Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Agrogeologi

BATUAN PIROKLASTIK

NAMA : ANNISA ROYANI FAJAR


NIM : G051211016
KELAS : ILMU TANAH A
KELOMPOK :8
ASISTEN : DINDA AMALIA ANANDAH

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan piroklastik merupakan batuan yang terbentuk dari hasil letusan gunung api
akibat adanya gaya energi geothermal dari dalam bumi. Batuan piroklastik ini
mengalami proses pengangkutan oleh medium apapun, jadi batuan piroklastik
merupakan batuan beku yang membeku diudara pada saat prosesletusan
gunungapi yang membawa material vulkanik (Ali, 2014).
Kelompok batuan piroklastik umumnya lebih denat dengan batuan ekstrusif,
tetapi secara deskriptif dan cara terjadinya memperhatikan ciri (struktur dan
tekstur) yang mirip dengan kelompok batuan sedimen klastik. Kelompok batuan
ini didefinisikan sebagai batuan yang dihasilkan (secara langsung) oleh aktivitas
erupsi secara eksplosif dari gunung api. Karena mempunyai sifat yang unik, maka
terminologi yang digunakan untuk pemerin batuan ini juga khusus.
Selain itu batuan piroklastik juga terdiri atas bahan rombakan yang
diletuskan dari lubang vulkanik, diangkut melalui udara sebagai bahan maupun
awan pijar, kemudian diendapkan di atas tanah yang mengering (Prasetya, 2015).
Manfaat pelapukan batuan di bidang Pertanian sangat berpengaruh terutama
terhadap kondisi tanah. Setiap jenis batuan tentunya mengalami pelapjkan dan
mempunyai mineralnya masing-masing. Yang dimana mineral mempunyai
komposisi kimia tertentu dan menjadi penyusun komponen (pola kristal). Namun
beberapa mineral tidak mempunyai struktur kristal (amorf). Hirarki atau tingkat
kemudahan mineral untuk melapuk yang dikenal dengan Reaksi Bowen. Pada
umumnya mineral yang mengkristal lebih cepat pada suhu yang sangat tinggi
akan lebih mudah terlapukkan dari pada yang mengkristalnya lebih akhir pada
suhu yang lebih rendah. Reaksi Bowen tersebut juga sangat berhubungan dengan
stabilitas pelapukan yang menunjukkan kemampuan mineral dalam melepaskan
unsur kimia dalam hal ini unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Yang
dimana tanaman sangat bergantung terhadapat tingkat kesuburan tanah
(Goldschmidt, 1958).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan praktikum identifikasi batuan
piroklastik untuk mengetahui ciri khusus dari batuan piroklastik.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana


model batuan piroklastik dalam bentuk hand specimen di laboratorium.
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah dapat menambah pemahaman
kepada mahasiswa tentang berbagai jenis dan kandungan mineral penyusun
batuan piroklastik.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik merupakan batuan yang susunannya disusun olehmaterial hasil
dari letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen, yang kemudian
mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapan nya, lalusetelah
proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yangkemudian
menjadi batuan piroklastik. Batuan piroklastik ini terbentuk dari hasil letusan
gunung berapi yang memiliki material asalnya yang berbeda, laluterendapkan
sebelum mengalami suatu proses transportasi oleh media air (Fauzi, 2015).
Di dalam gunung berapi magma yang bersifat encer bergerak ke
permukaan bumi menerobos melalui celah-celah oleh proses tektonisme, sehingga
apabila magma tersebut bertekanan tinggi maka gunung tersebut meletus dan
magma pun terlempar ke udara dan menuju ke permukaan. Akibat dari letusan
tersebut maka selanjutnya terjadi suatu proses pendinginan yang sangat cepat,
sehingga magma membeku dan membentuk gelas (obsidian), tufa, dan batuan
apung dengan rongga-rongga yang mengandung gas. Material-material halus atau
tufa karena berat jenisnya yang sangat ringan umumnya akan terbawa jauh oleh
udara tetapi pada obsidian dan lapili biasanya berada di sekitar puncak gunung api
atau pada area vulcanic flow.

Gambar 1. Ganesa batuan piroklastik (Fauzi, 2015).


Keterbentukannya batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunung
api,mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat
besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Gaya endogen ini berupa panas inti
bumi yang menyebakan arus kondeksi terjadi. Magma yang dikeluarkan oleh
gunungitu terhempas ke udara melalui bidang yang lemah atau celah, sehingga
magmatersebut membeku karena penurunan suhu dan membentuk gumpalan
yangmengeras yang kemudian disebut batu. Gumpalan tersebut memiliki tekstur
danstruktur yang tertentu pula. 'edangkan batu-batu tadi yang telah mengalami
proses pengangkutan (transportasi) oleh faktor luar yaitu angin dan air, maka
batuan tersebut disebut dengan batuan epiklastik.
Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang telah tertransportasikan yang
mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh faktor luar tersebut.
Batuan epiklastik ini terdapat pada dataran yang rendah, disebabkan oleh air dan
angin yang membawanya ke tempat yang rendah disekitar gunung api atau
berupacekungan dan lembah.

2.2 Proses Pembentukan Batuan Piroklastik


Proses pembentukan batuan piroklastik menurut Ali (2014), batuan piroklastik
merupakan batuan yang tercipta akibat letusan gunung berapi. Batuan piroklastik
ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan – letusan dari gunung berapi, yang
kemudian gunung berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan
magma yang bersuhu kurang lebih 850 derajat celcius. .Ketika magma yang
bersuhu sangat panas tersebut tersemburkan keudara maka suhu magma akan
turun secara drastis. Itu dikarnakan suhu magma yang diatas 600 derajat celcius
tersebut akan menyesuaikan dengan suhu lingkunganya yaitu sekitar 25 derajat
celcius. Oleh karena itu, batuan piroklastik dapat disebut hampir sama dengan
proses keterjadian batuan beku. Karena proses keterbentukanya yang sama-sama
langsung terbentuk dari magma yang panas kemudian mendingin. Proses
keterbentukan batuan piroklastik tidak hanya sampai situ saja. Batuan piroklastik
akan yang di udara sudah tentu akan turun kepermukaan bumi yaitutanah. Setelah
batuan piroklastik itu jatuh ke tanah maka ia akan mengalami proses pembentukan
kembali yang diawali dengan bentuk bongkah maka setelah tertransportasikan
kemudian terendapkan dan terlitifikasi maka ia akan mengalami perubahan bentuk
menjadi bulatan-bulatan sehingga namanya akan berubah menjadi batuan
piroklastik bom.
2.3 Sifat Fisik dan Kimia Batuan Piroklastik
Adapun sifat fisik dan kimia batuan piroklastik menurut (Schmidt, 1981) antara
lain:
1. Kenampakan singkapan batuan piroklastik struktur masif dan beberapa
ditemukan berlapis dengan ketebalan berkisar 1 –10 meter.
2. Secara megaskopis, batuan piroklastik memiliki sifat fisik dengan warna segar
putih kekuningan hingga abu-abu muda, warna lapuk kecokelatan memiliki
ukuran butir kasar dan pada beberapa tempat bergradasi halus, bentuk butir
menyudut tanggung - membundar tanggung, pemilahan baik - buruk, batuan tuf
pada daerah penelitian memiliki struktur litik dengan litik berupa andesit dan
pumis dengan ukuran yang bervariasi sekitar 0,3 hingga lebih dari 1 cm dengan
bentuk litik menyudut tanggung - membundar tanggung dengan kekerasan
getas – kompak. Sehingga batuan pada daerah penelitian termasuk kedalam
Tuf kasar
3. Analisis petrografi menunjukan komposisi kandungan mineral dan sifat optik
mineral secara mikroskopis.
4. Secara mikroskopis sayatan batuan berwarna tanpa warna –kecokelatan,
hubungan antar mineral Inequigranular, bentuk kristal dominan subhedral,
kemas didukung matrik dengan matrik.
5. Komposisi fragmen gelas vulkanik berkisar antara ±10 – 15% dan fragmen
litik berupa batuan beku sebesar ±2 – 8%.Komposisi mineral pada batuan
piroklastik hadir plagioklas sebanyak ±8 - 9%, berjenis andesine kuarsa hadir
sebanyak ±2 - 4%, amfibol dengan jenis horblenda hadir sebanyak ±2 – 3%,
dan piroksen berjenis klino-piroksen hadir sebanyak ±1%.
6. Selain itu hadir beberapa mineral seperti biotit, Keldspar dan mineral opak.
Pada beberapa sayatan batuan yang sudah mulai mengalami ubahan akibat
proses pelapukan, hadir mineral oksida dan klorit. tekstur mineral yang
teramati pada batuan yaitu corroded, zoning, kembar dan inklusi.
7. Zoning oskilatori pada mineral plagioklas hadir pada beberapa sayatan. Teksur
zoning pada sayatan tipis yang mengindikasikan adanya perbedaan komposisi
akibat perubahan temperatur dan tekanan dalam pergerakan magma.
8. Pada beberapa sayatan tekstur kembar juga hadir pada mineral horblenda selain
pada mineral plagioklas dan K-feldspar. Berdasarkan komposisi penyusunnya
maka batuan tuf meruoakan tuf kristal.
9. Perbedaan jenis batuan piroklastik yang bersifat asam menjadi lebih
intermediet dapat terlihat dari kehadiran mineral kuarsa pada batuan.
10. Peningkatan kehadiran mineral kuarsa pada batuan tuf daerah serawet
menunjukan adanya perubahan sifat batuan menjadi lebih asam.
11. Plagioklas yang ditemukan pada seluruh sampel berenis andesin yang
berkomposisi lebih sodik.
12. Perbuahan sifat batuan dasitik menjadi andesitik terlihat dari keterdapatannya
di lapangan dimana batuan tuf yang bersifat dasitik terendapkan terlebih awal
dibandingan tuf yang bersifat andesitik.
3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 23 September 2021 di Laboratorium
Genesis dan Klasifikasi Tanah, Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah lap kasar, lap halus, pipet tetes,
penuntun praktikum, format praktikum dan lup.
Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel/contoh batuan sedimen, air dan
cairan HCl.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini, yaitu:
1. Melakukan pengamatan batuan yang mewakili setiap jenis dan golongan batuan
piroklastik.
2. Mengamati warna batuan, warna utama, warna yang menyertainya serta warna
pelapukannya.
3. Melakukan pengamatan tekstur batuan piroklastik dengan bantuan LUP.
4. Melakukan pengamatan komponen batuan piroklastik.
5. Memberi nama batuan piroklastik sesuai dengan klasifikasi penamaan batuan
piroklastik oleh Russel B.T (1955)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Identifikasi Batuan Piroklastik

Warna Ukuran Komposisi Komposisi Nama Gambar


N Tekstur Sortasi Kemas Roundness Porositas Permeabilitas Butir Struktur Material Batuan Batuan
o Segar Lapuk

1 cokl Coklat halus baik tertutu Tidak jelas renda lambat 0,15 Berlap Debu Silika Tufa
at kemerah p h mm is halus
an
2 Abu- Kecoklat Halu Baik Tertutu Tidak jelas renda Lambat 0,15 Berlap Debu Silika Tufa
abu an s p h mm is halus

3 Hita abu - abu Halu Baik Tertutu Membunda Tingg Cepat 0,5 Tidak Matriks Siika Tufa
m s p r i mm berlap , semen kasar
Baik is
4 Abu- Membunda 126- Tidak Fragme Breksi
abu Kecoklat Kasa Jelek Terbuk r Tingg Cepat 256 berlap n, Karbon vulkan
an r a Tanggung i mm is matriks at ik
,
semen
5 Hita Kecoklat Kasa Jelek Terbuk Membunda Renda Lambat 126- Tidak Fragme Karbon Breksi
m an r a r tanggung h 256 berlap n, at vulkan
mm is matriks ik
, semen
6 Abu 126- Tidak Fragme Breksi
-abu Hitam Kasa Jelek Terbuk Angular 256 Berlap n,matri Karbon vulkan
r a mm is ks, at ik
semen
7 Hita Kuning Kasa Sedan Terbuk Membulat Tingg Cepat 10-32 Tidak Fragme Silika Lapilli
m r g a tanggung i mm berlap n,
is matriks
,semen
8 Puti Abu-abu Kasa Sedan Terbuk Membunda 126- Tidak Fragme Silika Lapilli
h r g a r tanggung 256 berlap n,
mm is matriks
,semen
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan batuan Piroklastik, diperoleh jenis batuan yaitu
breksi vulkanik, tufa halus dan tufa kasar.
Batuan Piroklastik cenderung memiliki warna yang gelap. Contohnya yaitu
pada batuan tufa kasar yang memiliki warna lapuk hitam serta teksturnya yang
dominan kasar. Hal ini sesuai pendapat McPhie (1993), bahwa batuan Piroklastik
jenis tufa kasar memiliki warna lapuk hitam dengan ukuran butir abu kasar
sampai sangat kasar, bentuk butir membundar anggung, komposisi tuf dominan
litik fragmen. Kemudian komponen berupa lava vesikuler dan basalt, ukuran
komponen 2-4 cm. Batuan piroklastik yang memiliki tekstur klastik kasar akan
memiliki struktur yang berlapis dan ukuran fragmen lebih besar daripada tekstur
klastik halus, Sedangkan batuan piroklastik yang memiliki tekstur klastik halus
memiliki kemas tertutup. Komposisi kimia pada semua sampel batuan piroklastik
yaitu kandungannya silika maka dapat di ketahui bahwa semua sampel pada saat
pemberian tetesan HCl pada permukaan batuan tidak terjadi buih atau tidak
membuih sebaliknya apabila membuih artinya batuan tersebut mengandung kalsit,
dimana terbentuk melalui proses eksplosif dan proses efusit (Ali, 2014).
Batuan piroklastik memiliki jenis sampel batuan yang proses
pembentukannya secara eksplosif yaitu pada batuan tufa halus, hal ini terlihat dari
ukurannya yang sangat kecil dan memiliki tekstur klastik abu halus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Husein (2012), yang menyatakan bahwa proses erupsi ekplosif
yang terlibat dalam pembentukan endapan piroklastik meliputi 3 tipe utama yaitu
erupsi letusan magmatik, erupsi freatik, dan erupsi freatomagmatik, ketiga tipe
erupsi Ini mampu menghasilkan piroklas yang melimpah yang berkisar dari abu
halus 1,16 mm sampai dengan 0,125 mm.
Batuan piroklastik juga memiliki jenis sampel batuan yang terbentuk secara
efusif atau yang terbentuk dari aktivitas gunung api adalah Breksi vulkanik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Fisher (2004), bahwa endapan piroklastik seperti
breksi vulkanik umumnya mengalir ke bawah dan pusat letusan gunung api yang
memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran. Endapan aliran Ini
berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.
5. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil praktikum batuan piroklastik dapat disimpulkan


bahwa jenis-jenis batuan piroklastik yaitu fine ash, coarse ash, lapilli, dan
agglomerate. Perbedaan fisik batuan piroklastik dengan batuan beku adalah
batuan piroklastik lebih ringan dibandingkan dengan batuan beku.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. L., Mulyono, & Hanudin, E. (2016). Mineral Mudah Lapuk Material
Piroplastik Merapi dan Potensi Keharaannya Bagi Tanaman. Planta
Tropika Journal of Agro Science Vol 4 No.2, 84-94.
Ali, F. (2014). Laporan Praktikum Batuan Piroplastik. Hasil Praktikum, 1-12.

Asriel, D. (2015). Laporan Praktikum Petrologi Batuan Beku Fragmental .


Laporan Praktikum Petrologi, 27.
Hendratno, A. (2018). Petrografi Batuan Piroklastik. Yogyakarta: Docplayer.
Ali, Furqon. (2014). Penggunaan Batuan Piroklastika Gunung Kelud Blitar
Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Ringan Struktural. Jurnal Rekayasa
Sipil Vol. 7, No.2, 149-156.

Doddy, S., (1987). M F. Studi Karektristik Mineral Batuan Piroklastik, 20-28.


Heinrich. 1956. Pyroclastic rocks. New York: Springer-Verlag Berlin.

McPhie. 1993. Geomorphological systems equilibrium and dynamics. American


Journal of Science. Iowa: W.H. Freeman and Company.

Prasetya M.S, Adi M.G, & Suripto M. (2015). Geologi Pertambangan:Yogyakarta

Setiawan, Amin. I., Sariyanto, & Saputro, A. A. (2014). Teknik Pembuatan


Sayatan Tipis Batuan. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9,
378-388.

Anda mungkin juga menyukai