Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH TENTANG

BATUAN PIROKLASTIK

Oleh :
Irene Apriyanti Sulaeman (410015060)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS)


YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI S1
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas segala limpahan dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis
berterima kasih kepada dosen, asisten dosen yang memberikan tugas ini dan
semua pihak STTNAS Yogyakarta Teknik Geologi, yang telah membantu penulis
dalam penulisan makalah ini.

Didalam makalah penulis membahas tentang Batuan Piroklastik Yang


diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat bermanfaat bagi setiap
pembaca yang membaca makalah ini.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang pembaca berikan pada
makalah ini, karena kritik dan saran yang pembaca berikan dapat menjadi suatu
dorongan dan motivasi bagi kami agar kedepan dalam pembuatan makalah yang
lain ada hal-hal yang bisa kami perbaiki dari kesalahan-kesalahan yang kami buat
dalam penulisan karya ilmiah ini.

Yogyakarta, 11 April 2016

Irene Apriyanti Sulaeman


(410015060)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses pembentukan gunungapi awalnya terjadi dari suatu tumbukkan antar


lempeng terutama untuk lempeng benua dengan lempeng samudera dan lempeng
samudera dengan lempeng samudera, daerah pemekaran dan hot spot. Pada
umumnya proses pembentukan gunungapi dapat dibedakan dari kedudukan
tektonik lempengannya, yaitu:

1.)Daerah pemekaran

Daerah pemekaran yang disebut juga sebagai daerah divergen disebabkan karena
adanya aktifitas tektonik yang menghasilkan pemekaran pada lempeng samudera.
Magma keluar melalui celah pada daerah lemah dan membentuk punggungan.
Pemekaran ini menghasilkan sifat magma berupa umafik hingga ultramafik. Sifat
magma yang cenderung basa dikarenakan mantel dari lempeng samudera
sendiribersifat basa hingga ultrabasa. Tipe batuan yang dihasilkan bersifat basa.
Pada kerak kontinen juga dapat terjadi proses pemekaran dan menghasilkan tipe
batuan dengan sifat batuan dengan sifat basa sama dengan magma yang keluar
dari pemekaran kerak samudera.

2.)Daerah penunjaman

Daerah ini terjadi penunjaman salah satu lempeng atau dengan sebutan daerah
konvergen. Umumnya lempeng samudera menyusup dibawah lempeng samudera
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada berat jenis lempeng benua.
Daerah ini dapat menghasilkan sifat magma yang beragam mulai dari asam
hingga basa. Variasi sifat magma ini dipengaruhi dari sudut penunjaman scat
proses tumbukan lempeng samudera dengan lempeng benua. Semakin kecil sudut
penunjaman maka akan menghasilkan magma yang bersifat asam sementara
semakin besar sudut penunjaman maka akan menghasilkan magma yang bersifat
basa.

3.)Hot spot (Intraplate volcanism)


Pembentukan gunungapi dari aktifitas hot spot dikarenakan adanya terobosan
magma dari atmosfer menuju ke lithosfer dan pada bagian bawah kerak lithosfer
magma ini melewati celah yang mempunyai kedudukan lateral. Komposisi
magma bila keluar di lempeng samudera akan bersifat basa, hal ini sama dengan
produk magma yang keluar dari pemekaran lempeng samudera, bila magma
keluar di kontinen maka sangat berpotensial menjadi magma yang bersifat sama.
Pembentukan gunungapi daerah ini berbeda dengan proses pemebntukan daerah
subduksi dan pemekaran, karena daerah ini mempunyai pusat magma yang tetap.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan BATUAN PIROKLSTIK?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui tentang batuan piroklastik beserta jenis jenis


batuannya.
BAB II

PEMBAHASAN

Batuann piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunung api
dengan ciri- ciri yang khas. Untuk mempelajari material piroldastik, terlebih dulu
kita harys memahami tentang aktivitas vulkanisne baik proses maupun produknya.
Pemahanan itu secara umum meliputi pemahaman tentang :

1. Erupsi gunung api.

2. Material hasil aktivitas gunung api.

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal
dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik.
Menurut william (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang
bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan
letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusun
tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi
(rewarking) oleh air atau es.

Magma yang merupakan lelehan panas, pijar, dan relatif encer, dapat bergerak dan
menerobos ke permukaan bumi melalui rongga-rongga yang terbentuk oleh proses
tektonik (bidang sesar). Selain berupa padatan, magma juga mengandung uap air
dan gas yang bervariasi komposisinya.
Kalau magma tersebut encer dan bertekanan tinggi, maka akan terjadi letusan
gunung api. Sumbat kepundan akan hancur dan terlempar ke sekitarnya dan
bersamaan dengan itu sebagian magma panas juga akan terlempar ke udara.
Akibat dari letusan tersebut terjadi proses pendinginan yang cepat, sehingga
magma akan membeku dengan cepat dan membentuk gelas (obsidian), tufa atau
abu halus, lapili dan bom (berupa batuapung dengan rongga-rongga gas). Material
yang halus (tufa) akan terlempar jauh dan terbawa angin ke tempat yang lebih
jauh, sedangkan bom, lapili, dan gelas, dan material-material lain yang berukuran
pasir dan kerikil akan jatuh di sekitar puncak gunung.

Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil
lelehan yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifakasikan ke dalam
batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat
fragmental dari semua bentuk cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalan
erupsi.
Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis endapan
piroklastik yaitu:

Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan


eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh kembali ke
bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan
ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, pemilahannya
baik, menunjukan grading normal pumis dan fragmen litik, mungkin menunjukan
stratifikasi internal dalam ukuran butir atau komposisi, komposisi pumis lebih
besar daripada litik.

Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari


pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang
tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik ini
tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk,
mungkin menunjukan grading normal fragmen litik, dan butiran litik yang padat
semakin berkurang menjauhi pusat erupsi.
Contoh: lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran
temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh
fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air.

Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk pergerakan


lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas konsentrasi rendah yang
panas. Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur
dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit
menebal di bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.

Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik:

Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat
tidak mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya.

Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil
sebagai hasil fragmentasi.

Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik,
tetapi sering terdiri dari lava yang lebih tua.

Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Mendeskripsi Batuan Piroklastik

a. Warna Batuan

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral


penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

b. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental.

Pengamatan tekstur meliputi :

Glassy, Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada
batuan tersebut ialah glass.
Fragmental, Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang
nampak pada batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung
api.

c. Struktur Batuan

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang


berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan. Pada batuan beku struktur yang
sering ditemukan adalah:

Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas


Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi
lagi menjadi 3 yaitu:
o Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
o Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
o Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.

d. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :

Holokristalin, Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri


dari keseluruhan mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan
bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga
memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk kristal yang
relatif sempurna.
Hipokristalin, Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari
sebagaian mineral membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas,
hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun
masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang
kurang.
Holohyalin, Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang
keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses
kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak
memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang
sempurna.

e. Ukuran Batuan
Ukuran batuan yang dihasilkan dari letusan gunung api terbagi menjadi 4,
antara lain :

Bomb ( d > 64 mm), Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang


mempunyai ukuran lebih besar dari 64 mm.
Block (d > 64 mm), Block adalah batuan piroklastik yang
dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah
memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
Lapili (d = 2 64 mm), Lapili berasal dari bahasa latin lapillus,
yaitu nama untuk hasil erupsi ekplosif gunung api yang berukuran
2 mm 64 mm.
Debu / ash (d < 2 mm), Debu adalah batuan piroklastik yanh
berukuran 2 mm 1/256 mm yang dihasilkan oleh pelelmparan
dari magma akibat erupsi ekplosif.
Bentuk Batuan Piroklastik,Bentuk batuan dalam batuan piroklastik
sama halnya dengan teksturnya, antara lain :

o Glassy, Glassy adalah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang


nampak pada batuan tersebut ialah glass.
o Fragmental, Faragmental ialah bentuk tekstur pada batuan
piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah fragmen-
fragmen hasil letusan gunung api.

Batuan piroklastik adalah jenis batuan yang dihasilkan oleh proses


lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama
erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan jatuhan kemudian mengalami
litifikasi baik sebelum ditransport maupun rewarking oleh air atau es.

Batuan Piroklastik merupakan batuan gunungapi bertekstur klastika sebagai


hasil letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar. Piroklastik
merupakan fragmen yang dibentuk dalam letusan volkanik, dan secara
khusus menunjuk pada klastika yang dihasilkan dari magmatisme letusan.
Dalam mempelajari batuan piroklastik kita tidak dapat lepas dari
mempelajari bagaimana mekanisme pembentukan dan karakteristik endapan
piroklastik.

Batuan piroklastik berdasarkan mekanisme pembentukannya dapat


dibedakan menjadi tiga macam yaitu jatuhan piroklastik, aliran piroklastik
dan seruakan (surge) piroklastik. Jatuhan piroklastik merupakan onggokan
piroklastik yang diendapkan melalui media udara, dan terbentuk setelah
material hasil letusan dikeluarkan dari kawah, menghasilkan suatu kolom
erupsi. Aliran piroklastik merupakan aliran panas berkonsentrasi tinggi,
menyusuri permukaan, mudah bergerak, berupa gas dan partikel
terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi volkanik. Seruakan piroklastik adalah
piroklastik yang mekanisme transportasinya secara dihembuskan,
disemburkan atau menyeruak secara lateral yang mengangkut piroklas
sepanjang permukaan sebagai kelanjutan dari sistem turbulen, mengandung
partikel rendah dan merupakan dispersi gas dengan bahan padat. Jatuhan,
aliran dan seruakan piroklastik ini jika terjadi pada lingkungan yang berbeda
contohnya lingkungan subaerial dan subaqueus akan mempunyai mekanisme
berbeda dan memberikan karakteristik endapan tersendiri.

Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku, apabila


batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi
dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal,
gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik
terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali)
dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa
material padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan
dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan
atas ukuran butir maupun jenis butirannya.pengamatan petrografi dari
batuan piroklastik ini sangat terbatas, oleh karena itu sangat di anjurkan,
untuk mempelajari dengan baik dari kelompok batuan piroklastik ini harus
dilakukan pengamatan di lapangan, karena keterbatasan yang dimiliki bila
hanya dilakukan pengamatan mikroskopi saja. ( Yuwono, 2002)

Tipe 1

Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat


yang kemudian kering akibat pengaruh medium udara, kemudian
mengalami litifikasi membentuk batuan fragmental.Jadi jatuhan
piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
Tipe 2

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik terangkut ke


dalam tempat pengendapannya yaitu di daratan yang kering dengan
media gas yang dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran
abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan
fragmental.

Tipe 3

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada
suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya
sangat kecil, onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan
fragmental.

Tipe 4

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh pada
suatu tubuh perairan yang arusnya aktif (bergerak). Sebelum mengalami
litifikasi mengalami rewarking dan dapat bercampur dengan batuan lain
yang dihasilkan akan mempunyai struktur sediment basa.

Tipe 5

Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan


kemudian diangkut dan diendapkan ditempat lain dengan media air.
Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan
piroklastik,dengan struktur sediment biasa.

Tipe 6

Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses


litifikasi, kemudian diendapkan kembali ke tempat yang lain. Batuan
yang dihasilkan adalah batuan sediment dengan propenan piroklastik.
2.2. Tekstur Batuan Piroklastik

Klasifikasi tekstur pada batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan


tekstur batuan beku plutonik. Yang khas pada batuan piroklastik adalah
bentuk pada batuan yang runcing yang tajam, yang biasa dikenal sebagai
glass hard atau gelas runcing tajam serta adanya batu apung (pumica).

2.3. Struktur Batuan Piroklastik

Seperti halnya struktur batuan beku plutonik , pada batuan piroklastik juga
dijumpai struktur seperti skoriaan, vesikuler, serta amygdaloidal.

2.4. Jenis Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi

1. Lapili

Lapili berasal bahasa latin lapillus, yang berarti nama untuk hasil erupsi eksplosif
gunung api yang berukuruan 2mm 64mm. Selain dari fragmen batuan , kadang-
kadang terdiri dari mineral mineral augti, olivine, plagioklas.

1. Debu Gunung Api

Debu gunung api adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2mm-
1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif.
Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses penggesekan pada
waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan belum
terkonsolidasi,

1. Bom Gunung Api

Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih


besar dari 64mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar. Sebagai
contoh bomb yang berdiameter 5 meter dengan berat 200kg dengan hembusan
setinggi 600 meter selama erupsi. Misalnya, di gunung api Asama, Jepang pada
tahun 1935.
1. Block Gunung Api

Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi
eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran
lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau
equidimensional.

2.5. Tipe Endapan Piroklastik

Endapan Aliran ( Pyroclastic Flow)

Endapan piroklastik aliran yaitu merupakan jenis material hasil langsung dari
pusat erupsi, kemudian teronggokan di suatu tempat. Hal ini meliputi hot
avalanche, glowing avalanche, lava collapse ,hot ashes avalanche.

Aliran umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500-650C dan


temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran
pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi, sebab sifat-sifat
endapan tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah
menampakkan morfologi asal dan bagian atasnya datar.

Endapan Surge (Pyroclastic Surge)

Endapan piroklsatik surge merupakan suatu awan campuran dari bahan padat dan
gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan
tinggi secara trubulensi di atas permukaan. Pada umumnya endapan piroklastik
surge ini mempunyai pemilahan yang baik, berbutir halus dan berlapis baik.
Endapan ini mempunyai strutur pengendapan primer seperti laminasi dan
perlapisan bergelombang hingga planar. Yang paling khas dari endapan ini adalah
mempunyai struktur silang siur, melensa dan bersudaut kecil . Endapan surge
umumnya kaya akan keratan batuan kristal.

Endapan Jatuhan (Pyroclastic Fall)


Endapan piroklastik jatuhan yaitu merupakan onggokan piroklastik yang
diendapkan melalui udara . Endapan ini umumnya akan berlapis baik, dan pada
lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi
aglomerat, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.

2.6. Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Piroklastik

Beragam klasifikasi piroklastik telah diusulkan oleh para ahli, yang masing-
masing mempunyai dasar klasifikasi sendiri-sendiri. Namun secara umum
dapat disimpulkan bahwa mereka sepakat memberi nama piroklastik , dari
mulai yang paling halus hingga yang sangat kasar, berkisar dari abu hingga
bom. Meskipun dasar penamaan adalah ukuran butir , tetapi tetap saja tidak
ada keseragaman dalam ukuran besar butirnya. Salah satu contoh klasifikasi
penamaan batuan piroklastik adalah menurut Tunner & Gilbert, 1954.

Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)

William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir,
membagi piroklastik menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih
besar dari 32mm;lapili (4-32mm) dan abu (<4mm) . Bom merupakan bahan
lepas yang padat saat dikeluarkan sudah berupa bahan padat akan
membentuk endapan breksi gunung api.
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert
(1954)

Size UNCONSOLIDATED CONSILDATED

Bomb Angglomerat

> 23 Block Volcanic Breciass

Block and ashes Tuff Breceiass

Lapili Lapili
4- 32
Cinder (vecikuler) Cindey lapili tuft

-4 Coarse Ash Coarse Tuft

< Asg or volcanic dust Tuft


Tabel 2.2 Klasifikasi batuan piroklastik berdasrkan ukurannya (Schmid,
1981)

Endapan piroklastik
Ukuran Piroklas Tefra (tak Batuanpiroklastik
terkonsolidasi) (terkonsolidasi)
Lapisan bom / blok
Aglomerat, breksi
> 64 mm Bom, blok
piroklastik
Tefra bom atau blok
Lapisan lapili atau
2 64 mm Lapili Batulapili (lapillistone)
Tefra lapili
1/16 2 Abu/debu
Abu kasar Tuf kasar
mm kasar
Abu/debu
< 1/16 mm Abu/debu halus tuf halus
halus

Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi:

Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku


dipermukaan (fragmen gelas, kristal pirojenik)

Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari


gunungapi yang sama)

Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi


berbeda)

Fragmen:

1. Gelas/ Amorf

2. Litik

3. Kristalin
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia, mineral dan
teksturnya. Namun, yang paling umum digunakan adalah klasifikasi berdasarkan
komposisi mineral dan tekstur.

Material penyusun batuan piroklastik disebut piroklast, dimana material ini


dibedakan berdasarkan ukurannya menjadi :

Bomb diameter >64mm, bentuk retak-retak seperti kerak roti


menunjukkan pendinginan cepat.
Block diameter >64mm, bentuk angular hingga subangular,
menunjukkan terbentuknya setelah dalam bentuk solid.
Lapilli diameter 64mm hingga 2mm, terdapat dalam segala macam
bentuk.
Ash diameter < 2 mm, dapat dibedakan lagi menjadi coarse ash(2mm -
1/16mm) dan fine ash (< 1/16mm).

Batuan piroklasitk tersusun atas akumulasi piroklas yang telah mengalami


konsolidasi, batuan ini diklasifikasikan berdasarkan ukuran piroklas penyusunnya.
Klasifikasi batuan piroklastik non genetik berdasarkan ukuran dan bentuk piroklas
penyusunnya adalah:

Aglomerat tersusun atas piroklast ukuran > 64mm dengan bentuk


membundar.
Breksi Piroklastik tersusun atas rata-rata ukuran piroklast > 64 mm,
namun bentuknya angular.
Lapili Tuff tersusun atas rata-rata ukuran piroklast 2 64 mm.

Tuff atau ash tuff tersusun atas ukuran piroklast < 2mm.

2.7 Mekanisme Endapaan Piroklastik

Tekstur dan struktur batuan piroklastik sangat bervariasi dan kompleks,


dibandingkan komposisi tephra yang relatif lebih sederhana. Struktur dan
tekstur ini dihasilkan oleh mekanisme pengendapan yang langsung akibat
aktifitas letusan gunungapi. Secara umum, dikenal tiga kelompok mekanisme
pengendapan batuan piroklastik yang menghasilkan tiga jenis endapan yang
berbeda. Ketiganya dapat dibedakan oleh kenampakan dan asosiasi struktur
atau teksturnya. Ketiga jenis endapan tersebut yaitu pyroclatic fall deposit,
pyroclatic flow deposit dan pyroclastic surge deposit. (Yuwono, 2002).

2.8 ALTERASI DAN WELDING (PENGELASAN)

Batuan piroklastik rawan terhadap alterasi hidrotermal, terutama apabila pada


saat diendapkan masih bersuhu tinggi, terlebih bila bersentuhan dengan air
(laut). Alterasi intensif juga terjadi pada zona di dekat pusat erupsi. Alterasi
pada tufa dan lapili berkomposisi basa akan diawali dengan proses
devitrifikasi yaitu alterasi yang dialami gelas menjadi agregat sangat halus
dari material kriptokristalin berwarna keruh, yang lalu digantikan agregat
klorit berwarna kehijauan, tetapi akibat oksidasi akan berubah warna menjadi
kecoklatan. Feldspar akan berubah menjadi kalsit, mineral lempung dan
serisit, sedangkan mineral mafik berubah menjadi serpentin dan klorit.
Apabila tufa dan lapili diendapkan dalam suhu tinggi (misalnya endapan awan
panas), kemungkinan akan mengalami proses pengelasan sehingga
membentuk welded tuff atau welded lapilistone yang sangat padat dan sangat
mirip dengan batuan beku aliran lava, baik kenampakan lapangan maupun
dibawah mikroskop. (Yuwono, 2002).

2.9 KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK

Penamaan batuan piroklastik menurut Schmid (1981) berdasar ukuran butir


piroklas secara deskriptif dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.3. Klasifikasi granulometri dengan piroklas berbutir seragam

Endapan piroklastik
Ukuran butir
Piroklas Material lepas Material memadat (batuan
(mm)
(tephra) piroklastik)

64 Blok, Tefra blok, tefra


Breksi piroklastik, aglomerat
bom bom
2 Lapili Tefra lapili Batulapili
Abu
1/16 Tefra lapili Tufa kasar
kasar
Abu
Tefra halus Tufa halus
halus

Apabila batuan piroklastik terdiri dari campuran berbagai ukuran piroklas,


klasifikasi dengan diagram segitiga (Fischer, 1966) dengan anggota akhir blok
atau bom, lapili dan abu yang disajikan pada gambar 1.1.

Gambar 2.1. Penamaan batuan piroklastik berbutir tidak seragam

Batuan piroklastik berbutir halus, baik tufa kasar maupun tufa halus dapat
dibedakan berdasarkan jenis piroklasnya yang dominan. Dengan
menggunakan diagram segitiga yang anggota akhirnya gelas (vitrik), kristal
dan batuan (lithik), dikenal nama-nama tufa gelas, tufa lithik/ tufa sela, tufa
kristal, tufa gelas-kristal dan sebagainya.
Gambar 2.2. Klasifikasi ash dan tufa menurut jenis piroklas

(Schmid, 1981)

3.10 FASIES GUNUNG API

Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi
daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini
kemudian dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) untuk membagi
sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone,
Proximal Zone, dan Distal Zone. Central Zone disetarakan dengan daerah
puncak kerucut gunung api, Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng
gunung api, dan Distal Zone sama dengan daerah kaki serta dataran di
sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua penulis tersebut sering
menyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Central Facies, Proximal
Facies, dan Distal Facies.

beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie,


Gambar 2.3. Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies
medial, dan fasies distal

Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies
(1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, Fasies
gunung api dan aplikasinya (S. Bronto) 61 yaitu Central/Vent Facies, Proximal
Facies, Medial Facies, dan Distal Facies. Fasies sentral terletak di bagian
puncak atau pusat erupsi, fasies proksimal pada lereng atas dan fasies medial
di lereng bawah. Fasies distal terletak di kaki dan dataran di sekeliling gunung
api, di antaranya dataran di latar depan gunung api.

Gambar 2.4 Pembagian fasies gunung api pada gunung api aktif masa kini

Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika
dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing
fasies gunung api tersebut dapat diidentifi kasi berdasarkan data:
1. inderaja dan geomorfologi,

2. stratigra batuan gunung api,

3. vulkanologi sik,

4. struktur geologi, serta

5. petrologi-geokimia.

Macam-Macam Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani , yang


berarti api; dan , yang berarti rusak) merupakan bagian dari batuan
volkanik. Batuan fragmental yang secara khusus terbentuk oleh proses volkanik
eksplosif (letusan). Berikut ini akan dijelaskan beberapa deskripsi batuan
Piroklastik seperti Skoria, Pumice, Tuff, Lapilli, dll.

1.Pumice
Batuan Pumice yang memiliki kenampakan warna yaitu coklat kemerahan,
struktur batuannya massive, sifat batuannya ialah asam, derajat kristalisasinya
holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass,
tekstur pada batuan pumice ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d
> 64 mm). Sedangkan bentuk dari pumice ialah glassy. Petrogenesa dari batuan
pumice ialah terbentuk dari batuan asam yang terbetuk dari letusan gunung api.
Pumice sering disebut batuapung.
Gambar 1. Pumice

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang
mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara
horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai
sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur
selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada
umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi
gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam Pumice adalah
feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit. Jenis batuan lainnya yang
memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan Pumice adalah
pumicit, volkanik cinter, dan scoria.
Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen),
dan material asalnya, Pumice diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-
areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit).
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida
SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar
(Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 960 kg/cm3, peresapan air
(water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound
transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas
(thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan Pumice selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi
berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi,
Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.
Pemanfaatna batuan Pumice adalah sebagai bahan baku pembuatan agregat ringan
dan beton agregat ringan, hal ini disebabkan karena sifat batuan Pumice ringan,
kedap suara, mudah dibentuk atau dipahat menjadi blok-blok yang berukuran
besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu, Pumice juga tahan
terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. Dalam sektor
industri lain, Pumice digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok
(polishing), pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi
dan lain-lain.
Properties Pumice terdiri dari piroklastik kaca yang sangat microvesicular
dengan sangat tipis, tembus dinding-dinding gelembung extrusive batu beku. Hal
ini umumnya, tetapi tidak secara eksklusif dari felsic untuk silicic atau penengah
dalam komposisi (misalnya, rhyolitic, dasit, andesit, pantellerite, phonolite,
trachyte), tetapi komposisi basaltik dan lain diketahui. Pumice umumnya
berwarna cerah, mulai dari putih, krem, biru atau abu-abu, atau hijau-cokelat.
Batu apung adalah produk umum letusan bahan peledak (Plinian dan ignimbrite-
membentuk) dan umumnya membentuk zona-zona di bagian atas silicic lavas.

2.Scoria
Scoria adalah sebuah bebatuan vulkanik. Nama lama Scoria adalah cinder.
Scoria diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Kubah vulkanik scoria dapat
ditinggalkan setelah letusan, biasanya membentuk gunung dengan kawah di
puncaknya. Contohnya Gunung Wellington, Auckland di Selandia Baru yang
seperti gunung Three Kings di selatan kota yang sama.
Gambar 2. Scoria

Batuan scoria, yang memiliki kenampakan warna yaitu kecokelatan dan


kemerahan, sifat batuan dari scoria yaitu basa, struktur batuannya vesikuler, dan
derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya
mayoritas adalah glass, tekstur pada scoria ialah glassy dengan ukuran batuannya
ialah bomb (d>64 mm). Sadangkan bentuk dari scoria ialah masa dasar glass.
Scoria terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung berapi.
Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh
mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi
kurang kental dari lava membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat
dalam pipa vulkanik, gas mulai terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang
membentuk gelembung besar dalam lava. Batu adalah Scoria. Meskipun ruang
terbuka di dapat Scoria batu besar umumnya lebih berat daripada air yang tidak
seperti kebanyakan batu apung bisa mengapung di atas air.
Terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung berapi.
Scoria yang juga dikenal sebagai abu, merupakan komponen utama cinder cone.
Sebuah kerucut cinder adalah kecil tetapi tipe gunung berapi yang sangat umum.
Cinder cone juga telah disebut Scoria cones. Cinder cone jarang tumbuh sangat
besar, tetapi kadang-kadang bentuk yang sangat simetris bukit-bukit berbentuk
kerucut. Scoria tidak memiliki banyak kegunaan. Bahkan nama ini berasal dari
sebuah istilah untuk sampah. Namun dapat digunakan sebagai batu hias yang
menarik dengan warna kemerahan. Sebagian besar patung-patung Pulau Paskah
disebut Moai telah Scoria batu dalam desain mereka.
Petrogenesa batuan ini adalah ketika terjadi peningkatan tekanan magma,
gas terlarut dapat exsolve dan membentuk vesikula. Beberapa vesikula terjebak
ketika magma membeku. Biasanya vesikula kecil, bulat dan tidak menimpa satu
sama lain. Kerucut vulkanik Scoria dapat ditinggalkan setelah letusan, biasanya
membentuk gunung dengan kawah di puncak. Contoh adalah Gunung Wellington,
Auckland di Selandia Baru, yang seperti Three Kings di selatan kota yang sama
telah banyak digali. Quincan, bentuk unik Scoria, yang digali di Gunung Quincan
di Far North Queensland, Australia. Pertambangan di Puna Pau on Rapa Nui /
Pulau Paskah adalah sumber Scoria berwarna merah yang digunakan orang
rapanui mengukir patung-patung Moai khas mereka.

3.TUFF
Tuff (dari bahasa Italia "tufo") adalah jenis batu yang terdiri dari
konsolidasi abu vulkanik yang dikeluarkan dari lubang ventilasi selama letusan
gunung berapi. Tuff kadang-kadang disebut tufa, terutama bila digunakan sebagai
bahan bangunan, meskipun tufa juga mengacu pada batu yang sangat berbeda.

Gambar 3. Tuff

Batu Tuff yang memiliki kenampakan warna yaitu putih terang, struktur
batuannya berlapis, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral
penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan tuff ialah fragmental
dengan ukuran batuannya ialah ash / abu (d < 2 mm). Sedangkan bentuk dari tuff
ialah fragmental. Petrogenesa dari batuan terbentuk dari hasil letusan gunung api
dan kemudian diendapkan.
Produk dari letusan gunung berapi adalah gas vulkanik, lava, uap, dan
tephra. Magma meledak ketika berinteraksi hebat dengan gas vulkanik dan uap.
Bahan padat diproduksi dan dilemparkan ke udara oleh letusan gunung berapi
seperti disebut tephra, terlepas dari komposisi atau ukuran fragmen. Jika
potongan-potongan yang dihasilkan letusan cukup kecil, materi ini disebut abu
vulkanik, yang didefinisikan sebagai partikel-partikel seperti kurang dari 2 mm
dengan diameter, berukuran pasir atau lebih kecil.

4. Lapili Stone
Lapili stone (Lapili) yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur
batuannya massive, dan derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi
mineral penyusunnya mayoritas adalah glass dan kristal, tekstur pada lapili stone
ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah lapili (2-64 mm). Sedangkan
bentuk dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari lapili stone ini ialah
terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum membentuk kristal
yang utuh. Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya, mineralnya
ialah plagioklas dan hornblende (amphibol).
Sebuah partikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal sebagai bom
vulkanik ketika cair, atau blok vulkanik ketika padat, sementara partikel yang
lebih kecil daripada lapili disebut sebagai abu vulkanik. Lapili dapat masih belum
benar-benar membeku ketika mendarat, sehingga tidak memiliki bentuk khusus
(Unconsolidated)

Gambar 4. Lapili
5.Obsidian
Obsidian yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam mengkilat, struktur
batuannya massive, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral
penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan tuff ialah glassy dengan
ukuran batuannya ialah Bomb (d= 2 - 64 mm). Petrogenesa dari batuan terbentuk
secara rapidly sehingga tidak sempat membuntuk kristal.
Obsidian adalah batu beku extrusive terbentuk ketika lava felsic meletus dari
sebuah gunung berapi dan mendinginkan terlalu cepat untuk memungkinkan
kristal untuk membentuk, mengakibatkan kaca. Obsidian berkisar dalam warna
dari hijau menjadi jelas paling sering hitam. Obsidian biasanya 70% atau lebih
SiO2 dan komposisinya mirip granit atau rhyolite. Obsidian mineral terdiri dari
SiO2 relatif murni (sama seperti kuarsa), tapi tentu saja adalah non-kristalin kaca.
Obsidian adalah kaca vulkanik yang terjadi secara alami terbentuk sebagai
sebuah batu beku ekstrusif. Hal ini dihasilkan ketika ekstrusi felsic lava dari
gunung berapi mendingin tanpa pembentukan kristal. Obsidian umumnya
ditemukan di dalam batas-batas aliran lava. Rhyolitic dikenal sebagai obsidian
mengalir, di mana komposisi kimia (kandungan silika tinggi) menginduksi
viskositas tinggi dan derajat polimerisasi lava. Atom yang inhibisi difusi melalui
ini sangat kental dan polimerisasi lava menjelaskan kurangnya pertumbuhan
kristal. Karena kurangnya struktur kristal, tepi bilah obsidian bisa mencapai
hampir molekul kurus, yang menyebabkan kuno digunakan sebagai proyektil
poin, dan modern yang digunakan sebagai pisau bedah pisau bedah.
Gambar 5. Obsidian

Obsidian adalah mineral, tetapi tidak mineral sejati karena sebagai kaca tidak
kristalin; di samping itu, komposisi terlalu rumit untuk membentuk satu mineral.
Kadang-kadang diklasifikasikan sebagai mineraloid. Meskipun obsidian berwarna
gelap mirip dengan batu mafic seperti basalt, obsidian komposisi sangat asam.
Obsidian terdiri dari SiO2 (silikon dioksida), biasanya 70% atau lebih. Batu
kristal dengan komposisi obsidian termasuk granit dan rhyolite. Obsidian
memiliki kadar air rendah ketika segar, biasanya kurang dari 1% air berdasarkan
berat, tetapi menjadi semakin kering saat terkena air bawah tanah, membentuk
perlite.
Obsidian biasanya gelap dalam penampilan, meskipun warna bervariasi
tergantung pada kehadiran pengotor. Besi dan magnesium biasanya memberikan
obsidian hijau tua menjadi cokelat ke warna hitam. Sangat sedikit sampel hampir
tidak berwarna. Dalam beberapa batu, dimasukkannya kecil, putih, kristal
berkumpul radial kristobalit di kaca hitam menghasilkan jerawat atau pola
kepingan salju (kepingan salju obsidian). Pola-pola tersebut mungkin juga
mengandung gelembung gas yang tersisa dari aliran lava, sejajar sepanjang
lapisan diciptakan sebagai batuan cair mengalir sebelum didinginkan. Gelembung
ini dapat menghasilkan efek yang menarik seperti emas kemilau (kilau obsidian)
atakilau pelangi (rainbow obsidian).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/07/batuan-piroklastik.html (09-APRIL-2016
PUKUL 15.30)

https://elangnaga.wordpress.com/2014/01/26/petrografi-batuan-beku-fragmental-
piroklastik/(12 APRIL 2016 PUKUL 16.00)

http://arriqofauqi.blogspot.co.id/2014/10/macam-macam-batuan-piroklastik.html((09-
APRIL-2016 PUKUL 16.30)

Anda mungkin juga menyukai