BAB I
PENDAHULUAN
2
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
arung jeram. Pada penemuan fosil kayu itu, Para ahli memperkirakan zaman
dahulu gunung berapi meletus 5 kali dalam rentang waktu 20 juta tahun. Akibat
letusan itu debu vulkanik letusan lava yang akhirnya membentuk proses
pembekuan disekitar pohon purba dengan nama latin Araucarixylon yang telah
tertimbun endapan vulkanik setebal 7 meter dengan akar menjulur kurang lebih 7
meter yang berasal dari Zaman Perem.
Geopark merangin memiliki kekayaan geologis yang lebih lengkap jika
dibandingkan dengan geopark lainnya, Hal tersebut dikarenakan banyaknya fosil
kayu Araucarixylon dan fosil Stereochia Semireticalatus yang berupa kerang-
kerangan (Brachiopoda), kerang mutiara purba (Nautiloide) dan Bellerophon
yang tercetak membatu di endapan abu vulkanik purba dan diyakini masih banyak
fosil objek geologi lainnya yang terpendam di dalam tanah.
Hal inilah yang menjadikan geopark merangin menjadi daerah yang tepat
bagi mahasiswa teknik kebumian untuk melakukan pembelajaran maupun
penelitian.selain itu daerah geopark merangin masih termasuk dalam kawasan
TNKS ( taman nasional kerinci sebelat ) yang menjadikan kawasan tersebut
memiliki keaslian alam masih terjaga.sehingga warisan alam, termasuk nilai
arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya masih bisa diamati hingga
saat ini.
I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilakukannya kegiatan Ekskursi Pengantar Geologi di
Geopark Merangin adalah:
1. Mengetahui struktur dan jenis batuan di Kawasan pengamatan.
2. Menentukan besarnya strike dan dip yang ada di Kawasan pengamatan.
3. Mengetahui bentang alam di daerah pengamatan.
3
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
4
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
II.1 MORFOLOGI
Wilayah kajian, secara fisiografi termasuk ke dalam kawasan peralihan
antara mendala Pegunungan Barisan dan Daerah rendah Sumatra bagian timur
(Verstappen, 1973). Morfologi kawasan ini didominasi oleh dataran
menggelombang, dengan undulasi yang tidak begiu kasar. Rangkaian pegunungan
topografi yang menempati wilyah ini umumnya searah dengan sumbu Pulau
Sumatra, yaitu Baratlaut-Tenggara, namun sebagian ada juga yang memotong
arah jurus perlapisan batuan sedimen.
Vegetasi bervariasi dari mulai hutan-hutan poduksi yang cukup rimbun,
kawasan-kawasan budidaya yang umumnya tidak lebat, serta setempat berupa
lading dan semak belukar kebun karet, kebun kopi, serta kelapa sawit.
II.2 STRATIGRAFI
Satuan batuan tertua di kawasan Merangin adalah Formasi Mengkarang
(Pm) yang menjemari dengan dan ditindih secara selaras oleh Formasi Telukwang
(Pt) yang berumum Perem Awal-Tengah. Kea rah barat dari wilayah kajian,
Formasi Mengkarang dan Telukwang ini menjemari dengan Formasi Palepat.
Formasi Mengkarang tersusun oleh batuan sedimen klastika halus-kasar
bersisipan batuan klastika gunungapi dan batuan karbonat, sedangkan Formasi
Telukwang berupa batuan sedimen klastika kasar dengan anggota batugamping.
Sementara itu, Formasi Palepat terdiri atas batuan gunungapi dengan sisipan
batuan sedimen klastika halus-kasar dan batugamping.
Batuan berumur Perem tersebut yang diterobos oleh granit horblenda
berumur Trias Akhir-awal Jura, memperlihatkan kontak tektonik dengan Formasi
Asai (Ja) berumur Jura Tengah yang berupa batuan sedimen-meta dengan sisipan
batugamping dan Formasi Peneta (KJp) berumur Jura Akhir-Kapur awal, yang
tersusun oleh runtunan batuan sedimen klastika halus-kasar dan sisipan
batugamping, umumnya termalihkan derajat rendah.
5
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
6
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
7
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
kepingan amonit yang ditemukan oleh Tobler (1919) menurut Geyssant (dalam
Beauvais drr., 1984) berumur Jura Akhir. Beberapa spesies fosil nanno
menunjukkan umur Aptian – Santonian (Kapur Awal; Puslitbang Geologi,
1995).Berdasarkan temuan fosil-fosil tersebut, disimpulkan umur formasi berkisar
dari Jura Akhir – Kapur Awal.
Lingkungan pengendapannya ditafsirkan sebagai laut dangkal yang
terletak di busur belakang, sedangkan secara tektonik termasuk ke dalam daur
8iorite dan daur kuarsa.Tebal satuan sekitar 400 m. Formasi ini tersebar di
wilayah hulu aliran Sungai Mengkarang.
Formasi Kasai (QTk)
Formasi Kasai tersusun oleh tuf dan tuf berbatuapung (pumis); dengan
sisipan batupasir, batulempung, dan batulanau, yang umumnya tufan; setempat
ditemukan konglomerat, breksi tuf, serta sisipan lignit dan gambut; kayu
tekersikkan sangat umum, dan oksida besi pada bagian bawah formasi.
Tuf umumnya bersusunan asam (riolitan) dan seringkali terkaolinkan serta
mengandung pumis berukuran antara 0,5 – 5 cm; umumnya berasosiasi dengan
fosil kayu tekersikkan berdiameter sampai 1 meteran.
Batupasir, tufan, mengandung lensa-lensa konglomerat, setempat struktur
silang-siur mangkok.Batulempung dan batulanau, tufan, tebal sekitar 3 m,
strukturperarian sejajar.Konglomerat anekabahan, komponennya dikuasai oleh
pumis, sedikit obsidian, andesit, basal, kuarsa, dan batuan tekersikkan.Lignit dan
gambut, tersisip di antara batulempung dan batupasir.
Satuan berlapis baik – pejal, struktur silang-siur pada batuan berbutir kasar
sangat umum.Lingkungan pengendapan darat, bahan yang terendapkan adalah
hasil kikisan dan erosi dari Geantiklin Barisan.Formasi ini dapat mencapai
ketebalan 450 m, dan umurnya adalah Plio-Plistosen.Singkapannya cukup luas
dikawasan sebelah barat dan utara Sungai Merangin, sebelah timur Sungai
Mengkarang, serta wilayah antara Sungai Merangin dan Mengkarang.
Granit Tantan (TR Jgr)
Batuan ini terdiri atas granit, granodiorit, dan aplit. Granit biotit-
horenblenda, terubah, sebagian plagioklas terubah menjadi klorit dan epidot;
hipidiomorfis – subporfiritik; fenokris K-Na feldspar sebagian terkloritkan dan
8
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
9
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
10
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
sumber daya mineral, energi, dan kebencanaan seperti yang sering terjadi akhir-
akhir ini. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara yang secara
geologis memiliki posisi unik yaitu berada pada pusat tumbukan lempeng Hindia
Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara, dan Lempeng
Pasific di bagian Timur laut yang mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan
tektonik yang kompleks. Semua proses tersebut meninggalkan jejak-jejak
perubahan berupa bentang alam, fosil, batuan, dan aspek-aspek geologi lainnya
yang mempunyai nilai historis dan ilmiah sangat tinggi serta menjadi bagian dari
sejarah pembentukan bumi hingga yang terjadi saat ini sebagai Warisan Geologi
baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional (Word Heritages).
Jambi merupakan bagian dari batuan dasar Sumatera yang berumur
Paleozolkum diperkirakan merupakan suatu mozaik yang terdiri dari lempeng-
lempeng mikro atau “terane”, termasuk di dalamnya pecahan-pecahan Cathaysian
dan Gondawana. Hamilton (1979) dan Tjia (1989) menduga bahwa Garis Raub-
Bentong (RLB), yang memisahkan kedua pecahan tersebut menerus hingga ke
Sumatera yaitu sampai wilayah Pegunungan Tiga puluh. Walaupun demikian,
penyelidik lainnya, khususnya Plunggono dan Cameron (1984), memperpanjang
jejak RLB sampai keluar dari P.Sumatera memalui kepulauan timah.
Metcalfe (1988), mengusulkan agar Sumatera Barat laut dan Sumatera
Tengah bersama dengan bagian dari Semenanjung Malaysia dan Muangthai yang
disebut Terrane Subimasu, dipisahkan dari daratan Gondawana Australia pada
akhir dari Perem Awal dab bertumbuhkan dengan Sumatera bagian tenggara
bersama-sama dengan Indocina dan Semenanjung Malaya bagian Timur yang
terletak lebih ke Utara di seberang laut (Paleo – Tethys) pada Trias Akhir
sepanjang RLB. Sebagai akibat langsung tumbukan tersebut adalah terbentuknya
rangkaian utama sabuk granit-timah Semenanjung Malaysia yang secara setempat
tersingkap di Pegunungan Tiga puluh di Sumatera. Cobbing dkk. (1986),
menyatakan umur Rangkaian Granit Utama adalahh 200-220 juta tahun dan ini
mendukung model Metcalfe sebelumnya mengenai tumbukan Sibumasa dan
Indocina serta Malaya bagian Timur pada Trias Akhir.
Peristiwa selanjutnya yang terekam di Lembar Sarolangun adalah
penerobosan plutonik granitoid terhadap batuan Perem pada Jura Awal, yaitu
11
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Granit Tantan. Peristiwa magma Jura Awal ini, yang diperkirakan berkaitan
dengan penunjaman, kemungkinan disertai pecenanggaan (deformasi) dan
peristiwa pemalihan regional berderajat rendah (Simanjuntak dkk. 1991). Pada
akhir dari Kapur Awal penunjaman terhenti dan batuan samudra Terrane Woyla
terakrasi ke pinggiran daratan Sumatera.
Penunjaman pada Tersier sampai Resen di bawah Sumatera
mengakibatkan terbentuknya busur magmatik yang luas dan berupa Pegunungan
Barisan. Namun demikian penunjaman di bawah Sumatera mungkin telah terjadi
sejak Perem Akhir (Cameron et al., 1980) atau lebih awal lagi (Katili, 1969, 1972)
walaupun secara tidak menerus. Meskipun tidak menerus, kedudukan busur dan
palung yang sekarang kemungkinan besar telah ada sejak Miosen. Timbunan
tegangan akibat penunjaman miring ini secara berkala dilepaskan melalui sesar
menganan ke arah tepi lempeng (Fitch, 1972) dan menghasilkan Sistem Sesar
Utama Sumatera, yang menjajar memanjang pulau dan memotong busur
magmatik/gunung api. Dengan demikian geologi lembar ini meliputi batuan alas
pra–Tersier, lapisan sedimen dan gunung api Tersier dan Kuarter yang
menutupinya.
12
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB III
HASIL LAPANGAN
13
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
seberang sungai di bagian timur menghadap kebarat terdapat sesar mendatar. Juga
terdapat intrusi setelah itu membentuk singkapan.
14
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Bentang alam pada teluk gedang sama dengan bentang alam pada jeram ladeh
yaitu berupa sungai , hutan dan batuan. Berikut adalah bentang alam pada jeram
ladeh.
Pada kawasan Teluk Gedang ini ditemukan juga kekar, sesar, kontak
batuan, dan kontak formasi. Kekar merupakan retakan yang tidak disertai dengan
adanya pergeseran. Sedangkan sesar merupakan kelanjutan dari kekar yang
disertai dengan pergeseran.
Pada stop site teluk gedang terdapat fosil kayu yang di fosilkan secara
insitu atau di fosilkan pada tempat dimana ia hidup ,dengan kata lain kayu
tersebut hidup dan mati di daerah tersebut (teluk gedang). Hal ini dibuktikan
dengan fosil kayu yang tegak lurus terhadap perlapisan batuan dan terdapat akar
yang terlihat jelas. Nama latin kayu yang terfosilkan di teluk gedang adalah
araucaryoxylon.
15
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Gambar 3.4 Fosil Kayu (Azimuth : N 690 E) Gambar 3.5 Fosil Kayu pada anak sungai
selain itu pada stopsite teluk gedang juga terdapat fosil pandan ( cordaites),fosil
pandan tersebut difosilkan secara tercetak.
Pada tempat ini praktikan bisa mengamati adanya kontak formasi dan
kontak litologi.kontak formasi yang terdapat pada teluk Gedang adalah antara
formasi mengkarang dan formasi kasai.yang mana bagian bawah adalah formasi
mengkarang dan bagian atas adalah formasi kasai. Kontak litologi yang terdapat
pada tempat ini adalah antara sedimen dan meta sedimen.
Keistimewaan pada stop site ini adalah semuanya difosilkan secara
mendadak diakibatkan letusan gunung api purba.yaitu ketika aliran pyroklastik
mengaliri daerah mengkarang yang berisikan muatan batuan vulkanik ,gas panas
dan abu vulkanik.suhu dan tekanan aliran pyroklastik inilah yang mengakibatkan
daun pandan tercetak secara mendadak.
Pada stop site ini terdapat 3 formasi yaitu formasi Granit tantan yang
ditandai dengan adanya batuan Sedimen dengan ciri-ciri nya yaitu berlapis-lapis.
Yang kedua adalah formasi kasai yang berbentuk seperti Menara. Dan yang ketiga
adalah formasi Mengkarang, Formasi kasai terletak diatas formasi Mengkarang,
dimana formasi ini merupakan jenis batuan sedimen baru yang berumur kuarter-
tersier, formasi ini tersusun oleh tuf-tuf berbatu apung dengan sisipin batu pasir,
lanau, lempung serta konglomerat. Sedangkan Formasi Mengkarang (dibawah
Kasai) merupakan jenis batuan metasedimen yang berumur perm, formasi ini
tersusun atas batu pasir, batu lanau, batu lempung, tuf-tuf, konglomerat, batu
gamping serta batu bara.
16
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
17
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
daratan ataupun rawa pada 250 juta tahun yang lalu. Berikut adalah 4 fosil yang
terdapat pada muara karing dengan formasi mengkarang.
18
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
19
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
20
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
21
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB IV
KESIMPULAN
22
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB V
KESAN dan PESAN
KESAN
Saya merasa kegiatan ekskursi lapangan merupakan kegiatan yang
meningalkan kesan yang mendalam bagi saya,hal yang paling saya ingat adalah
ketika saya melakukan tracking bersama rekan-rekan yang lain,saat itu beriringan
dengan perasaan lelah dan letih kami terus belajar dan mengamati bagaimana
peristiwa geologi terjadi.
Sebagai mahasiswa teknik yang memang pada dasarnya adalah orang
lapangan ,saya rasa hal ini adalah merupakan salah satu kepingan kecil yang kami
butuhkan untuk menyusun seorang engineer yang utuh.hal ini juga merupakan
sebuah pengenalan tentang bagaimana keadaan yang kami lalui kedepannya.
PESAN
Pesan saya terhadap ekskursi merangin adalah tentang perencanan
kegiatan atau rute yang dilalui,pada ekskursi kali ini ada tempat yang seharusnya
dikunjungi namun tidak terlaksana,hal ini disebabkan oleh waktu yang tidak
mencukupi.saya bisa mengerti bahwa hal ini terjadi dikarenakan kecepatan
pergerakan peserta yang terbilang lamban.
Saya berharap kegiatan ekskursi kedepannya bisa berjalan dengan jauh
lebih baik.sehingga semua peserta bisa mempelajari peristiwa yang terjadi denagn
baik.
23
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB VI
DOKUMENTASI
Gambar 6.1 Ekskursi Pengantar Geologi Program Studi Teknik Geofisika 2019
24
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
25
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
DAFTAR PUSTAKA
Barber A.J, Crow M. J, 2000, A critical evolution of tectonic models for the
development of Sumatra, 5-8.
Barber A. J, Crow M.J, 2008, Thematic Article Structure of Sumatra and its
implications for the tectonic assembly of Southeast Asia and destruction of
Paleotethys, Journal corrpilation Blackwell Publishing Asia Pty Ltd, 3-20.
Suwarna, 1998, Lembar Peta Geologi Geopark Merangin Site Paleobotani Park,
Badan Geologi.
Oki Oktriadi, 2011, Menuju Geopark Merangin Provinsi Jambi, Badan Geologi,
28-37.
26
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
27