0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
262 tayangan6 halaman
Tiga satuan batuan dasar granitis yaitu granit terekahkan, granit terlapukkan, dan granite wash dapat dijumpai di lapangan PT berdasarkan data wireline log dan seismik. Granit terlapukkan terbentuk akibat pelapukan granit di permukaan, sedangkan granite wash berasal dari endapan longsoran lereng granit. Korelasi stratigrafi dan struktur menunjukkan variasi kedalaman batuan dasar akibat adanya intrusi granit berbentuk bukit. LKO dan LKG
Tiga satuan batuan dasar granitis yaitu granit terekahkan, granit terlapukkan, dan granite wash dapat dijumpai di lapangan PT berdasarkan data wireline log dan seismik. Granit terlapukkan terbentuk akibat pelapukan granit di permukaan, sedangkan granite wash berasal dari endapan longsoran lereng granit. Korelasi stratigrafi dan struktur menunjukkan variasi kedalaman batuan dasar akibat adanya intrusi granit berbentuk bukit. LKO dan LKG
Tiga satuan batuan dasar granitis yaitu granit terekahkan, granit terlapukkan, dan granite wash dapat dijumpai di lapangan PT berdasarkan data wireline log dan seismik. Granit terlapukkan terbentuk akibat pelapukan granit di permukaan, sedangkan granite wash berasal dari endapan longsoran lereng granit. Korelasi stratigrafi dan struktur menunjukkan variasi kedalaman batuan dasar akibat adanya intrusi granit berbentuk bukit. LKO dan LKG
data wireline log, ditunjukan oleh terdapat defleksi spektral uranium ke angka yang tinggi, pergerakan kurva mikroresistivitas (MSFL) yang cepat, dan harga anomali sonik yang mengalami peningkatan secara tajam dibandingkan harga sonik di batuan di atas atau bawahnya (Gambar 6 dan Gambar 7). Granit terlapukkan (weatheredgranite) yang terbentuk karena batuan granit tersingkap ke permukaan, kemudian mengalami pelapuk- an dan alterasi argilik sehingga batuan menjadi kedap, dan berfungsi baik sebagai batuan penudung. Batuan granit terlapukkan terdapat pada bagian atas tubuh intrusi dan lereng namun tidak hadir pada lembah. Ketebalannya bervariasi 12 ft yang berada pada kedalaman 4215ft SSTVD sampai 4970 ft SSTVD. Karena terbentuknya mineral lempung yang konduktif seperti klorit dan kaolinit akibat adanya proses pelapukan, maka resisitivitas batuan granit terlapukkan lebih rendah daripada granit terekahkan dan Real basement yaitu berkisar 3,87 81,5 ohm-M. Selain itu gamma ray nya berkisar 98,7 - 250 API lebih rendah daripada granit terekahkan. Densitasnya 2,34 2,53 g/cc, porositas neutron 0,083 - 0,206 npu, dan log soniknya 67,6-101 gs/ft. Granite wash memiliki karakteristik yang hampir sama dengan granit terekahkan, yaitu gamma ray 360 - 386 API, namun
memiliki porositas relatif lebih
besar daripada granit terekahkan yaitu berkisar antara 0,162 0,185 npu. Densitas relatif lebih rendah daripada granit terekahkan yaitu 2,36 - 2,38 g/cc, dan resistivitas lebih rendah daripada Granit terekahkan yaitu 5,39 - 166 ohm-M. Vsh-nya 0,316 - 0,612 dan log soniknya 91,2 92,9 s/ft. Ketebalan satuan ini adalah 33 - 296 ft, berada pada kedalaman 4674 ft SSTVD sampai dengan 4931 ft SSTVD. Di bawah Satuan Granit terekahkan terdapat Satuan Real basement, merupakan litologi batuan dasar-yeng tidak ekonomis atau tidak dapat berpotensi sebagai reservoir hidrokarbon, karena dari data drill stem test tidak mengandung fluida dengan total gas yang kecil kurang dari 100 unit. Dari wireline log, nilai log gamma ray-nya tinggi yaitu berkisar dari 259 - 431 API, resistivitasnya 19,0-6092 ohm-M, densitasnya2,12 -2,61 g/cc, log porositas neutron yang rendah berkisar antara 0,014 0,274 npu, dan log soniknya 52,2 72,0 /ft. Korelasi Stratigrafi
Struktur
dan
Korelasi yang dilakukan dibagi
dalam tiga lintasan. Lintasan pertama mengkorelasi sumur WPT-2, PTD-6, WPT-6, PTD-3, dan PTD-7. Lintasan kedua mengkorelasi sumur PT-I, PTD-I l, PTD-IO, PTD-2, PT-2. Lintasan ketiga mengkorelasi sumur WPT5, PTD-9, PTD-8, PT-3, PTD-I, dan PTD-4 (Gambar 8 dan 9. Dari korelasi struktur yang dilakukan diketahui bahwapada Sumur PTD-I , posiS1 batuan dasar granitiknya
adalah paling tinggi, sedangkan
posisi batuan dasar granitik yang tergolong di bawah daripada sumur-sumur lainnya yaitu pada Sumur WPT-2, WPT-5, WPT-6, PTDIO, dan PTD-II. Sementara itu, sumur-sumur yang posisinya di bagian lerengadalah PT-3,PTD-2, PTD-3, PTD-4, PTD-6, PTD-7, PTD8, dan PTD-9. Satuan Granit Terekahkan berkembang pada semua sumur, sedangkan Granit Terlapukkan hanya berkembang pada sumur yang posisinya di puncak sampai lereng yaitu hampir pada semua sumur keculi sumur WPT-2 dan WPT-5. Pada kedua sumur ini yaitu Sumur WPT2 dan WPT-5 berkembang Satuan Granite wash yang posisinya relatif berada lebih bawah daripada sumur-sumur lainnya. Korelasi stratigrafi yang dilakukan adalah korelasi di-flatten pada batas atas For- masi Talang Akar Bagian Bawah (LTAF). Korelasi ini bertujuan untuk mengetahui struktur batuan dasar atau paleogeografi sebelum terendapkannya sedimen LTAF dan kemenerusan sedimentasi Formasi Talang Akar Bawah sebelum terganggu struktur geologi yang terbentuk pada fase kompresi Plio-Plistosen. Dari hasil korelasi stratigrafi diketahui bahwa LTAF pada daerah penelitian adalah sedimen yang melampar pada semua bagian Lapangan PT. sedimen Formasi Talang Akar Bagian Bawah akan lebih menebal pada bagian rendahan dan lebih tipis di bagian puncak. Hal ini dikontrol oleh proses sedlmentasi LTAF pada lingkungan darat atau tepatnya sungai teranyam dan
berubah menjadi shallow marine
channel. Setelah pembentukan intrusi granit terjadi proses pelapukan dan pembentukan rekahan akibat adanya gaya ckstensi yang bekerja sejak Kapur sampai Tersiar Awai. Pada Tersier Awai terjadi longsoran-longsoran akibat lereng yang curam dan batuan yang rapuh, kemudian terendapkan Granite wash yang berkembang pada dasar tebing sebagai hasil sedimentasi oleh proses longsoran dari bukit intrusi granit. Satuan Granite wash yang terdeteksi pada sumur WPT-2 dan WPT-5 hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu dan relatif kemudian terlindung dari erosi Oleh air yang mengalir pada (LTAF-C) channel. Endapan di atasnya adalah endapan limbah banjir yang berupa lempung karena posisinya lebih tinggi daripada channel. Di antara dataran limbah banjir terdapat topografi yang lebih rendah dan berkembang Inuicled channel yang mengendapkan LTAF-B. Karena adanya transgresi dan penurunan, kemudian berkembang LTAF-A sebagai sedimen shallow marine channel di atas LTAF-B. Interpretasi Data Seismik 3-D dan Peta Struktur Waktu dan Kedalaman Berdasarkan cekshot yang tersedia, top Granit terekahkan dan Granit terlapukkan jatuh pada amplitudO positif atau peak, begitu pula Granite wash jatuh pada peak yang sama, sedangkan Real basement jatuh pada amplitudo negatif atau trough. Batuan dasar lapangan PT berupa
granit yang cenderung lapuk dan
terekahkan, sehingga proses pelapukan itu menyebabkan karakteristik seismik batuan dasar tidak sepenuhnya bertekstur reflection free. oleh sebab itu, dalam penelusuran top horizon batuan dasar terekahkan dan terlapukkan ini, prinsip posisi top horizon ini adalah di bawah sedimen yang onlap dan di atas batuan granit yang segar yang bertekstur reflection free (Gambar 10). Dari peta struktur waktu (Gambar 11) dan peta struktur kedalaman terlihat adanya bukit intrusi granit yang memanjang dan berorientasi utara-selatan. Kedalaman puncak intrusi granit adalah 4440 ft yaitu posisinya di sebelah barat daya dari sumur PTD-1; sedangkan kontur terendah di lapangan PT adalah di bagian tenggara. pada titik elevasi lebih tinggi, batuan akan lebih mudah lapuk daripada yang ada di bagian bawah. Selain itu, efek dari adanya bukit ini akan mengontrol pula sedimentasi Formasi Talang Akar Bagian Bawah, sehingga formasi ini akan onlap terhadap bukit intrusi. Pada Lapangan PT. terdapat beberapa kelompok struktur geologi (Gambar 12), yaitu: 1. Sebuah sesar berbalik sebagai batas Timur Lapangan PT. Sesar yang besar ini berorientasi barat laut tenggara. yang terbentuk oleh gaya kompresi Pliosen Plistosen. 2. Sebuah sesar normal berorientasi utara - selatan, yang terbentuk oleh gaya ekstensi Jura - Tersier Awal.
3. Sebuah sesaryang berorientasi
utara bamt laut - selatan tenggara sebagai batas barat Lapangan PT. Berdasarkan pergerakannya. sesar ini diinterpretasikan sebagai sesar gunting. Sesar ini awalnya merupakan sesar normal tua yang terbentuk oleh gaya kompresi pada Jura - Kapur, dan berkembang menjadi sesar gunting akibat gaya kompresi PliosenPlistosen. 4. Enam buah sesar normal berorientasi timur laut - barat daya. yang terbentuk Oleh gaya kompresi PliosenPlistosen. Fasies Batuan Dasar Granitis Karena dalam satu peak terdapat tiga top horizon, maka dalam pemetaan sebaran fasies batuan dasar granitik yang dapat menjadi reservoir hidrokarbon, ketiga horizon dipetakan menjadi satu horizon, kemudian variasinya diketahui dengan melihat data sumur dan mempertimbangkan paleogeografi atau posisl relatif sumur satu dengan lainnya sebelum terendapkannya Fonnasi Talang Akar Bawah, dan bisa dilihat dari korelasi stratigrafi yang dilakukan (gambar 13). Granit di lapangan ini mengalami perekahan dan tersebar pada seluruh bagian dari Lapangan PT yang disebabkan oleh proses tektonik yang mempengaruhi batuan granit di lapangan ini. Di atas Satuan Granit terekahkan ini terdapat satuan Granit terlapukkan dengan intensitas pelapukan yang berbeda-beda bergantung pada elevasi, posisi, dan adanya erosi. Sehingga pada
puncak bukit, batuan granitnya
akan mengalamai pelapukan lebih tebal daripada yang di lereng. Pada lembah yang biasanya menjadi penyaluran air, pelapukan tidak terjadi. Pada bagian dasar lereng di sebelah barat laut berkembang Satuan Granite wash yang terangkut dari puncak dan lereng bukit dengan jarak yang dekat dan sistem aliran debris, sehingga karakteristiknya mirip dengan granit yang insitu. Lowest Known Oil (LKO) dan Lowest Known Gas (LKG) Dari hasil uji, laju alir minyak terbaik di La- pangan PT pada interval Granit terekahkan terdapat pada sumur PTD-2 yaitu sebesar 1044 BOPD. Sementara DST minyak dan gas terbaik terdapat pada sumur PT-2 yaitu sebesar 928.0 BOPD dan 0.712 MM CFGPD. Sementara itu reservoir Granite wash memiliki laju alir yang terbaik, yaitu sebesar 23.8 BOPD pada sumur WPT-2; sedangkan pada interval LTAF-Ayang litologinya batupasir dan interval LTAF-B yang litologinya batupasir konglomeratan laju alir minyak 520.0 BOPD, 0449 MM CFGPD, dan 149.0 BWPD di sumur PT-2. Lowest Known Oil (LKO) diketahui dari DST di Sumur WPT-2 yaitu pada kedalaman 4920 ft SST V D, sedangkan Lowest Known Gas (LKG) diketahui dari DST di sumur PTD-4 yaitu pada kedalaman 4593 ft SSTVD (Gambar 14). Ketidak hadiran fluida pada reservoir granitis di sumur PTD-4 yang secara posisi berdekatan dengan sumur PT-3 adalah diakibatkan oleh konektivitas
yang buruk dari reservoir batuan
dasar Granit terekahkan (Gambar 15). Sehingga lebih ke bagian tengah tubuh intrusi biasanya lebih kecil kemungkinan batuan dasar Granit terekahkan dapat menyimpan hidrokarbon, kecuali jika reservoir terisi oleh proses migrasi hidrokarbon ke arah bawah (downward) dari sedimen di atasnya terjadi. Namun dari penelitian ini belum terdapat bukti untuk membuktikan bahwa dapat terjadinya migrasi ke arah bawah dari sedimen di atas batuan dasar menuju reservoir batuan dasar granitis di Lapangan PT. Rekonstruksi Sejarah Geologi Rekonstruksi sejarah geologi dibantu dengan line seismik yang melalui Lapangan PT dapat dilihat pada Gambar 16. Pada Jura Awal atau 180.44 3.58juta tahun lalu, sesuai dengan hasil penarikhan radioaktif batuan granit pada salah satu sumur eksplOrasi di sebelah barat Lapangan PT. tedadi intrusi yang membentuk batolit. Sejak Jura - Kapur, Cekungan Sumatra Selatan berada pada rezim kompresi. Akibatnya pada bagian barat Lapangan PT terbentuk sesar berarah utara barat laut - selatan tenggara yang menurut Pulonggono (1992) berdasarkan arahnya diinterpretasikan sebagai sesar normal. Kemudian pada Kapur Akhir - Tersier Awai, Cekungan Sumatra Selatan dipengaruhi oleh gaya ekstensi, sehingga sesar utara barat taut selatan tenggara ini masih tetap berkembang sebagai sesar normal.
Adanya sesar normal di alas
terbentuknya zona lemah yang mtldah terintrusi, sehingga terjadi intnusi gmnit di Lapangan PT. pada Eosen Akhir atau tepatnya 34.30 juta tahun lalu sesuai dengan hasil pertarikhan radioaktif di sumur PT- 1. Seiring dengan perubahan rezim tektonik ekstensi yang masih berlangsung sejak Kapur Akhir sampai Tersier Awai. sesar nonnat yang berarah utara barat laut sclatan tenggara ini masih aktif bergerak ekstensif ,dan dalam kondisi batuan granit di Lapangan PT. tersingkap diperrnukaan atau dalam kondisi overbumien minimum, sehingga batuan granit ini akan mudah mengalami rekahan-rekahan sekunder yang terbuka. Selain itu, disaat bersamaan terbentuk pula sesar normal berarah utara - selatan akibat gaya ekstensi dan juga berkembang proses pelapukan dan emsi. Kemudian pada Oligosen Akhir sampai dengan Miosen secara berurutan waktunya tercndapkan Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air Bcnakat, dan Formasi Muara Enim. Pada Pliosen-Plistosen berkembang tektonik kompresi yang menyebabkan terbcntuknya sesar berbalik berorientasi barat laut - tenggara dan sesar normal berorientasi timur laut barat daya. Selain itu, sesar turun di Sebelah barat Lapangan PT. yang berarah utara timur laut - selatan barat daya ini mengalami perubahan arah pergerakan, sehingga menjadi sesar gunting akibat dari adanya kontak batuan yang
bervariasi densitas dan jenisnya.
Pergerakan sesar-sesar pada fase ini juga menyebabkan granit di Lapangan PT terekahkan. Bersamaan dengan rezim tektonik ini terendapkan Formasi Kasai. KESIMPULAN Batuan dasar granitik pada Lapangan PT yang dapat menjadi reservoir hidrokarbon sebagai target utama adalah: Granit terekahkan berumur Eosen Akhir, lapuk dengan intensitas ubahan ringan sampai sedang dengan komposisi mineral ubahan 5,60% - 32,000/0. Top satuan inijatuh pada defleksi membesar gamma ray. Nilai log rata-rata tiap sumur bervariasi untuk gamma ray 235 - 406 API, resistivitas 16,1 - 801 ohm-M, densitas 2,25-2,54 g/cc, dan porositas neutron 0,058 - 0,201 npu. Adanya rekahan ditunjukan oleh defleksi membesar spektral uranium, pergerakan kurva MSFL yang cepat, separasi log LLD dan LLS, serta nilai anomali sonik yang meningkat secara tajam. Dari analisis inti pemboran pada kondisi NOB porositasnya 11,8% 20,7% atau cukup sampai baik sekali, dan permeabilitas horizontal 1,19 - 46,4md atau ketat sampai baik. pada seismik, top satuan ini jatuh pada peak di antara sedimen yang onlap dan granit segar bertekstur reflection free. Ketebalan satuan ini adalah 31 - 323 ft pada kedalaman 4223 - 5233 ft SSTVD. DST terbaik pada Sumur PTD-2 sebesar 1044 BOPD. Satuan ini tersebar di seluruh area Lapangan PT dan terbukti bahwa akumulasi hidrokarbon terdapat pada lereng tinggian. Pada bagian lereng sampai
puncak tinggian, di atas satuan ini
terdapat Satuan Granit terlapukkan yang semakin ke puncak tinggian semakin tebal pelapukannya. Granite wash yang berkembang pada dasar lereng baratdaya tinggian dengan ketebalan 33 -
235 ft pada kedalaman 4674 4931 ft SSTVD. Nilai log rata-rata
untuk gamma ray 360 - 386 API, resistivitas 5,36 - 166 ohm-M, densitas 2,36 - 2,38 g/cc, dan porositas neutron O, 162 - 0, 185 npu. DST terbaik pada Sumur WPT-2 yaitu 23.8 BOPD.
Analisis Arah Tegasan Kekar Dan Sesar Untuk Mengetahu Pola Struktur Geologi Dan Korelasinya Terhadap Kondisi Struktur Geologi Pulau Jawa Di Sungai Banyumeneng