Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan piroklastik adalah batuan unik, hal ini dikarenakan secara genesa
kelompok batuan ini lebih dekat dengan batuan intrusif. Tetapi secara deskriptif
dan cara terjadinya memperlihatkan ciri (struktur dan tekstur) yang mirip dengan
kelompok batuan sedimen. Kelompok batuan ini didefinisikan sebagai batuan
yang dihasilkan (secara langsung) oleh aktivitas erupsi secara eksplosif dari
gunung api. Dalam hal ini, aktivitas vulkanisme juga memberikan keuntungan
positif selain kerusakan yang diberikan. Keuntungan positif yang diberikan berupa
penambahan mineral-mineral yang kaya akan unsur hara ke dalam tanah.
Penambahan ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan kesuburan
tanah. Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku. Apabila
batuan beku dari hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase
cair ke fase padat dengan hasil dua-duanya sedangkan batuan piroklastik terdiri
dari himpunan suatu material-material lepas dari bahan-bahan yang dikeluarkan
oleh gunung api yang berupa material padat berbagai ukuran, oleh karena itu
klasifikasinya berdasarkan atas ukuran butir maupun jenis butirnya. Dibandingkan
batuan beku, batuan piroklastik jauh lebih mudah melapuk, sehingga kecepatan
pelepasan hara jauh lebih besar. Padahal ditinjau dari proses pembentukannya,
keduanya dihasilkan dari aktivitas tektovulkanisme yang sama. Oleh karena itu
sangat penting untuk mempelajari sifat dan karateristik dari setiap jenis batuan
piroklastik. Hal ini berguna dalam memprediksi potensi kesuburan lahan pada
suatu wilayah, yang mana batuan piroklastik sebagai batuan induk dari tanahnya.
Mineral mineral tersebut pada umumnya terdapat dalam campuran untuk
membentuk batuan bumi. Sebagai contoh, batu kapur merupakan batuan sedimen
yang penting dan terdiri atas sebagian besar kalsium dan magnesium karbonat
serta jumlah mineral-mineral lain yang jumlahnya bervariasi sebagai selingan.
Mineral mineral yang dominan dalam batuan-batuan ini adalah feldspar, amfibol,

Batuan Piroklastik 1
piroksen, kuarsa, mika mineral tanah liat, limonit (oksida besi), dan mineral-
mineral karbonat.
Petrology yaitu ilmu yang khusus membahas tentang batuan. Batuan
piroklastik sebenarnya telahbanyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-
hari namun hanya saja tidak pada umumnya kebanyakan orang hanyamengetahui
cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan
seluk-beluk mengenai batuan piroklasrik ini. Secara sederhanabatuan piroklastik
adalah suatu batuan yang terbentuk dari letusan gunung api. Batuan beku adalah
batuan yang terbentuk langsung dari permukaan magma. Proses pembentukan
tersebut merupakan proses perubahan fase padat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Dapat Mengetahui pengertian batuan piroklastik.
2. Dapat mengetahui tipe endapan batuan piroklastik.
3. Dapat pengetahui struktur batuan piroklastik.
4. Dapat mengetahui cara untuk mendeskripsikan batuan piroklastik.
1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis lengkap
2. Modul
3. Clipboard
4. Loupe
5. Komparator Batuan
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah :
1. LKS
2. Sampel batuan beku
3. HVS

Batuan Piroklastik 2
BAB II
DASAR TEORI
Bumi adalah suatu figur yang padat dengan keseimbangan thermodinamik.
Keseimbangan ini terjadi akibat dari perkembangan bumi. Gangguan terhadap
keseimbangan thermodinamik ini dimanapun di bumi, misal turunnya tekanan
atau naiknya temperatur, dengan cepat mentransformasikan massa bumi di tempat
yang terkena gangguan, dari padat menjadi cair. Transformasi ini disertai dengan
pertambahan besar volume secara kolosal dan karena mengalirnya massa silikat
(magma) yang panas ke daerah kerak bumi yang lemah, maka permukaan daerah
tersebut kadang-kadang menjadi tinggi. Magma tersebut di desak menuju ke
permukaan, lalu karena tekanan berkurang unsur-unsur gas dalam magma secara
tetap tentu dilepaskan melalui suatu rangkaian letupan-letupan. Proses keluarnya
magma mencapai permukan bumi disebut vulkanisme. Selama perjalanan magma
dapat membeku di dalam bumi pada saat terjadi perambatan menuju permukaan
bumi membentuk struktur intrusi, atau membeku setelah keluar dari dalam bumi
dan membentuk struktur ekstrusi (Kusmiyarti, 2016).
Pada dasarnya batuan dan mineral itu saling berhubungan erat dan tidak
akan pernah terpisahkan, kembali mengacu pada hirarki geologi. Mineral
merupakan syarat utama terbentuknya suatu tubuh batuan, dan mineral itu sendiri
terbentuk dari kristal-kristal yang berasal dari unsur atom dan senyawa, namun
tidak seluruhnya mineral memiliki kristal tergantung genesa atau proses
pembentukannya. Batuan yang ada di bumi ini adalah kumpulan dari mineral-
mineral. Mineral-mineral terbentuk bersama dengan mineral-mineral lainnya yang
berasal dari satu sumber yang sama. Oleh karena itu, hanya sedikit jumlah mineral
yang mempunyai atau terbentuk dari satu unsur kimia saja. Mineral pada
umumnya mempunyai ikatan kimia antara suatu unsur utamanya dengan unsur
pembentuk lainnya, kecuali kelas native element. Unsur pembentuk mineral yang
berikatan dengan unsur utama mineral umumnya menentukan kelas mineral
tersebut. Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat

Batuan Piroklastik 3
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan
tertentu (Poluakan, 2020).
Perbedaan sifat batuan piroklastik yang bersifat dasit serta batuan
piroklastik bersifat andesit pada elevasi yang lebih tinggi di daerah Serawet
menunjukan bahwa terjadi perubahan komposisi magma pada saat erupsi. Erupsi
gunungapi tidak selamanya mengeluarkan magma dengan komposisi yang sama.
Hal ini diintepretasikan bahwa terdapat produk batuan tuff hasil dari dua periode
letusan yang berbeda. Hal terlihat dari terdapatnya dua sifat batuan piroklastik
yaitu batuan tuff yang bersifat dasit dan andesit. Hal ini juga terlihat dari hasil
pendugaan suhu magma yang menunjukan adanya kenaikan suhu magma pada
batuan tuf yang bersifat andesit. Perubahan sifat magma kemungkinan terjadi
karena adanya pencampuran magma yang menyebabkan produk letusan
berikutnya lebih bersifat intermediet sehingga terendapkan batuan piroklastik
yang bersifat andesit pada periode letusan berikutnya yang terlihat dari batuan
yang terendapkan pada elevasi lebih tinggi (Akbar, 2020).
Pada batuan piroklastik periode pra kaldera plagioklas berjumlah 20-57%
berjenis andesin, labradorit, atau bitonit, piroksen hadir 2-19% berupa hipersten
dan augit, mineral opak berupa magnetit 5-37%, serta mineral lain dengan jumlah
sedikit seperti alkali feldspar, kuarsa, biotit, amfibol, atau olivin. Gelas vulkanik,
dan litik juga hadir pada batuan. Beberapa sayatan mengalami ubahan mineral
sekunder berupa klorit atau mineral lempung. Tekstur batuan khas yaitu zoning,
inklusi, dan intersertal (Wahidah, 2016).
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar terbentuk secara alamiah,
bersifat mudah bergerak, bersama antara 90-110o C , dan berasal atau terbentuk
pada kerak bumi pada bagian bawah, selubung bagian atas. Secara fisika magma
merupakan sistem berkomponen ganda, dan sejumlah kristal yang mengapung di
dalamnya sebagai komponen utama, dan pada keadaan tertentu juga berfase gas.
Para ahli berpendapat panas bumi proses pembusukan kemudian stabil (De er,
1992).

Batuan Piroklastik 4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum petrologi kali ini merupakan praktikum yang ketiga.
Dimana pada praktikum ini yang dilakukan yaitu mendeskripsikan serta member
nama pada sampel batuan. Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang
bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan
letusan gunung api. Pada batuan piroklastik ini bukanlah termasuk kedalam siklus
batuan.
Komponen batuan piroklastik dikelompokkan menjadi tiga yaitu material
esensial, material asesori, dan material asidental. Sedangkan pada mekanisme
pembentukan endapan piroklastik ada tiga aliran yaitu aliran, jatuhan, dan surge.
Yang terpenting dalam pendeskripsian batuan piroklastik yaitu pada ukuran butir.
Dimana pada ukuran butir ini memiliki ukuran batuan yang berbeda – beda
dimana terdiri dari 64 mm, terdiri dari bom dan blok, sedangkan untuk ukuran 2
mm yaitu lapilus (lapili) dan 0,004 mm terdiri dari debu kasar dan debu halus
merupakan jenis batuan tuff.

Gambar 3.1 Tuff


Pada sampel batuan yang pertama yaitu bernama pumice. Pada sampel
tersebut memiliki warna fresh putih dan warna lapuk coklat, struktur scoria
sedangkan teksturnya yaitu ukuran butir 0,04 mm debu kasar, derajat
pembundaran yaitu membundar dan derajat pemilahan terpilah baik. Adapun
komposisi mineralnya yaitu mineral sialis yang terdiri dari feldsfar dan ganesa

Batuan Piroklastik 5
dari batuan ini adalah hasil letusan gunung api yang diendapkan melalui proses
jatuhan.

Gambar 3.2 Tuff


Pada sampel yang kedua ini, batuan ini memiliki warna fresh yaitu abu-abu
hitam dan memiliki warna lapuk yaitu kecoklatan. Derajat pemilahan dari batuan
ini adalah terpilah buruk yang berarti kenampakan dari batuan diperlihatkan oleh
ukuran besar butir yang tak seragam pada semua komponen batuan sedimen.
Komposisi mineral dari batuan ini adalah plagioklas, kuarsa, biotit. Dari
deskripsi diatas dapat disimpulkan nama batuan ini adalah batu aglomerat yang
terbentuk dari mekanisme piroklastik aliran yang berasal keluar dari letusan
gunung api dari letusan gunung berapi. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran
butir 64 mm, dengan derajat kebundaran agak membundar, dan derajat pemilahan
terpilah buruk. Struktur batuan ini masif karna dalam sampel batuan ini juga tidak
ditemukan adanya lubang-lubang gas.tambahan pada batuan ini yaitu debu halus.
Sehingga dari deskripsi tersebut diketahui nama batuannya itu batu pumice.
Genesa dari batuan ini yaitu terbentuk dari letusan gunung api dengan mekanisme
aliran yang berasal dari magma yang bersifat asam.

Batuan Piroklastik 6
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah :
1. Batuan piroklastik merupakan batuan yang susunanya tersusun oleh material
hasil letusan gunung api akibat adanya gaya endogen yang kemudian
mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapanya selanjutnya
mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang kemudian menjadi batuan
piroklastik.
2. Endapan piroklastik bermula dari adanya jatuhan ketika gunung berapi
meletus yang kemudian pengendapan yang terjadi memiliki ukuran yang
tebal. Adapun pembagian endapan piroklastik terbagi atas 3 macam yaitu
Endapan Jatuhan Piroklastik, Endapan Aluran Piroklastik,Endapan Surge
Piroklastik.
3. Struktur dari batuan piroklastik memiliki butiran yang kasar maupun halus,
dimana struktur tersebut sering kali terdapat pada batuan sedimen seperti
halnya perlapisan. Batuan piroklastik yang berbutir halus terkadang
memperlihatkan tekstur yang hampir pada batuan beku lelehan.
4. Batuan piroklastik dideskripsikan berdasarkan warna, baik fresh ataupun
lapuk selanjutnya tekstur batuan ada ukuran butir, derajat kebundaran serta
derajat pemilahan, komposisi mineral, struktur batuan, serta genesa
terbentuknya batuan.
4.2 Saran
Adapun pada saran kali ini untuk praktikum agar waktunya lebih di
maksimalkan lagi, karena dalam pembuatan laporan para praktikan bahkan tidak
langsung memegang batu itu secara langsung malah melalui poto yang dimana
menyulitkan dalam pendeskripsian

Batuan Piroklastik 7
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. S. 2020. “Bulletin of Scientific Contribution”. Jurnal GEOLOGY,
Vol.18, (2) : 139-150.
Ariansyah, M. R. 2019. “Karakteristik dan Genesa Sampel Mineral di Daerah
Sapaya Menggunakan Metode Megaskopis”. Jurnal Geocelebes. Vol.3,
(1): 38-39.
Deer, W. A. 1992. An Introduction the rock Forming of Minerals, & Edition.
London: Longman Scientific and Technical.
Kusmiyarti, T. D. 2016. “Buku Ajar Agrogeologi dan Lingkungan”. Denpasar:
Universitas Udayana.
Poluakan, C. 2020. Identifikasi Mineral Batuan Pada Daerah Manifestasi Mata
Air Panas Di Koya Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa
Menggunakan SEM-EDX dan FTIR. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan. Vol 3 (2):1-5.
Sirappa, M.P. Sastiono, A. 2002. “Analisis Mineral Lempung Tanah Regosol
Lombok Dengan Menggunakan Sinar-X Dalam Kaitannya Dengan
Penentuan Sifat dan Cara Pengelolaan Tanah”.
Wahidah, A. N. 2016. “Petrogenesis Batuan Piroklastik Gunung Rinjani”. Jurnal
Geography and environmental Sciences. Vol.6: 6-7.

Batuan Piroklastik 8

Anda mungkin juga menyukai