Anda di halaman 1dari 6

Pendeteksian rekahan pada granit

secara tidak langsung dengan


data wireline log, ditunjukan oleh
terdapat
defleksi
spektral
uranium ke angka yang tinggi,
pergerakan
kurva
mikroresistivitas
(MSFL)
yang
cepat, dan harga anomali sonik
yang mengalami
peningkatan
secara tajam dibandingkan harga
sonik di batuan di atas atau
bawahnya
(Gambar
6
dan
Gambar 7).
Granit
terlapukkan
(weatheredgranite)
yang
terbentuk karena batuan granit
tersingkap
ke
permukaan,
kemudian mengalami pelapuk- an
dan alterasi argilik sehingga
batuan
menjadi
kedap,
dan
berfungsi baik sebagai batuan
penudung.
Batuan
granit
terlapukkan terdapat pada bagian
atas tubuh intrusi dan lereng
namun tidak hadir pada lembah.
Ketebalannya bervariasi 12 ft
yang berada pada kedalaman
4215ft SSTVD sampai 4970 ft
SSTVD.
Karena
terbentuknya
mineral lempung yang konduktif
seperti klorit dan kaolinit akibat
adanya proses pelapukan, maka
resisitivitas
batuan
granit
terlapukkan lebih rendah daripada
granit
terekahkan
dan
Real
basement yaitu berkisar 3,87 81,5 ohm-M. Selain itu gamma
ray nya berkisar 98,7 - 250 API
lebih rendah daripada granit
terekahkan. Densitasnya 2,34 2,53 g/cc, porositas neutron 0,083
- 0,206 npu, dan log soniknya
67,6-101 gs/ft.
Granite
wash
memiliki
karakteristik yang hampir sama
dengan granit terekahkan, yaitu
gamma ray 360 - 386 API, namun

memiliki porositas relatif lebih


besar daripada granit terekahkan
yaitu berkisar antara 0,162 0,185 npu. Densitas relatif lebih
rendah
daripada
granit
terekahkan yaitu 2,36 - 2,38 g/cc,
dan resistivitas lebih rendah
daripada Granit terekahkan yaitu
5,39 - 166 ohm-M. Vsh-nya 0,316
- 0,612 dan log soniknya 91,2 92,9 s/ft. Ketebalan satuan ini
adalah 33 - 296 ft, berada pada
kedalaman 4674 ft SSTVD sampai
dengan 4931 ft SSTVD.
Di
bawah
Satuan
Granit
terekahkan terdapat Satuan Real
basement, merupakan litologi
batuan dasar-yeng tidak ekonomis
atau tidak dapat berpotensi
sebagai reservoir hidrokarbon,
karena dari data drill stem test
tidak mengandung fluida dengan
total gas yang kecil kurang dari
100 unit. Dari wireline log, nilai
log gamma ray-nya tinggi yaitu
berkisar dari 259 - 431 API,
resistivitasnya 19,0-6092 ohm-M,
densitasnya2,12 -2,61 g/cc, log
porositas neutron yang rendah
berkisar antara 0,014 0,274
npu, dan log soniknya 52,2 72,0
/ft.
Korelasi
Stratigrafi

Struktur

dan

Korelasi yang dilakukan dibagi


dalam tiga lintasan. Lintasan
pertama
mengkorelasi
sumur
WPT-2, PTD-6, WPT-6, PTD-3, dan
PTD-7.
Lintasan
kedua
mengkorelasi sumur PT-I, PTD-I l,
PTD-IO, PTD-2, PT-2. Lintasan
ketiga mengkorelasi sumur WPT5, PTD-9, PTD-8, PT-3, PTD-I, dan
PTD-4 (Gambar 8 dan 9. Dari
korelasi struktur yang dilakukan
diketahui bahwapada Sumur PTD-I
, posiS1 batuan dasar granitiknya

adalah paling tinggi, sedangkan


posisi batuan dasar granitik yang
tergolong di bawah daripada
sumur-sumur lainnya yaitu pada
Sumur WPT-2, WPT-5, WPT-6, PTDIO, dan PTD-II. Sementara itu,
sumur-sumur yang posisinya di
bagian lerengadalah PT-3,PTD-2,
PTD-3, PTD-4, PTD-6, PTD-7, PTD8, dan PTD-9. Satuan Granit
Terekahkan berkembang pada
semua sumur, sedangkan Granit
Terlapukkan hanya berkembang
pada sumur yang posisinya di
puncak sampai lereng yaitu
hampir pada semua sumur keculi
sumur WPT-2 dan WPT-5. Pada
kedua sumur ini yaitu Sumur WPT2 dan WPT-5 berkembang Satuan
Granite wash yang posisinya
relatif
berada
lebih
bawah
daripada sumur-sumur lainnya.
Korelasi stratigrafi yang dilakukan
adalah korelasi di-flatten pada
batas atas For- masi Talang Akar
Bagian Bawah (LTAF). Korelasi ini
bertujuan
untuk
mengetahui
struktur
batuan
dasar
atau
paleogeografi
sebelum
terendapkannya sedimen LTAF
dan kemenerusan sedimentasi
Formasi
Talang
Akar
Bawah
sebelum
terganggu
struktur
geologi yang terbentuk pada fase
kompresi Plio-Plistosen.
Dari hasil korelasi stratigrafi
diketahui
bahwa
LTAF
pada
daerah penelitian adalah sedimen
yang melampar pada semua
bagian Lapangan PT. sedimen
Formasi Talang Akar Bagian
Bawah akan lebih menebal pada
bagian rendahan dan lebih tipis di
bagian puncak. Hal ini dikontrol
oleh proses sedlmentasi LTAF
pada lingkungan darat atau
tepatnya sungai teranyam dan

berubah menjadi shallow marine


channel.
Setelah
pembentukan
intrusi
granit terjadi proses pelapukan
dan pembentukan rekahan akibat
adanya
gaya
ckstensi
yang
bekerja sejak Kapur sampai
Tersiar Awai. Pada Tersier Awai
terjadi longsoran-longsoran akibat
lereng yang curam dan batuan
yang
rapuh,
kemudian
terendapkan Granite wash yang
berkembang pada dasar tebing
sebagai hasil sedimentasi oleh
proses longsoran dari bukit intrusi
granit. Satuan Granite wash yang
terdeteksi pada sumur WPT-2 dan
WPT-5 hanya terdapat pada
bagian-bagian tertentu dan relatif
kemudian terlindung dari erosi
Oleh air yang mengalir pada
(LTAF-C) channel. Endapan di
atasnya adalah endapan limbah
banjir yang berupa lempung
karena posisinya lebih tinggi
daripada channel. Di antara
dataran limbah banjir terdapat
topografi yang lebih rendah dan
berkembang
Inuicled
channel
yang
mengendapkan
LTAF-B.
Karena adanya transgresi dan
penurunan,
kemudian
berkembang
LTAF-A
sebagai
sedimen shallow marine channel
di atas LTAF-B.
Interpretasi Data Seismik 3-D
dan Peta Struktur Waktu dan
Kedalaman
Berdasarkan
cekshot
yang
tersedia, top Granit terekahkan
dan Granit terlapukkan jatuh pada
amplitudO positif atau peak,
begitu pula Granite wash jatuh
pada peak yang sama, sedangkan
Real basement jatuh pada
amplitudo negatif atau trough.
Batuan dasar lapangan PT berupa

granit yang cenderung lapuk dan


terekahkan,
sehingga
proses
pelapukan
itu
menyebabkan
karakteristik seismik batuan dasar
tidak
sepenuhnya
bertekstur
reflection free. oleh sebab itu,
dalam penelusuran top horizon
batuan dasar terekahkan dan
terlapukkan ini, prinsip posisi top
horizon ini adalah di bawah
sedimen yang onlap dan di atas
batuan granit yang segar yang
bertekstur reflection free (Gambar
10).
Dari peta struktur waktu (Gambar
11) dan peta struktur kedalaman
terlihat adanya bukit intrusi granit
yang memanjang dan berorientasi
utara-selatan. Kedalaman puncak
intrusi granit adalah 4440 ft yaitu
posisinya di sebelah barat daya
dari sumur PTD-1; sedangkan
kontur terendah di lapangan PT
adalah di bagian tenggara. pada
titik elevasi lebih tinggi, batuan
akan lebih mudah lapuk daripada
yang ada di bagian bawah. Selain
itu, efek dari adanya bukit ini
akan
mengontrol
pula
sedimentasi Formasi Talang Akar
Bagian Bawah, sehingga formasi
ini akan onlap terhadap bukit
intrusi.
Pada
Lapangan
PT.
terdapat
beberapa
kelompok
struktur geologi (Gambar 12),
yaitu:
1. Sebuah sesar berbalik sebagai
batas Timur Lapangan PT.
Sesar
yang
besar
ini
berorientasi
barat
laut
tenggara. yang terbentuk oleh
gaya
kompresi
Pliosen
Plistosen.
2. Sebuah
sesar
normal
berorientasi utara - selatan,
yang terbentuk oleh gaya
ekstensi Jura - Tersier Awal.

3. Sebuah sesaryang berorientasi


utara bamt laut - selatan
tenggara sebagai batas barat
Lapangan PT. Berdasarkan
pergerakannya.
sesar
ini
diinterpretasikan
sebagai
sesar
gunting.
Sesar
ini
awalnya
merupakan
sesar
normal tua yang terbentuk
oleh gaya kompresi pada Jura
- Kapur, dan berkembang
menjadi sesar gunting akibat
gaya
kompresi
PliosenPlistosen.
4. Enam buah sesar normal
berorientasi timur laut - barat
daya. yang terbentuk Oleh
gaya
kompresi
PliosenPlistosen.
Fasies Batuan Dasar Granitis
Karena dalam satu peak terdapat
tiga top horizon, maka dalam
pemetaan sebaran fasies batuan
dasar granitik yang dapat menjadi
reservoir
hidrokarbon,
ketiga
horizon dipetakan menjadi satu
horizon,
kemudian
variasinya
diketahui dengan melihat data
sumur dan mempertimbangkan
paleogeografi atau posisl relatif
sumur
satu
dengan
lainnya
sebelum terendapkannya Fonnasi
Talang Akar Bawah, dan bisa
dilihat dari korelasi stratigrafi
yang dilakukan (gambar 13).
Granit di lapangan ini mengalami
perekahan dan tersebar pada
seluruh bagian dari Lapangan PT
yang disebabkan oleh proses
tektonik
yang
mempengaruhi
batuan granit di lapangan ini. Di
atas Satuan Granit terekahkan ini
terdapat
satuan
Granit
terlapukkan dengan intensitas
pelapukan yang berbeda-beda
bergantung pada elevasi, posisi,
dan adanya erosi. Sehingga pada

puncak bukit, batuan granitnya


akan mengalamai pelapukan lebih
tebal daripada yang di lereng.
Pada lembah yang biasanya
menjadi
penyaluran
air,
pelapukan tidak terjadi. Pada
bagian dasar lereng di sebelah
barat laut berkembang Satuan
Granite wash yang terangkut dari
puncak dan lereng bukit dengan
jarak yang dekat dan sistem
aliran
debris,
sehingga
karakteristiknya mirip dengan
granit yang insitu.
Lowest Known Oil (LKO) dan
Lowest Known Gas (LKG)
Dari hasil uji, laju alir minyak
terbaik di La- pangan PT pada
interval
Granit
terekahkan
terdapat pada sumur PTD-2 yaitu
sebesar 1044 BOPD. Sementara
DST minyak dan gas terbaik
terdapat pada sumur PT-2 yaitu
sebesar 928.0 BOPD dan 0.712
MM
CFGPD.
Sementara
itu
reservoir Granite wash memiliki
laju alir yang terbaik, yaitu
sebesar 23.8 BOPD pada sumur
WPT-2; sedangkan pada interval
LTAF-Ayang litologinya batupasir
dan
interval
LTAF-B
yang
litologinya
batupasir
konglomeratan laju alir minyak
520.0 BOPD, 0449 MM CFGPD,
dan 149.0 BWPD di sumur PT-2.
Lowest Known Oil (LKO) diketahui
dari DST di Sumur WPT-2 yaitu
pada kedalaman 4920 ft SST V D,
sedangkan Lowest Known Gas
(LKG) diketahui dari DST di sumur
PTD-4 yaitu pada kedalaman 4593
ft
SSTVD
(Gambar
14).
Ketidak
hadiran
fluida
pada
reservoir granitis di sumur PTD-4
yang secara posisi berdekatan
dengan
sumur
PT-3
adalah
diakibatkan
oleh
konektivitas

yang buruk dari reservoir batuan


dasar Granit terekahkan (Gambar
15). Sehingga lebih ke bagian
tengah tubuh intrusi biasanya
lebih kecil kemungkinan batuan
dasar Granit terekahkan dapat
menyimpan hidrokarbon, kecuali
jika reservoir terisi oleh proses
migrasi hidrokarbon ke arah
bawah (downward) dari sedimen
di atasnya terjadi. Namun dari
penelitian ini belum terdapat
bukti untuk membuktikan bahwa
dapat terjadinya migrasi ke arah
bawah dari sedimen di atas
batuan dasar menuju reservoir
batuan dasar granitis di Lapangan
PT.
Rekonstruksi
Sejarah
Geologi
Rekonstruksi
sejarah
geologi
dibantu dengan line seismik yang
melalui Lapangan PT dapat dilihat
pada Gambar 16.
Pada Jura Awal atau 180.44
3.58juta
tahun
lalu,
sesuai
dengan
hasil
penarikhan
radioaktif batuan granit pada
salah satu sumur eksplOrasi di
sebelah barat Lapangan PT.
tedadi intrusi yang membentuk
batolit. Sejak Jura - Kapur,
Cekungan
Sumatra
Selatan
berada pada rezim kompresi.
Akibatnya pada bagian barat
Lapangan PT terbentuk sesar
berarah utara barat laut - selatan
tenggara
yang
menurut
Pulonggono (1992) berdasarkan
arahnya diinterpretasikan sebagai
sesar normal. Kemudian pada
Kapur Akhir - Tersier Awai,
Cekungan
Sumatra
Selatan
dipengaruhi oleh gaya ekstensi,
sehingga sesar utara barat taut selatan tenggara ini masih tetap
berkembang
sebagai
sesar
normal.

Adanya sesar normal di alas


terbentuknya zona lemah yang
mtldah terintrusi, sehingga terjadi
intnusi gmnit di Lapangan PT.
pada Eosen Akhir atau tepatnya
34.30 juta tahun lalu sesuai
dengan
hasil
pertarikhan
radioaktif di sumur PT- 1. Seiring
dengan perubahan rezim tektonik
ekstensi yang masih berlangsung
sejak Kapur Akhir sampai Tersier
Awai. sesar nonnat yang berarah
utara
barat
laut
sclatan
tenggara ini masih aktif bergerak
ekstensif ,dan dalam kondisi
batuan granit di Lapangan PT.
tersingkap
diperrnukaan
atau
dalam
kondisi
overbumien
minimum, sehingga batuan granit
ini
akan
mudah
mengalami
rekahan-rekahan sekunder yang
terbuka.
Selain
itu,
disaat
bersamaan terbentuk pula sesar
normal berarah utara - selatan
akibat gaya ekstensi dan juga
berkembang proses pelapukan
dan
emsi.
Kemudian
pada
Oligosen Akhir sampai dengan
Miosen
secara
berurutan
waktunya tercndapkan Formasi
Talang Akar, Formasi Baturaja,
Formasi
Gumai,
Formasi
Air
Bcnakat, dan Formasi Muara
Enim.
Pada
Pliosen-Plistosen
berkembang tektonik kompresi
yang menyebabkan terbcntuknya
sesar berbalik berorientasi barat
laut - tenggara dan sesar normal
berorientasi timur laut barat daya.
Selain itu, sesar turun di Sebelah
barat Lapangan PT. yang berarah
utara timur laut - selatan barat
daya ini mengalami perubahan
arah
pergerakan,
sehingga
menjadi sesar gunting akibat dari
adanya kontak batuan yang

bervariasi densitas dan jenisnya.


Pergerakan sesar-sesar pada fase
ini juga menyebabkan granit di
Lapangan
PT
terekahkan.
Bersamaan dengan rezim tektonik
ini terendapkan Formasi Kasai.
KESIMPULAN
Batuan
dasar
granitik
pada
Lapangan PT yang dapat menjadi
reservoir hidrokarbon sebagai
target utama adalah:
Granit terekahkan berumur Eosen
Akhir, lapuk dengan intensitas
ubahan ringan sampai sedang
dengan komposisi mineral ubahan
5,60% - 32,000/0. Top satuan
inijatuh pada defleksi membesar
gamma ray. Nilai log rata-rata tiap
sumur bervariasi untuk gamma
ray 235 - 406 API, resistivitas 16,1
- 801 ohm-M, densitas 2,25-2,54
g/cc, dan porositas neutron 0,058
- 0,201 npu. Adanya rekahan
ditunjukan
oleh
defleksi
membesar
spektral
uranium,
pergerakan kurva MSFL yang
cepat, separasi log LLD dan LLS,
serta nilai anomali sonik yang
meningkat secara tajam. Dari
analisis inti pemboran pada
kondisi NOB porositasnya 11,8% 20,7% atau cukup sampai baik
sekali,
dan
permeabilitas
horizontal 1,19 - 46,4md atau
ketat sampai baik. pada seismik,
top satuan ini jatuh pada peak di
antara sedimen yang onlap dan
granit segar bertekstur reflection
free. Ketebalan satuan ini adalah
31 - 323 ft pada kedalaman 4223
- 5233 ft SSTVD. DST terbaik pada
Sumur PTD-2 sebesar 1044 BOPD.
Satuan ini tersebar di seluruh
area Lapangan PT dan terbukti
bahwa akumulasi hidrokarbon
terdapat pada lereng tinggian.
Pada
bagian
lereng
sampai

puncak tinggian, di atas satuan ini


terdapat
Satuan
Granit
terlapukkan yang semakin ke
puncak tinggian semakin tebal
pelapukannya.
Granite wash yang berkembang
pada dasar lereng baratdaya
tinggian dengan ketebalan 33 -

235 ft pada kedalaman 4674 4931 ft SSTVD. Nilai log rata-rata


untuk gamma ray 360 - 386 API,
resistivitas 5,36 - 166 ohm-M,
densitas 2,36 - 2,38 g/cc, dan
porositas neutron O, 162 - 0, 185
npu. DST terbaik pada Sumur
WPT-2 yaitu 23.8 BOPD.

Anda mungkin juga menyukai