Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selain batuan metamorf, sedimen dan batuan beku terdapat satu lagi jenis
batuan yang sangat unik yaitu batuan piroklastik, Kenapa disebut batuan yang
unik ?. Hal ini dikarenakan secara genetis, kelompok batuan ini lebih dekat
dengan batuan ekstrusif, tetapi secara deskriptif dan cara terjadinya
memperlihatkan ciri (struktur dan tekstur) yang mirip dengan kelompok batuan
sedimen klastik. Kelompok batuan ini di definisikan sebagai batuan yang
dihasilkan (secara langsung) oleh aktifitas erupsi secara eksplosif dari gunung
api. Karena mempunyai sifat yang unik, maka terminologi yang digunakan untuk
pemerian batuan ini juga khusus.
Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku, apabila
batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase
cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun
campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik terdiri dari himpunan
material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang
dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran
(dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh
karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis butirannya.
Untuk memahami teori yang dipelajari pada perkuliahan, maka perlu
dilakukan praktikum pengenalan batuan sedimen.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari praktikum ini yaitu diharapkan agar praktikan dapat
mengenal dan mengetahui tentang batuan piroklastik dan genesanya.
Sedangkan tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :
1) Agar praktikan dapat mengetahui apa itu batuan piroklastik
2) Agar praktikan dapat mengetahui nama batuan piroklastik yang diamati
pada saat praktium
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Hcl 3. Atm 5. Batuan Piroklastik
2. Lup 4. Lkp

1.4 Metode Penelitian


Adapun metode yang digunakan adalah dengan cara melakukan pengamatan
langusng dengan pendeskripsian langung pada batuan.
Adapun tahap praktikum yang dilakukan pada praktikum pengenalan
mikroskop adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Pertama yaitu studi pustaka, tahapan ini merupakan tahapan dimana dilakukan
ialah asistensi acara dan pemberian materi seputar batuan beku, dilakukan pula
pengerjaan tugas pendahuluan dan respon sebelum praktikum.
2. Tahapan Praktikum
Kedua yaitu praktikum, pada tahap ini kita mendeskripsi batuan beku dan
menentukan namanya dengan menggunakan klasifikasi penamaan batuan beku.
3. Penyusunan Laporan
Tahap ini adalah tahap akhir dari praktikum. Pada tahap ini kita memulai
pembuatan laporan dimana informasi yang diperoleh sebelumnya diolah dan
dimasukkan kedalam laporan.
Studi Pustaka Tahap Analisis
Data

Praktikum

Pembuatan Jurnal

Gambar 4.1 Bagan Metodologi Percobaan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah suatu batuan yang berasal dari letusan
gunungapi, sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau
pecahan magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Batuan
piroklastik merupakan batuan yang tersusun atas fragmen-fragmen hasil erupsi
volkanik secara eksplosif. (Williams, Turner & Gilber, 1954). Bahan rombakan
yang diletuskan dari lubang volkanik, diangkut melalui udara sebagai bahan
maupun awan pijar dan diendapkan di atas tanah atau dalam tubuh air. (Hienrich,
1956).
Itulah sebabnya dinamakan sebagai piroklastika, yang berasal dari
kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu
membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya fragmen, pecahan atau
klastika. Dengan demikian, pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan
beku luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan
piroklastika ini mengikuti hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan
sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-struktur
sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya seperti batuan
sedimen. Pada kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk
menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan
gunungapi (sebagai endapan primer piroklastika), atau sudah mengalami
pengerjaan kembali (reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai
endapan sekunder piroklastika atau endapan epiklastika. Berdasarkan ukuran butir
klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan
piroklastika,

2.2 Siklus Batuan


Melalui daur batuan ini, juga dapat diruntut proses-proses geologi yang
bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep daur
batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh
JAMES HUTTON. Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat
dari pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa
lelehan silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung
dibawah atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok
batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan
bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya
proses pelapukan.

Gambar 2.1 Siklus Batuan

Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya,


batuan yang telah dihancurkan ini akan dipindahkan/digerakkan dari tempatnya
terkumpul oleh gaya berat, air yang mengalir diatas dan dibawah permukaan,
angin yang bertiup, gelombang di pantai dan gletser di pegunungan-pegunungan
yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang
dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang
diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian
akan diendapkan ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen (Djauhari Noor,
2009).

Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat


lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh
senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila
terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat
dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka
batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis.
Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu,
maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma. Panah-panah dalam
gambar, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya
jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan
metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi sedimen tanpa melalui pembentukan
magma dan batuan beku. Batuan sedimen dilain pihak dapat kembali menjadi
sedimen akibat tersingkap ke permukaan dan mengalami proses pelapukan
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Ridwan dan Manggara P. Pohan. 2006. Evaluasi Potensi Bahan Galian
Pada Bekas Tambang dan Wilayah Peti Daerah Balai Karangan,
Sanggau, Kalimantan Barat. Kalimantan: Pusat Sumber Daya Geology
Graha, Doddy Setia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova
Harjanto, Agus. 2011. Buku Panduan Praktikum Petrologi. Yogyakarta:
Universitas Nasional “Veteran” Yogyakarta
Magetsari, Noer Azis. 2001. Catatan Geologi Fisik. Bandung: 2001
Munir, Moch. 1996. Geologi dan Mineral Tanah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
Nur, Irzal. 2013. Identifikasi Kubah Lava pada Kaldera Pangkajane, Sulawesi
Selatan, Indonesia. Medan: HAGI-IAGI Joint Convention
Suharwanto. 2014. Penuntun Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: PSTL
UPN “V”.

Anda mungkin juga menyukai