Anda di halaman 1dari 14

KARYA ILMIAH PELAPUKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA 2 SD/MI

Dosen Pengampu : Arafatul Soraya, M. Pd. I

DISUSUN OLEH :
Nurjannah
NIM : 23160127

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T. A 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulias dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Penulis sadar
bahwa sudah pasti banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua yang telah
mendukung dan membantu dalam penyusunan dan pembuatan makalih ini.
Harapan penulis kedepan, dapat menyajikan makalah ini yang lebih relevan
sehingga mudah dimengerti dan dipahami bagi para pembaca. Mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun sehingga dalam penyusunan dan pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Panyabungan, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………...……….
….....1
1.4 Manfaat………………………………………………………………..2
1.5 Metode Kepenulisan…………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pelapukan………………………………………………...3
2.2 Penyebab Terjadinya Pelapukan.……………………………………3
2.3 Macam-Macam Pelapukan..…………………………………………4
2.4 Proses Pelapukan…………………………………………………….7
2.5 Proses Terbentuknya Tanah…………………………………………9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………… .13
3.2 Saran………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita hidup dipermukaan bumi yang tersusun atas batuan. Batuan
berkembang dengan berbagai cara, dari batuan panas yang muncul dari dalam
Bumi, sisa fosil hewan atau tumbuhan yang membatu setelah jutaan tahun,
serta akibat panas dan tekanan di dalam bumi. Tidak ada batuan yang abadi.
Seiring waktu batuan menjadi lapuk oleh air, angin dan kekuatan erosi lain
yang sangat besar.
Proses perombakan dan penghancuran batuan di permukaan secara
berulang-ulang akan membentuk wajah dari permukaan bumi. Proses ini tidak
terjadi sendirinya tetapi melalui berbagai proses yang panjang dengan
melibatkan beberapa bentuk tenaga geologi, yaitu tenaga endogen (berasal
dari dalam Bumi) dan tenaga endogen (berasal dari luar Bumi).
Bentuk tenaga endogen meliputi proses tektonik, vulkanik dan gempa bumi,
sedangkan bentuk tenaga eksogen meliputi pelapukan, erosi dan pengendapan
atau sedimentasi. Pada makalah ini akan dibahas secara khusus tentang
pelapukan dan manfaatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa definisi pelapukan?
2. Apa penyebab terjadinya pelapukan?
3. Bagaimana macam-macam pelapukan?
4. Bagaimana proses terjadinya jenis-jenis pelapukan?
5. Bagaimana proses terbentuknya tanah?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi pelapukan
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pelapukan
3. Untuk mengetahui macam-macam pelapukan
4. Untuk mengetahui proses terjadinya jenis-jenis pelapukan
5. Untuk mengetahui proses terbentuknya tanah
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu
1. Memenuhi tuntutan tugas dari dosen.
2. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
3. Dapat dijadikan referensi , untuk penelitian selanjutnya
1.5 Metode Kepenulisan
Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan
cara mencari bahan referensi melalui internet
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelapukan


Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada
kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau
angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk
gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut
dalam air atau ketika lapisan Bumi maupun batuan mengalami proses
pengelupasan oleh tenaga eksogen
Pelapukan merupakan tenaga perombak (pengkikisan) oleh media
penghancur. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran
massa batuan melalui media penghancuran, berupa:
1. Sinar matahari
2. Air
3. Gletser
4. Reaksi kimiawi
5. Kegiatan makhluk hidup (organisme)

2.2 Penyebab Terjadinya Pelapukan


Adapun beberapa hal yang menjadi faktor-faktor utama penyebab utama
terjadinya pelapukan, antara lain:
1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau
beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat
mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan
menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan
mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat
mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak artinya ini juga sebuah
pelapukan.

2. Pembekuan air di dalam batuan


Jika air membeku maka volumenya akan mengembang.
Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu- batuan
menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang
beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
3. Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya
menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan
dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang
di daerah pantai. Hal ini menyebabkan pelapukan yang cukup.
4. Insolasi
Amplitudo suhu yang sangat tinggi (siang sangat dan malam sangat
dingin) dapat menghancurkan batuan, misalnya batuan di daerah gurun
pasti terjadi pelapukan.
5. Perbedaan Warna Mineral
Perbedaan warna mineral pembentuk batuan meyebabkan perbedaan
pemuaian bagian-bagian batuan sehingga terjadi pelapukan.
6. Pelapukan Kulit Bawang
Perubahan dari dingin menjadi panas menyebabkan retak mendatar.
Sebaliknya, dari panas menjadi dingin menyebabkan retak-retak menyebar
pada batuan.

2.3 Macam-macam Pelapukan


Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan
kimiawi, dan pelapukan biologis.
❖ Pelapukan mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah
penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Pelapukan ini ditandai dengan adanya perubahan fisik batuan. Penghancuran
batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan
suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam.
Dalam keadaan alami, tiga faktor fisik bisa mendorong terjadinya pelapukan
jenis ini. Pertama, pembekuan air di dalam batuan mampu merusak batuan.
Air yang menyusup ke dalam batuan, mengalami pembekuan. Akibat tekanan
air yang membeku, batuan tersebut pecah. Proses ini seperti yang terjadi
ketika air laut menyusup dalam batu karang. Kristal garam yang terbentuk di
dalam batuan mampu menghancurkan batuan.

Gambar 2.3.1 Pelapukan Fisik/ Mekanik


Kedua, ketika terjadi perbedaan temperatur yang mengakibatkan batuan
mengembang saat suhu tinggi, dan mengerut saat suhu rendah. Apabila hal ini
terjadi terus-menerus akan menyebabkan permukaan batuan retak kemudian
pecah.

Ketiga, curah hujan yang tinggi disertai dengan intensitas sinar matahari yang
tinggi secara bergantian, membuat batuan mengerut dan mengembang hingga
akhirnya terlapuk.
❖ Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia.
Pelapukan ini merupakan pelapukan dengan proses yang lebih kompleks
karena disertai dengan penambahan maupun pengurangan unsur kimia pada
batuan. Sehingga komposisinya tidak lagi seperti batuan asal. Peristiwa
seperti pelarutan batuan oleh air, oksidasi, dan hidrolisis mengakibatkan
terjadinya pelapukan secara kimiawi. Bentuk kenampakan alam hasil
pelapukan kimia salah satunya terlihat jelas di wilayah karst. Gua, uvala,
dolina, dan aliran sungai bawah tanah misalnya, terjadi karena pelarutan
tanah kapur melalui retakan-retakan (diaklas). Retakan akan semakin
membesar dan bisa membentuk gua atau lubang-lubang. Jika lubang-lubang
saling berhubungan maka sungai bawah tanah bisa terbentuk. Kenampakan
yang lain seperti adanya stalakmit, stalagtit, dan danau yang dikenal dengan
dolina.
1. Stalaktit dan stalakmit
Stalaktit adalah kerucut yang menggantung pada dinding goa, tumbuh dari
atas ke bawah, dan biasanya runcing. Dan stalakmit adalah kerucut-kerucut
kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua
tabuhan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua jatijajar di Kebumen,
Jawa Tengah.
2. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi
karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di
semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan
seribu.
❖ Pelapukan Biologis
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat
proses organis. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan tumbuhan, hewan, dan
manusia. Pelapukan biologis bisa dikatakan lanjutan dari kedua proses
pelapukan sebelumnya. Jika lanjutan dari pelapukan fisik, maka disebut
biofisik. Apabila kelanjutan dari pelapukan kimia, maka disebut pelapukan
biokimia.

Pelapukan Biofisik Pelapukan Biokimia


a. Pelapukan oleh akar tanaman. Akar
a. Pelapukan oleh tanaman.
tanaman yang menerobos ke dalam
Asam organik yang berasal dari
celah atau retakan batuan
tanaman mati dan akar tanaman dapat
mengakibatkan batuan menjadi rapuh
membantu dekomposisi batuan.
dan hancur.
b. Pelapukan oleh binatang seperti
cacing tanah dan unggas. b. Pelapukan oleh binatang.
Binatang tersebut membantu Kotoran dan asam organik dari
memperlebar dan mengikis retakan binatang serta organisme dapat
batuan serta menyebabkan lapisan membantu pelapukan batuan secara
batuan di bawah tanah terkorek dan kimiawi.
melapuk.
c. Pelapukan oleh kegiatan manusia.
Industrialisasi mengakibatkan polusi
udara yang pada akhirnya dapat
c. Pelapukan oleh kegiatan manusia. menyebabkan pelapukan kimiawi.
Pembukaan lahan untuk pertanian, Contoh:
pembangunan fisik, dan kegiatan hujan asam disebabkan dari
pertambangan adalah contoh tindakan pembakaran bahan bakar fosil oleh
manusia yang menyebabkan batuan di industri. Gas SO2 dan NO hasil dari
permukaan tanah melapuk. pembakaran bahan bakar fosil dapat
larut dalam air hujan. Pelarutan ini
menimbulkan hujan asam yang
menyebabkan pelapukan kimia.
Gambar2.3.3 Pelapukan Biologis

2.4 Proses Pelapukan


Adapun proses yang terjadi dari berbagai jenis pelapukan yaitu
1. Proses pelapukan fisika (pelapukan mekanik)
Proses pelapukan fisika merupakan proses perubahan batuan
menjadi fragmen batuan yang berukuran lebih kecil, tanpa merubah
komposisi kimia atau mineralnya. Proses pelapukan fisika biasanya
terjadi bersama-sama dengan pelapukan kimia, kecuali pada daerah
beriklim dingin dan sangat kering.Yang termasuk proses pelapukan
fisika antara lain frost wedging, pengembangan dan penyusutan, dan
pelepasan beban pada batuan.
● Frost Wedging, disebabkan oleh pembekuan air di dalam
rekahan batuan. Proses ini merupakan proses pelapukan fisika
yang terpenting pada daerah yang iklimnya memungkinkan
adanya proses pencairan dan pembekuan batuan yang berulang-
ulang. Volume air akan meningkat sekitar 9% apabila
mengalami pembekuan. Peningkatan volume ini memungkinkan
untuk menjadikan rekahan batuan menjadi lebih besar.
● Pengembangan dan penyusutan, Proses ini sering terjadi pada
daerah yang perbedaan temperatur antara siang dan malam
relatif besar. Pada siang hari, karena panas, batuan akan
mengembang, sedang pada malam hari temperatur turun dan
batuan mengalami penyusutan. Proses pengembangan dan
penyusutan yang terjadi berulang kali menyebabkan batuan akan
pecah.
● Pelepasan beban. Proses ini terjadi karena adanya pengikisan
lapisan penutup batuan (overburden). Pelepasan beban ini
menyebabkan terjadi rekahan pada batuan yang sejajar dengan
topografi. Proses ini akan membentuk rekahan batuan seperti
perlapisan, sehingga sering disebut sheeting. Proses ini sering
terjadi pada batuan yang homogen seperti granit.
2. Proses pelapukan kimia(chemis),
Proses pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang dapat
merubah komposisi kimia dan mineral dari batuan. Mineral penyusun
batuan akan mengalami perubahan karena persentuhannya dengan air,
oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam atmosfer. Beberapa
unsur penyusun mineral akan bereaksi dan berubah menjadi larutan.
Larutan tersebut dapat mengkristal kembali dan membentuk mineral
sekunder.
3. Proses pelapukan biologis( pelapukan organik)
Pelapukan biologis disebabkan oleh makhluk hidup yang memecah
batu baik secara fisik maupun kimia. Makhluk hidup penyebab
pelapukan ini mencakup berbagai macam organisme dari bakteri
hingga tanaman dan hewan. Misalnya, lumut memainkan peran
penting dalam pelapukan karena mereka kaya akan agen chelating,
yang menangkap unsur-unsur logam dari batuan yang lapuk. Beberapa
lumut hidup di permukaan batu (epilithic), beberapa aktif hingga
menembus permukaan batuan / dalam batuan (endolithic), dan yang
lain hidup di cekungan dan retakan di batu (chasmolithic).

2.5 Proses Terbentunya Tanah


Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan
fisik maupun pelapukan kimia, dan juga biologis. Dari proses pelapukan
ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini
batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan
tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses
pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah
menjadi tanah.
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan
fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Selain
itu, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu
a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah
terutama unsur suhu dan curah hujan.
1) Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.
Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan
berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
2) Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah
menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
b. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah
dalam hal:
1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun
pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang
dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan
pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang
larut oleh air.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan
dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan
bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi
di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi
hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan
vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak
kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa
rumput.
4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara
akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif
rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya
lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi
bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat
(terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk
terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir
berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia
dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan
dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur
Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula,
akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat
membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang
kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih
merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan
tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar
lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah
akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara
telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar
lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus
berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda,
tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan
organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan
induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol.
Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah
muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses
pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol,
dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih
lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada
perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah
podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-
beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik
memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–
10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat
perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu
tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-
beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor
pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe
kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah
di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga
berbeda-beda.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi
butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air atau
ketika lapisan Bumi maupun batuan mengalami proses pengelupasan oleh
tenaga eksogen.
2. Adapun beberapa hal yang menjadi faktor-faktor utama penyebab utama
terjadinya pelapukan yaitu, adanya perbedaan temperatur yang tingg,
Pembekuan air di dalam batuan, berubahnya air garam menjadi kristal,
Insolasi, Perbedaan Warna Mineral dan Pelapukan Kulit Bawang.
3. Pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami
perubahan kimiawi.
4. Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia.
5. Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat
proses organis
6. Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan
fisik maupun pelapukan kimia, dan juga biologis

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saran-saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun, sangat diperlukan
demi kesempurnaan makalah ini, atas perhatianya kami mengucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Bahpari., Mulya. 2006. Mandiri Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta :


Penerbit Erlangga.

Endarto, Danang., dkk. 2006. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X. Surakarta :


Grahadi. Hanafiah, A. K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grasindo
Persada.

Irawan, Etsa Indra., Sunardi. 2008. Pelajaran IPA-Fisika BILINGUAL Untuk


SMP/MTsbKelas IX. Bandung : Yrama Widya.

Rachmat., dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs kelas VII.
Karanganyar : Graha Multi Grafika

http://ucikcacha.wordpress.com/2010/11/22/pengertian-pelapukan/

http://eug3n14.wordpress.com/2009/06/30/pelapukan-erosi-dan-sedimentasi/

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/638386/weathering

http://dictionary.cambridge.org/dictionary/american-english/weathering?
q=weathering

Anda mungkin juga menyukai