PENDAHULUAN
1
berbeda satu dengan lainnya sehingga dapat diketahui tingkat atau derajat
kekeringan yang terjadi.
Analisis keterkaitan antara karakter kekeringan dengan indeks adalah upaya
untuk menerjemahkan nilai-nilai dari indeks atau derajat kekeringan ke dalam
besaran fisik yang menunjukkan sifat-sifat dari parameter kekeringan yang diolah
berdasarkan data curah hujan. Delineasi wilayah rawan kekeringan adalah
tahapan menggambarkan kondisi dan sifat kekeringan di lokasi penelitian melalui
informasi secara spasial dalam bentuk peta sehingga dapat dilihat sebaran wilayah
yang mengalami kekeringan berdasarkan kriteria pada nilai indeks kekeringannya
(Suryanti 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
kekeringan yang sering digunakan untuk mengidentifikasi peristiwa kekeringan
dan untuk mengevaluasi tingkat kekeringan berdasarkan nilai-nilai dari
klasifikasi tingkat kekeringannya (McKee et al. 1993).
Menurut Bordi et al. (2009), SPI banyak digunakan karena dapat
memberikan perbandingan yang handal dan relatif mudah digunakan pada
kondisi iklim dan tempat yang berbeda. Metode ini dapat menggambarkan
dampak kekeringan baik jangka pendek maupun jangka panjang karena
menggunakan data statistik yang konsisten. Bersadasarkan deklarasi Lincoln
Decralation on droght Indices yang dihasilkandari Workshop on Indices and
Early Warning System for Drought di University of Nebraska-Lincoln myatakan
bahwa SPI akan mencerminkan sifat kekeringan meteorologi di Seluruh dunia.
Kelebihan SPI adalah sederhana dengan input hujan serta mampu
menjelaskan kekeringan menggunkan skala waktu, dan dapat mengidentifikasi
kering dan basah dengan cara yang sama. Kelemaha SPI adalah menggukan seri
waktu variable hujan yang cukup panjang dan handal dan hanya dapat
menjelaskan kekeringan meteorologi. Skala waktu mencerminkan kondisi
propogasi air hujan menjadi siklus hidrologi seperti pada skala waktu satubulan,
tiga bulan, enam bulan sapai 12 bulan (Bokal 2011).
Penelitian ini menggunakan metode SPI pada skala waktu satu bulan. Menurut
BMKG (2013) SPI merupak indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan
curah hujan terhadap normalnya, dalam satu periode waktu yang panjang (bulanan,
dua bulanan, tida bulanan dst.). Nilai SPI dihitung menggunakan metoda statistik
probalistik berdasarkan selisih antara hujan yang sebenarnya terjadi dengan rata-rata
menggunakan skala waktu tertentu, dibagi dengan simpangan bakunya. Metode yang
digunakan untuk menghilangkan faktor musim pada deret data dengan sebaran
bulanan dilakukan transformasi data dengan mengubah data menjadi peluang kumulatif
dengan jenis distribusi Gamma. Selanjutnya diubah menjadi bentuk distribusi Normal
Baku (standar) dan nilai yang dihasilkan merupakan indeks kekeringan SPI. Derdasarkan
nilai SPI tingkat kekeringan dan kebasahan dapat dikategorikan sebagai berikut:
3
Nilai SPI Kategori
≥2 Sangat Basah
1.50 s/d 1.99 Basah
1.00 s/d 1.49 Agak Basah
-0.99 s/d 0.99 Normal
-1.00 s/d -1.49 Agak Kering
-1.50 s/d -1.99 Kering
≤ -2 Sangat Kering
2.2 Kekeringan
Kekeringan diawali dengan berkurangnya jumlah curah hujan dibawah
normal pada satu musim, kejadian ini adalah kekeringan meteorologis yang
merupakan tanda awal dari terjadinya kekeringan. Tahapan selanjutnya adalah
berkurangnya kondisi air tanah yang menyebabkan terjadinya stress pada
tanaman (disebut kekeringan pertanian), Tahapan selanjutnya terjadinya
kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah yang ditandai menurunya tinggi
muka air sungai ataupun danau (disebut kekeringan hidrologis). Kekeringan
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kekeringan Meteorologi (Meteorology Drought) Didefiniskan sebagai
kekurangan hujan dari yang normal atau diharapkan selama periode waktu
tertentu. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi
pertama terjadinya kondisi kekeringan.
2. Kekeringan Pertanian (Agricultural Drought) Kekeringan pertanian ini
terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan meteorologis. Kekeringan ini
berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas
tanah) sehingga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman
pada suatu periode tertentu. Dicirikan dengan kekurangan lengas tanah,
3. Kekeringan Hidrologi (Hydrological Drought) Didefinisikan sebagai
kekurangan pasok air permukaan dan air tanah dalam bentuk air di danau
4
dan waduk, aliran sungai, dan muka air tanah. Kekeringan hidrologis
diukur dari ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah.
5
Data pedugaan curah hujan TRMM yang didapatkan adalah nilai curah
hujan hujan harian maka data yang di dapatkan dijumlahkan setiap bulan
untuk mendapakan nilai curah hujan bulanan tahun. Perhitungan nilai rata-rata
curah hujan bulan dengan menggunakan persamaan berikut:
keterangan:
µ = Rata-rata curah hujan bulanan
X = Curah hujan bulanan (mm)
N = Jumlah hari setiap bulan
2. Menghitung standar deviasi curah hujan bulanan
Standar deviasi dihitung menggunakan persamaan berikut:
keterangan :
S = Standar deviasi curah hujan bulanan
X2 = Rata-rata curah hujan bulanan tahun
X1= Rata-rata curah hujan bulan
n = Jumlah tahun
Keterangan:
Z = Indeks kekeringan
X1 = Rata-rata hujan bulanan tahun
X2= Rata-rata hujan bulan
S= Simapanganbaku bulan
SPI merupak indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan
curah hujan terhadap normalnya, dalam satu periode waktu yang panjang
(bulanan, dua bulanan, tida bulanan dst.).
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Cara perhitungan
1. Menghitung rata-rata curah hujan bulanan
THN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
2008 35,94 36,61 29,24 21,00 11,67 14,00 0,00 10,00 22,50 8,33 23,60 23,29
2009 52,19 45,37 25,33 24,80 23,17 16,00 10,00 20,00 0,00 0,00 33,57 33,09
2010 31,44 28,57 38,57 32,69 0,00 27,00 27,00 16,63 17,93 18,21 22,92 30,32
2011 44,74 14,71 44,29 29,21 24,75 0,00 0,00 0,00 0,00 25,00 32,60 36,30
2012 30,53 27,00 27,00 15,26 12,38 20,00 0,00 0,00 4,00 29,25 17,27 15,33
2013 48,07 45,87 25,63 33,80 9,75 7,31 8,29 0,00 0,00 7,33 24,45 28,45
2014 32,54 15,50 15,44 20,00 12,64 0,00 4,25 3,25 0,00 0,00 0,00 0,00
2015 36,70 19,64 25,56 14,15 6,33 4,50 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 42,15
2016 8,67 0,00 0,00 14,50 14,88 9,90 13,20 1,00 5,50 17,75 20,58 21,11
2017 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Table 1.1 rata-rata curah hujan tahunan stasiun maroangin
bulan dibagi dengan jumlah tahun yang ada dalan satu stasiun.
S = 27,129
NO X2 X1 µ S
7
1 19,68 1,30922 0,66 27,1289
2 23,63 0,79 45,518
3 24,27 0,81 48,10
4 20,97 0,70 35,63
5 16,50 0,55 21,69
6 19,91 0,66 32,04
7 8,63 0,29 5,21
8 12,71 0,42 12,47
9 10,59 0,35 8,35
10 0,21 0,01 -1,00
Table 1.2 rata-rata curah hujan
3. Mengklasifikasikan indeks kekeringan
Indeks kekeringan SPI dihitung menggunakan persamaan berikut:
NO X2 X1 µ S Z
1 19,68 1,30922 0,66 27,1289 0,68
2 23,63 0,79 45,518 0,52
3 24,27 0,81 48,10 0,50
4 20,97 0,70 35,63 0,59
5 16,50 0,55 21,69 0,76
6 19,91 0,66 32,04 0,62
7 8,63 0,29 5,21 1,66
8 12,71 0,42 12,47 1,02
9 10,59 0,35 8,35 1,27
10 0,21 0,01 -1,00 -0,21
8
Nilai SPI Kategori
≥2 Sangat Basah
1.50 s/d 1.99 Basah
1.00 s/d 1.49 Agak Basah
-0.99 s/d 0.99 Normal
-1.00 s/d -1.49 Agak Kering
-1.50 s/d -1.99 Kering
≤ -2 Sangat Kering
3.2 Hasil
3.2.1 Stasiun Maroangin
1. Curah hujan stasiun Maroangin
THN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
2008 35,94 36,61 29,24 21,00 11,67 14,00 0,00 10,00 22,50 8,33 23,60 23,29
2009 52,19 45,37 25,33 24,80 23,17 16,00 10,00 20,00 0,00 0,00 33,57 33,09
2010 31,44 28,57 38,57 32,69 0,00 27,00 27,00 16,63 17,93 18,21 22,92 30,32
2011 44,74 14,71 44,29 29,21 24,75 0,00 0,00 0,00 0,00 25,00 32,60 36,30
2012 30,53 27,00 27,00 15,26 12,38 20,00 0,00 0,00 4,00 29,25 17,27 15,33
2013 48,07 45,87 25,63 33,80 9,75 7,31 8,29 0,00 0,00 7,33 24,45 28,45
2014 32,54 15,50 15,44 20,00 12,64 0,00 4,25 3,25 0,00 0,00 0,00 0,00
2015 36,70 19,64 25,56 14,15 6,33 4,50 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 42,15
2016 8,67 0,00 0,00 14,50 14,88 9,90 13,20 1,00 5,50 17,75 20,58 21,11
2017 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9
1 19,68 1,30922 0,66 27,1289 0,68
2 23,63 0,79 45,518 0,52
3 24,27 0,81 48,10 0,50
4 20,97 0,70 35,63 0,59
5 16,50 0,55 21,69 0,76
6 19,91 0,66 32,04 0,62
7 8,63 0,29 5,21 1,66
8 12,71 0,42 12,47 1,02
9 10,59 0,35 8,35 1,27
10 0,21 0,01 -1,00 -0,21
10
2014 144 26 19 22 23 12 5 3 0 0 0 0
2015 44 28 33 27 8 23 0 0 0 0 0 21
2016 27 42 27 22 10 26 34 0 15 21 0 0
47 23 28 20 24 21 0 0 0 0 14 36
2017
NO X2 X1 µ S Z
11
THN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
2007 39,00 37,00 25,00 19,00 23,00 11,00 5,00 0,00 27,00 19,00 11,00 38,00
2008 34,00 37,00 36,00 20,00 8,00 36,00 10,00 9,00 15,00 19,00 18,00 35,00
2009 52,00 33,00 18,00 31,00 19,00 8,00 9,00 0,00 0,00 25,00 22,00 33,00
2010 39,00 29,00 23,00 14,00 23,00 15,00 20,00 15,00 19,00 20,00 21,00 27,00
2011 43,00 41,00 25,00 21,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14,00 25,00 30,00
2012 36,00 32,00 43,00 26,00 18,00 18,00 15,00 0,00 0,00 28,00 21,00 26,00
2013 56,00 38,00 29,00 34,00 14,00 20,00 14,00 0,00 17,00 17,00 29,00 37,00
2014 38,00 25,00 25,00 33,00 16,00 4,00 7,00 9,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2015 41,00 30,00 32,00 23,00 41,00 18,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23,00 50,00
2016 34,00 44,00 27,00 29,00 31,00 20,00 41,00 0,00 33,00 29,00 18,00 27,00
12
2. Hasil perhitungan indeks kekeringan stasiun Bontibonti
NO X2 X1 µ S Z
1 21,17 1,79236 0,71 30,2803 0,64
2 23,08 0,77 43,4034 0,53
3 20,83 0,69 35,17 0,59
4 22,08 0,74 39,64 0,56
5 18,25 0,61 26,76 0,68
6 21,92 0,73 39,03 0,56
7 25,42 0,85 52,83 0,48
8 13,08 0,44 13,26 0,99
9 21,50 0,72 37,52 0,57
10 27,75 0,93 63,17 0,44
THN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
13
2007 24,00 36,00 23,00 33,00 28,00 10,00 0,00 0,00 32,00 12,00 22,00 50,00
2008 20,00 89,00 37,00 15,00 0,00 31,00 7,00 43,00 5,00 25,00 17,00 44,00
2009 46,00 39,00 23,00 21,00 15,00 4,00 18,00 11,00 0,00 20,00 18,00 17,00
2010 21,00 17,00 21,00 17,00 22,00 16,00 16,00 15,00 16,00 12,00 19,00 25,00
2011 17,00 13,00 13,00 19,00 44,00 5,00 0,00 0,00 0,00 8,00 20,00 34,00
2012 29,00 35,00 25,00 19,00 19,00 11,00 8,00 4,00 4,00 28,00 18,00 24,00
2013 48,00 43,00 20,00 33,00 12,00 16,00 15,00 2,00 0,00 14,00 42,00 47,00
2014 37,00 19,00 34,00 28,00 18,00 4,00 8,00 2,00 0,00 0,00 12,00 36,00
2015 37,00 27,00 38,00 46,00 18,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8,00 44,00
2016 12,00 34,00 24,00 24,00 11,00 31,00 13,00 0,00 9,00 25,00 16,00 20,00
14
Dari hasil perhitungan indeks kekeringan di stasiun panyalingan yang
diperolah, tidak terdapat nilai kekeringan disetiap tahunnya dapat dilihat pada
tahun 2007 dan 2016 semua tergolong dalam keadaan normal.
3.2.5 Stasiun Salojirang
1. Curah hujan stasiun Salojirang
THN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
2006 29,00 34,00 38,00 40,00 14,00 16,00 7,00 0,00 0,00 0,00 10,00 29,00
2007 33,00 36,00 26,00 24,00 14,00 12,00 0,00 0,00 18,00 8,00 10,00 43,00
2008 27,00 27,00 30,00 26,00 8,00 7,00 6,00 6,00 0,00 13,00 15,00 52,00
2009 60,00 32,00 7,00 11,00 12,00 24,00 10,00 8,00 6,00 11,00 13,00 16,00
2010 41,00 18,00 39,00 14,00 23,00 12,00 19,00 8,00 10,00 12,00 19,00 24,00
2011 44,00 23,00 22,00 17,00 24,00 6,00 0,00 0,00 0,00 18,00 26,00 23,00
2012 33,00 22,00 24,00 15,00 18,00 16,00 12,00 0,00 0,00 24,00 22,00 24,00
2013 51,00 72,00 22,00 26,00 8,00 17,00 0,00 0,00 21,00 9,00 8,00 26,00
2014 35,00 24,00 2,00 14,00 23,00 6,00 13,00 8,00 0,00 0,00 7,00 22,00
2015 55,00 37,00 11,00 21,00 14,00 9,00 0,00 0,00 0,00 0,00 22,00 35,00
15
2009 0,71 Normal
2010 0,62 Normal
2011 0,71 Normal
2012 0,71 Normal
2013 0,57 Normal
2014 1,01 Agak basah
2015 0,74 Normal
THN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
2007 23,00 28,00 26,00 20,00 19,00 25,00 6,00 4,00 23,00 33,00 19,00 34,00
2008 33,00 40,00 27,00 34,00 25,00 13,00 17,00 13,00 3,00 23,00 35,00 38,00
2009 48,00 48,00 59,00 30,00 63,00 36,00 18,00 0,00 35,00 12,00 19,00 30,00
2010 55,00 34,00 49,00 26,00 21,00 22,00 21,00 24,00 33,00 33,00 65,00 33,00
2011 38,00 29,00 38,00 35,00 37,00 20,00 0,00 0,00 27,00 18,00 30,00 38,00
2012 46,00 45,00 39,00 9,00 45,00 48,00 0,00 0,00 32,00 38,00 34,00 75,00
2013 57,00 57,00 48,00 42,00 23,00 36,00 29,00 0,00 0,00 27,00 38,00 52,00
2014 6,00 9,00 4,00 7,00 4,00 2,00 8,00 0,00 0,00 1,00 7,00 9,00
2015 42,00 49,00 45,00 49,00 59,00 46,00 0,00 0,00 30,00 0,00 25,00 60,00
2016 30,00 37,00 37,00 43,00 29,00 25,00 44,00 25,00 36,00 20,00 25,00 30,00
2. Hasil perhitungan indeks kekeringan stasiun Lekopancing
NO X2 X1 µ S Z
1 21,67 2,32361 0,72 30,1795 0,64
2 25,08 0,84 51,4311 0,49
3 33,17 1,11 90,67 0,37
4 34,67 1,16 99,15 0,35
5 25,83 0,86 54,61 0,47
6 34,08 1,14 95,81 0,36
7 34,08 1,14 95,81 0,36
16
8 4,75 0,16 0,88 5,40
9 33,75 1,13 93,92 0,36
10 31,75 1,06 83,01 0,38
3. Indeks Kekeringan Maksimum Tahunan
Tahun Indeks Kekeringan Keterangan
2006 0,64 Normal
2007 0,49 Normal
2008 0,37 Normal
2009 0,35 Normal
2010 0,47 Normal
2011 0,36 Normal
2012 0,36 Normal
2013 5,40 Sangat basah
2014 0,36 Normal
2015 0,38 Normal
17
2016 138,00 287,00 213,00 221,00 156,00 128,00 170,00 38,00 64,00 196,00 198,00 292,00
THN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
2007 18,00 15,00 12,00 23,00 16,00 17,00 9,00 10,00 7,00 16,00 13,00 11,00
2008 21,00 23,00 14,00 17,00 20,00 7,00 22,00 21,00 29,00 23,00 15,00 17,00
18
2009 32,00 20,00 15,00 14,00 16,00 19,00 10,00 15,00 12,00 13,00 18,00 17,00
2010 30,00 33,00 23,00 15,00 14,00 16,00 11,00 0,00 0,00 21,00 15,00 14,00
2011 16,00 19,00 22,00 12,00 9,00 17,00 13,00 7,00 10,00 9,00 15,00 7,00
2012 39,00 13,00 20,00 11,00 24,00 14,00 15,00 14,00 14,00 16,00 14,00 19,00
2013 35,00 17,00 12,00 17,00 11,00 13,00 8,00 9,00 0,00 0,00 19,00 11,00
2014 18,00 18,00 40,00 19,00 13,00 22,00 4,00 12,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2015 27,00 25,00 11,00 14,00 10,00 7,00 26,00 15,00 13,00 15,00 19,00 9,00
2016 25,00 21,00 13,00 11,00 9,00 21,00 14,00 16,00 21,00 16,00 18,00 14,00
2. Hasil perhitungan indeks kekeringan stasiun Camba
NO X2 X1 µ S Z
1 13,92 1,23958 0,46 12,3924 1,02
2 19,08 0,64 29,3478 0,65
3 16,75 0,56 22,38 0,75
4 16,00 0,53 20,33 0,79
5 13,00 0,43 13,08 0,99
6 12,67 0,42 12,37 1,02
7 12,67 0,42 12,37 1,02
8 12,17 0,41 11,34 1,07
9 15,92 0,53 20,11 0,79
10 16,58 0,55 21,92 0,76
3. Indeks Kekeringan Maksimum Tahunan
Tahun Indeks Kekeringan Keterangan
2007 1,02 Agak basah
2008 0,65 Normal
2009 0,75 Normal
2010 0,79 Normal
2011 0,99 Normal
2012 1,02 Agak basah
2013 1,02 Agak basah
2014 1,07 Agak basah
2015 0,79 Normal
2016 0,76 Normal
Dari hasil perhitungan indeks kekeringan di stasiun Camba yang diperolah,
tidak terdapat nilai kekeringan disetiap tahunnya dapat dilihat pada tahun
2007 dan 2016 semua tergolong dalam keadaan normal bahkan agak basah.
19
3.3 Pembahasan
Kekeringan kerap terjadi namun sering tidak disadari kapan awal mulanya
terjadi bencana tersebut. Proses terjadinya kekeringan diawali dengan berkurangnnya
jumlah curah hujan dibawah normal pada satu musim. Berkurangnya nilai curah
hujan tersebut merupakan proses awal terjadinya kekeringan meteorologis. Nilai
curah hujan dugaan yang didapatkan dari data pengembangan sumber daya air
digunakan untuk menghitung nilai indeks kekeringan daerah bulukumba.
Nilai SPI yang dihitung adalah indeks kekeringan setiap staiun bulan dari
tahun 10 per stasiun. Sebelum menghitung nilai indeks kekeringan dilakukan
pengujian konsistensi data curah hujan yang digunakan. Uji konsistensi data
dilakaukan dengan mebandingkan nilai curahujan kumulatif rata-rata tahunan. Nilai
indeks kekeringan yang didapatkan pada semua stasiun di daerah Maros memiliki
nilai nilai maksimum sebesar 5,40 yang memiliki kriteria sangat basah dan nilai SPI
minimum -0,21 yang memiliki kriteria normal.
Secara keseluruhan dari tahun 2006 hingga 2016 pada stasiun Maroangin,
Manrimisi, Bontibonti, Panyalingan, Salojirang, Lekopancing, Langi serta Camba
pada setiap tahunnya tidak terdapat nilai kekeringan dapat dilihat dari nilai indeks
kekeringannya yang kebanyakan berkisar antara -0,21 hingga 1,00 yang menurut
pengklasifikasian statistik probalistik distribusi gamma masuk dalam kategori normal.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kekeringan kerap terjadi namun sering tidak disadari kapan awal mulanya
terjadi bencana tersebut. Proses terjadinya kekeringan diawali dengan
berkurangnnya jumlah curah hujan dibawah normal pada satu musim.
Berkurangnya nilai curah hujan tersebut merupakan proses awal terjadinya
kekeringan meteorologis. Nilai curah hujan dugaan yang didapatkan dari data
pengembangan sumber daya air digunakan untuk menghitung nilai indeks
kekeringan daerah Maros. Kekeringan terjadi karna adanya pergeseran musim
hujan yang mengakibatkan ketidaktepatan pola tanam. Deliniasi wilayah rawan
kekeringan perlu dilakukan untuk mengantisipasi Wilayah rawan kekeringan
dilihat dari tiga aspek yang berbeda yaitu, aspek klimatologis, hidrologis dan
agronomis.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kekeringan dengan metode SPI
maka diperorleh data dari tahun 2007 – 2016 berkisar antara -0,21 hingga 1,00
yang berarti di daerah Maros dari tahun 2007 sampai 2016 tidak terjadi
kekeringan melainkan dalam keadaan normal-agak basah.
4.2 Saran
Memperbanyak data curah hujan yang tingkat keakuratannya tinggi sebab
kurangnya data mengakibatkan perhitungan indeks kekeringan terbatas
DAFTAR PUSTAKA
21
Apriyanti D. 2010. Analisis sebaran indeks palmer di Kabupaten Klaten Provinsi
Jawa Tengah [skripsi]. Bogor :Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Data Luas Terkena Kekeringan Sulawesi.
Jakarta. [Dephut]. Departemen Kehutanan. 2006. Peta Jaringan Sungai.
Jakarta.
Adidarma, W., 2010, Diktat Pelatihan Kekeringan, Balai Hita, Puslitbang SDA,
Bandung.
22