Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

GEOLOGI FISIK

DISUSUN OLEH :
IRWAN
14.420.4100.867
PLUG II
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
DISUSUN OLEH :

IRWAN
NIM 14.4100.420.867
Yogyakarta, 29 Desember 2014
Menyetujui,

Asistant Dosen Pembimbing


Praktikum Geologi Fisik

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya Laporan Akhir PraktikumGeologi Fisik ini dapat selesai
tepat pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dari kegiatan praktikum
Petrologi, Peta Topografi, Stratigrafi, geologi struktur dan Peta Geologi.
Disadari pula dalam menyelesaikan laporan ini terdapat banyak kendala dalam
pembuatannya, sehingga laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu segala
saran dan kritikan yang membangun sangat dibutuhkan agar laporan ini dapat
menjadi lebih sempurna lagi untuk selanjutnya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang selama ini telah
membantu dan membimbing penyusun dalam melaksanakan kegiatan praktikum,
serta kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam proses penyelesaian
laporan ini. Akhir kata semoga laporan akhir praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Yogyakarta, 29 Desember 2014


Penyusun
IRWAN
NIM 14.4100.420.867

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................
BAB II

PETROLOGI.............................................................................
2.1 DASAR TEORI..................................................................
2.1.1 Pengertian Batuan Beku...................................
2.1.2 Jenis-Jenis Batuan Beku...................................
2.1.3 Struktur Batuan Beku.......................................
2.1.4 Tekstur Batuan Beku.........................................
2.2 TUJUAN PRAKTIKUM...............................................
2.3 TUGAS PRAKTIKUM.................................................
2.4 HASIL PERCOBAAN..................................................
2.5 PEMBAHASAN...........................................................
B. Batuan Sedimen
2.6 DASAR TEORI
C. Batuan Metamorf
5.1 Penegertian Batuan Metamorf.........................................
5.2 Struktur Batuan Metamorf...............................................
5.3 Tekstur Batuan Metamorf................................................
5.4 Komposisi Mineral Batuan Metamorf.............................
5.5 Hasil Pendeskripsian Batuan Metamorf..........................

BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan......................................................................
6.2 Saran................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi dimulai sebagai ujung
tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan gas
bumi atau disebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal. Disamping itu
juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur sumur baru atau
eksplorasi development well.
Perdebatan ilmiah didalam ilmu pengetahuan sangat lumrah terjadi terutama
didalam era modern saat ini dimana semua analisa data dan interprestasinya didukung
oleh perangkat teknologi modern yang menghasilkan alat alat canggih sebagai
pencatat data perut bumi seperti log mekanik, seismik, data data satelit yang
akurasinya dapat dipertanggung jawabkan.
Industri perminyakan, merupakan industri yang tergantung dari data di alam,
oleh karena itu menjadi sangat penting keberadaan laboratorium dan prasarananya
yang semuanya sudah terkomputerisasi untuk memecahkan berbagai persoalan yang
timbulnya dan bahkan menghasilkan konsep konsep baru yang dapat dipakai
sebagai model baru.
Berdasarkan data data yang dikumpulkan dari alam, maka ilmu geologi
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan berbagai cabang ilmu alam yang lain
seperti bidang Tata Lingkungan dan Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan Bidang
Pertambangan.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah diberikan
merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari tentang bumi yang
menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk produk yang
dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang pernah hidup
didalamnya.
Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan
Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip
prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang

Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan lapisan
batuan sedimen secara kesuluruhan.
Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada
dua (2) faktor utama pembentukan bumi :
1.

Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya
bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol oleh
struktur geologi atau deformasi bumi.

2. Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat merubah,
seperti pelapukan, erosi dan denudasi.
Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalam apa yang disebut
DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu :
Orogenesa (pembentukan pegunungan)
Glyptogenesa (penghancuran relief)
Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan pengendapan)
Gambar 1.1 siklus geologi

OROGENESA
ENDOGEN

EKSOGEN

LITHOGENESA

GLYPTOGENESA

Gambar 1.1 siklus geologi

BAB II

PETROLOGI

2.1 DASAR TEORI


Batuan merupakan salah satu unsur pembentuk atau penyusun bumi yang banyak
tersebar didalam bumi. Batuan tersusun atas mineral-mineral. Kita dapat dengan
mudah menjumpai batuan dimanapun kita berada.
2.1.1

Jenis-jenis batuan

Pada umumnya batuan penyusun bumi ini terdiri atas tiga jenis yaitu batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf.
2.1.1.1 BATUAN BEKU
1. Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya,
proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
2. Jenis-jenis batuan beku
Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku dibagi menjadi :

Batuan Beku Asam


Batuan Beku Intermediate
Batuan Beku Basa
Batuan Beku Ultra Basa

> 66% SiO2


52% - 66% SiO2
45% - 52% SiO2
< 45% SiO2

Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dibagi menjadi :


a. Batuan Beku Dalam

Batuan berku dalam adalah batuan beku yang terbentuk didalam bumi. Magma
yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat
mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan
sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam
mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan
batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau
menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk
batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan,
termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik.
b. Batuan Beku Luar
Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan bumi. Magma
yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan
gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan
ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai
fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat
mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau
basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi
sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur
ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan
jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya. Apabila
magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava),
dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi
batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik.

3. Struktur Batuan Beku


Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku
ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada

tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang
tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah
yang disebut sebagai struktur batuan beku.

Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam. Contohnya :

Gambar 2.1: Struktur Masif

Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
Contohnya :

|
Gambar 2.2: Sheeting Joint

Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal


seperti batang pensil.Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang
bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada
lingkungan air. Contohnya :

Gambar 2.3: Columnar Joint

Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.


Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan. Contohnya :

Gambar 2.4: Vesikular

Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit. Contohnya :

Gambar 2.5: Amigdaloidal

Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral


pada arah tertentu akibat aliran. Contohnya :

Gambar 2.6: Struktur Aliran

Scorious, struktur vesikuler yang penyebarannya merata dengan lubang-lubang


yang saling berhubungan.

4. Tekstur Batuan Beku


Magma merupakan suatu larutan panas yang kompleks. karena terjadi penurunan
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini
mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan
magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda.

Gambar 2.7: Tekstur Batuan

Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:


1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf). Terjadi
akibat magma membeku dengan cepat saat menyentuh atmosfer. Suhu dan
tekanan di atmosfer jauh lebih rendah dibandingkan dengan dapur magma.
Akibatnya tidak sempat membentuk kristal atau amorf, seperti obsidian.
Kadang lava mendingin atau membeku dengan cepatnya sehingga atom-

atomnya tidak sempat membentuk mineral, sehingga yang terbentuk ialah


mineraloid. Batuan beku luar yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari gelas
dinamakan obsidian.
2. Afanitik (fine grained texture), aphanitic dari bahasa Yunani phaneros yang
berarti terlihat, dan a yang berarti tidak) dapat diartikan mineral-mineralnya
tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Memperlihatkan pembekuan yang
cepat namun masih sempat membentuk kristal yang kecil. Melalui
pengamatan di bawah mikroskop dapat dikenali sebagai feldspar dan kuarsa.
3. Fanerik (coarse grained texture), batuan dengan tekstur ini butiran mineralnya
dapat dilihat tanpa mikroskop, memperlihatkan besar kristal yang hampir
seragam dan saling mengunci (interlock). Bentuk kristal yang besar ini
menyatakan bahwa pembekuannya berlangsung sangat lama di bawah
permukaan bumi.
4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus dimana terdapat campuran antara
butiran kasar di dalam massa dengan butiran yang lenih halus. Butiran yang
relative sempurna dinamakan fenokrist (phenocrysts), sedangkan butiran yang
lebih kecil disebut massa dasar (groundmass). Tekstur porfiritik menunjukkan
bahwa magma yang sebagian membeku bergerak ke atas dengan cepat lalu
mendingin dengan cepat pula. Sehingga meghasilkan fenokris yang dikelilingi
oleh massa dasar. Pegmatite, merupakan batuan beku dalam yang terdiri dari
mineral-mineral yang berukuran tidak lazim, besar-besar, sampai 2 cm atau
lebih.
5. Pyroklastik, dalam bahasa Yunani pyro artinya api dan klastos adalah pecah.
Dikatakan pyroklastik jika strukturnya mirip dengan porfiritik namun bila
dilihat di bawah mikroskop bahwa butirannya lebih banyak pecah-pecah dari
pada saling mengunci. Fragmennya juga bengkok, terpilin dan terdeformasi.
Terjadi akibat erupsi ledakan material berukuran debu yang dihembuskan ke
atas.
Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 2.1 : klasifikasi batuan beku


Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal danukuran
kristal yang masing-masing dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan :
1. Derajat Kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
kristal.
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c) Holohialin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
gelas.

2. Granularitas

a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh


mineral-mineral yang

berukuran kasar.

b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh


mineral berukuran halus.
c) Porfiritic, yaitu batuan beku yang disusun oleh kristal-kristal besar
dilingkupi dengan kristal-kristal halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama
kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir
biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a)

Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b)

Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

c)

Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Berdasarkan keseragaman antar butirnya


Relasi adalah hubungan antara kristal yang satu dengan yang lainnya
dalam batuan. Secara garis besar dibagi dua yaitu:
a)

Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir


sama

b)

Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak


sama

5. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku kita cukup
mempergunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan
mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun
batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:
a) Mineral Felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama dari
b) mineral kuarsa, feldspar, feldspartoid, dan muskovit.
c) Mineral mafik, yaitu mineral-mineral yang berwarna gelap, terutama
biotit, amphibol, dan olivin.

2.1.1.2 BATUAN SEDIMEN


1.

Pengertian Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses litifikasi dari hancuran

batuan lain. Litifikasi batuan adalah proses yang meliputi kompaksi, autigenik,
diagnesa yaitu prises terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas
menjadi batuan yang kompak.
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari batuan batuan beku
ataupun batuan metamorf yang telah ada yang terbentuk akibat prosesnya yang secara

mekanis,ataupun kimiawi. Secara keterbentukanya batuan sedimen ini terbentuk


akibat proses pelapukan dimana batuan batuan yang telah ada akan terlapukan atau
bisa jadi tererosikan baik secara mekanis, kimiawi ataupunbiologis.
Suatu pelapukan pada umumnya itu sendiri dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a) Pelapukan Mekanis, yaitu suatu proses pelapukan yang diakibatkan oleh
proses fisika.
b) Pelapukan Kimiawi, yaitu pelapukan yang diakibatkan oleh proses kimiawi.
c) Pelapukan Biologis, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup.

2.

Macam-macam batuan sedimen


Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik.


a) Batuan sedimen klastik
Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada (batuan beku,
metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin, gletser) dan
diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan sedimen terjadi terus menerus
sesuai dengan berjalannya waktu sehingga endapan sedimen semakin lama semakin
bertambah tebal. Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan endapan
sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi kemudian mengalami
proses diagenesa, sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi (pembatuan) menjadi
batuan sedimen. Dalam pengamatan suatu batuan sedimen klastik, ada tiga hal yang
harus diperhatikan diantaranya :
Struktur batuan
Struktur batuan sedimen tidak banyak dilihat dari contoh-contoh batuan di
laboratorium. Macam-macam struktur batuan sedimen yang penting antara lain

Struktur Perlapisan, dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen
klastik yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan.

Perlapisan, secara kasat mata atau megaskopis pada batuan sedimen ini terlihat
adanya lapisan-lapisan.

Pelapisan sejajar, pada batuan sedimen terlihat adanya bidang perlapisan saling
sejajar.

Silang siur, pada batuan sedimen terlihat adanya bidang perlapisan saling tidak
beraturan.

Gradded bedding, perlapisan batuan sedimen yang menunjukan adanya perbedaan


fragmen
atau ukuran butir.

Riple mark, perlapisan batuan sedimen yang terlihat seperti ombak atau
gelombang karena akibat dari pengikisan oleh air atau angin. Selain riple mark
masih ada lagi struktut batuan sedimen lainnya.

Tekstur Sedimen Klastik


Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur dalam batuan
sedimen klastik ini anatara lain:

Ukuran Besar Butir (Grain Size)

Dalam pemerian ukuran besar butir digunakan pedoman ukuran berdasarkan


skala Wentworth, yaitu:
Tabel 2.2 Skala Wentworth

Nama Butir

Ukuran

Skala

Wentworth

Besar Butir (mm)

Bongkah

Boulder

256

Brangkal

Couble

256-64

Kerakal

Pebble

64-4

Kerikil

Granule

4-2

Pasir Sangat Kasar

Very Coarse Sand

2-1

Pasir Sedang

Medium Sand

-1/4

Pasir Halus

Fine Sand

-1/8

Pasir Sangat Halus

Very Fine Sand

1/8-1/16

Lanau

Silt

1/16-1/256

Lempung

Clay

1/256

Derajat Pemilahan/ Sortasi


Yang dimaksud dengan derajat pemilahan atau sortasi adalah tingkat
keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen. Derajat pemilahan ini pun
hanya dapat diamati secara megaskopis pada batuan yang bertekstur kasar,
tingkat derajat pemilahan terdiri dari pemilahan baik (well sorted), pemilahan
sedang (moderately sorted), dan pemilahan buruk (poorly sorted).

Derajat Pembundaran (Roundness)


Yang dimaksud dengan derajat pembundaran atau roundness adalah nilai
membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan sedimen, yang dapat
dikategorikan kedalam menyudut (angular), menyudut tanggung (subangular),
membulat (rounded) membulat tanggung (subrounded), dan membulat baik
(well rounded).

Komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik


Pada batuan sedimen klastik ini, pemerian komposisi mineralnya didasarkan
atas:
- Fragmen, yakni butiran pembentuk batuan yang berukuran paling
besar, fragmen
dapat berupa butiran mineral, batuan, atau fosil.

Matrik, yakni bagian dari butiran pembentuk batuan yang


berukuran lebih kecil dari fragmen, biasanya mempunyai komposisi yang
sama

dengan fragmen.

Semen, yakni bahan pengikat antara matrik dan semen. Bahan-bahan


semen yang lazim adalah : Semen karbonat (kalsit, dolomit), Semen
silika (kalsidon, kwarsa) dan Semen oksida besi (limonit,

hematit,

siderit)

b) Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal dari proses
kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati.
Biasanya tempat terbentuknya adalah secara insitu dalam artian tidak tererosikan dan
terbawa ke suatu tempat lain yang mengalami perpindahan.
Berbeda dengan pengamatan batuan sedimen klastik, pada pengamatan atau analisa
batuan sedimen non klasatik hanya diperlukan pengamatan dari segi struktur dan
tekstur saja. Contoh : Batupasir, Batugamping dan Batubara.
Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun
kegiatan organik. Macam macam struktur yang penting :
a) Organik
Pada batuan sedimen organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya
dengan jelas walaupun seringkali terdapat rekristalisasi. Hal ini dikarenakan

sedimen organik dihasilkan olek aktifitas organisme yang terdapat sebagai


sisa organisme yang biasanya tetap tinggal di tempatnya.
b) Kimiawi
Pada batuan sedimen non klastik kimiawi terbentuk oleh reaksi kimia.
Strukturnya tampak hasil hasil reaksi kimia pada batuan sedimen.
c) Monomineralik
Pada batuan sedimen non klastik monomineralik, strukturnya biasanya
hanya dibentuk dari satu jenis mineral saja
Tekstur Batuan Sedimen Non Klastik
Sama halnya dengan batuan sedimen klastik, batuan sedimen non klstik juga
memiliki tekstur tersendiri. Tekstur pada batuan sedimen non klastik dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a) Kristalin, yaitu tekstur batuan sedimen non klastik dimana kristal
kristalnya saling mengunci satu sama lain.
b) Amorf, yaitu tekstur pada batuan sedimen non klastik dimana batuan ini
tersusun dari mineral yang tidak membentuk kristal kristal (non kristalin).
c) Gelas, yaitu tekstur batuan sedimen non klastik dimana mineral
penyusunnya berupa gelas-gelas, baik berbentuk mikroskopis maupun
megaskopis.
d) Fibrous, yaitu mineral-mineral penyusun batuannya berbentuk jarus atau
berserat.

2.1.1.3 BATUAN METAMORF


1. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfose pada
batuan yang.telah ada sebelumnya. Proses metamorfose sendiri adalah proses
perubahan mineral, tekstur atau struktur batuan dalam keadaan padat akibat

perubahan tekanan (P) dan suhu yang tinggi / temperature (T) dalam kerak bumi
tanpa perubahan pada komposisi kimia.
Proses metamorfose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase
cair. Dimana komposisi kimia batuan tidak berubah tetapi yang berubah hanya
susunan mineraloginya. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan
batuan metamorf adalah:
2. Tipe-Tipe Metamorfose Batuan Metamorf
Metamorfosa batuan adalah suatu proses perubahan bentuk suatu batuan dari
bentuk awal menjadi bentuk batuan lain. Suatu proses metamorfosa batuan
disebabkan oleh adanya perubahan suhu dan tekanan terhadap suatu batuan. Proses
metamorfosa batuan dibedakan menjadi tiga macam, diantaranya:
A. Metamorfose sentuh / thermal / kontak, yaitu metamorfose yang- terjadi akibat
intrusi magma atau ekstrusi lava. Perubahan -yang terjadi akibat temparatur (T)
yang tinggi.
B. Metamorfose dinamik , yaitu metamorfose yang terjadi pada daerah yang
mengalami dislokasi intensif. Biasanya didapatkan di daerah sempit, misal
akibat -patahan. Metamorfose yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan tekanan
(P).
C. Metamorfose regional
Metamorfose yang terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan
pegunungan atau orogenesa. Batuan yang termetamorfose diakibatkan terutama
oleh kenaikan tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama. Biasanya
didapatkan di daerah geosinklin yang dasarnya mengalami penurunan.

3. Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf merupakan hubungan antar butir-butir penyusun dalam


batuan metamorf. Struktur dalam batuan metamorf dibedakan menjadi dua macam,
yaitu struktur foliasi dan nonfoliasi
Struktur Foliasi
Struktur batuan metamorf yang disebabkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan. Dibedakan lagi menjadi :
a. Slaty cleavage
yaitu kenampakan (kesejajaran) pada batuan metamorf yang berbutir halus
ditunjukkan oleh kehadiran bidang-bidang belah yang sangat rapat. Keteraturan
bidang-bidang belah tersebut merupakan percerminan susunan mineral-mineral yang
sangat halus. Nama batuannya disebut slate (batu sabak).
b. Phyllitic
yaitu struktur yang hampir sama dengan slaty cleavage, tapi tingkatannya lebih
tinggi, ditunjukkan oleh kahadiran kilap sutra yang disebabkan olehh kehadiran mika
yang sangat halus. Nama batunnya disebut phillit (filit).
c. Schistosic
yaitu struktur foliasi yang disebabkan oleh penjajaran mineral-mineral pipih.
Kenampakan belahannya lebih jelas dari filit sehingga lebih mudah dibelah. Nama
batuannya disebut sekis.
d. Gneissic
yaitu struktur foliasi yang diperlihatkan, oleh penjajaran mineral-mineral.granular
atau berbutir kasar, umumnya berupa kwarsa dan feldspar. Struktur ini seringkali
memperlihatkan belahan-belahan tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur
yang putus-putus). Nama batuannya disebut gneis (genis).
Struktur Nonfoliasi
Yaitu struktur batuan metamorf yang dicirikan dengan tidak adanya penjajaran
mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf tersebut. Dibedakan lagi menjadi :
a. Hornfelsik (hornfels)
yaitu struktur batuan motamorf dimana butlr-butirnya equidimensional dan tidak
menunjukkan pengarahan atau orientasi. Nama batuannya disebut hornfels.
b. Kataklastik

yaitu struktur yang terdiri dari pecahan -pecahan atau fragmen-fragmen batuan
atau mineral. Kelompok batuan/ mineral tersebut tidak menunjukkan arah. Misalnya
breksi patahan yang biasanya dijumpai pada zona-zona patahan atau sesar.
c. Milonitik
struktur hampir sama dengan kataklastik, tetapi butirannya lebih halus dan dapat
dibelah-belah seperti schistose. Struktur milonitik ini disebabkan oleh sesar yang
sangat kuat, sehingga fragmennya lebih halus dan biasanya menunjukkan foliasi.
4. Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur dalam batuan metamorf non foliasi menyangkut mengenai rekristalisasi
dari mineral yang sangat dipengaruhi oleh temperatur yang terjadi saat metamorfose.
Tekstur dalam batuan metamorf akan dicerminkan oleh ukuran dan bentuk butir
penyusun.
Tekstur dalam batuan metamorf dibedakan atas dua macam yaitu Kristaloblastik dan
Palimpsest.

Kristaloblastik
Yaitu mineral-mireral batuan asal sudah mengalami kristalisasi kembali

seluruhnya pada waktu terjadi metamorfose. Terjadi pada saat tumbuhnya mineral
dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi), dalam pembentukan
batuan beku mineral tumbuh pada suasana cair. Penamaannya biasanya diakhiri
dengan kata blastik.
a) Lepidoblastik, terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral
mika (muskovit, biotit).

Gambar 2.16 Lepidoblastik

b) Nematoblastik, Terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral


plagioklas, k-felspar, piroksen.
Gambar 2.17 Nematoblastik

c) Granoblastik, terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan


batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya
kuarsa.

Gambar 2.18 Granoblastik


d) Porfiroblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana suatau kristal besar
(fenokris) tertanam pada massa dasar yang relatif halus.

Gambar 2.19 Porfiroblastik


e) Idioblastik, tekstur pada batuan metamorf di mana bentuk mineral-mineral
penyusunnya berbentuk euhedral.

f) Xenoblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral


penyusunnya berbentuk anhedral.
Gambar 2.20
tektur dari
kristaloblatik

Palimpsest

Yaitu tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur batuan asalnya.
Penamaanya biasanya diawali dengan kata blasto.
a) Blastoporfiritik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
b) Blastoopitik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur apitik.

5. Komposisi Mineral Batuan Metamorf


Dalam mendeskripsikan batuan metamorf secara megaskopis komposisi mineral
batuan ini akan mengalami sedikit kesulitan sehingga harus dilakukan pengamatan
lebih lanjut di laboratorium dengan menggunakan alat perbesaran sehungga dapat
teliha kandungan mineral pambentuk batuan metamoef tersebut.
a) Mineral stress, mineral berbentuk pipih, tabular atau prismatic seperti mika,
hornblende dan biotit.
b) Mineral anti stress, mineral penyususnnya berbentuk equidimensional seperti
kwarsa,kalsit,dranit dll.

Gambar 2.21

Gambar 2.22

Proses Metamorfosa Kuarsit

Proses Metamorfosa Marmer

2.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Adapun tujuan praktikum pengamatan dan analisa batuan beku adalah sebagai
berikut :
a) Dapat mengetahui dan menganalisa batuan beku,sedimen dan
metamorf.
b) Dapat mengklasifikasikan batuan beku, sedimen dan metamorf yang
ada dialam.
c) Dapat menentukan dan menjelaskan unsur-unsur pembembentuk dari
suatu batuan
2.3 ALAT DAN BAHAN
a) Pensil
b) Pulpen
c) Penghapus
d) Penggaris
e) Lup
f) Kertas folio bergaris
g) Sampel batuan beku
h) Sampel batuan sedimen
i) Sampel batuan metamorf
j) Modul praktikum geologi fisik petrologi

2.4 TUGAS PRAKTIKUM


a) Mengamatai serta menganalisa suatu batuan beku, sedimen serta metamorf
secara mikriskopis dan megaskopis.
b) Mengklasifikasikan batuan beku, sedimen serta metamorf dari pemerian
batuan.
c) Mendeskripsikan jenis batuan setelah dilakukan pemerian pada batuan
tersebut.

2.5 HASIL PERCOBAAN

2.6 PEMBAHASAN

A. Batuan Beku Basalt


Pada percobaan pertama saya mulai menganalisa batuan beku dengan nomor urut
3 dengan ciri-ciri berwarna abu-abu gelap. Setelah dianalisa dengan menggunakan
lup, struktur batuan tipe scoria. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan dengan
tingkat tekstur. Batuan ini mempunyai derajat kristalisasi dengan tipe hipokristalin,
granularitas dengan tipe afanitik, kemas pertama mempunyai bentuk Kristal
subhedral sedangkan untuk relasi atau hubungan antar butir batuan nya adalah
ineguigranular. Lanjut pada tahap selanjutnya adalah menentukan mineral yang
terkandung didalamnya. Mineral yang terkandung dalam batuan ini adalah mafik.
Dengan ciri-ciri diatas dapat kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu
basalt.
B. Batuan Beku Andesit
Pada percobaan kedua saya mulai menganalisa batuan beku dengan nomor urut 7
dengan ciri-ciri berwarna abu-abu sedang. Setelah dianalisa dengan menggunakan
lup, struktur batuan tipe amigdaloidal. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan
dengan tingkat tekstur. Batuan ini mempunyai derajat kristalisasi dengan tipe
hipokristalin, granularitas dengan tipe porfiritik, kemas pertama mempunyai bentuk
kristal subhedral sedangkan untuk relasi atau hubungan antar butir batuan nya adalah
ineguigranular. Lanjut pada tahap selanjutnya adalah menentukan mineral yang
terkandung didalamnya. Mineral yang terkandung dalam batuan ini adalah mafik
Dengan ciri-ciri diatas dapat kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu
andesit.
C. Batuan Beku Diorit
Pada percobaan ketiga saya mulai menganalisa batuan beku dengan nomor urut 6
dengan ciri-ciri berwarna abu-abu sedang. Setelah dianalisa dengan menggunakan
lup, struktur batuan tipe skoria. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan dengan

tingkat tekstur. Batuan ini mempunyai derajat kristalisasi dengan tipe holokristalin,
granularitas dengan tipe fanerik, kemas pertama mempunyai bentuk kristal euhedral
sedangkan untuk relasi atau hubungan antar butir batuan nya adalah equigranular.
Lanjut pada tahap selanjutnya adalah menentukan mineral yang terkandung
didalamnya. Mineral yang terkandung dalam batuan ini adalah mineral dengan jenis
felsik. Dengan ciri-ciri diatas dapat kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah
batu Diorit.
D. Batubara
Pada percobaan keempat saya mulai menganalisa batuan sedimen dengan nomor
peraga T-51 dengan ciri-ciri berwarna hitam. Batuan sedimen ini jenisnya adalah
batuan sedimen non klastik. Setelah dianalisa dengan menggunakan lup, struktur
batuan tipe berfosil atau organik. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan
dengan tingkat tekstur. Batuan ini mempunyai mempunyai tekstur amorf. Lanjut pada
tahap selanjutnya adalah menentukan mineral yang terkandung didalamnya. Mineral
yang terkandung dalam batuan ini adalah monomineralik karbon. Dengan ciri-ciri
diatas dapat kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batubara.

E. Batugamping
Pada percobaan kelima saya mulai menganalisa batuan sedimen dengan nomor
peraga C-8 dengan ciri-ciri berwarna putih. Batuan sedimen ini jenisnya adalah
batuan sedimen non klastik. Setelah dianalisa dengan menggunakan lup, struktur
batuan tipe oolite. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan dengan tingkat
tekstur. Batuan ini mempunyai mempunyai tekstur kristalin. Lanjut pada tahap
selanjutnya adalah menentukan mineral yang terkandung didalamnya. Mineral yang
terkandung dalam batuan ini adalah kalsium karbonat. Dengan ciri-ciri diatas dapat
kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batugamping.

F. Batukapur
Pada percobaan keenam saya mulai menganalisa batuan sedimen dengan nomor
peraga U-15 dengan ciri-ciri berwarna putih. Batuan sedimen ini jenisnya adalah
batuan sedimen non klastik. Setelah dianalisa dengan menggunakan lup, struktur
batuan tipe organik. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan dengan tingkat
tekstur. Batuan ini mempunyai mempunyai tekstur oolite. Lanjut pada tahap
selanjutnya adalah menentukan mineral yang terkandung didalamnya. Mineral yang
terkandung dalam batuan ini adalah kalsium karbonat. Dengan ciri-ciri diatas dapat
kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batukapur.
G. Batugraywacke
Pada percobaan keetujuh saya mulai menganalisa batuan sedimen dengan nomor
peraga P-21 dengan ciri-ciri berwarna abu-abu cerah. Batuan sedimen ini jenisnya
adalah batuan sedimen klastik. Setelah dianalisa dengan menggunakan lup, struktur
batuan tipe silang siur. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan dengan tingkat
tekstur. Batuan ini mempunyai mempunyai tekstur dengan ukuran butir medium sand,
derajat pemilahan dengan tipe pemilahan sedang, derajat pembundaran dengan tipe
sub rounded atau membulat tanggung serta mempunyai kemas dengan tipe kemas
terbuka.
Lanjut pada tahap selanjutnya adalah menentukan mineral yang terkandung
didalamnya. Fragmen pada batuan ini tidak terlihat sedangkan untuk matrik nya
terlihat. Semen pembentuk batuan ini adalah semen silikat. Dengan ciri-ciri diatas
dapat kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batugraywacke.

H. Batupasir
Pada percobaan kedelapan saya mulai menganalisa batuan sedimen dengan nomor
peraga 2 dengan ciri-ciri berwarna abu-abu muda. Batuan sedimen ini jenisnya adalah
batuan sedimen klastik. Setelah dianalisa dengan menggunakan lup, struktur batuan

tipe berlapis. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan dengan tingkat tekstur.
Batuan ini mempunyai mempunyai tekstur dengan ukuran butir very find sand,
derajat pemilahan dengan tipe pemilahan baik, derajat pembundaran dengan tipe
membulat sempurna serta mempunyai kemas dengan tipe kemas tertutup. Batuan ini
mempunyai tingkat porositas dan permeabilitas baik.
Lanjut pada tahap selanjutnya adalah menentukan mineral yang terkandung
didalamnya. Fragmen pada batuan ini tidak terlihat sedangkan untuk matrik nya
terlihat. Semen pembentuk batuan ini adalah semen silikat. Dengan ciri-ciri diatas
dapat kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batupasir.

I. Batuan Beku Basalt


Pada percobaan terakhir saya mulai menganalisa batuan beku dengan nomor urut
3 dengan ciri-ciri berwarna abu-abu gelap. Setelah dianalisa dengan menggunakan
lup, struktur batuan tipe scoria. Setelah itu saya melanjutkan pemerian batuan dengan
tingkat tekstur. Batuan ini mempunyai derajat kristalisasi dengan tipe hipokristalin,
granularitas dengan tipe afanitik, kemas pertama mempunyai bentuk Kristal
subhedral sedangkan untuk relasi atau hubungan antar butir batuan nya adalah
ineguigranular. Lanjut pada tahap selanjutnya adalah menentukan mineral yang
terkandung didalamnya. Mineral yang terkandung dalam batuan ini adalah mafik.
Dengan ciri-ciri diatas dapat kami simpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu
basalt.

2.7 KESIMPULAN

Batuan merupakan salah satu unsur pembentuk atau penyusun bumi yang banyak
tersebar didalam bumi. Batuan tersusun atas mineral-mineral. Kita dapat dengan
mudah menjumpai batuan dimanapun kita berada. Pada umumnya batuan penyusun
bumi ini terdiri atas tiga jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.

Anda mungkin juga menyukai