ENDAPAN
EN
Laboratorium Endapan Mineral
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
OUTLINE PEMBAHASAN
1. DEFINISI 1. TIMAH PRIMER
2. KLASIFIKASI GRANITOID 2. PERSEBARAN DEPOSIT
GREISEN/TIMAH PRIMER
3. GREISEN
3. DAFTAR PUSTAKA
4. MINERALISASI
DEFINISI
1. Kata Greisen mengacu pada kumpulan alterasi hidrotermal dari batuan granit, khususnya
kuarsa-muskovit dengan satu atau lebih mineral pembawa F dan B, paling umum fluorit, topas
atau turmalin. (Ridley, 2013)
2. Istilah Greisen mengacu pada kumpulan kuarsa dan muskovit, disertai dengan berbagai jumlah
mineral khas lainnya seperti fluorit, topas, dan turmalin. (Pirajno,1992)
3. Greisenisasi didefinisikan oleh Shcherba (1970) sebagai suhu tinggi, alterasi pasca-magmatik
batuan oleh larutan kaya volatil yang terkait dengan pendinginan intrusi granit.
4. Burt (1981, p.832) mendefinisikan Greisenisasi sebagai batuan granit yang diubah secara
hidrotermal yang terdiri dari campuran kuarsa dan mika, dengan topaz, turmalin, fluorit atau
mineral lainnya yang kaya F atau B.
5. Greisen merupakan istilah yang definisikan sebagai suatu agregat granoblastik kuarsa dan
muscovit (atau lepidolit) dengan mineral aksesoris antara lain topaz, tourmalin dan flourite yang
dibentuk oleh post-magmatik alterasi metasomatik dari granit (Best, 1982; Stemprok, 1987).
KLASIFIKASI GRANITOID
a) Sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (stannum) dan
nomor atom 50.
b) Batuan pembawa mineral timah adalah batuan granit tipe S
c) Mineral utama pembawa timah adalah Cassiterite
d) Fluida pembentuk endapan timah dapat terkayakan oleh F dan B
e) Endapan Timah Primer dapat terbentuk dalam open system dan close system
f) Endapan Timah dapat terbentuk secara primer maupun sekunder
g) Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau
Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kalimantan.
Timah (Sn)
Physical Appearance:
a) White in colour
b) Glassy luster
c) Silver look-like
d) Diamagnetic
e) Corrosion resist
Physical Character :
a) High Ductility
b) Easy to Shape
c) Melt-able
d) Good Conductor
Tahapan Greisen Alkali Metasomatism
Pada saat pembekuan magma akhir, larutan
sisa yang kaya akan Na akan menyebabkan
terjadinya proses alkali metasomatism
khususnya albitisasi
H+ Metasomatism
Setelah albitisasi selesai, ion H+ akan
terbentuk dimana seiring dengan
meningkatnya kandungan H+ maka akan
menyebabkan terjadinya H + Metasomastism
yaitu greisenisasi yang ditandai dengan
munculnya himpunan mineral kuarsa dan
muskovit
(Pirajno, 2009). Advanced H+ Metasomatism
Alterasi Greisen biasanya diawali dengan Apabila kandungan H+ bertambah banyak
metasomatisme Na (Albitisasi) dimana ion H terbentuk seiring dengan penambahan ion H+ baik
lalu memicu terjadinya greisenisasi. Proses ini akibat dari fluida sisa ataupun air meteoric,
melibatkan destabilisasi dan penghancuran feldspar maka akan menyebabkan terjadinya
dan biotite untuk membentuk himpunan mineral quartz silisifikasi dan advanced argillik
+ muscovite.
Schematic greisenisation
Skema zona alterasi greisen processe. After Pollard (1983)
(Scherba, 1970)
TIPE
ENDAPAN
● Timah Primer
● Timah Sekunder
Hutchison, 1984
Tipe Endapan Greisen
Exogreisen
Apabila terjadi di luar tubuh intrusi
pembawa fluida yang memicu
greisenisasi
Fluid
a
Komposisi Fluida
• Fluida hasil granitic melt pada endapan greisen mengalami pengayaan komponen volatile seperti
Cl, B, F, dan unsur logam seperti Sn, W, Mo, Bi, U, Be. (Pirajno, 1992). Fluida pada endapan
greisen memiliki kandungan fluorine (F) dan boron (B) yang melimpah. (Ridley, 2013)
Sifat Fluida
• Fluida greisen memiliki sifat yang bervariasi mulai dari suhu 600 hingga 400°C dan salinitas >40 wt.
% NaCI hingga suhu ± 200°C dan salinitas 10-15 wt.%. (Pirajno, 1992)
Alterasi Pada Endapan Greisen
Alterasi albitisasi
• Albitisasi terbentuk oleh proses metasomatisme Na
• dicirikan oleh mineral pembawa unsur Na (albit)
• terbentuk pada kondisi temperatur antara 400-600° C dan tekanan 1 kbar atau kurang (Pollard,
1983 dalam Pirajno, 2009).
Alterasi mikroklinisasi
• dicirikan oleh penggantian unsur Na menjadi K pada mineral plagioklas albit
• Mikroklinisasi umumnya terbentuk sebelum proses albitisasi namun intensitasnya lebih rendah
dibandingkan albitisasi (Taylor, 1979).
Alterasi Filik
• dicirikan dengan melimpahnya mineral serisit dan kuarsa
• .Alterasi serisitisasi akan menjadi transisi menuju alterasi greisen apabila terjadi peningkatan
mineral seperti topaz, kuarsa, dan zunyite (Pirajno, 2009
Alterasi Pada Endapan Greisen
Greisenisasi
• proses dekomposisi mineral feldspar dan biotit menjadi kuarsa, topaz, muskovit, dan kasiterit pada
granit serta beberapa mineral dengan jumlah yang bervariasi seperti fluorite, dickite, hematit,
turmalin, dan mineral bijih (scheelite, wolframit, molibdenit, bismuth) (Taylor, 1979).
Alterasi turmalinisasi
• dicirikan oleh kelimpahan mineral turmalin yang berhubungan dengan magma granitik.
• Pada batuan granitik yang mengalami greisenisasi, turmalin berkembang secara disseminated yang
kemudian meningkat kelimpahannya terutama pada zona rekahan.
Argilitisasi
• Alterasi argilitisasi dicirikan dengan kelimpahan mineral lempung yang terbentuk sebagai proses
metasomatisme kaya ion H+. Pirajno (2009)
• Terjadi pada suhu antara 100-300oC.
• Alterasi ini dicirikan oleh mineral dari kelompok kaolin seperti kaolinit, dickite, halloysite serta
mineral lain seperti ilit, montmorillonite, klorit, pirofilit, dan alunit.
Model Endapan Greisen
(Scherba, 1970)
Mineralisasi
Mineralisasi pada endapan greisen terjadi pada bagian atas dari intrusi atau pada vein kuarsa dekat dengan
granit yang sudah terubah (Ridley, 2013). Mineralisasi terjadi secara tidak beraturan atau berlembar di
bawah kontak dari granit dan dapat memanjang 10-100 m sebelum mencapai zona alterasi feldsphatic di
atas granit yang masih fresh (Pollard el at. (1988).
TIMAH PRIMER
Florian, 2019
PERSEBARAN DEPOSIT
GREISEN/TIMAH PRIMER
Hutchison, 1984
TIMAH SEKUNDER
Timah sekunder atau biasa disebut juga timah placer adalah timah yang sudah
tertransport dari daerah asalnya dan kemudian terendapkan dan terakumulasi di
suatu tempat.
Contoh Mineralisasi Timah di Belitung Timur
(Sutarto, 2017)
• Andrian, N., Mardiah, M. and Irvani, I., 2020. Potensi Timah Primer Daerah Nyelanding Berdasarkan
Analisis Data Geomagnet. Jambura Geoscience Review, 2(2), pp.88-93.
• Ali, m.M., Sutanto, s. And SUPRAPTO, S., 2017. Geologi, Alterasi, Dan Mineralisasi Timah Primer
Blok Lembah Jambu, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauaii Bangka
Belitung. Jurnal ilmiah geologi pangea, 4(2), pp.29-39.
• F. Neukirchen and G. Ries. 2020. The World of Mineral Deposits. Springer. Nature Switzerland
• Ng, S.W.P., Whitehouse, M.J., Roselee, M.H., Teschner, C., Murtadha, S., Oliver, G.J., Ghani, A.A.
and Chang, S.C., 2017. Late Triassic granites from Bangka, Indonesia: a continuation of the main
range granite province of the South-East Asian tin belt. Journal of Asian Earth Sciences, 138,
pp.548-561.
• Pirajno., 2009, Hydrothermal Processes and Mineral Systems: Springer Science + Bussines Media
B.V.
• Ridley, J. 2013. Ore Deposit Geology. Cambridge University Press
• Shcherba, G. N. 2009. Greisens, England: International geology review
• Taylor, R.G., 1979, Geology of Tin Deposits: New York, Elsevier Scientific Publishing Company.
• Winter, J.D., 2014. Principles of igneous and metamorphic petrology (p. 738). Harlow, UK: Pearson
education.