Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Imam Bagus Wasis S ( 172004 )
Meylisa Andriyani ( 172801 )
Irfan Cahya Nugraha (172009)
4
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………… ii
KATA PENGANTAR …………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………
Tujuan Penulisan ……………………………………
Rumusan Masalah ……………………………………
BAB II PEMBAHASAN
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses – Proses Yang Terjadi Di
Permukaan Bumi ……………………………………………
Lanskap ……………………………………………
Fluvial dan Glasial ……………………………………………
Denudasi ……………………………………………
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………
Saran dan Kritik ……………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………
LAMPIRAN
Lamp. Diagram Sistematika Pengerjaan Kelompok ……………
Lamp. Penilaian …………………………………………..
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “ Proses – Proses yang Terjadi di Permukaan
Bumi ”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dianing Primanita A, ST., M.Eng selaku dosen pembimbing matakuliah
Geologi Teknik yang memberikan dorongan masukan dan materi pendukung
kepada penulis.
2. Ibu Agustina Sri Idayanti, S.Pd., M.Pd selaku dosen matakuliah Bahasa
Indonesia yang memberikan materi tentang tata cara penulisan yang baik dan
benar.
3. Teman – teman yang telah bekerjasama dan pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari bapak/ibu dan teman-teman sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permukaan bumi salalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu sebagai
akibat dari tenaga dan proses geomorfologi, baik yang berasal dari luar bumi
(eksogen bersifat degradasi dan agradasi) maupun berasal dari dalam dalam bumi
(endogen mencakup diastrofisme dan vulkanisme).
Dalam membicarakan perubahan muka bumi yang bersifat degradasi
(destruktif) dan agradasi (konstruktif), terlebih dahulu dikemukakan mengenai
pengertian tenaga dan proses geomorfologi. Tanaga geomorfologi merupakan
kekuatan yang menyebabkan permukaan bumi mengalami perubahan. Sedangkan
proses geomorfologi yang maksud adalah kelangsungan perubahan sebagai akibat
dari tenaga geomorfologi. Secara garis besar, tenaga dan proses geomorfologi itu
dapat dikelompokkan atas 3 golongan.
Adapun mengenai Tenaga eksogen, merupakan tenaga dari luar bumi,
tenaga ini menimbulkan proses perubahan pada permukaan bumi yang disebut
proses eksogen atau proses epigen. Air yang mengalir di permukaan bumi, adanya
angin yang bertiup, gletser yang bergerak, adanya gelombang dan arus laut,
penyinaran matahari, hujan, turunnya salju dan sebagainya, merupakan kekuatan
yang dapat menyebabkan terjadinya prose perubahan pada permukaan bumi.
Perubahan tersebut di satu sisi perubahan bersifat merusak dengan proses
memperendah bagian-bagian permukaan bumi (agradasi) dan di sisi lain bersifat
membangun yaitu terjadi proses pengendapan (sedimentasi) terhadap daerah-
daerah yang rendah melalui proses pengangkutan terhadap material hasil
pengerusakan, sehingga sifatnya agradasi. Proses degradasi dan agradasi tersebut
biasanya disebut dengan istilah denudasi(denudation). Hanya saja pada istilah
denudasi lebih dititik tekankan pada preoses perataan permukaan bumi sebagai
akibat dari proses perendahan terhadap permukaan bumi yang menonjol, dan tidak
disertai dengan penekanan pada daerah-daerah yang mengalami peninggian
sebagai hasil dari proses penimbunan. Oleh karena itu, akan digunakan istilah
gradasi yang mencakup degradasi dan agradasi. Tenaga eksogen akan
4
menyababkan terjadinya proses degradasi dan agradasi. Proses degradasi terdiri
dari pelapukan, erosi dan gerak massa batuan (masswasting).
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses – proses yang terjadi di permukaan bumi.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses – proses
yang terjadi di permukaan bumi.
3. Untuk mengetahui landscape / bidang lahan.
4. Untuk mengetahui tentang fluvial dan glacial.
5. Untuk mengetahui tentang denudasi ( pelapukan dan erosi ).
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi proses – proses yang terjadi
di permukaan bumi ?
2. Bagaimana penjelasan tentang landscape / bidang lahan.
3. Bagaimana penjelasan tentang fluvial dan glacial?
4. Bagaimana penjelasan tentang denudasi ( pelapukan dan erosi )?
4
BAB II
PEMBAHASAN
4
Gambar: Sand dunes merupakan bentukan alam yang terjadi sebagai akibat dari adanya
tenaga angin.
2) Air
Tenaga eksogen lain yang dominan dalam mengubah bentuk
muka bumi adalah air. Air memiliki daya perusak yang tinggi. Air
yang mengalir terutama pada daerah-daerah berlereng curam atau
terjal akan bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga mengikis dan
4
mengangkut lapisan lapisan tanah yang dilaluinya. Adapun pada
daerah yang datar, kecepatan air akan melambat sehingga material-
material yang telah terkikis kemudian diendapkan di daerah daerah
rendah berupa cekungan sehingga menciptakan sebuah bentukan baru.
Contoh nyata yang dapat terlihat yaitu pembentukan delta sungai.
Gambar Bentukan delta di muara sungai merupakan hasil endapan dari material-material yang terbawa aliran air.
3) Gletser
4
bongkahan tersebut. Semakin miring lerengnya maka akan semakin
cepat pula kecepatan luncurannya. Ketika meluncur gletser tersebut
akan mengikis batuan yang dilaluinya sehingga terbentuklah endapan
hasil pengikisan oleh gletser yang disebut moreina. Berdasarkan
prosesnya, perubahan bentuk muka bumi sebagai akibat tenaga
eksogen dapat terjadi melalui proses-proses sebagai berikut.
a) Proses Pelapukan
Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik
secara fisika, kimia, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan
umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami
proses pelapukan akan berubah menjadi tanah. Ada empat macam
faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu sebagai
berikut.
i. Keadaan Struktur Batuan
Struktur batuan adalah sifat fisik dan kimia yang dimiliki
oleh batuan. Sifat fisik batuan, seperti warna batuan, sedangkan
sifat kimia batuan adalah unsur-unsur kimia yang terkandung
dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang menyebabkan
perbedaan daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang
mudah lapuk contohnya batu lempeng (batuan sedimen) dan
batuan yang sukar lapuk contohnya batuan beku.
ii. Keadaan Topografi
Topografi muka bumi turut memengaruhi terjadinya proses
pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam
cenderung akan mudah melapuk jika dibandingkan dengan batuan
yang berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam,
batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah
terlapukkan karena langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar.
Namun, pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti
4
oleh berbagai endapan sehingga akan memperlambat proses
pelapukan dari batuan tersebut.
iii. Cuaca dan Iklim
Unsur cuaca dan iklim yang memengaruhi proses pelapukan
adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, atau angin. Pada
daerah yang memiliki iklim lembap dan panas, batuan akan cepat
mengalami proses pelapukan jika dibandingkan dengan daerah
yang memiliki iklim dingin. Pergantian temperatur antara siang
yang panas dan malam yang dingin akan semakin mempercepat
pelapukan.
iv. Keadaan Vegetasi
Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan memengaruhi
proses pelapukan. Akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus
celahcelah batuan. Jika akar tersebut semakin membesar,
kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos bebatuan.
Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu
mempercepat proses pelapukan batuan. Serasah batuan tersebut
mengandung zat asam arang dan zat humus yang dapat merusak
kekuatan batuan.
Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu sebagai berikut.
i. Pelapukan Mekanik
4
Pelapukan mekanik (fisis), yaitu proses atau peristiwa hancur
dan lepasnya material batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi
batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran
bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang jauh lebih kecil.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu
sebagai berikut :
Perbedaan temperatur, akibatnya batuan akan mengalami proses
pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu
dingin. Jika proses ini terus berlangsung maka lambat laun batuan
akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah
yang kecil.
Akibat erosi di daerah pegunungan dan akibat membekunya air
disela-sela batuan. Air yang membeku di sela-sela batuan
volumenya akan membesar, sehingga air tersebut akan menjadi
sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur dari suatu batuan.
Pengaruh kegiatan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuh
tumbuhan. Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu
juga dengan hewan yang selalu membawa butir-butir batuan dari
dalam tanah ke permukaan. Selain hewan dan tumbuh-tumbuhan,
manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan
mekanis (fisik).
Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika terjadi pada air tanah
yang mengandung garam, pada siang hari airnya menguap dan
garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat
merusak batuan yang tersebar di sekitarnya, terutama batuan
karang yang terdapat di daerah pantai.
ii. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan
disertai dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk
tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air dan dibantu dengan
4
suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam proses pelapukan kimiawi
disebut Dekomposisi.
4
b) Erosi (Erosion)
Erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan
secara alami dari satu tempat ke tempat lain dengan perantara suatu
tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi.
Ablasi adalah erosi oleh air yang mengalir. Erosi disebabkan
oleh air yang mengalir terbagi kedalam beberapa tingkatan, yaitu
sebagai berikut:
Erosi Percik (Splash Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang
terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut berupa partikel tanah
dalam jumlah yang kecil dan kemudian diendapkan di tempat lain.
Erosi Lembar (Sheet Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang
tebalnya sama dan merata dalam suatu permukaan tanah.
Erosi Alur (Rill Erosion), terjadi karena air yang mengalir
berkumpul dalam suatu cekungan sehingga di cekungan tersebut
terjadi erosi tanah yang lebih besar. Alur-alur akibat erosi dapat
dihilangkan dengan cara pengolahan tanah secara biasa.
Erosi Parit (Gully Erosion), proses terjadinya sama halnya dengan
erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk telah dalam
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Abrasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil
dari erosi marine. Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi
oleh besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air laut
merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang
terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam
yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal),
notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang
terpotong gelombang), tanjung, dan teluk.
Eksarasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es.
Jenis erosi ini hanya terjadi pada daerah yang memiliki musim salju
atau di daerah pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi diawali oleh
turunnya salju disuatu lembah pada lereng atau perbukitan. Lama
4
kelamaan salju tersebut akan menumpuk pada lembah sehingga
menjadi padat dan terbentuklah massa es yang berat. Dengan gaya
gravitasi massa es tersebut akan merayap menuruni lereng
pegunungan atau perbukitan.
Deflasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada
awalnya angin hanya menerbangkan pasir dan debu. Akan tetapi,
kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk menghantam batuan
yang jauh lebihbesar sehingga akan mengikis batuan tersebut.
4
d) Pengendapan (Sedimentasi)
Sedimentasi adalah proses terbawanya material hasil dari
pengikisan dan pelapukan oleh air, angin, atau gletser kedalam suatu
wilayah yang kemudian diendapkan.
Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang
diendapkanlama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses
sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan sangat berbeda.
Berikut ini adalah beberapa bentang alam akibat proses
pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
i. Pengendapan oleh Air Sungai
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis.
Bentang alam hasil pengendapan oleh air sungai, antara lain meander,
dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk
karena adanya pengendapan. Proses pembentukan meander terjadi
padatepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Pada bagian
sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian
tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Jika hal
tersebut berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.
Meander pada umumnya terbentuk pada sungai bagian hilir, di mana
pengikisan dan pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses
pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan
kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai sehingga
terbentuk oxbow lake.
Delta merupakan dataran yang luas, biasanya berada di muara
sungai sebagai akibat dari adanya pengendapan. Pembentukan delta
memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh
sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus
di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal.
Contoh bentang alam ini adalahdelta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali
Brantas.
4
Dataran banjir merupakan dataran di tepi sungai sebagai akibat
dari volume air meningkat (banjir) yang mengendapkan bahan-bahan
yang dibawa oleh air sungai tersebut. Adapun tanggul alam adalah
tepian sungai yang lebih tinggi dari dataran banjir.
ii. Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.
Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang
alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo,
dan penghalang pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai,
terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai
sangat bervariasi bergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah
angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di
sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, arus pantai akan tetap
mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material
masuk ke laut yang dalam terjadi pengendapan material. Setelah
sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan
laut. Akumulasi material tersebut disebut spit.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin
panjang.Terkadang spit terbentuk melewati teluk dan membentuk
penghalang pantai (barrier beach). Jika di sekitar spit terdapat pulau,
biasanya spit pada akhirnya tersambung dengan daratan sehingga
membentuk tombolo.
4
Gambar Tombolo adalah spit yang tersambung dengan daratan.
iii. Pengendapan oleh Angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimenaeolis.
Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir
(sand dunes). Gumuk pasir dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun.
Gumuk pasir terbentuk jika terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak
akibat tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan
pasir di suatu tempat secara bertahapsehingga terbentuk timbunan pasir
yang disebut gumuk pasir.
iv. Pengendapan oleh Gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial.
Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah
yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba,
terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah.
Batuan atautanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan
mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V
menjadi berbentuk U.
4
b. Tenaga Endogen
Endogen berasal dari suku kata endos yang berarti dalam, dan genos
artinya asal. Tenaga endogen dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Tektonisme
Pengertian Tektonisme adalah tenaga dari dalam bumi yang
mengakibatkan terjadinya perubahan letak (dislokasi) atau bentuk
(deformasi) kulit bumi.
Sebagaimana diketahui permukaan bumi terbentuk dari lapisan
batuan yang disebut kulit bumi atau litosfer. Kulit bumi memiliki
ketebalan relatif sangat tipis sehingga mudah pecah-pecah menjadi
potongan-potongan kulit bumi yang tidak beraturan disebut Lempeng
Tektonik (Tectonic Plate). Gerakan tektonik adalah pergerakan
lempeng-lempeng tektonik dari kulit bumi secara horizontal maupun
vertikal karena pengaruh arus konveksi dari lapisan di bawahnya.
Berdasarkan luas dan waktu terjadinya, gerakan lempeng
tektonik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak Epirogenetik dan
gerak Orogenetik.
a) Gerak Epirogenetik adalah gerak lapisan kerak bumi yang relatif
lambat dalam waktu yang lama, serta meliputi daerah yang luas.
Misalnya, tenggelamnya benua Gondwana menjadi Sesar Hindia.
Gerak epirogenetik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga
kelihatannya permukaan air laut yang naik. Misalnya,
turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan
Maluku Barat Daya sampai ke Pulau Banda).
Epirogenetik Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga
kelihatannya permukaan air yang turun. Misalnya, naiknya
Pulau Buton dan Pulau Timor.
b) Gerak Orogenetik adalah proses pembentukan pegunungan. Proses
orogenetik meliputi luas areal yang relatif sempit dan dalam
wakturelatif singkat. Misalnya, pembentukan pegunungan-
4
pegunungan yang ada di bumi, seperti Pegunungan Andes, Rocky
Mountain, Sirkum Mediterania, dan Pegunungan Alpen.
Gambar Pegunungan Alpen merupakan bentukan alam yang terjadi karena adanya
gerak orogenetik.
4
Gambar 3.8 Sinklin dan antiklin merupakan bentukan alam
yang terjadi karena lipatan (folded).
4
Gambar 3.9 Patahan merupakan bentukan alam akibat pergerakan lempeng
membentuk graben dan horst.
2) Vulkanisme
Definisi Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan
aktivitas gunungapi, yaitu pergerakan magma dari dalam litosfer yang
menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Di
dalam litosfer, magma menempati suatu kantong yang dinamakan dapur
magma (batholit). Kedalaman dan besar dapur magma itu sangat
bervariasi. Ada dapur magma yang letaknya sangat dalam, ada pula yang
dekat dengan permukaan bumi. Perbedaan letak ini merupakan penyebab
adanya perbedaan kekuatan letusan yang terjadi. Pada umumnya, dapur
magma yang dalam menimbul kan letusan yang lebih kuat jika
dibandingkan dengan letaknya dangkal.
Magma dapat diartikan sebagai bahan-bahan silikat pijar yang
terdiriatas bahan padat (batuan), cairan, dan gas di dalam lapisan kulit
bumi (litosfer). Berbagai macam gas yang terkandung dalam magma,
antara lain uap air, oksida belerang (SO2), gas hidrokarbon atau asam
klorida (HCL), dan gas hidrosulfat atau asam sulfat (H2SO4). Aktivitas
magma dapat disebabkan karena tingginya suhu magma dan banyaknya
gas yang ter kandung di dalamnya.
Ada dua bentuk gerakan magma yang berhubungan dengan
vulkanisme, yaitu intrusi dan ekstrusi magma.
4
a) Intrusi Magma, yaitu terobosan magma ke dalam lapisan-lapisan
litosfer tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
Intrusi Datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma
menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar dan pararel
denganlapisan batuan tersebut.
Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi
paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang
menyusup dan membeku di sela-sela lipatan (korok).
Diaterma adalah lubang (pipa) di antara dapur magma dan
kepundan gunungapi, bentuknya seperti silinder memanjang.
4
b) Ekstrusi Magma, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi
dan sampai ke permukaan bumi. Materi hasil ekstrusi magma
antara lain sebagai berikut.
Lava, yaitu magma yang keluar sampai ke permukaan bumi
dan mengalir ke permukaan bumi.
Lahar, yaitu material campuran antara lava dan materi-materi
yang terdapat di permukaan bumi berupa pasir, kerikil, atau
debu, dengan air sehingga membentuk lumpur.
Eflata dan piroklastika, yaitu material padat berupa bom,
lapili, kerikil, dan debu vulkanik.
Ekhalasi (gas), yaitu material berupa gas asam arang, seperti
fumarol (sumber uap air dan zat lemas), solfatar (sumber gas
belerang), dan mofet (gas asam arang).
4
Gunung Kerinci, Merapi, Ciremai, Semeru, Batur, dan
Gunung Fujiyama di Jepang.
3) Gempa Bumi (Earthquake)
Definisi Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang berasal dari
dalam bumi dan merambat sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh
adanya tenaga endogen.
Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa disebut seismologi,
sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk mempelajari gempa
disebut seismolog. Mereka menggunakan alat pengukur yang disebut
seismograf atau seismometer. Alat tersebut digunakan untuk mencatat pola
gelombang gempa atau seismik dengan memerhitungkan kekuatan
sekaligus lama terjadinya gempa.
Lempeng-lempeng kerak bumi bergerak perlahan saling bergesekan,
menekan, dan mendesak bebatuan. Akibatnya, tekanan bertambah besar.
Jika tekanannya besar, bebatuan di bawah tanah akan pecah dan terangkat.
Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang menyebabkan gempa
bumi. Setiap tahun, terjadi sekitar 11 juta gempa bumi dan 34.000-nya
tergolong kuat.
Beberapa gempa terbesar di dunia terjadi karena proses subduksi.
Dalam proses ini, terjadi tumbukan antara dua lempeng dengan salah satu
lempeng kerak bumi terdorong ke bawah lempeng yang lain.
Lempeng samudra di laut menumbuk lempeng benua yang lebih tipis
di darat. Lempeng samudra yang jatuh dan bergesekan dengan lempeng di
atasnya, melelehkan kedua bagian lempeng. Tumbukan menghasilkan
gunungapi dan menyebabkan gempa bumi.
2. Lanskap
Lanskap, sering diberi pengertian oleh ahli geografi dengan bentang
alam atau kenampakan di atas permukaan bumi termasuk komponen
penyusun hasil kegiatan dan pengaruh manusia. Pengertian ini
memberikan suatu indikasi bahwa cakupan dari bentang alam terdiri atas
elemen fisik, elemen biotis dan elemen dari hasil budidaya manusia.
Bentang alam ini dapat ditetapkan berdasar batas-batas yang diinginkan.
4
Ini berarti bahwa lanskap dapat ditetapkan dalam dimensi skala makro,
meso dan dapat pula dalam dimensi mikro. Oleh karena itu sangat luasnya
pengertian lanskap, maka penulis, termasuk Zonneveld dan Foreman
(1990), lanskap diberikan pengertian, termasuk hal-hal sebagai berikut:
a. Lanskap selalu terdiri atas hasil dari proses alam dan buatan manusia
dalam jangka waktu tertentu, saat ini dan pada waktu yang lalu.
b. Lanskap selalu berubah dari waktu ke waktu. Tetapi perubahannya
tidak dalam tingkat yang sama. Perubahan ada yang secara gradual
tetapi ada perubahan yang tiba-tiba karena suatu bencana alam.
Apabila terjadi perubahan yang mendadak pasti akan terjadi proses
pemulihan yang terjadi secara perlahan hingga mencapai
keseimbangan baru. Keseimbangan ini dapat ditandai dari parameter
fisik, kimia dan biologik. Meskipun dinamika lanskap ini terjadi
kadang-kadang tidak terduga, tetapi dalam waktu tertentu dapat
diprediksi seperti proses suksesi atau proses degradasi.
c. Lanskap merupakan sistem terbuka. Sistem ini sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal. Lanskap dapat dipahami dengan
memperhatikan daur materi, aliran energi dan organisma.
d. Lanskap sangat beraneka ragam (heterogeneous) dalam susunan
horizontal dan vertikal. Dalam aspek vertikal dapat diketemukan pada
lapisan yang ada di atmosfer, tegakan hutan dan lapisan tanah.
Sementara susunan horizontal dapat diketemukan batas-batas land
from (bentuk lahan), land unit (unit lahan) dan land use (penggunaan
lahan).
4
Apabila diperhatikan, pada hakekatnya bentang alam dalam skala
makro merupakan permukaan bumi. Secara fisik, permukaan bumi ini
terdiri atas darat, udara dan laut. Ketiga komponen tersebut disebut
fisiografi. Jadi fisiografi adalah permukaan bumi yang terdiri atas darat,
udara dan laut (Lobeck, 1939). Ketiga komponen permukaan bumi ini,
dipelajari dalam ilmu yang berbeda. Komponen daratan dipelajari dalam
ilmu geomorfologi, udara dipelajari dalam ilmu meteorologi, dan
komponen laut dipelajari dalam ilmu oseanologi.
4
Sekarang kita akan mempelajari bentuk lahan asal proses Fluvial.
Apa saja macam-macamnya? Berikut pengertiannya satu per satu.
a. Kipas Aluvial / Alluvial Fan: Endapan berbentuk kipas pada lembah
pegunungan atau mulut jeram.
b. Crevasse Splays : Celah yang terisi endapan pada lengkung luar alur
sungai.
c. Tanggul Alam : Akumulasi sedimen berupa igir / tanggul memanjang
dan membatasi alur sungai.
d. Point Bar: Endapan pada lengkung dalam sungai yang mengalami
proses meandering.
e. Banjir : Endapan di kanan kiri sungai yang secara periodik digenangi
oleh Banjir.
f. Cekungan Fluvial : Cekungan di belakang tanggul sungai dengan
elevasi sangat rendah.
g. Teras Aluvial : Teras di tepi sungai yang dibatasi oleh dinding curam
di satu sisi dan lereng landai di sisi lain.
h. Delta : Endapan di muara Sungai
i. Sungai Mati : Dasar sungai yang sudah tidak aktif lagi karena sudah
ditinggalkan alur sungai.
j. Oxbow lake : Danau tapal kuda yang terjadi karena pemotongan aliran
pada sungai meander.
4
4. Denudasi ( pelapukan dan erosi )
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang,
sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk
lahan asal denudasi dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang
terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass
wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau
degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung
menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan
perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses
erosi dan gerak massa batuan (masswashting).
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di
permukaan dan atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan
material. Pelapukan dapat dibagi manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan
biotic. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran
yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan.
Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan
sehingga menghasilkan mineral sekunder.
Factor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas
organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang
menghasilkan bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan
adanya 3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur
geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya faktor tersebut maka
dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium
muda, stadium dewasa, stadium tua.
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasi, yaitu:
a. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
b. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
c. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
4
d. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar
utama untuk merinci satuan bentuk lahan.
e. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan
bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan
aliran,dan tipe proses.
Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass
wating) dan proses pengendapan/sedimentasi.
a. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa
Inggris yang berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses
yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di
permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga
Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian
kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di
sekitarnya. Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan
warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah
batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena
telah berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama maka di
beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga
daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak
tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan
hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain.
Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
1) Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang
pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih
lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah
lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten
sebaliknya. Contoh :
4
Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak
resisten pada iklim basah.
Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten
pada iklim kering.
2) Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat
mempengaruhi pelapukan.Contoh :
Iklim kering, jenis pelapukannya fisis.
Iklim basah, jenis pelapukannya kimia.
Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.
3) Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang
cukup besar terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini
dapat terjadi karena:
a) Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus
batuan, bertambah panjang dan membesar
menyebabkan batuan pecah.
b) Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya
mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat
proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang
membusuk dapat pula membantu proses pelapukan,
karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan
mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat
membantu menguraikan susunan kimia pada batuan.
Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada
di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap
pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan
proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
4) Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap
arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan
mempercepat proses pelapukan.
4
5. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan
terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air,
angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara
lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman
penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk
menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
a. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin,
temperatur, kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah
hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan
terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta
besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport
dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan
temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari terhadap
evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam
tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.
b. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi,
keseragaman, dan arah lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan
lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng
memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar
kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan demikian
memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi
dengan makin curamnya lereng.
c. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi.
d. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas
menahan air dan struktur tanah.
e. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya
erosi tergantung bagaimana manusia mengelolanya.
4
Klasifikasi bentuk erosi :
· Erosi percik (splash erotion),
ialah proses percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh pukulan
tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah (Yunianto, 1994).
· Erosi lembar (sheet erosion)
adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan atau pemindahan lapisan tanah
yang hampir merata ditanah permukaan oleh tenaga aliran perluapan. Erosi ini
sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi
dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.
· Erosi alur (rill erosion).
Erosi ini terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah saluran kecil (alir)
yang dalamnya <30 cm, dan terbentuk terutama dilahan pertanian yang baru saja
diolah. Erosi inidimulai dengan genangan-genangan kecil setempat-setempat di
suatu lereng, maka bila air dalam genangan itu mengalir, terbentuklah alur-alur
bekas aliran air tersebut. Alur-alur itu mudah dihilangkan dengan pengolahan
tanah biasa.
· Erosi parit (channel erosion).
Erosi ini terbentuk sama dengan erosi alur, tetapi tenaga erosinya berupa aliran
lipasan dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian dalam sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa. Parit-parit yang besar sering
masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti. Aliran air dalam parit ini dapat
mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing parit di bawah permukaan air,
sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari
alirannya dapat meningkatkan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu.
4
telah dijelaskan di atas (contoh satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga
proses tersebut juga membawa dampak lain.
Dampak Erosi
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas, diantaranya :
1. Penurunan Produktivitas tanah akibat hilangnya bahan organik yang terkandung di
dalam tanah. Bahan organik tersebut merupakan bahan utama penentu kesuburan
tanah.
2. Terjadinya pemadatan tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunnan
kapasitas infiltrasi tanah.
3. Terjadinya pengendapan bahan endapan pada sumber-sumber air, danau, dan
bendungan sehingga terjadi pendangkalan.
4. Terjadinya banjir di bagian hilir sungai akibat pendangkalan.
5. Memperluas daratan di bumi.
Erosi yang terjadi di daerah pegunungan materialnya akan dibawa ke laut dan
mengendap di dasar laut. Peristiwa seperti ini telah berlangsung jutaan tahun
lamanya sehingga endapan yang terbentuk semakin lama semakin luas dan tebal
yang akhirnya membentuk daratan.
Dampak Pelapukan
1. Pemicu gerak massa batuan
2. Terjadinya Degradasi permukaan lahan
3. Memunculkan habitat
4
2. Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi
Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai
dapat mengurangi erosi air sungai
3. Penghutanan Kembali
Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang
sudah rusak
4. Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai untuk mengurangi erosi
akibat air laut.
5. Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang
Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin
atau gelombang.
6. Pembuatan Teras Tanah Lereng
Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya erosi.
4
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa relief muka bumia adalah bentuk muka bumi yang terbagi atas 2 bagian
yaitu bentuk muka bumi daratan dan bentuk muka bumi lautan. Bentuk muka
bumi daratan terdiri dari pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, gurun,
perbukitan dan lain-lain. Bentuk muka bumi lautan terdiri dari pantai, laut, palung,
semenanjung, selat dan lain-lain.
Keragaman bentuk muka bumi merupakan hasil kerja dari dua tenaga
pembentuk muka bumi yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen.
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi berupa
vulkanisme, diastropisme dan seisme, sedangkan tenaga eksogen yang mengubah
bentuk muka bumi dipengaruhi oleh tiga proses yaitu pelapukan, erosi dan
sedimentasi.
4
DAFTAR PUSTAKA
1. http://salnira.blogspot.com/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
(Jum’at,13-10-2017 pukul 19.00)
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Denudasi
(Jum’at, 13-10-2017 pukul 19.06)
3. http://vinymalasari.blogspot.co.id/2016/03/makalah-bentuk-relief-muka-
bumi.html
(Jum’at, 13-10-2017 pukul 20.10)
4. https://plus.google.com/114326915099908195418/posts/JQzfTqntVgw
(Rabu,18-10-2017 pukul 09.35)
5. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lanskap
(Jum’at,27-10-2017 pukul 10.27)
6. Fandeli, C. dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi
Lanskap. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
(Jum’at, 27-10-2017 pukul 11.00)
7. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengaruh-tektonisme-
terhadap-kehidupan
(Jum’at, 27-10-2017 pukul 11.25)
8. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/contoh-dari-tenaga-
endogen
(Jum’at, 27-10-2017 pukul 23.05)
9. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/proses-pembentukan-
muka-bumi
(Jum’at, 27-10-2017 pukul 23.15)
10. http://www.diwarta.com/2012/06/16/proses-terbentuknya-muka-bumi-
endogen-dan-eksogen.html
(Jum’at,27-10-2017 pukul 23.17)
4
LAMPIRAN
Lamp. Diagram Sistematika Pengerjaan Kelompok
KETERANGAN WAKTU
Semua anggota mencari materi
Membuat makalah
Lamp. Penilaian
4
4