Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahim
Assalamualaikum wr. wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
petunjuk dan rahmat-Nya laporan akhir praktikum geologi tentang Bentang alam
dan Topografi II, Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam
Bandung ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh berbagai pihak, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung, sehingga laporan ini dapat
diselesaikan, dan semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis pada
khususnya dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, bila ada
kesalahan dalam penulisan laporan ini dikarenakan keteledoran dari penulis
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun
bagi laporan yang akan ditulis di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT. selalu
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua, Amin.
Wassalamualaikum wr. wb.

Bandung, 16 April 2015

Surya Saputra
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum..............................................................1
1.2.1 maksud................................................................................1
1.2.2 tujuan...................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................2


2.1 Pengertian peta secara umum.......................................................2
2.1.1 Peta Topografi......................................................................2
2.1.2 Penggolongan Peta Topografi..............................................3
2.1.3 Skala Peta...........................................................................3
2.1.4 Tanda Tanda Pada Peta Topografi.....................................4
2.1.5 Pembuatan Peta Topografi...................................................5
2.1.6 Unsur- Unsur Peta Topografi.................................................6
2.2 Pengertian Bentang Alam..............................................................6
2.2.1 Ragam Bentang Alam ........................................................7

BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN .......................................................9


3.1 Tugas.............................................................................................9
3.2 Pembahasan..................................................................................9

BAB IV ANALISA...................................................................................11
BAB V KESIMPULAN ...........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Peta merupakan bentuk gambaran rupa bumi yang petakan kedalam

media dua dimensi

dengan

skala tertentu sesuai dengan

kebutuhan.

pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus
dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih
mudah. Salah satunya adalah peta topografi, peta ini adalah peta ang
mengambarkan dan menghubungkan ketinggian yang sama kedalam dua
dimensi dengan skala tertentu. Peta topografi perlu dipelajari, karena tertama di
dalam perencanaan, sehubungan dengan pemiliha daerah atau lokasi. Selain itu,
disini juga dipelajari kemungkinan proses geologi muda yang terjadi, misalnya
proses erosi, gerakan tanah, bahaya longsor, dsb. Keadaan bentang alam
terutama distribusi batuan yang membawahinya.
Beberapa peta yang dapat di buat dari peta topografi adalah peta persen
lereng, peta kerapatan sungai dan peta water divide. Semua peta tersebut
menyajikan beberapa informasi yang khusus, namun tetap pada dasarnya
berasal dari peta topografi.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah supaya praktikan dapat membuat
peta topografi, peta persen lereng, peta kerapatan sungai dan peta water divide
yang mana peta ini sangatlah penting dalam aplikasi di dunia pertambangan.
1.2.2
a.
b.
c.

Tujuan
Praktikan dapat mengetahui apa itu peta topografi dan manfaatnya.
Praktikan dapat mengetahui macam-macam peta yang banyak digunakan.
Praktikan dapat membuat peta topografi peta water divide, peta kerapatan
sungai dan peta persen lereng. dengan cara dan langkah-langkah yang
benar.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Bentang Alam


Bentang alam adalah suatu kesatuan geomorfologis yang dikelompokkan

berdasarkan

karakteristik

tertentu

seperti

elevasi,

kelandaian,

orientasi,

stratifikasi, paparan batuan, dan jenis tanah. Bentang alam ini meliputi bukit,
lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan benua adalah contoh jenis
bentang alam tingkat tertinggi. Banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya
bentang alam antara lain seperti lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi
dapat membentuk dan memengaruhi bentang alam. Makhluk hidup pun seperti
ganggang dapat membentuk rawa. Bentang alam dapat terjadi atau terbentuk
sebagai akibat adanya gaya-gaya yang berasal dari dalam atau luar bumi seperti
gaya eksogen dan gaya endogen.

Sumber : Geologi. Blogspot. com 2014

Foto 1
Bentang alam Danxia

2.1.1 Gaya Eksogen


Gaya eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat
merusak, yaitu berupa air, gletser maupun sinar matahari.Pengrusakan bentuk
muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan,pengikisan (erosi) dan
pengendapan.
A.

Pelapukan
Pelapukan adalah proses pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh

tenaga eksogen. Pelapukan di daerah daerah berbeda beda tergantung unsurunsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan

air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter,sedangkan


daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja.
Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
Pelapukan fisik atau mekanik, adalah proses yang membuat batuan akan
mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun ukuranya. penyebabnya yakni
Adanya perbedaan temperatur yang tinggi, pembekuan air di dalam batuan,
berubahnya air garam menjadi kristal.

Sumber : Geologi. Blogspot. com 2014

Gambar 1
Proses pelapukan fisik

Sumber : Geologi. Blogspot. com 2014

Gambar 2
Salah satu bentuk muka bumi hasil pelapukan

Pelapukan organis, disebabkan proses organisme yaitu binatang


tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain
cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat
lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh
tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat
mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang
dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam
yang dikeluarkan oleh akar akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat
asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar.
Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon,
pembangunan maupun penambangan.

Sumber : Geologi. Blogspot. com 2014

Foto 2
Bentuk permukaan bumi akibat hasil pelapukan organis

Pelapukan kimiawi, membuat batuan mengalami perubahan kimiawi


yang umumnya berupa pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi
pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air
dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang)
dapat dengan udah melarutkan batu kapur (CACO2).Peristiwa ini merupakan
pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst.Di Indonesia pelapukan yang
banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonasia banyak
turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.

Sumber : Geologi. Blogspot. com 2014

Foto 3
Stalaktit dan stalaknit hasil pelapukan kimiawi

2.1.2 Gaya Endogen


Gaya endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang bersifat
membangun bentuk relief muka bumi. Tenaga ini meliputi tektonisme, vulkanisme
dan seisme.Tenaga tektonik adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
mengakibatkan terjadinya pergeseran dan perubahan letak lapisan batuan
secara horizontal (orogenesis) dan secara vertical (epirogenesis). Gerak
orogenesis adalah pergeseran lapisaan kulit bumi secara cepat meliputi darah
yang sempit.peristiwa ini menimbulkan lipatan dan patahan. Lipatan terjadi jika
terdapat tekanan horizontal maupun vertical pada kulit bumi yang bersifat liat
(plastis), sehingga kulit bumi mengalami pengerutan. Punggung lipatannya
disebut antiklinal, sedangkan lembah lipatannya disebut sinklinal. Puncak dan

lembah lipatan inilah yang membentuk rangkaiann pegunungan. Lipatan yang


terjadi dapat berupa lipatan tegak (symmetrical folds), miring (asymmetrical fold),
menutup (recumbent folds) rebah (overturned folds) dan sesar sungkup
(overthrust) dan isoklinal.

Sumber : Geologi. Blogspot. com 2014

Gambar 4
Lipatan

Patahan terjadi akibat tenaga endogen yang relative cepat, baik secara
vertical

maupun

horizontal

terhadap

struktur

batuan

keras

sehingga

antara struktur lapisan yang satu dan yang lainnya jadi terpisah dan patah.

Sumber : Geologi. Blogspot. com 2014

Gambar 5
Patahan

2.2

Morfometri.
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan,

sebagai aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi


semakin tegas dengan angka angka yang jelas.

Tabel 1
Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE

Kemiringan
lereng ()

Kemiringan
lereng (%)

Keterangan

Klasifikasi
USSSM* (%)

Klasifikasi
USLE*
(%)

<1

0-2

Datar hampir
datar

0-2

1-2

1-3

3-7

Sangat landai

2-6

2-7

3-6

8 - 13

Landai

6 - 13

7 - 12

6-9

14 - 20

Agak curam

13 - 25

12 - 18

9 - 25

21 - 55

Curam

25 - 55

18 - 24

25 - 26

56 - 140

Sangat curam

> 55

> 24

> 65

> 140

Terjal

*USSSM = United Stated Soil System Management


USLE

= Universal Soil Loss Equation

Tabel 2
Ukuran panjang lereng
PANJANG LERENG (M)

< 15

KLASIFIKASI

Lereng sangat pendek

15 - 50

Lereng pendek

50 - 250

Lereng sedang

250 - 500

Lereng panjang

> 500

Lereng sangat panjang

Terlihat di atas pembagian kemiringan lereng dan bentuk lahan secara


kuantitatif, melalui perhitungan dikelompokkan berdasarkan jumlah persen dan

besar sudut lereng, untuk mengetahui jumlah tersebut melalui perhitungan dari
perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar yang terbentuk.
Perhitungan ini daat dilihat pada rumus di bawah ini :
Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara :

S = ( h / D ) X 100 %
(sumber Van Djuidam, 1988)

Keterangan:
S = Kemiringan lereng (%)
h = Perbedaan ketinggian (m)
D = Jarak titik tertinggi dengan terendah (m
Tabel3
Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi
(sumber : Van Zuidam, 1985)
KETINGGIAN ABSOLUT
< 50 meter
50 meter - 100 meter

UNSUR MORFOGRAFI
Dataran rendah
Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter

Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter

Perbukitan

500 meter - 1.500 meter

Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter


> 3.000 meter

Pegunungan
Pegunungan tinggi

Tabel4
Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.
(sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEF

KEMIRINGAN

PERBEDAAN

LERENG ( % )

KETINGGIAN (m)

Datar - Hampir datar

0 - 2

<5

Berombak

3 - 7

5 - 50

Berombak - Bergelombang

8 - 13

25 - 75

Bergelombang - Berbukit

14 - 20

75 - 200

Berbukit - Pegunungan

21 - 55

200 - 500

Pegunungan curam

55 - 140

500 - 1.000

> 140

> 1.000

pegunungan sangat curam

2.2.1 Pembagian Satuan Geomorfologi


Daerah penelitian terbagi atas tiga satuan geomorfologi, yaitu:
1.

Satuan Geomorfologi Pedataran Sangat Landai


Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 30% keseluruhan dari
daerah penelitian. Satuan geomorfologi ini letaknya berada di Utara
daerah penelitian Pola pengaliran pada satuan geomorfologi ini adalah
parallel, dan elevasinya berkisar 500 550 mdpl, serta slopenya 2 7 %
(20 40). Bentuk lembah sungai pada satuan geomorfoloogi ini berbentuk
U yang menandakan bahwa pada satuan ini tahap erosi yang berkembang
relatif dewasa cenderung berarah lateral. Adapun litologi yang menyusun
morfologi pedataran ini adalah batupasir dan breksi.

2.

Satuan Geomorfologi Landai


Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 40% keseluruhan
daerah penelitian yang letaknya berada pada bagian tengah, Timur Laut,

dan

Tenggara

daerah

penelitian.

Pola

pengaliran

pada

satuan

geomorfologi ini adalah dendritik. Elevasinya berkisar 550 600 mdpl, dan
slopenya 7 15 % (40 80). Litologi yang menyusun morfologi landai ini
didominasi breksi vulkanik muda, dan batulempung. Bentuk lembah
sungai pada satuan ini berbentuk U yang menandakan bahwa pada
satuan ini tahap erosi yang berkembang relatif dewasa cenderung berarah
lateral.
3.

Satuan Geomorfologi Agak Curam


Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 30% dari daerah
penelitian. Satuan geomorfologi ini berada di bagian utara dan selatan
daerah penelitian. Elevasinya sekitar 600 650 mdpl, dan slopenya
sekitar 15 30 % (80 160), dengan pola pengliran dendritik, dan bentuk
lembah U-V. Litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah
breksi volkanik muda.

2.2.2 Morfometri Daerah Aliran Sungai


Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif.Keadaan yang
dimaksud untuk analisa aliran sungai antara lain meliputi:
1.

Luas
Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat
memisahkan dan membagia air hujan ke masing-masing DAS. Garis
batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta
tofografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat planimeter.
Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan
luasnya. adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:
Luas = Jumlah kotak x (skala)2

2.

Panjang dan lebar


Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah
hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan
antara luas DAS dengan panjang sungai induk.
Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk

3.

Kemiringan atau Gradien Sungai

10

Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan


sebagai berikut:
G= Jarak Vertikal/Jarak Horisontal
Ket :

4.

= Gradien Sungai

Vertikal

= Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)

Horisontal

= Panjang sungai induk (m)

Orde dan tingkat percabangan sungai


Orde Sungai yaitu alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam
beberapa orde sungai.Orde sungai adalah posisi percabangan alur
sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS.
Dengan demikian makin banyak jumlah orde sungai akan semakin luas
pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur sungainya.Tingkat
percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang
ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
Tingkat percabangan sungai
Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan
rumus:
Rb = Nu/Nu+1
Ket:
Rb

= Indeks tingkat percabangan sungai

Nu

= jumlah alur sungai untuk orde ke u

Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
1.1
1.2

Tugas
Buat peta persen lereng ,water divide,kerapatan sungai
Pembahasan
Perhitungan persen lereng,
Persen Lereng = h /d x 100%
Kerapatan sungai = L/a
Persen lereng
h 1140-960
Jd 4,5 x 250
Persen lereng

=180
=1125
=

h 1140-960
Jd 3 x 250
Persen lereng

180/1125x 100%
=16%
h 940-840
=100
Jd 2,5 x 250
=625
Persen lereng
= 100/625x
100%
h 940-880
Jd 4 x 250
Persen lereng

=16%
=60
=1000
= 60/1000x

100%

=180
=755
= 180/75x

100%
h 940-840
Jd 5,5 x 250
Persen lereng

=24%
=100
=1375
=

100/1375x 100%
=11,6%
h 940-880
=60
Jd 3 x 250
=750
Persen lereng
= 60/750x
100%

=6%
h 1540-1300
=240
Jd 2 x 250
=500
Persen lereng
= 240/500x

=8%
h 1540-1300
=240
Jd 3 x 250
=750
Persen lereng
=

100%

240/750x 100%
=32%
h 1220- 1060
=160
Jd 5 x 250
=1000
Persen lereng
=

h 1220- 1060
Jd 4,5 x 250
Persen lereng

=48%
=160
=1125
=

160/1125x 100%
=14,2%

11

160/1000x 100%
=16%

12

Perhitungan kerapatan sungai

BAB iV
ANALISA

Garis kontur pada prinsipnya merupakan suatu perpotongan bentuk muka


bumi dengan bidang horizontal dengan ketinggian tertentu. Garis kontur yang
tergambar pada peta yang dibuat berupa gunung dan lembah. Gunung akan
terlihat melingkar dan semakin dalam elevasi makin tinggi. Sedangkan lembah
sebaliknya, terlihat melingkar dan semakin kecil lingkaran elevasinya akan
semakin rendah.
Pola aliran sungai dalam peta topografi cenderung menunjukan bahwa
jenis pola aliran sungai tersebut adalah dendritik. Saat pembuatan peta water
divide, terlihat bahwa aliran air akan mengalir dari tempat tinggi menuju tempat
yang lebih rendah, dengan elevasi tertinggi 1780 terendah 880.
Peta kerapatan sungai yang di buat mengindetifikasikan bahwa sebagian
besar kerapan sungai tersebut berupa dendritus kasar yang artinya alur aliran
sungai melewati batuan dengan resistensi yang lunak, sehingga angkutan
sedimen yangterangkut aliran sungai akan lebih besar. Di peta tersebut pula
terdapat beberapa dendritus halus dan denditrus sedang.
Di karenakan peta topografi dan morfologi dari daerah ang di petakan
berupa pegunungan, maka hasil dari pembuatan peta persen lereng akan lebih
domonan warna merah dan biru tua, yang mengartikan bahwa beda tinggi antara
dua tempat tersebut >100mdpl atau kisaran 50-100mdpl dengan persentase
persen lereng >16%.

13

BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum kalai ini didapat output berupa peta water divide, peta
kerapatan sungai dan peta persen lereng. Peta peta tersebut dihasilkan dari
proses perhitungan ulang peta topografi yang sudah ada dengan prosedur yang
sudah ditentukan. Dan dari situ didapat bagaimana cara membuat peta-peta
tersebut dan mengetahui tentang bagaimana manfaat dari peta tersebut. Salah
satunya adalah ketika sedang melakukan survey, mampu mengetahui daerah
mana yang merupakan gunung, pegunungan , lembah serta dapat mempelajari
lebih dalam lagi mengenai sungai.Dan dengan mengetahui hal tersebut maka
akan memudahkan kegiatan dilapangan, Disamping itu dapat dipahami pula
bagaimana cara membuat peta waterdivide, kerapatan sungai dan persen lereng
yang benar,
Dari ketiga peta yang di buat semuanya menyediakan informasi
informasi yang berbeda. Dimana peta persen lereng akan meyajikan informasi
mengenai suatu daerah yang memiliki kemiringan serta klasifikasi dari
persentase kemiringan tersebut. Peta kerapatan sungai akan memuat informasi
mengenai banyaknya anak sungai dalam suatu daerah aliran sungai. Sedangka
peta water divide meyajikan informasi mengenai alur atau aliran dari air di suatu
daerah

14

DAFTAR PUSTAKA

Hilman, Windy, 2013, Pola Aliran Sungai, Hilman windy.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 15 april 2015 pukul 19.00 wib
Remigas, 1985, Definisi bentang alam, www.wikipedia.com. Diakses tanggal
15 april 2015, pada pukul 19.30 WIB
Wibowo, Ryan, 2013, Pengenalan peta topografi, www.slideshare.net
Diakses tanggal 15 april 2015, pada pukul 20.15 WIB
Aninim, 2014 Kerapatan Sungai http:// lauraerawardani. Blogspot .in /
2014/04/desa-wanayasa.html diakses 15 april 2015

15

Anda mungkin juga menyukai