Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM II

BATUAN TUFA SERISIT

Mata Kuliah: Mineralogi dan Petrologi

Dosen Pengampu: Drs. Sudarmi, M.Si.


Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Disusun Oleh:

Anggi Ayuningtiyas (1813034021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Batuan Tufa Serisit

Batuan sedimen adalah batuan hasil pengendapan baik yang berasal dari
hasil sedimentasi mekanis (hasil rombakan batuan asal), sedimentasi kimiawi
(hasil penguapan larutan) maupun sedimentasi organik (hasil akumulasi organik).
Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar sangat luas (± 75% dari luas
permukaan bumi) dengan ketebalan beberapa centimeter sampai beberapa
kilometer.
Batuan sedimen ini mengalami proses pemadatan dan juga pengompakan
dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen yang utuh. Proses ini
dinamakan sebagai diagenesa. Proses diagenesa sendiri dapat terjadi pada suhu
dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 derajat celcius dan juga tekanan
1 – 2 kilobar yang berlangsung mulai dari sedimen mengalami penguburan hingga
terangkat dan juga tersingkap kembali di atas permukaan  lapisan atmosfer bumi.
Tekstur Batuan Sedimen. Batuan sedimen ini mempunyai tekstur yang
bermacam- macam. Batuan sedimen ini dapat bertekstur klastika ataupun non-
klastika. Namun apabila batuannya sudah sangat kompak dan apabila telah terjadi
rekristalisasi atau pengkristalan kembali, maka batuan sedimen ini memiliki
tekstur kristalin. Batuan sedimen yang mempunyai tekstur kristalin ini pada
umumnya terjadi pada jenis batu gamping dan juga batuan sedimen yang kaya
silika yang sangat kompak dan juga keras.
Lalu pada batuan Tufa Serisit dari hasil praktikum menyatakan batuan
tersebut masuk dalam batuan sedimen batuan piroklastik yang terbentuk dari
material vulkanik klastik yang dihasilkan dari serangkaian proses yang berkaitan
dengan letusan gunung api.
Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang susunannya disusun leh material
hasil dari letusan gunung berapi akibat adnya gaya endogen, yang kemudian
mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapannya, lalu setelah
proses pengendapanya mengalami proses litifikasi yang kemudian menjadi batuan
piroklastik. Batuan piroklastik ini terbentuk dari hasil letusan gunung berapi yang
memiliki material asalnya yang berbeda, lalu terendapkan sebelum mengalami
suatu proses transportasi oleh media air..
Batuan Piroklastik merupakan batuan gunungapi bertekstur klastika
sebagai hasil letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar. Piroklastik
merupakan fragmen yang dibentuk dalam letusan volkanik, dan secara khusus
menunjuk pada klastika yang dihasilkan dari magmatisme letusan. Dalam
mempelajari batuan piroklastik kita tidak dapat lepas dari mempelajari bagaimana
mekanisme pembentukan dan karakteristik endapan piroklastik.
Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik hampir sama dengan struktu batuan sedimen
yang meliputi tentang butir, perlapisan maupun yang lainnya. Struktur afanitik
yang menunjukan adanya ukuran butiryang halus pada batuan piroklastik dikenal
dengan nama tufa, dan struktur ini mempengaruhi penamaan batuan piroklastik
sendiri, dikenal macam yaitu;
1. Aglomerat,namanya hampir mirip dengan konglomerat yang merupakan
jenis batuan sedimen klastik, aglomerat mempunyai tekstur yang sama
dengan kolongmerat namun berbeda dengan komposisinya, dimana
aglomerat berasal dari material vulkanik sedangkan kolongmerat berasal
dari material sedimen, mempunyai ukuran >32 mm.
2. Breksivolkanik, mempunyai breksi batuan sedimen namun komposisinya
berasal dari material vulkanik, mempunyai ukura >32 mm
3. Tufa, ukuran butir yang halus merupakan sesuatu yang identik dengan
tufa, menunjukan adanya Kristal maupun mineral.
Batuan piroklastik berdasarkan mekanisme pembentukannya dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu jatuhan piroklastik, aliran piroklastik dan
seruakan (surge) piroklastik. Jatuhan piroklastik merupakan onggokan piroklastik
yang diendapkan melalui media udara, dan terbentuk setelah material hasil letusan
dikeluarkan dari kawah, menghasilkan suatu kolom erupsi. Aliran piroklastik
merupakan aliran panas berkonsentrasi tinggi, menyusuri permukaan, mudah
bergerak, berupa gas dan partikel terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi volkanik.
Seruakan piroklastik adalah piroklastik yang mekanisme transportasinya secara
dihembuskan, disemburkan atau menyeruak secara lateral yang mengangkut
piroklas sepanjang permukaan sebagai kelanjutan dari sistem turbulen,
mengandung partikel rendah dan merupakan dispersi gas dengan bahan padat.
Jatuhan, aliran dan seruakan piroklastik ini jika terjadi pada lingkungan yang
berbeda contohnya lingkungan subaerial dan subaqueus akan mempunyai
mekanisme berbeda dan memberikan karakteristik endapan tersendiri.
Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku, apabila
batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase
cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun
campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik terdiri dari himpunan
material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang
dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran
(dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh
karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis
butirannya.pengamatan petrografi dari batuan piroklastik ini sangat terbatas, oleh
karena itu sangat di anjurkan, untuk mempelajari dengan baik dari kelompok
batuan piroklastik ini harus dilakukan pengamatan di lapangan, karena
keterbatasan yang dimiliki bila hanya dilakukan pengamatan mikroskopi saja.
( Yuwono, 2002).
Batuan piroklastik rawan terhadap alterasi hidrotermal, terutama apabila
pada saat diendapkan masih bersuhu tinggi, terlebih bila bersentuhan dengan air
(laut). Alterasi intensif juga terjadi pada zona di dekat pusat erupsi. Alterasi pada
tufa dan lapili berkomposisi basa akan diawali dengan proses devitrifikasi yaitu
alterasi yang dialami gelas menjadi agregat sangat halus dari material
kriptokristalin berwarna keruh, yang lalu digantikan agregat klorit berwarna
kehijauan, tetapi akibat oksidasi akan berubah warna menjadi kecoklatan.
Feldspar akan berubah menjadi kalsit, mineral lempung dan serisit, sedangkan
mineral mafik berubah menjadi serpentin dan klorit. Apabila tufa dan lapili
diendapkan dalam suhu tinggi (misalnya endapan awan panas), kemungkinan
akan mengalami proses pengelasan sehingga membentuk welded tuff atau welded
lapilistoneyang sangat padat dan sangat mirip dengan batuan beku aliran lava,
baik kenampakan lapangan maupun dibawah mikroskop. (Yuwono, 2002).

TUFA

Tuf (bahasa Inggris: tuff, dari bahasa Italia: tufo), atau batu putih, adalah


jenis batuan piroklastik yang mengandung debu vulkanik yang dikeluarkan
selama letusan gunung berapi. Tuf sebenarnya sama dengan tufa. Namun, istilah
"tufa" lebih sering digunakan di bidang konstruksi sedangkan "tuf" digunakan di
bidang geologi. Tufa, ukuran butir yang halus merupakan sesuatu yang identik
dengan tufa, menunjukan adanya Kristal maupun mineral.

Warna dari batuan sedimen sebagian besar ditentukan oleh besi yang
terkandung didalamnya, yang merupakan unsur dengan dua oksida utama: besi
(II)oksida dan besi (III) oksida. Besi (II) oksida hanya terbentuk dalam keadaan
anoxic dan menyebabkan batuan berwarna abu-abu atau kehijauan. Besi(III)
oksida sering muncul dalam bentuk mineral hematit dan menyebabkan
batuanberwarna kemerahan hingga kecoklatan. Dalam iklim kering benua, batuan
beradadalam kontak langsung dengan atmosfer di mana oksidasi adalah proses
penting,sehingga menyebabkan batuan berwarna merah atau oranye. Sekuen tebal
batuansedimen berwarna merah yang terbentuk di iklim arid sering disebut red
bed . Namun, warna merah tidak selalu berarti bahwa batuan tersebut terbentuk
dilingkungan benua atau di iklim kering.
Kehadiran bahan organic dapat mewarnai batuan menjadi hitam atau abu-
abu. Bahan organic dialam terbentuk dari organisme mati yang sebagian besar
tanaman. Biasanya, bahan tersebut akhirnya meluruh oleh oksidasi atau aktivitas
bakteri. Meskipun begitu,dalam keadaan anoxic, bahan organic tidak dapat
membusuk, dan menjadi sedimen gelap yang kaya akan bahan organic tersebut.
Hal ini dapat terjadi misalnya di bagian bawah laut dalam dan danau. Hanya
terdapat sedikit aliran air di lingkungan tersebut, sehingga oksigen dari air
permukaan tidak dibawa turun, dansedimen yang terendapkan disana biasanya
adalah batu lempung. Oleh karena itu batuan gelap kaya bahan organic yang
sering terbentuk adalah serpih.

Warna pada batuan sedimen mempunyai arti penting karena


mencerminkan komposisi butiran penyusun batuan sedimen dan dapat digunakan
untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan.

SERISIT

Mineral serisit adalah merupakan mineral sekunder atau mineral hasil


ubahan dari mineral lempung yang biasa hadir sebagai semen pada batuan
dasar. Proses perubahan tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan tekanan dan
panas yang terjadi pada batuan dasar. Pada kondisi tekanan dan panas tertentu
maka semen lempung tersebut akan berubah menjadi mineral serisit. Hadirnya
mineral serisit pada suatu batuan dapat dipakai sebagai penciri bahwa batuan
tersebut telah mengalami proses metamorfosa.

Jadi Tufa Serisit terbentuk karena  Metamorfosis hidrotermal, terjadi


ketika ada batuan yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan
hidrotermal. Hal tesebut berarti bahwa batuan tersebut sedang mengalami
metamorfosis hidritermal. Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat
“aqueous” sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-
logam yang relative  ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses
pembentukan endapan.
Batuan Tufa Serisit di Wilayah Lampung

 Tufa, merupakan bagian dari Formasi Lampung, tersebar pada bagian


tenggara daerah penyelidikan. Satuan batuan ini membentauk morfologi
perbukitan yang tidak begitu tinggi. Pada satuan tufa ini tersebar juga limonitik
besi yang penyebarannya tidak merata. Pada beberapa tempat terdapat profil
lapisan tanah yang tekupas oleh jalan, terlihat jelas lapisan limonitik dengan
ketebalan beberapa sentimeter. Berdasarkan materi yang diajarkan bahwa batuan
tufa banyak ditemukan di Tarahan, Lampung selatan (tapi tidak menemukan
sumber materi di internet), ada pula di Tigeneneng, Tanjungkarang-Pahoman.
Batuan Kuarter terdiri dari tufa, basalt, piroklastik, dan sedimen fluviatil
serta endapan pantai. Tufa yang dijumpai di utara sekitar Tigeneneng, di sekitar
Tanjungkarang berbeda dengan tufa yang tersingkap lebih ke tenggara sepanjang
jalan dari Panjang ke Bakauheni. Tufa Tigeneneng yang penyebarannya menerus
ke utara adalah bagian dari Formasi Kasai. Tufa di Tanjungkarang-Pahoman
memberi kesan sebagai ignimbrit dan adanya flow structure serta terbentuknya
kekar meniang dengan sumbu yang hampir vertikal. Nishimura (1981) melakukan
pentarikhan yang menghasilkan umur 1 (lk. 0.22) juta tahun. Tufa yang terdapat
lebih ke tenggara dekat Bakahauni menutupi satuan vulkanik memberi kesan
adanya perlapisan dengan komponen yang lepas. Umur satuan batuan yang
mengandung air tanah dalam jumlah yang terbatas ini adalah 0.09 (lk. 0.01) juta
tahun.
Lalu terdapat Formasi Hulusimpang di Pegunungan Bukit Barisan, disusun
oleh batuan volkanik : lava andesit-basalt, breksi volkanik, tufa yang mengalami
ubahan, kadang-kadang terdapat urat kuarsa, dan mineral sulfida, berumur
OligoMiosen, sering berhubungan dengan pengendapan emas dan logam dasar
(Amin dkk., 1994, dan Gafoer, dkk., 1992).
LEMBAR PENGAMATAN BATUAN

Nama Batuan : Batuan Sedimen

NO KLASIFIKASI BERDASARKAN CIRI YANG TAMPAK


 
1 Warna
Putih

2 Ukuran Butir  1 mm (coarse sand)

3 Bentuk Kristal  -
4 Kombinasi Bentuk Kristal -

5 Bentuk Keseragaman Butir Seragam 

 
6 Pemilahan (Sorting) Well Sorted ( 0,35-0,5 )

 
7 Kebundaran
Subrounded

8 Porositas Porositas baik 

9 Permeabilitas Menyerap air

10 Sifat batuan
No Nama Batuan Gambar Batuan

Tufa Serisit

Bandar Lampung, Februari 2020

Pemandu Praktikum

Anda mungkin juga menyukai