Anda di halaman 1dari 22

Endapan Greisen

Endapan Mineral
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Overview

▪ Batuan pembentuk endapan greisen adalah batuan granit tipe S


▪ Komoditi utama pada endapan greisen adalah timah dengan mineral bijih berupa
kasiterit (SnO2)
▪ Timah merupakan sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn
(stannum) dan nomor atom 50.
▪ Fluida pembentuk endapan greisen dapat terkayakan oleh F dan B
▪ Endapan greisen dapat terbentuk dalam close system (endogreisen) dan open system
(exogreissen)
▪ Potensi endapan greisen (timah) di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung,
Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kalimantan
▪ Endapan Timah dapat terbentuk secara primer maupun sekunder
Pendahuluan

Diagram QAP Streckessen,1979 Diagram QAF Winter, 2001 dalam Klasifikasi Granotoid berdasarkan kadar
dalam IUGS IUGS alumina, Shand 1927 dalam Winter 2001
Pendahuluan

Klasifikasi S-I-A-M Granitoid, Winter 2001


Definisi

• Greisen merupakan suatu istilah yang mengacu pada batuan himpunan mineral kuarsa dan muskovit, dengan
beberapa mineral asosiasi seperti flourite, topaz, dan tourmaline.
- (Pirajno,1992)

Alterasi Greisen, Bangkabarat, Indonesia Greisen Sn-W pada Two-Mica monzonit, Monte Neme, Spanyol
FLUIDA
Komposisi Fluida
Berdasarkan komposisi kimianya, fluida pada endapan greisen memiliki kandungan fluorine (F) dan boron (B) yang
melimpah. (Ridley, 2013)
Fluida hasil granitic melt pada endapan greisen mengalami pengayaan komponen volatile seperti Cl, B, F, dan unsur
logam seperti Sn, W, Mo, Bi, U, Be. (Pirajno, 1992)
Sifat Fluida
Fluida greisen memiliki sifat yang bervariasi mulai dari suhu 600 hingga 400°C dan salinitas >40 wt. % NaCI hingga suhu ±
200°C dan salinitas 10-15 wt.%

Pollard, 1987
FLUIDA
• Endapan greisen yang terkayakan oleh fluorine (F-Rich fluid) dan boron (B-Rich fluid), dapat di bedakan berdasarkan
beberapa aspek mulai dari tipe granit, setting tectonic, mineral alterasi, hingga komoditi endapannya
- (Pollard,1987)

Perbandingan karakteristik endapan greisen yang terkayakan flourine


dan boron, Pollard (1987)
Tipe Alterasi Hidrotermal
Taylor (1979) mengemukakan beberapa alterasi yang umum berkembang pada endapan
timah primer diantaranya feldspatisasi (albitisasi dan mikroklinisasi), seritisasi, greisen,
turmalinisasi, silisifikasi serta argilitisasi.

Alterasi albitisasi atau bisa disebut juga feldspatisasi-Na menurut Pirajno (2009) dicirikan oleh mineral pembawa
unsur Na (albit) yang menggantikan mineral primer magmatik. Albit akan menggantikan secara langsung mineral K-
Albitisasi feldspar. Albitisasi terbentuk oleh proses metasomatisme Na yang terbentuk pada kondisi temperatur antara 400-
600° C dan tekanan 1 kbar atau kurang (Pollard, 1983 dalam Pirajno, 2009).

Alterasi mikroklinisasi atau bisa disebut juga feldspatisasi-K menurut Pirajno (2009) dicirikan oleh penggantian
Mikroklinisasi unsur Na menjadi K pada mineral plagioklas albit dan membentuk mineral mikroklin atau ortoklas. Mikroklinisasi
umumnya terbentuk setelah proses albitisasi dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan albitisasi (Taylor,
1979).

Alterasi Filik atau dapat disebut juga serisitisasi dicirikan dengan melimpahnya mineral serisit dan kuarsa. Istilah
mineral serisit itu sendiri yaitu mineral mika seperti muskovit, paragonit, phengite, fuchsite, roscoelite namun
Filik (Serisitisasi) memiliki ukuran yang halus. Alterasi serisitisasi akan menjadi transisi menuju alterasi greisen apabila terjadi
peningkatan mineral seperti topaz, kuarsa, dan zunyite (Pirajno, 2009).

Greisenisasi merupakan proses dekomposisi mineral feldspar dan biotit menjadi kuarsa, topaz, muskovit, dan
Greisen kasiterit pada granit serta beberapa mineral dengan jumlah yang bervariasi seperti fluorite, dickite, hematit,
turmalin, dan mineral bijih (scheelite, wolframit, molibdenit, bismuth) (Taylor, 1979).
Tipe Alterasi Hidrotermal
Alterasi turmalinisasi dicirikan oleh kelimpahan mineral turmalin yang berhubungan dengan magma granitik.
Pada batuan granitik yang mengalami greisenisasi, turmalin berkembang secara disseminated yang kemudian
Turmalinisasi meningkat kelimpahannya terutama pada zona rekahan. Mineral turmalin terdiri dari schorl (kaya Fe), elbaite
(kaya Al,Li), dan dravite (kaya Mg). Mineral turmalin yang kaya dengan unsur Fe umumnya berasosisasi dengan
endapan timah primer (Pirajno, 2009).

Argilitisasi merupakan alterasi yang relatif umum berkembang pada endapan bijih timah (Taylor, 1979). Alterasi
argilitisasi menurut Pirajno (2009) dicirikan dengan kelimpahan mineral lempung yang terbentuk sebagai proses
Argilitisasi metasomatisme kaya ion H+ pada suhu antara 100-300oC. Mineral lempung hadir menggantikan mineral plagioklas
dan mineral mafik seperti hornblenda dan biotit. Alterasi ini dicirikan oleh mineral dari kelompok kaolin seperti
kaolinit, dickite, halloysite serta mineral lain seperti ilit, montmorillonite, klorit, pirofilit, dan alunit. Hasil
investigasi Sainsbury (1960, dalam Taylor, 1979)

Alterasi silisifikasi memiliki pengertian yaitu penambahan mineral silika (kuarsa) tanpa menggantikan mineral asli
Silisifikasi pada batuan. Pada endapan timah silisifikasi berkembang selama atau setelah proses greisenisasi (Pirajno, 2009)
Tahapan Pembentukan Endapan Greisen

• Alkali Metasomatism
Pada saat pembekuan magma akhir, larutan sisa yang kaya
akan Na dan K akan menyebabkan terjadinya proses alkali
metasomatism dan membentuk alterasi albitisasi dan
mikroklinisasi
• H+ Metasomatism
Setelah albitisasi selesai, ion H+ akan terbentuk, dimana
seiring dengan meningkatnya kandungan H+ maka akan
menyebabkan terjadinya H + Metasomastism dan
membentuk alterasi greisen dan filik yang ditandai dengan
munculnya himpunan mineral kuarsa dan muskovit
• Advanced H+ Metasomatism
Apabila kandungan H+ bertambah banyak seiring dengan
penambahan ion H+, baik akibat dari fluida sisa ataupun air
meteoric, maka akan menyebabkan terjadinya argilik
Model Ideal Urutan Evolusi Alterasi yang Berlaku pada
Sebagian Besar Endapan Porfiri
dan Greisen (Pirajno, 2009).
Skema proses greisenisasi
(Pollard, 1983)

Sistem Greisen (Pirajno, 2009)

Skema zona alterasi greisen (Ridley, 2013)


GREISEN

Berdasarkan tempat terjadinya, greisen terbagi menjadi:


• Endogreisen
Merupakan endapan greisen yang terbentuk di dalam tubuh intrusi pembawa fluida yang memicu
greisenisasi itu sendiri, dicirikan dengan dominasi stockwork dan minor vein, serta mineralisasi umumnya
yang terbentuk secara diseminasi
• Exogreisen
Merupakan endapan greisen yang terbentuk di luar tubuh intrusi pembawa fluida yang memicu greisenisasi,
dicirikan dengan mineralisasi yang hadir pada batuan dinding dengan geometri urat baik lode, sheeted vein,
maupun jog

Pollard, 1987
MODEL GREISEN

• Endapan greisen dapat berasosasi dengan berbagai


macam jenis batuan samping. Jenis batuan samping
yang berbeda maka akan menghasilkan himpunan
mineral yang berbeda pula.

Illustrating Mineral and Alteration Zoning


of Tin Promary Deposits. (Cox and
Model Greisen menurut Scherba (1970) dalam
Bagby, 1986)
Pirajno (2009)
Mineralisasi

• Mineralisasi pada endapan greisen terjadi pada bagian atas dari intrusi (endogreisen) atau pada
vein kuarsa dekat dengan granit yang sudah terubah (eksogreisen) dengan mineral bijih utama
berupa kasiterit (Ridley, 2013).

Taylor, 1979
Stannum (Sn)

Physical Appearance:
• White in colour
• Glassy luster
• Silver look-like
• Diamagnetic
• Corrosion resist

Physical Character :
▪ High Ductility
▪ Easy to Shape
▪ Melt-able
▪ Good Conductor
MINERAL PEMBAWA TIMAH
• Pada umumnya endapan bijih termasuk juga timah (Sn) tidak terdapat sebagai unsur bebas melainkan sebagai suatu
senyawa yang menyusun suatu mineral. Pada endapan timah contohnya, setidaknya terdapat 2 mineral yang
umumnya membawa bijih timah yaitu kasiterit (SnO2) dan stanit (Cu2FeSnS4).

Mineral umum yang mengandung bijih timah (Pohl, 2011)

Kenampakan Mineral kasiterit (hitam)


dalam mineragrafi
PERSEBARAN TIMAH DI ASIA
TENGGARA
• Sabuk Timah Asia Tenggara (Southeast Asian Tin Belt) merupakan salah satu
daerah penghasil timah terbesar di dunia
• Zona tersebut memiliki panjang 2800 km dan lebar 400 km
• Total cadangan mencapai 9,6 juta ton dan mensuplai 54% dari kebutuhan timah
dunia sejak tahun 1800
• Negara penghasil timah di Asia Tenggara adalah Indonesia, Malaysia, dan Thailand

Hutchison, 1984 Sebaran Blok/Sabuk Timah Dunia (Taylor,1979)


Persebaran Timah Indonesia

Sebaran Granitoid Pada Sebagian Asian Tin Belt


TIPE ENDAPAN TIMAH

• Timah Primer
Merupakan endapan timah yang terbentuk
akibat proses magmatik dan hidrothermal yang
kemudian terakumulasi baik secara diseminasi
pada granit maupun urat
• Timah Sekunder
Merupakan endapan timah yang terbentuk
akibat proses erosi dan pelapukan yang
kemudian terendapan ditempat lain, baik pada
lereng maupun lembah.

Hutchison, 1984
ENDAPAN TIMAH PRIMER DI PULAU BANGKA
- Fluida pembawa timah di pulau Bangka berasal dari Formasi Granit
Klabat yang merupakan anggota dari Main Range Province Granite.

- Endapan Timah di Pulau Bangka umumnya berkembang pada batuan


dinding berupa Batupasir Tanjunggenting (eksogreisen) dan Granit Klabat
sendiri (endogreisen).

- Endapan Timah primer di pulau Bangka umum ditemukan terakumulasi


pada urat, baik sheeted vein, Lode vein dan stockwork.

- Beberapa daerah yang memilik endapan timah primer di Pulau Bangka,


diantaranya Jebus dan Pemali

Sebaran Granitoid Pada Pulau Bangka dan Belitung

Sheeted vein Lode vein Stockwork


ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI PULAU BANGKA

- Endapan Timah Sekunder di Pulau Bangka dikontrol


oleh proses peneplainasi yang terjadi sejak Yura.

- Granit Klabat sebagai batuan sumber pembawa timah


di Pulau Bangka mengalami erosi yang kemudian
membentuk endapan timah sekunder (placer) di
lembah hingga tepi pantai

- Endapan Timah Sekunder pada beberapa lokasi hadir


bersama mineral ikutan timah (MIT) berupa monazite,
xenotime, ilmenite, dan mineral pembawa REE lainnya.

- Endapan Timah Sekunder di Pulau Bangka,


terakumulasi pada lembah hingga ke tepi pantai
bahkan laut, yang tersebar di beberapa lokasi di Pulau
Bangka, seperti Toboali, dan Cambai

Schwartz, 1995
DAFTAR PUSTAKA

• Corbett, G. dan Leach, T., 1997, Southwest Pacific Rim Gold-Copper Systems: Structure, Alteration, and
Mineralization: New Zealand, Society of Economic Geologist Special Publication, v.6.

• Hutchinson, C.S., 2014, Tectonic Evolution of Southeast Asia: Malaysia, Bulletin of the Geological Society of
Malaysia, v. 60, Desember 2014, p. 1-18.

• Lindgren, W., 1933, Mineral Deposits: New York, McGraw Hill Book Company, Inc. Maninji, L, 2015, A Study of
Primary Tin Mineralization in Bangka Island, Indonesia: Case Study on Pemali Tin Mine: Geological
Engineering Department UGM, Tidak Diterbitkan.

• Pirajno, F., 2009, Hydrothermal Processes and Mineral Systems: Australia, Springer Science.

• Pohl, W.L., 2011, Economic Geology Principles and Practice: Metal, Minerals, Coal, and Hydrocarbons – Introduction
to Formation and Sustainable Exploitation of Mineral Deposits: UK, John Willey & Sons, Ltd.

• Seatrad, 1987, Resource Evaluation of Primary (and Secondary) Tin Potential of Northern Bangka, Indonesia:
Malaysia, South East Asia Tin Research and Development Center, Tidak Diterbitkan.

• Taylor, R.G., 1979, Geology of Tin Deposits: New York, Elsevier Scientific Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai