KAJIAN PUSTAKA
Batuan metamorf atau bisa disebut juga dengan batuan malihan adalah
salah satu kelompok utama batuan yang hasil dari transformasi atau ubahan dari
suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu metode yang
disebut dengan metamorfisme, yang berarti perubahan bentuk. Batuan asal atau
protolith yang dikenai panas (lebih tidak kecil dari 150 derajat Celsius) serta
tekanan ekstrem (1500 bar), akan mengalami suatu perubahan fisika dan/atau
kimia yang lebih besar. Protolith bisa berupa batuan sedimen, batuan beku,
ataupun batuan metamorf lain yang lebih tua.
Batuan metamorf membentuk bagian yang sangat besar dari kerak bumi
dan diklasifikasikan berdasarkan dengan struktur, selain itu juga oleh susunan
mineral dan susunan kimianya (fasies metamorfik). Batuan varian ini
bisa terbentuk sebagai selaku, ala, menurut, mudah akibat berada di dalam
kedalaman tinggi, mengalami suhu tinggi dan sebuah tekanan lebih besar dari
lapisan batuan pada atasnya. Mereka bisa terbentuk dari proses tektonik misalnya
tabrakan benua, yang mengakibatkan suatu tekanan horisontal, gesekan lalu
distorsi.
Mereka juga terbentuk ketika batuan terpanaskan akibat dari intrusi dari
batuan cair dan panas yang dianggap magma dari interior bumi. Studi tentang
batuan metamorf (yang sekarang tersingkap di permukaan bumi gara-gara erosi
dan pengangkatan) memberikan informasi tentang suhu lalu tekanan yang terjadi
dalam kedalaman yang besar di kerak bumi. Beberapa contoh dari batuan
metamorf yaitu record, filit, sekis, gneis, dan lain sebagainya (Bitar, 2016).
2.3.3 Waktu
Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses metamorfisme
tidaklah mudah dan sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana caranya.
Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa di bawah tekanan
suhu tinggi serta waktu reasi yang lama akan menghasilkan kristal dengan
ukuran yang besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya dihasilkan kristal yang
kecil. Dengan demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan
berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta
suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus, waktunya
pendek serta suhu dan tekanan yang rendah. Batuan metamorf terbentuk akibat
perubahan tekanan dan atau temperatur, dalam keadaan padat serta tanpa
merubah komposisi kimia batuan asalnya (Prabowo, 2015).
2.5.1.2. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi
terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral
pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)
2.5.1.3. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic
atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang
sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
2.5.1.4. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic
(mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus
melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
2.5.2.2. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar
dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini
terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite
(kataklasit).