, batulanau, batulempung,
serpih, tuf, dan konglomerat; umumnya tekersikkan; serta sisipan batugamping
dan batubara. Batupasir, kelabu terang-gelap, berbutir halus-kasar, membundar
tanggung dan terpilah buruk, tebal setiap lapisan antara 0,5 – 2,5 m. Kuarsa,
6iorite6, lempung, kalsit, dan klorit merupakan komponen utama batupasir,
dengan massa dasar lempung, 6iorite6 dan kalsit.
Batulanau, kelabu gelap, tufan, agak pasiran, mengandung fosil tumbuhan,
tebal lapisan antara 0,2 – 3,0 m, berlapis kurang baik – baik. Batulempung, kelabu
kecoklatan – kehijauan.Serpih, kelabu gelap kehitaman, berlapis baik,
mengandung fosil brakhiopoda dan tumbuhan; tebal setiap lapisan 1 – 15 m,
setempat mengandung lapisan batubara tipis-tipis. Tuf, kelabu gelap, bersusunan
basa – asam; klastika, setempat berselingan dengan batugamping dan sisipan
batubara setebal 15 cm; berlapis baik; terdapat juga kepingan kayu tekersikkan
dan Stigmaria; tebal lapisan tuf ini berkisar dari 0,5 – 1,5 m. Konglomerat,
anekabahan,kelabu kehijuan dan kecoklatan; komponen yang berukuran 0,5 – 20
cm dominan terdiri atas batuan gunungapi (basal dan trakhit), serpih, batupasir
halus, dan granit; setempat berselingan dengan tuf bersusunan dasit; tebal
runtunan 0,15 – 10 m.
Batu gamping, jenis wackestone, kelabu gelap kehitaman, sebagai sisipan
dalam serpih, setempat dolomitan, termalihkan lemah, terlipat kuat, berselingan
dengan tuf basa.Fosil yang terkandung adalah Fusulina, Fusulinella, Bellerophon,
Pseudoschwagerina meranginensis Thompson, Schwagerina rutschi Thompson,
dan Bivalvia. Selain itu ditemukan pula fosil ganggang, ganggang-pseudo,
foraminifera kecil, fusulinoid, iorite yang menunjukkan umur Asselian (Perem
Awal) (Beauvais drr., 1984). Dapat disimpulkan bahwa umur kumpulan fosil
tersebut berkisar dari Sakmarian – Artinskian (awal Perem – akhir Perem Awal.
Formasi Mengkarang ini secara keseluruhan diduga terendapkan di
lingkungan darat – laut dangkal, berlumpur, dalam kondisi rezim 6iorit rendah,
berdekatan dengan suatu busur kepulauan bergunung api. Sebarannya terletak di
Sungai Mengkarang, Karing, Merangin, Ketiduran, dan Titi Meranti.

6
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Formasi Telukwang (Pt)


Secara litologis, satuan batuan ini terdiri atas perselingan konglomerat
anekabahan, batupasir, dan batulanau, berlapis baik dan tebal; sisipan
batugamping, tuf terlas-kan, riolit, dan andesit yang terubah kuat, mengandung
ironstone. Komponen konglomerat berupa kepingan basal dan andesit yang
terkloritkan, batupasir, batuan tekersikkan, granit (monzonit/monzodiorit),
batugamping, dan kuarsa. Di dalam lapisan batupasir terdapat bongkah
batugamping.
Batulanau, kelabu gelap, keras, berlapis tebal.Batugamping berupa
kalsilutit dan kalkarenit (mudstone – grainstone), berlapis baik, tebal 10 – 30 cm;
mengandung fosil foraminifera, moluska, dan ganggang; struktur
stylolite.Setempat ditemukan sisipan tuf pasiran bersusunan dasitis.Tuf terlas-kan
yang mengandung kepingan andesit dan kaca gunungapi, serta struktur perarian
terputus-putus, terdapat di bagian bawah dan tengah satuan.
Formasi ini yang tebalnya 7ior mencapai 200 m, dan diduga terendapkan
di lingkungan darat – laut dangkal, telah terubah dan termalihkan
lemah.Sebarannya di Sungai Merangin 7iorite hulu dan hilir Telukwang, Sungai
Mengkarang bagian hilir, dan Sungai Salamuku.
Formasi Peneta (Kjp)
Bagian bawah formasi ini tersusun oleh batulanau, serpih, dan batupasir
berbutir halus – menengah yang termalihkan lemah; sisipan batugamping malih,
dan setempat batusabak.7iorite atas, satuan berangsur menjadi batupasir kasar dan
konglomerat, mengandung sisipan batupasir kuarsa.
Batulanau, secara setempat, mengandung lensa-lensa batupasir yang
tercenangga kuat dan kaya akan pirit. Seringkali ditemukan batuan yang tergerus
dan tekersikkan.Pirit juga tersebar di dalam batusabak, batupasir-meta, dan serpih.
Struktur perlapisan sejajar dan bersusun, slumping, serta perdaunan umum
ditemukan. Kumpulan fosil moluska dalam satuan batuan menunjukkan umur
Kapur Awal (Tobler, 1919).Sementara itu, Beauvais drr. (1984), berdasarkan
kandungan fosil calcarae, ganggang, 7iorite77 di dalam sisipan batugamping
meta, berpendapat bahwa umur batuan adalah Jura Akhir. Fosil amonit yang
ditemukan oleh Baumberger (1925) menunjukkan umur Kapur Awal, sedangkan

7
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

kepingan amonit yang ditemukan oleh Tobler (1919) menurut Geyssant (dalam
Beauvais drr., 1984) berumur Jura Akhir. Beberapa spesies fosil nanno
menunjukkan umur Aptian – Santonian (Kapur Awal; Puslitbang Geologi,
1995).Berdasarkan temuan fosil-fosil tersebut, disimpulkan umur formasi berkisar
dari Jura Akhir – Kapur Awal.
Lingkungan pengendapannya ditafsirkan sebagai laut dangkal yang
terletak di busur belakang, sedangkan secara tektonik termasuk ke dalam daur
8iorite dan daur kuarsa.Tebal satuan sekitar 400 m. Formasi ini tersebar di
wilayah hulu aliran Sungai Mengkarang.
Formasi Kasai (QTk)
Formasi Kasai tersusun oleh tuf dan tuf berbatuapung (pumis); dengan
sisipan batupasir, batulempung, dan batulanau, yang umumnya tufan; setempat
ditemukan konglomerat, breksi tuf, serta sisipan lignit dan gambut; kayu
tekersikkan sangat umum, dan oksida besi pada bagian bawah formasi.
Tuf umumnya bersusunan asam (riolitan) dan seringkali terkaolinkan serta
mengandung pumis berukuran antara 0,5 – 5 cm; umumnya berasosiasi dengan
fosil kayu tekersikkan berdiameter sampai 1 meteran.
Batupasir, tufan, mengandung lensa-lensa konglomerat, setempat struktur
silang-siur mangkok.Batulempung dan batulanau, tufan, tebal sekitar 3 m,
strukturperarian sejajar.Konglomerat anekabahan, komponennya dikuasai oleh
pumis, sedikit obsidian, andesit, basal, kuarsa, dan batuan tekersikkan.Lignit dan
gambut, tersisip di antara batulempung dan batupasir.
Satuan berlapis baik – pejal, struktur silang-siur pada batuan berbutir kasar
sangat umum.Lingkungan pengendapan darat, bahan yang terendapkan adalah
hasil kikisan dan erosi dari Geantiklin Barisan.Formasi ini dapat mencapai
ketebalan 450 m, dan umurnya adalah Plio-Plistosen.Singkapannya cukup luas
dikawasan sebelah barat dan utara Sungai Merangin, sebelah timur Sungai
Mengkarang, serta wilayah antara Sungai Merangin dan Mengkarang.
Granit Tantan (TR Jgr)
Batuan ini terdiri atas granit, granodiorit, dan aplit. Granit biotit-
horenblenda, terubah, sebagian plagioklas terubah menjadi klorit dan epidot;
hipidiomorfis – subporfiritik; fenokris K-Na feldspar sebagian terkloritkan dan

8
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

terkaolinkan; sebagian plagioklas, ortoklas, dan kuarsa membentuk tekstur


granofir.
Granodiorit biotit-horenblenda, terubah, sebagian horenblenda terubah
menjadi biotit dan klorit; serisit berupa ubahan dari plagioklas dan ortoklas,
sedangkan kaolin berasal dari ortoklas; mengandung senolit diorit-kuarsa.
Aplit, aplogranit biotit, terubah, epidot ubahan dari mineral mafik.Tonalit
diorit kuarsa), terubah, piroksen dan hornblenda sebagian terubah menjadi epidot,
klorit, dan serisit.
Satuan batuan umumnya tergerus dan tersesarkan, serta terlapuk kuat;
menerobos Formasi Mengkarang dan Telukwang, dan bersentuhan tektonik
dengan Formasi Peneta. Umur mutlak satuan batuan adalah 171,50 + 1,30 jtl. Dan
200 + 10,0 jtl. Atau Trias Akhir – Jura Awal. Singkapannya terdapat di kiri dan
kanan Sungai Merangin sekitar Dusun Airbatu.

II.3 Struktur Geologi


Struktur yang hadir berupa sesar, perlipatan, kelurusan, perdaunan, dan kekar,
yang secara regional berarah barat laut – tenggara dan barat barat laut – timur
tenggara.Jenis sesar berupa sesar mendatar menganan dan sesar naik, yang
menempati batuan sedimen malihan Formasi Mengkarang dan Peneta, serta
terobosan berumur Pratersier.Perlipatan setempat terdeteksi di dalam Formasi
Telukwang dengan arah kemiringan yang rendah.Kelurusan hanya terdeteksi pada
batuan sedimen Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen.Sementara itu,
perdaunan umumnya dijumpai pada batuan sedimen malih Formasi Mengkarang
dan Peneta, sedangkan kekar terdapat baik pada batuan sedimen malih maupun
terobosan yang semuanya berumur Pratersier.
Perem Awal ditandai oleh pengendapan sedimen klastika dan batugamping
terumbu Formasi Mengkarang dengan sisipan-sisipan batuan klastika gunungapi,
kemudian batuan sedimen klastika Formasi Telukwang dan Anggota Batuimpi
FormasiTelukwang. Lingkungan pengendapan satuan-satuan batuan tersebut
berada di tepi benua sampai laut dangkal, bersamaan dengan kegiatan gunung api
andesit – basal Formasi Palepat, yang selain menghasilkan lava juga batuan
klastika gunung api. Kegiatan ini ditafsirkan terjadi di busur kepulauan

9
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

bergunungapi dengan rangkaian terumbu, yang erat kaitannya dengan lajur


penunjaman.Berdasarkan analisis kemagnetan purba, Formasi Mengkarang
terendapkan pada posisi 30o LU (Wahyono drr., 1996), dan telah mengalami
rotasi searah jarum jam sejak Perem.
Pada akhir Trias – awal Jura, terjadi penerobosan Granit Tantan terhadap
batuan berumur Perem, yang disertai dengan pencenanggaan pemalihan regional
berderajat rendah.Kegiatan penurunan yang berlangsung dari Jura Tengah sampai
Kapur Awal, pada kala Jura Akhir-awal Kapur ditandai dengan terendapkannya
batuan sedimen klastika halus Formasi Peneta.
Penerobosan oleh Granit Arai, pada Kapur Tengah, terhadap Formasi Peneta,
diikuti oleh pencenanggaan, pengangkatan, dan pemalihan berderajat rendah pada
batuan formasi tersebut. Kegiatan tektonika ini, diikuti oleh penggabungan
(amalgamasi) antara Blok Mengkarang-Palepat dan Blok Peneta dalam bentuk
kontak tektonik/sesar naik, yang diduga berlangsung pada Kapur Akhir.
Tektonika Miosen Tengah – awal Pliosen ditandai oleh pengangkatan Lajur
Barisan. Di kawasan busur-belakang terendapkan batuan sedimen klastika
Formasi Muaraenim dalam kondisi susutlaut, lingkungan peralihan. Pada kegiatan
tektonika selanjutnya, yakni Plio-Plistosen, seluruh daerah terangkat, diikuti oleh
proses pengerosian, dan terbentuknya sesar mendatar menganan berarah barat laut
– tenggara, dan pelipatan. Pada saat kegiatan tektonika ini, pengendapan batuan
sedimen klastika gunung api Formasi Kasai berlangsung.
Sejarah Geologi
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, Erurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia
bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa
Tenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara, dan dikenal
sebagai wilayah zamrud khatulistiwa atau untaian mutiara dari timur, karena
kekayaan alamnya yang berliimpah. Sumber daya yang berlimpah tersebut dan
tersebar luas berupa sumber daya hayati dan nir-hayati (sumber daya geologi)
merupakan hasil dari dinamika bumi yang berlangsung sejak ratusan juta tahun
lalu. Bentuk dan konfigurasi bumi Nusantara mencerminkan suatu proses panjang
interaksi antara gaya-gaya endogen dan eksogen yang mendistribusikan potensi

10
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

sumber daya mineral, energi, dan kebencanaan seperti yang sering terjadi akhir-
akhir ini. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara yang secara
geologis memiliki posisi unik yaitu berada pada pusat tumbukan lempeng Hindia
Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara, dan Lempeng
Pasific di bagian Timur laut yang mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan
tektonik yang kompleks. Semua proses tersebut meninggalkan jejak-jejak
perubahan berupa bentang alam, fosil, batuan, dan aspek-aspek geologi lainnya
yang mempunyai nilai historis dan ilmiah sangat tinggi serta menjadi bagian dari
sejarah pembentukan bumi hingga yang terjadi saat ini sebagai Warisan Geologi
baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional (Word Heritages).
Jambi merupakan bagian dari batuan dasar Sumatera yang berumur
Paleozolkum diperkirakan merupakan suatu mozaik yang terdiri dari lempeng-
lempeng mikro atau “terane”, termasuk di dalamnya pecahan-pecahan Cathaysian
dan Gondawana. Hamilton (1979) dan Tjia (1989) menduga bahwa Garis Raub-
Bentong (RLB), yang memisahkan kedua pecahan tersebut menerus hingga ke
Sumatera yaitu sampai wilayah Pegunungan Tiga puluh. Walaupun demikian,
penyelidik lainnya, khususnya Plunggono dan Cameron (1984), memperpanjang
jejak RLB sampai keluar dari P.Sumatera memalui kepulauan timah.
Metcalfe (1988), mengusulkan agar Sumatera Barat laut dan Sumatera
Tengah bersama dengan bagian dari Semenanjung Malaysia dan Muangthai yang
disebut Terrane Subimasu, dipisahkan dari daratan Gondawana Australia pada
akhir dari Perem Awal dab bertumbuhkan dengan Sumatera bagian tenggara
bersama-sama dengan Indocina dan Semenanjung Malaya bagian Timur yang
terletak lebih ke Utara di seberang laut (Paleo – Tethys) pada Trias Akhir
sepanjang RLB. Sebagai akibat langsung tumbukan tersebut adalah terbentuknya
rangkaian utama sabuk granit-timah Semenanjung Malaysia yang secara setempat
tersingkap di Pegunungan Tiga puluh di Sumatera. Cobbing dkk. (1986),
menyatakan umur Rangkaian Granit Utama adalahh 200-220 juta tahun dan ini
mendukung model Metcalfe sebelumnya mengenai tumbukan Sibumasa dan
Indocina serta Malaya bagian Timur pada Trias Akhir.
Peristiwa selanjutnya yang terekam di Lembar Sarolangun adalah
penerobosan plutonik granitoid terhadap batuan Perem pada Jura Awal, yaitu

11
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Granit Tantan. Peristiwa magma Jura Awal ini, yang diperkirakan berkaitan
dengan penunjaman, kemungkinan disertai pecenanggaan (deformasi) dan
peristiwa pemalihan regional berderajat rendah (Simanjuntak dkk. 1991). Pada
akhir dari Kapur Awal penunjaman terhenti dan batuan samudra Terrane Woyla
terakrasi ke pinggiran daratan Sumatera.
Penunjaman pada Tersier sampai Resen di bawah Sumatera
mengakibatkan terbentuknya busur magmatik yang luas dan berupa Pegunungan
Barisan. Namun demikian penunjaman di bawah Sumatera mungkin telah terjadi
sejak Perem Akhir (Cameron et al., 1980) atau lebih awal lagi (Katili, 1969, 1972)
walaupun secara tidak menerus. Meskipun tidak menerus, kedudukan busur dan
palung yang sekarang kemungkinan besar telah ada sejak Miosen. Timbunan
tegangan akibat penunjaman miring ini secara berkala dilepaskan melalui sesar
menganan ke arah tepi lempeng (Fitch, 1972) dan menghasilkan Sistem Sesar
Utama Sumatera, yang menjajar memanjang pulau dan memotong busur
magmatik/gunung api. Dengan demikian geologi lembar ini meliputi batuan alas
pra–Tersier, lapisan sedimen dan gunung api Tersier dan Kuarter yang
menutupinya.

12
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB III
HASIL LAPANGAN

Pada ekskursi Pengantar Geologi di geopark merangin ini dilakukan


pengamatan di lima tempat yaitu Jeram Ladeh, Teluk Gedang, Muara Karing, dan
Mengkarang. Ekskursi dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 6-8 Desember 2019.

III.1 JERAM LADEH


Jeram ladeh adalah stop site pertama yang dituju praktikan pada hari Sabtu
tanggal 7 Desember 2019. Praktikan sampai pada jeram ladeh pada pukul 08:10
wib, segera setelah semua praktikan sampai dilokasi ,dosen mengumumkan titik
koordinat yaitu X=0182030 dan Y=9759693. Praktikan langsung memplot titik
koordinat tersebut pada peta kontur masing-masing.
Bentang alam pada jeram ladeh adalah berupa sungai,hutan dan batuan.
Berikut adalah bentang alam di jeram ladeh.

Gambar 3.1 Bentang alam Jeram Ladeh (Azimuth : N 1950 E).

Pada jeram ladeh didapatkan data sebagai berikut,formasi yang terdapat


pada jeram ladeh adalah granit tantan, jenis batuannya adalah granit diorit dan
granodiorit. Terdapat kekar yang berupa kekar tegak (koolumnar joint ). Pada

13
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

seberang sungai di bagian timur menghadap kebarat terdapat sesar mendatar. Juga
terdapat intrusi setelah itu membentuk singkapan.

Gambar 3.2 Batu Granit


Batu Granit diatas memiliki warna hitam ke abu-abuan, jenis batuannya
adalah batuan beku asam. Batuan beku asam yaitu batu Granit dan sebagian besar
batu Granadiorit. Berdasarkan penjelasan dosen, perbedaan pada batu Granit dan
Granadiorit ada pada mineralnya, dimana pada batuan Granit lebih banyak
mengandung mineral kuarsa, felspare dan muskovit sementara batuan granadiorit
lebih banyak mengandung plagioklas. Struktur batuannya adalah Masif.
Berdasarkan derajat Granularitasnya adalah Fenerik yang artinya dapat dilihat
dengan mata secara langsung. Jenis derajat kristalisasinya Holokristalin, yaitu
kristal semua. Dan komposisi mineralnya adalah Plagioklas, Horndbland,
Aorthoklas, Orthoklas, Glass, dan Biotit.

III.2 Teluk Gedang


Stop site kedua yang dituju praktikan adalah teluk gedang, koordinat pada
tempat ini adalah X:0182820 dan Y:9760762. Praktikan sampai pada jam 10:30
yang artinya membutuhkan waktu 1 jam 46 menit dari tempat pertama.

14
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Bentang alam pada teluk gedang sama dengan bentang alam pada jeram ladeh
yaitu berupa sungai , hutan dan batuan. Berikut adalah bentang alam pada jeram
ladeh.

Gambar 3.3. Bentang alam Teluk gedang (Azimuth : N 850 E)

Pada kawasan Teluk Gedang ini ditemukan juga kekar, sesar, kontak
batuan, dan kontak formasi. Kekar merupakan retakan yang tidak disertai dengan
adanya pergeseran. Sedangkan sesar merupakan kelanjutan dari kekar yang
disertai dengan pergeseran.
Pada stop site teluk gedang terdapat fosil kayu yang di fosilkan secara
insitu atau di fosilkan pada tempat dimana ia hidup ,dengan kata lain kayu
tersebut hidup dan mati di daerah tersebut (teluk gedang). Hal ini dibuktikan
dengan fosil kayu yang tegak lurus terhadap perlapisan batuan dan terdapat akar
yang terlihat jelas. Nama latin kayu yang terfosilkan di teluk gedang adalah
araucaryoxylon.

15
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Gambar 3.4 Fosil Kayu (Azimuth : N 690 E) Gambar 3.5 Fosil Kayu pada anak sungai
selain itu pada stopsite teluk gedang juga terdapat fosil pandan ( cordaites),fosil
pandan tersebut difosilkan secara tercetak.
Pada tempat ini praktikan bisa mengamati adanya kontak formasi dan
kontak litologi.kontak formasi yang terdapat pada teluk Gedang adalah antara
formasi mengkarang dan formasi kasai.yang mana bagian bawah adalah formasi
mengkarang dan bagian atas adalah formasi kasai. Kontak litologi yang terdapat
pada tempat ini adalah antara sedimen dan meta sedimen.
Keistimewaan pada stop site ini adalah semuanya difosilkan secara
mendadak diakibatkan letusan gunung api purba.yaitu ketika aliran pyroklastik
mengaliri daerah mengkarang yang berisikan muatan batuan vulkanik ,gas panas
dan abu vulkanik.suhu dan tekanan aliran pyroklastik inilah yang mengakibatkan
daun pandan tercetak secara mendadak.
Pada stop site ini terdapat 3 formasi yaitu formasi Granit tantan yang
ditandai dengan adanya batuan Sedimen dengan ciri-ciri nya yaitu berlapis-lapis.
Yang kedua adalah formasi kasai yang berbentuk seperti Menara. Dan yang ketiga
adalah formasi Mengkarang, Formasi kasai terletak diatas formasi Mengkarang,
dimana formasi ini merupakan jenis batuan sedimen baru yang berumur kuarter-
tersier, formasi ini tersusun oleh tuf-tuf berbatu apung dengan sisipin batu pasir,
lanau, lempung serta konglomerat. Sedangkan Formasi Mengkarang (dibawah
Kasai) merupakan jenis batuan metasedimen yang berumur perm, formasi ini
tersusun atas batu pasir, batu lanau, batu lempung, tuf-tuf, konglomerat, batu
gamping serta batu bara.

16
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

III.3 Muara Karing

Gambar 3.6. Air Terjun Muara Karing (Azimuth: N 450 E).

Stopsite ketiga adalah muara karing dengan koordinat X:018373 dan


Y:9761827. Praktikan sampai pada lokasi pada pukul 12:00. Dan istirahat selama
kurang lebih satu jam sebelum melakukan pengamatan terhadap daerah air terjun
muara karing.
Pada stopsite muara karing praktikan bisa mengamati adanya kekar turun
yaitu kekar yang terjadi apabila suatu bidang mengalami penurunan sedangkan
bagian yang lain tidak. Hal ini dibuktikan dengan aliran sungai yang berbentuk
anak tangga atau Air Terjun.
Jenis batuan yang terbentuk dari dari air terjun yaitu batuan Metamorf
yang termetakan tidak sempurna artinya masih mempertahankan bentuk aslinya.
Pada batuan tersebut terdapat retakan – retakan yang menandai bahwa telah terjadi
proses deformasi. Adnya rekahan yang disebabkan oleh gaya endogen yang
menyebabkan struktur pada batuannya terpatahkan.
Pada stop site ini terdapat empat fosil yaitu fosil pakis, fosil daun pandan,
fosil tunggul kayu, dan fosil akar serabut. Dengan adanya keempat fosil tersebut
menandai bahwa Kawasan pada air terjun muara karing tersebut adalah daerah

17
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

daratan ataupun rawa pada 250 juta tahun yang lalu. Berikut adalah 4 fosil yang
terdapat pada muara karing dengan formasi mengkarang.

Gambar 3.7 Fosil Pakis Gambar 3.8 Fosil Daun Pandan

Gambar 3.9 Fosil Akar Serabut Gambar 3.10 Tunggul Kayu

18
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

III.4 Sekitar Sungai Mengkarang

Gambar 3.11 Lokasi pengamatan (Azimuth: N 1600 E).

19
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Pada hari Minggu 8 Desember 2109 praktikan melakukan tracking di


sekitar sungai mengkarang. Koordinat yang di dapat di lokasi tersebut adalah X :
0185999 dan Y : 975877. Di sekitaran sungai mengkarang adalah hutan-hutan dan
sungai.
Kegiatan disekitar sungai mengkarang adalah pembekalan materi oleh
dosen , mengenai cara mendeskripsikan batuan, batuan sedimen, batuan beku, dan
batuan metamorf. Dan pada stop site ini praktikan melihat jelas adanya fosil
kerrang, fosil pakis, dan fosil daun pandan dan juga terdapat fosil yang belum
terdeskripsikan bentuknya fosil apa. Dengan adanya fosil tersebut dibuktikan
bahwa pada daerah sekitaran sungai mengkarang terdapat dua keadaan sebelum
terjadinya peralihan yaitu laut dangkal yang ditandai dengan adanya fosil kerang
dan daratan ataupun rawa yang ditandai dengan adanya fosil pakis dan fosil daun
pandan. Koordinat pada saat mengamati fosil kerang adalah X : 0185930 dan Y :
9758723. Disana terlihat jelas bahwa dulunya terdapat kerang dan ada satu fosil
yang belum diketahui jenis nya.
Fosil di mengkarang terbentuk secara ekstrim atau tiba-tiba. Hal ini
disebabkan oleh letusan gunung purba , sehingga terjadi proses differensiasi
magma yang mengubah karakter magma dari homogen menjadi heterogen.

Gambar 3.12 fosil kerang Gambar 3.13 Fosil pakis

20
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Gambar 3.14 fosil daun pandan Gamabar 3.15 Belum Teridentifikasi

21
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB IV
KESIMPULAN

Hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :


1. Orientasi medan merupakan cara untuk membaca kenampakan medan dan
disesuaikan dengan peta, juga untuk mengetahui arah dan posisi kita di
lapangan. Ketika akan melakukan orientasi medan, diperlukan beberapa
kemampuan, antara lain:
1. Kemampuan untuk membayangkan (imagination power), artinya
dengan melihat symbol yang ada dapat membayangkan bagaimana
keadaan medan yang sebenarnya.
2. Ketajaman menganalisa (aksen sense of analisys), yaitu dapat
menganalisa setiap kenampakan yang digambarkan di dalam peta baik
secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan.
3. Latihan yang teratur (regular training), disamping mempelajari dan
membaca peta di ruangan, juga harus berani di medan untuk mengecek
kebenaran daripada pembacaan dan interpretasinya.
4. Pengetahuan umum, hal ini perlu karena peta dapat memuat berbagai
kenampakan sedang maksud pembacaan sesuai dengan kepentingan
tertentu sering harus memperhatikan berbagai hal.
2. Mendeskripsikan batuan bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu tekstur, besar
butiran, tingkat kelengkungan, ukuran besar butiran dll
3. Menentukan bentang alam yaitu dengan melihat sekitar dan disesuaikan
dengan peta topografi

22
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB V
KESAN dan PESAN

KESAN
Saya merasa kegiatan ekskursi lapangan merupakan kegiatan yang
meningalkan kesan yang mendalam bagi saya,hal yang paling saya ingat adalah
ketika saya melakukan tracking bersama rekan-rekan yang lain,saat itu beriringan
dengan perasaan lelah dan letih kami terus belajar dan mengamati bagaimana
peristiwa geologi terjadi.
Sebagai mahasiswa teknik yang memang pada dasarnya adalah orang
lapangan ,saya rasa hal ini adalah merupakan salah satu kepingan kecil yang kami
butuhkan untuk menyusun seorang engineer yang utuh.hal ini juga merupakan
sebuah pengenalan tentang bagaimana keadaan yang kami lalui kedepannya.

PESAN
Pesan saya terhadap ekskursi merangin adalah tentang perencanan
kegiatan atau rute yang dilalui,pada ekskursi kali ini ada tempat yang seharusnya
dikunjungi namun tidak terlaksana,hal ini disebabkan oleh waktu yang tidak
mencukupi.saya bisa mengerti bahwa hal ini terjadi dikarenakan kecepatan
pergerakan peserta yang terbilang lamban.
Saya berharap kegiatan ekskursi kedepannya bisa berjalan dengan jauh
lebih baik.sehingga semua peserta bisa mempelajari peristiwa yang terjadi denagn
baik.

23
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

BAB VI
DOKUMENTASI

Gambar 6.1 Ekskursi Pengantar Geologi Program Studi Teknik Geofisika 2019

Gambar 6.2 Sungai Batang Merangin

24
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

Gambar 6.3. Teluk Gedang

Gambar 6.4. Air Terjun Muara Karing

25
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

DAFTAR PUSTAKA

Barber A.J, Crow M. J, 2000, A critical evolution of tectonic models for the
development of Sumatra, 5-8.

Barber A. J, Crow M.J, 2008, Thematic Article Structure of Sumatra and its
implications for the tectonic assembly of Southeast Asia and destruction of
Paleotethys, Journal corrpilation Blackwell Publishing Asia Pty Ltd, 3-20.

Dozier Geopark Merangin, Provinsi Jambi, 2011.

Suwarna, 1998, Lembar Peta Geologi Geopark Merangin Site Paleobotani Park,
Badan Geologi.

Tim pengabdian Prodi Teknik Geologi, Universitas Jambi, 2016.

Oki Oktriadi, 2011, Menuju Geopark Merangin Provinsi Jambi, Badan Geologi,
28-37.

26
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin

27

Anda mungkin juga menyukai