Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

“BENTUK LAHAN ASAL AEOLIN”

DOSEN PENGAMPU:

Oleh:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang bentuk lahan asal aeolin.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Kolaka, 03 Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bentuk Lahan Aeolin ............................................................ 3
B. Proses Terbentuknya Lahan Aeolian ...................................................... 4
C. Bentuk Lahan Hasil Aeolian ................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan
bumi sebagai akibat adanya pengaruh tenaga asal dalam dan tenaga asal luas bumi
(hujan, angin, penyinaran dan pemanasan matahari, benturan benda asal ruang
angkasa serta aliran air dan gletser) yang menghasilkan proses-proses geomorfik
yang berakibat terubahnya bentuk-bentuk permukaan bumi. Obyek utama
geomorfologi ialah bentuklahan, proses geomorfologi, genesa dan evolusi
pertumbuhan bentuk lahan, beserta hubungannya dengan aspek lingkungan.
Dalam hal ini utamanya mengupas tentang berbagai bentuk lahan dari bentukan
berbagai asal proses yang berbeda. Bentanglahan atau landscape merupakan
kombinasi atau gabungan dari bentuk lahan. Mengacu pada definisi bentang lahan
tersebut, maka dapat dimengerti bahwa unit analisis yang yang sesuai adalah unit
bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bentang
lahan selalu mendasarkan pada kerangka kerja bentuk lahan (landform). Bentuk
lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas,
akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan,
dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu. Geomorfologi adalah studi yang
mendeskripsi bentuklahan dan proses-proses yang menghasilkan bentuklahan
serta menyelidiki hubungan timbal-balik antara bentukl ahan dan proses-proses
tersebut dalam susunan keruangan
Oleh karena untuk menganalisis bentang lahan lebih sesuai dengan
didasarkan pada bentuk lahan, maka klasifikasi bentang lahan juga akan lebih
sesuai jika didasarkan pada unit-unit bentuk lahan penyusunnya. Verstappen
(1983) telah mengklasifikasikan bentuk lahan berdasarkan genesisnya menjadi 10
(sepuluh) macam bentuk lahan asal proses, yaitu bentuk lahan asal proses
volkanik,bentuk lahan proses structural, bentuk lahan asal fluvial, bentukl ahan
asal proses solusional ,bentuk lahan asal proses denudasional, bentukl ahan asal
proses eolin, bentuklahan asal proses marine , bentuk lahan asal glasial , bentuk
lahan asal organik , bentuk lahan asal antropogenik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk lahan aeolin ?
2. Bagaimana jenis-jenis bentuk lahan aeolin ?
3. Bagaimana bentuk lahan hasil aeolin ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk lahan aeolin.
2. Untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis bentuk lahan aeolin.
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk lahan hasil aeolin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bentuk Lahan Aeolin


Bentuk lahan asal proses aeolin merupakan bentukan lahan oleh proses
eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan
membentuk endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan
bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Hakekatnya bentuk lahan aeolin terdiri
dari 3 proses, yakni erosional (pengikisan), deposisional (pengangkutan), dan
sedimentasi (pengendapan). Bentuk lahan aeolin dapat berkembang dengan baik
apabila terpenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang
banyak.
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir
tersebut.
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan


pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang
paling utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan
angin mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan
yang berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di
padang pasir terdapat batuan. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin
dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak.
2. Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes).
3. Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans.

3
B. Proses Terbentuknya Lahan Aeolian
1. Pengikisan Oleh Angin
Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi,
dan abrasi.
a. Deflasi (deflation)
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa
materi batuan, baik berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat.
Proses ini sering terjadi di daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir,
misalnya di basin kecil atau pada bukit pasir. Deflasi cenderung menyebabkan
terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi. Dibandingkan dengan erosi
air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang berelief tinggi
sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat kuat.
Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan
kemudian dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut
pada umumnya berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi.

b. Korasi (corrasion)
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam
yang sangat luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini
terjadi karena angin tidak dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi
lagi. Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan:

 Polishing Dan Pitting


Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut
dengan polishing. Gerakan angin yang membawa pasir mempunyai kemampuan
untuk melubangi batuan, kemampuan untuk melubangi batuan ini disebut
dengan pitting.
 Grooving Dan Shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan
terus mengalami proses pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar
dan dalam. Proses melubangi secara terus-menerus sehingga menjadi lubang yang
besar dan dalam disebut dengan grooving. Batuan yang berlubang-lubang besar

4
tersebut kemudian berubah menjadi pecah-pecah dan berkeping-keping. Proses
terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut shaping.

 Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil
lagi. Proses perubahan batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting.
Kecepatan korasi terhadap massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari
tingkat kekerasan batuan dan kekuatan angin itu sendiri.

2. Pengangkutan oleh Angin


Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-materi
halus, misalnya debu. Materi yang halus ini akan diterbangkan angin sampai ke
tempat yang cukup jauh. Adapun jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh
angin adalah:

 Suspensi (suspension)
Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut
materi-materi halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya
dalam mengangkut pasir karena kemampuan mengangkut ke atas sangnt terbatas.
Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai dengan gerakan
turbuler. Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi selalu mengalami variasi
periode yang pendek sehingga menyebabkan adanya tekanan angin. Tekanan
angin ini menyebabkan udara berputar ke segala arah, putaran udara ke segala
arah inilah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan suspensi.

 Saltasi (saltation)
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh
tabrakan dan pantulan angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara
langsung disebabkan tekanan angin terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin
pada umumnya mempunyai gerakan saltasi.

 Rayapan permukaan (surface crep)


Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi
butiran oleh gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur,

5
tetapi kadang-kadang juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat
jatuhnya pasir. Oleh karena benturan ini gerakan materi butiran menjadi lambat
yang selanjutnya menjadi rayapan permukaan.Kadang-kadang angin yang
mengangkut debu atau pasir bergerak berputar seperti spiral, gerakan seperti ini
disebut dengan badai debu.

 Pengendapan oleh Angin


Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa
angin tadi jatuh setelah gerakan menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang
menjadi lambat, pengendapan juga dapat terjadi karena butiran yang terbawa oleh
angin mengalami benturan terhadap permukaan kejadian ini sebagai hasil dari
proses saltasi dan rayapan tanah. Apabila butiran tersebut tidak membentur
permukaan dan terus terbawa angin, maka butiran tersebut akan mengalami
gerakan sepanjang permukaan hingga menemukan tempat mengendap, pada
umumnya tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan. Bentuk endapan dari
proses ini tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah mengendap butiran-
butirabn tersebut mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru.

C. Bentuk Lahan Hasil Aeolian


1. Bentuk Lahan Hasil Erosi Angin

a. Desert pavement (pebble armor)


Yaitu permukaan yang terdiri atas batuan kerikil dan kerakal di
daerah gurun, sebagai akibat bahan-bahan halus mengalami deflasi.
b. Blow Out
Cekungan di daerah gurun sebagai akibat deflasi pada materi hasil
pelapukan di permukaan yang berukuran halus.
c. Ventifact
Permukaan batuan yang menjadi rata karena korasi, terutama yang
berukuran halus (debu dan liat) yang terbawa oleh angin.

6
d. Dreikanter
Seperti ventifact tetapi bentuknya piramida karena arah angin
berubah-ubah (dari tiga sisi).
e. Groove
Merupakan alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena
erosi angin.
f. Yardang .
Merupakan pegunungan memanjang dan paralel (tinggi< 10m,
panjang -100m ) berkembang di daerah bebatuan lunak.

2. Bentuk-Bentuk Hasil Pengendapan Angin


Aktivitas angin dalam mengendapkan material dipengaruhi oleh
kecepatan angin, rintangan (batu, vegetasi), dan material yang dibawa oleh angin.

a. Loess
Loess adalah bentuk lahan asal proses eoline yang terbentuk dari
bahan endapan angin yang berukuran debu oleh erosi angin yang berasal dari
daerah gurun dan pada umumnya tidak berlapis. Bentuk lahan ini kemungkinan
juga mengandung pasir halus dan liat. Bahan seperti loess ini menutupi 1/10
daratan di muka bumi. Loess umumnya berwarna kuning dengan sekurang
kurangnya 60%-70% partikel berukuran debu dan bertekstur geluh berdebu atau
geluh liat berdebu. Loess cenderung pecah-pecah pada sepanjang bidang vertical
apabila terkuak oleh erosi air atau aktivitas manusia. Akibatnya banyak bidang
vertical yang stabil yang mencapai ketinggian 6 m terdapat pada daerah loess di
sepanjang sisi lembah dan galian untuk jalan. Endapan pasir,ada beberapa tipe
yang ditentukan oleh jumlah pasir dan vegetasi:
 Sand sheet adalah hamparan pasir tipis yang menutup
daerah relatif datar, permukaannya tidak bergelombang.
 Ripple (riak) adalah endapan pasir yang permukaannya
bergelombang, tinggi bervariasi 1-500mm, panjang 50-300m. endapan pasir
tebal yang permukaannya bergelombang ripple tetapi lebih besar disebut undulasi;
yang tingginya sampai 400m dan panjang 4km disebut draa(Mcgadune).

7
 Sand shadow, adalah timbunan pasir di belakang suatu
rintangan, seperti semak-semak/batu.
 Sand fall adalah timbunan pasir di bawah cliff atau gawir.
 Sand drift yaitu timbunan pasir pada suatu gap/celah antara
dua rintangan.

Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang
terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir
sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut
butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan
pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering). Gumuk pasir cenderung
terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi
gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-
butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk pasir pada
umumnya kurang dari 30 meter pertahun. Bentuk gumuk pasir bermacam-macam
tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah
angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal
adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan
memanjang (longitudinal dune). Pada umumnya gumuk pasir terdapat di daerah:

 Mempunyai pasir sebagai material utama.


 Kecepatan angin tinggi, untuk mengikis dan mengangkut butir-butir
berukuran pasir.
 Permukaan tanah yang tersedia untuk pengendapan pasir.
 Selain itu gumuk pasir juga terdapat di:
 Gisik pasir dengan angin pantai.
 Dekat sungai yang dasarnya pasir.
 Daerah yang mempunyai musim kering.
 Daerah gurun yang mengalami penghancuran batuan.
 Endapan glasial dan dasar danau glasial pasiran.

8
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes
(terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk
karena adanya suatu penghalang. Beberapa tipe gumuk pasir:

1) Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)


Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk
pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah
yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak
simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk
pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh
adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah
yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng
daerah yang membelakangi angin.

2) Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan


banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan
tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya
beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka
terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan
berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.

3) Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan
tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya
berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini
berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang
maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan
bagian yang menghadap ke arah angin curam.

9
4) Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus


dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan
angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan
terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada
terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

5) Gumuk Pasir Bintang (star dune)

Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai


hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya
merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses
eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang
datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti
bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru
disekitarnya.

6) Tipe Impedeed Dunes

 Blowout
Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar
cekungan. Terbentuk karena deflasi local.

 Echo dunes
Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi
penghalang.Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputara Sebagai
fenomena yang langka.

Gumuk pasir memiliki fungsi ekologis yang sangat penting. Ada 3 tempat
dengan cadangan air yang melimpah yaitu, daerah di antara 2 gunung api muda,
Daerah berbatuan gamping dan daerah pesisir pantai. Daerah berpasir seperti ini
memiliki kemampuan meloloskan air yang tinggi sehingga memberikan cadangan
air bagi masyarakat pesisir pantai selatan. Selain itu keberadaan sand dunes

10
(gumuk pasir) dapat meredam hantaman gelombang tsunami, satu kerentanan
bencana di pesisir selatan jawa. Sehingga dengan keberadaan gumuk pasir resiko
bencana tsunami dapat berkurang. n aliran angin karena zone penghalang.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bentuk lahan asal proses aeolin merupakan bentukan lahan oleh proses
eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan
membentuk endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan
bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Sebagai fenomena yang langka Gumuk
pasir memiliki fungsi ekologis yang sangat penting. Ada 3 tempat dengan
cadangan air yang melimpah yaitu, daerah di antara 2 gunung api muda, Daerah
berbatuan gamping dan daerah pesisir pantai. Daerah berpasir seperti ini memiliki
kemampuan meloloskan air yang tinggi sehingga memberikan cadangan air bagi
masyarakat pesisir pantai selatan. Selain itu keberadaan sand dunes (gumuk pasir)
dapat meredam hantaman gelombang tsunami, satu kerentanan bencana di pesisir
selatan jawa. Sehingga dengan keberadaan gumuk pasir resiko bencana tsunami
dapat berkurang.

B. Saran
Gumuk pasir merupakan satu dari sekian banyak anugerah bagi
masyarakat Indonesia. Sudah seharusnya kita menjaga agar keberadaannya tetap
lestari. Bukan gumuk pasir saja melainkan juga setiap titik di lingkungan kita,
karena kita hidup di alam. Alam akan memberikan apa yang kita berikan pada
alam. Ketika kita melestarikan alam maka alam akan memberikan kehidupan yang
baik bagi kita.

12
DAFTAR PUSTAKA

Herlambang, Sudarno. 1991. Proses Geomorfologi. Malang: Universitas


Negeri Malang.

Herlambang, Sudarno.2009. Dasar-Dasar Geomorfologi. Malang: Universitas


Negeri Malang.

http://adityamulawardhani.blogspot.com/2009/02/bentang-alam-eolian.html

13

Anda mungkin juga menyukai