Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

HIDROGEOLOGI
APLIKASI HUKUM DARCY DALAM PENGGALIAN
TAMBANG TERBUKA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hidrogeologi
Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2020/2021

Disusun oleh :

Nama : Naufal Abdan Syakuran


NPM : 10070118093
Kelas : B

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu’alaikum, Wr., Wb.,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Aplikasi Hukum Darcy Dalam
Penggalian Tambang Terbuka” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya
sampai akhir zaman.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini, yang ditujukan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, kemudian penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Yunus Ashari, M.T. selaku ketua Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
sekaligus dosen pembimbing mata kuliah hidrogeologi
2. Seluruh pihak yang membantu proses pembuatan makalah ini
Rupanya cukup sekian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dijadikan perbaikan di masa
mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr., Wb.,

Cimahi, 14 Oktober 2020


Penulis,

Naufal Abdan Syakuran


100.701.18.093

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang………….................................................................. 1
1.2 Pentingnya Pemahaman Akan Judul........................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 3
2.1 Airtanah....................................................................................... 3
2.2 Hukum Darcy............................................................................... 9
2.3 Airtanah Pada Tambang Terbuka................................................ 12
2.4 Metode Estimasi Besaran Airtanah Untuk Tambang Terbuka.... 14
2.5 Pengaruh Tambang Terbuka Terhadap Airtanah........................ 18
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan mengenai bumi yang dilakukan melalui penelitian telah
memberikan kesimpulan bahwa pada masa awal pembentukan bumi, bagi
terluar bumi merupakan suatu cairan yang mengalami pembekuan (kristalisasi)
Yang seiring berjalannya waktu menutupi seluruh permukaan bumi sehingga
dinamakan sebagai kerak bumi.
Perkembangan ilmu pengetahuan mengenai bumi membawa manusia
untuk lebih mempelajari bumi sebagai tempat tinggalnya, salah satunya adalah
hidrogeologi. Hidrogeologi merupakan cabang ilmu dari hidrologi, akan tetapi
lebih membahas mengenai keberadaan air yang berada di bawah permukaan
yang mengalir melalui celah batuan atau rekahan, atau biasa disebut sebagai air
tanah. Umumnya air yang berada di bumi mengalami suatu siklus secara
menyeluruh akibat adanya kontrol geologi.
Hidrogeologi erat kaitannya dengan aktivitas penambangan karena
berhubungan dengan lingkungan secara langsung. Keberadaan jumlah air dalam
debit yang besar akan mempengaruhi lubang bukaan tambang terutama pada
tambang terbuka sehingga menyebabkan tergenangnya lubang bawah tanah dan
membuat jenuh lereng yang terdapat pada tambang terbuka sehingga mudah
longsor Dan mengganggu kegiatan penambangan yang sedang dilakukan. Air
merupakan faktor terpenting dalam kehidupan manusia, dimana walaupun
hampir sekitar 70% permukaan bumi tertutup air, namun hanya berkisar 3% air
yang tidak mengandung garam serta dalam 3% tersebut terbagi lagi menjadi 70%
dalam bentuk gletser di kutub dan 30% berada di dalam tanah menjadi air tanah.
Sehinnga sering kali air menjadi ancaman bagi aktivitas pertambangan yang
sedang dilakukan pada suatu daerah.

1
2

1.2 Pentingnya Pemahaman Terhadap Judul


Meninjau akan besarnya pengaruh siklus air terhadap kegiatan
penambangan yang dilakukan pada tambang terbuka maupun tambang bawah
tanah, seperti meningkatkan resiko kerja bagi para pekerja dan mengganggu
aktivitas penambangan yang akan dilakukan. Maka dari itu, diperlukan suatu
sistem yang berguna untuk mengurangi serta mengalirkan air dari dalam lubang
bukaan menuju keluar, sehingga tidak mengganggu aktivitas penambangan yang
sedang dilakukan. Sebagai ahli tambang maka kita harus menguasai ilmu
hidrogeologi untuk mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh air, baik air
permukaan maupun air tanah.
BAB II
TEORI

2.1 Air Tanah


Air tanah merupakan air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah. Jenis air inilah yang menjadi bahasan utama
dalam hidrogeologi. Keberadaan airtanah dibatasi oleh Cekungan Air Tanah (CAT)
dan dikelola oleh Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Sumber : Sipa, 2019.


Gambar 1
Cekungan Air Tanah (CAT)

Air tanah pada umumnya dapat berasal dari beberapa sumber,


diantaranya :
1. Air Meteorit
Air permukaan yang mengalmi infiltrasi (meresap ke tanah) dapat menjadi air
tanah yang merupakan bagian dari siklus hidrologi.
2. Air Juvenil
Merupakan air magmatik yang memiliki panas dan mengandung sulfur tinggi
(pH > 7) Air magmatik secara khusus dapat dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan
kedalamannya, yaitu :

3
4

a. Air Plutonik
Air tanah yang terdapat pada kedalaman yang dalam, lebih dari 5 km
b. Air Vulkanik
Air tanah yang terdapat pada kedalaman yang berkisar diantara 3 sampai
dengan 5 km)
3. Air Kosmik
Air yang berasal dari ruang angkasa yang ikut serta masuk ke bumi
bersamaan dengan meteorit
4. Air Fosil / Air Connate
Merupakan kantong air yang terjadi karena air tersebut terperangkap pada
suatu endapan sewaktu terjadinya proses pengendapan yang umumnya
berasa asin.
Keberadaan air tanah selalu beriringan dengan peristiwa geologi yang
mengiringi terbentuknya suatu daerah, proses geologi yang dimaksud, meliputi :
1. Pembentukan Batuan
Hal ini berkaitan dengan proses pembentukan berbagai batuan, seperti :

Sumber : Sari, 2018.


Gambar 2
Air Tanah Pada Berbagai Batuan

a. Batuan Beku yang terbentuk akibat pendinginan magma (kristalisasi) yang


dapat mengontrol kandungan air pada suatu daerah sebab batuan ini
memiliki permeabilitas yang rendah
6
5

b. Batuan Metamorf yang terbentuk akibat adanya metamorfisme atau


perubahan suhu dan tekanan yang signifikan yang dialami oleh batuan.
Batuan ini cenderug memiliki permeabilitas yang rendah
c. Batuan Sedimen yang terbentuk akibat adanya proses sedimentasi yaitu
proses pelapukan batuan asal yang kemudian mengalami transportasi
kemudian terendapkan menjadi batuan. Batuan ini cenderung memiliki
permeabilitas yang tinggi, kecuali batulempung.
2. Transformasi (Daur Geologi)
Membentuk suatu siklus yang berkaitan dengan pembentukan batuan serta
kaitannya suatu jenis batuan dengan jenis lainnya dan sebab – akibat
keterbentukannya.

Sumber : Anonim, 2017.


Gambar 3
Daur Geologi

3. Distribusi Material
Berupa proses penyebaran / distribusi batuan ke beberapa daerah sesuai
dengan karakteristik daerah tersebut
4. Pengangkutan (Up – Lift)
Proses ini menyebabkan terbentuknya suatu bentang alam (morfologi) akibat
adanya aktifitas tektonik yang berpengaruh terhadap pergerakan tanah atau
batuan dengan mempengaruhi gaya kohesi (tarik – menarik antar butir) pada
tanah atau batuan.
Adapun beberapa sifat batuan terhadap air tanah yang masuk, terbagi
menjadi beberapa sifat, diantaranya :
1. Akuifer
Merupakan lapisan yang mengandung banyak air tanah karena memiliki sifat
permeable (dapat mengalirkan air), biasanya ialah batuan sedimen yang
memiliki susunan antar butir longgar atau terdapat rongga udara untuk
menyimpan serta mengalirkan air yang cukup. Contohnya adalah batupasir,
kerikil, dan batugamping berlubang
2. Akuiklud
Berupa lapisan yang memiliki sifat kedap air sehingga impermeable (tidak
dapat mengalirkan air) tetapi dapat menyimpan air dengan kapasitas
tertentu. Contohnya adalah lempung, silit, dan berbagai batuan berukuran
lempung
3. Akuifug
Berupa lapisan yang kebal terhadap air yang terbentuk dari batuan yan gtidak
dapat mengalirkan serta menyimpan air. Contohnya adalah batuan beku,
seperti granit, dan batuan lain yang kompak, keras, dan padat
4. Akuitar
Berupa lapisan batuan yang memiliki susunan sedemikian rupa sehingga
dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkannya dalam jumlah
terbatas. Biasanya terletak diantara lapisan akuifer dan akuiklud.
7

Sumber : Edy, 2015.


Gambar 4
Lapisan Air Tanah

Berdasarkan lapisan yang dapat menyimpan serta mengalirkan air, maka


perlu diketahui jenis – jenis porositas suatu batuan berdasarkan beberapa aspek,
yaitu :
1. Ditinjau dari Kejadiannya
a. Porositas Asli (Original Interstces) / Porositas Primer
Porositas yang terbentuknya bersamaan dengan terbentuknya batuan
melalui proses pemadatan, sementasi, dan sortasi batuan
b. Porositas tidak asli (Porositas Sekunder)
Porositas yang terbentuk setelah terbentuknya batuan, akibat adanya
struktur geologi, seperti : kekar, retakan, dan lubang pelarutan
2. Berdasarkan Ukuran Lubang
a. Ukuran Kapiler (Cappilary Intercities)
Lubang berukuran kapiler yang berkisar antara 0,26 – 0,4 inchi. Air yang
tersimpan pada lubang ini dikarenakan adanya tegangan permukaan yang
dialami air
b. Ukuran Sub – Kapiler
Memiliki ukuran lubang lebih kecil daripada ukuran kapiler
8

c. Ukuran Super – Kapiler


Memiliki ukuran lubang lebih besar dibandngkan ukuran kapiler
3. Ditinjau dari Hubungan Antar Lubang
a. Saling berhungan (Communicating Intercities)
b. Terisolasi / terpisah (Isolated Intercities)
Air tanah mengalami gaya vertikal maupun horizontal yang menyebabkan
air dapat mengalir dibawah permukaan membentuk zona air sebagai berikut :
1. Zona Air Dangkal (Soil Water Zone)
Memiliki tanah dalam keadaan tidak jenuh, terkecualibila terdapat air
permukaan. Zona ini dimulai dari permukaan tanah sampai ke zona
perakaran utama dengan kedalaman yang beragam berdasarkan jenis tanah
dan jenis tanaman
2. Zona Antara (Intermediate Zone)
Memungkinkan untuk mengalirkan air kebawah yang berada diantara batas
bawah zona dangkal sampai batas atas kapiler dengan ketebalan beragam
diantara 0 (bila terjadi muka air tanah mendekati permukaan) sampai
beberapa ratus meter kedalam keadaan muka air tanah yang dalam. Terdiri
atas air yang tidak bergerak / menggenang (pellicular water) dan air yang
turun disebut gravitational water.
3. Zona Kapiler
Berada diantara permukaan air tanah sampai ke batas kenaikan kapiler air
yang dapat di hitung melalui persamaan kapiler air yang didasarkan dari jari –
jari lubang serta kedalamannya
4. Zona Jenuh
Merupakan zona yang terdiri atas lubang / rongga / pori dimana lubang
tersebut sudah terisi oleh air sehingga tercapai porositas maksimal tanah /
batuan. Porositas adalah besarnya ukuran air yang dikandung setiap satuan
volume
9

2.2 Hukum Darcy


Hukum Darcy merupakan suatu hukum phanemenokogic (kajian nyata)
dari hasil pengukuran debit air yang dilakukan oleh Henry Darcy berdasarkan
hasil percobaan yang dilakukannya pada tahun 1850. Percobaan yang dilakukan
menggunakan kolom pasir yang diberikan aliran air dengan debit tertentu.
Memaham hukum Darcy merupakan pemahaman utama dalam memahami
keterjadian rembesan pada air pada tanah. Hasil dari percobaan yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa debit aliran air yang melalui kolom pasir adalah
sebanding dengan perbedaan tinggi tekanan dan luas area dari kolom pasir yang
digunakan tetapi berbenading terbalik dengan jarak tempuh aliran.

Sumber : Anonim, 2018.


Gambar 5
Penerapan Hukum Darcy

Hukum Darcy diperoleh dari hasil penurunan beberapa persamaan yang


saling berkaitan, diantaranya :
1. Hukum Konstitutif
Merupakan persamaan yang menghubungkan dua besaran fisika, seperti
contohny adalah Hukum Hooke yng menyatakan bahwa pada kondisi elastis
maka hubungan tegangan dan reganagn satu dimensi dapat dirumuskan
sebagai :

Besaran yang dihubungkan adalah besaran tegangan dan regangan yang


dialami oleh suatu bahan elastis. Sehingga persamaan ini digunakan Darcy
dalam merumuskan parameter pengujian yang akan dicari.
10

2. Persamaan Navier – Stokes


Persamaan ini ibarat sebagai pintu dalam upaya memahami berbagai
persamaan yang digunakan dalam mekanika suatu benda, baik benda padat
maupun benda cair (fluida). Persamaan yang diperoleh dari dari penurunan
Hukum Gerak Newton dan teori Gauss sehingga diperoleh persamaan
berikut:

3. Persamaan Stokes
Diperoleh dari hasil penyederhanaan persamaan Navier – Stokes dengan
kasus pemahaman kepada aliran lamine ryang dialami oleh suatu fluida.
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

4. Fluida Newtonien

Sumber : James, 2005..


Gambar 6
Fluida Newtonian yang Mengalir di Permukaan

Ketidakseragaman kecepatan yang dialami oleh fluida menghasilkan


teganagn geser sehingga dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai
berikut :
Berdasarkan pertimbangan tesebut dan hasil eksperimen Darcy, maka
diperoleh suatu persamaan sebagai berikut :
Q = -KA (˄H / ˄L)
Keterangan :
K = Koefisien Hydrolic Conductivity
A = Luas Penampang Kolom Pasir
˄ H = Perbedaan Tinggi Tekan
˄L = Jarak Tempuh Aliran
Perbandingan ˄ H dan ˄ L disebut juga sebagai gradien hidrolik
Penurunan rumus dari persamaan Darcy memberikan pemahaman bahwa
kecepatan aliran molekul air yang sebenarnya adalah lebih besar daripada
kecepatan rata – rata lajunya, tetapi karena adanya pengaruh dari volume pori
batuan / tanah pada pengaliran air. Tanda negatif pada persamaan Darcy
memperlihatkan bahwasannya air mengalir dari potensila tinggi ke arah
potensial rendah yang berkebalikan dengan gradien potensial muka air yang
bernilai kurang dari nol. Adapun asumsi Dupuit _ Forcheimer yang melakukan
pemodelan aliran regional dengan asumsi bahwa arah aliran airtanah adalah
horizontal, namun tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, seperti kasus
pemompaan airtanah pada sumur atau dalam wilayah yang memiliki variasi
ketebalan akuifer yang beragam. Asumsi ini pada umumnya digunakan dalam
pemodelan airtanah. Terdapat pula persamaan lainnya yang menunjang
pemahaman mengenai aliran air tanah.
11

Sumber : Annim, 2010


Gambar 7
Arah Aliran Air

2.3 Airtanah Pada Tambang Terbuka


Keberadaan air yang dapat mengganggu proses penambangan di
permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :
1. Curah hujan suatu daerah
Hujan merupakan siklus hidrologi yang tidak merata pada setiap daerah,
terdapat daerah yang memiliki curah hujan tinggi adapun daerah yang
memiliki curah hujan rendah. Hal tersebut disebabkan oleh letak daerah dan
iklim serta kebasahan udara (uap). Pada umumnya, daerah pegunungan
memiliki curah hujan yang lebih besar dibandingkan daratan. Berdasarkan
siklus hidrologi diketahui bahwa hujan terjadi karena adanya evaporasi /
penguapan air laut. Adapun parameter yang perlu diperhatikan ialah :
a. Durasi Hujan
Lamanya kejadian hujan yang diperoleh dari hasil pencatatan alat ukur
hujan otomatis dalam setiap satuan waktu.
b. Intensitas Curah Hujan
Merupakan jumlah hujan dalam satuan waktu yang dinyatakan dalam
milimeter per jam. Besarnya bergantung pada lamanya curah hujan dan
frakuensi kejadian hujan, semakin besar durasi hujan, maka intensitas
hujan juga semakin besar
c. Waktu Konsentrasi
13
12

Waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik yang paling jauh pada
aliran ke titik kontrol yang telah ditentukan di bagian hilir saluran, terbagi
menjadi 2 bagian, yakni :
i. Inlet Time
Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan
tanah menuju saluran drainase (penyaliran)
ii. Conduit Time
Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang paritan
sampai pada titik kontrol yang diperlukan
d. Analisa Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan yang telah diketahui pada setiap area
sehingga diperoleh tinggi curah hujan tinggi dan kemudian beasrnya
curah hujan pada periode tertentu
e. Rerata Curah Hujan
Dalam mencari nilai rataan curah hujan pada suatu daerah dapat
dilakukan dengan menaruh alat AWLR (Automatic Water Level Recorder)
di beberapa titik melalui beberapa metode, yakni :
i. Dengan cara Aritmatika
ii. Dengan cara Poligon Thiessen
iii. Cara Isohyet
2. Surface runoff (limpasan air permukaan)
Bagian limpasan yang melintas diatas permukaan tanah menuju ke aliran
sungai (DAS) yang terkadang dapat menganggu proses penambangan
permukaan. Limpasan permukaan langsung (Direct Surface Runoff) adalah
bagian limpasan permukaan yang memasuki sungai secara langsung setelah
hujan maupun lelehan salju. Dalam upaya mencari besaran debit air limpasan
ini dapat dirumuskan melalui persamaan :
Q = 0,278 x A x I x C
14

Keterangan :
Q = Debiat Aliran Air Limpasan
A = Luas Catchment Area
I = Intensitas Curah Hujan
C = Koefisien Limpasan
Dengan asumsi yang diterapkan ialah :
a. Frakuensi hujan sama dengan frakuensi limpasan
b. Hujan ter-distribusi merata ke seluruh cathment area
c. Debit maksimal yang merupakan fungsi intensitas hujan dan tercatat pada
waktu konsentrasi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan, yaitu :
a. Faktor yang mempengaruhi volume total limpasan yang merupakan
banyaknya prespitasi, evapotranpirasi, ukuran daerah aliran sungai (DAS)
dan tinggi rataan tempat aliran sungai
b. Faktor yang mempengaruhi distribusi waktu limpasan berupa intensitas
dan durrasi prespitasi, distribusi kawasan dan arah gerak hujan
c. Unsur Meteorologi
Unsur dari pengaruh kosmik yang mempengaruhi kondisi bumi, seperti
rotasi bumi dan rotasi bulan yang mempengaruhi pasang surut air laut
yang menyebabkan perbedaan curah hujan
d. Faktor Daerah Aliran Sungai
Semakin sedikit aliran sungai akibat dijadikan area pembangunan, maka
semakin sulit pula aliran air untuk mengalir sehingga mencari area lainnya
seperti area pertambangan
e. Faktor manusia
Upaya manusia untuk menunjang kehidupannya, tetapi tidak
memerhatikan faktor lingkungan yang berada di sekitarnya.

2.4 Metode Estimasi Besaran Airtanah Untuk Tambang Terbuka


15

Pemanfaatan air tanah harus diiringi dengan inventariasasi potensi air


tanah pada suatu daerah. Hal itu dikarenakan potensi air tanah sangat
ditentukan oleh faktor alami. Langkah awal untuk melakukan inventarisasi air
tanah yakni dengan kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi,
evaluasi, serta pengumpulan data air tanah di suatu daerah. Pemetaan air tanah
memiliki peranan untuk memberi batasan zona yang memiliki potensi air tanah
berbeda. Dengan data tersebut yang dipergunakan sebagai acuan dalam
program pemanfaatan, pengelolaan dan pengembangan air tanah. Untuk
memperoleh keakuratan dalam pemetaan air tanah dilakukan kegiatan geolistrik
sehingga diperoleh validasi di lapangan serta upaya pengeboran dengan
pembuatan sumur air tanah yang dalam. Dalam melaksanakan eksplorasi air
tanah tetap haru smemerhatikan kelestarian lingkungan dan perlindungan
sumber air tanah yang tertera pada regulasi Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 1451K/10/MEM/2000 tentang pedoman teknis
penentuan debit pengambilan air tanah. Disarankan untuk kegiatan pengeboran
pada lapisan akuifer pada kedalaman 40 – 150 meter. Hal itu dikarenakan pada
kedalaman tersebut berdasarkan kondisi hidrolgeologi merupakan air tanah dan
bukan air permukaan sehingga tidak dipengaruhi kondisi air setempat. Adapun
dengan pembuatan Peta Potensi Air tanah dalam bentuk Daerah Cekungan
Sungai menunjukan banyaknya sumber mata air yang terdapat di daerah
tersebut. Peta ini memberikan gambaran tentang pengaliran air tanah beserta
jenis batuan yang terdapat di suatu wilayah dan dapat dijadikan sebagai
pembanding antara keberadaan air tanah suatu wilayah dengan wilayah lainnya
sehingga memberikan perlakukan khusus terhadap satu daerah agar tetap
menjamin kelestarian dan pengendalian air tanah yang dikandungnya. Hal ini
berkaitan dengan proses estimasi air tanah pada suatu area penambangan yang
berhubungan dengan aliran air tanah untuk setiap lapisan tanah yang berbeda –
beda. Seperti kita ketahui bahwasannya lapisan dibawah permukaan terdiri atas
beberapa jenis berdasarkan daya serapnya terhadap air tanah. Dalam
16

mempermudah proses estimasi airtanah pada tambang permukaan atau suatu


wilayah dapat dipermudah dengan pembuatan gambaran kubus sebagai berikut :

Sumber : Annim, 2010


Gambar 8
Analisis Volume Aliran Bersih Setiap Waktu
Proses estimasi air tanah juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
infiltrasi air tanah, meliputi :

Sumber : Saweyo, 2006.


Gambar 9
Penyebaran Potensi Air Tanah Hasil Pengukuran Geolistrik di Kecamatan Lambandia,
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Cadangan Air yang terdapat pada Tambang Permukaan


17
14

Cadangan air disini merupakan cadangan air tanah yang berada pada suatu
daerah atau dapat diartikan sebagai volume air yang dapat disimpan dalam
periode tertentu (bulan atau tahun) di dalam satu kesatuan luasan wilayah.
Volume air tersebut tersimpan dalam pori batuan. Proses infiltrasi seiring
dengan jatuhnya air ke permukaan.

Sumber : Anonim, 2019.


Gambar 10
Cadangan Air Bawah Tanah

2. Melakukan pendataan terhadap curah hujan suatu daerah yang dijadikan


sebagai acuan perbandingan pada setiap periode
3. Mengurangi surface runoff (limpasan air permukaan) dengan membuat
daerah resapan sehingga air yang jatuh ke permukaan tidak langsung menuju
ke Daerah Aliran Sungai (DAS)
4. Mengurangi tempat air tergenang, seperti kolam, beton, atau lainnya yang
dapat menyebabkan air tergenang sehingga tidak dapat masuk ke dalam
tanah melalui celah / pori batuan
5. Mempertimbangkan cadangan air tanah pada setiap periode dengan cara
lanjutan setelah infiltrasi, yaitu perkolasi yaitu mengisi lapisan tanah jenuh
(saturation zone) dan menambah cadangan airbumi.
18

Sumber : Anonim, 2019.


Gambar 11
Pertimbangan Cadangan Air Tanah

2.5 Pengaruh Tambang Terbuka Pada Airtanah


Pembuatan tambang terbuka jelas sangat berpengaruh pada kondisi
airtanah di wilayah tersebut. Ini berkenaan dengan proses penambangan yang
berkaitan langsung dengan lingkungan karena pengambilan bahan galian berupa
batuan yang diambil akan mempengaruhi aliran air tanah yang terdapat di
daerah tersebut. Pengambilan batuan pada tambang permukaan menyebabkan
kurangnya batuan untuk serapan air, jikapun penambangan dilakukan pada
suatu lapisan akuifer maka kegiatan pertambangan akan menyebabkan tidak
terkondisikannya tekanan dibawah permukaan. Menimbang Hukum Darcy yang
menjealskan mengenai aliran air dalam tanah membuktikan bahwa dibawah
permukaan air mengalir berdasarkan karakteristik batuan, dengan merubah atau
bahkan pengambil batuannya secara tidak langsung kita mengganggu proses
hidrogeologi yang terjadi.
19

Sumber : Miko, 2012


Foto 1
Tambang Permukaan
Air tanah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
makhluk hidup, dalam hal ini difokuskan kepada keperluan manusia. Salah satu
peranan air tanah adalah sebagai sumber mata air yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh manusia maupun keperluan lainnya, seperti
mencuci, mandi, dan lainnya. Oleh sebab itu keberadaan air tanah semakin lama
semakin berurang karena sedikitnya upaya manusia serta pengurangan daerah
resapan air akibat pembangunan. Hal ini menyebabkan tanah dan batuan yang
bertujuan untuk menyerap air malah tertutupi oleh beton untuk infrastruktur,
berupa pondasi, jalanan, dan lainnya. Jika berkurangnya daerah resapan air,
maka akan menimbulkan banjir dan peristiwa yang berhubungan dengan air
lainnya. Pengambilan air tanah yang intensif juga dapat mengakibatkan dampak
langsung maupun tidak langsung. Dampak yang akan terjadi, diantaranya :
1. Penurunan Muka Air Tanah
20

Penurunan kuantitas air tanah ditunjukan oleh penurunan kedudukan muka


air tanah. Perubahan jumlah air tanah yang terdapat di cekungan akan diikuti
oleh perubahan kedudukan muka air tanah, oleh sebab itu perubahan
kuantitas dapat dilakukan melalui observasi penurunan muka air tanah.
Kedudukan muka air tanah diperoleh dari pengukuran muka air tanah pada
sumur gali dan sumur bor terpilh. Dalam suatu cekungan air tanah, muka air
tanah selalu dalam keadaan dinamis. Apabila penambahan air tanah sama
dengan jumlah yang keluar, atau jumlah pengambilan air tanah, maka terjadi
suatu keseimbangan. akibat dari jumlah pengambilan air tanah yang
melampaui kemampuan penambahannya, maka akan terjadi penurunan
muka air tanah yang dapat membentuk kerucut muka air tanah terdepressi
(cone of depression) pada daerah dimana pengambilan air tanah intensif
yang dipengarhui oleh musim dan besarnya curah hujan
2. Penurunan Kualitas Air Tanah
Kualitas air tanah dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu: material (tanah dan
batuan) yang mengandung atau yang dilewati air tanah, macam aliran dan
proses perubahan akibat dari pencemaran yang sesuai dengan hukum fisika,
kimia dan biologi. Oleh karena itu kualitas air tanah dapat berbeda antara
satu tempat dengan tempat yang lain. Untuk mengetahui gambaran
mengenai kualitas air tanah, dilakukan pengukuran suhu dan daya hantar
listrik (DHL), serta analisis beberapa unsur kimia (nitrat dan amonium) secara
langsung di lapangan serta analisis fisika, kimia, dan biologi.
Dalam pemanfaatan air tanah perlu melakukan pertimbangkan
berdasarkan beberapa faktro, yakni :
1. Kebutuhan air tanah untuk jangka panjang didasarkan pada perkembangan
pemanfaatan air tanah yang telah ada dan rencana selanjutnya
2. Melakukan rekaan melalui model simulasi secara matematis dengan keadaan
hidrogeologi mirip dengan keadaan alami
21

3. Perencanaan pemanfaatan air tanah dalam kurun waktu tertentu yang


disesuaikan dengan kuoata / batas aman sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif
4. Pemanfaatan air tanah untuk memenuhi permintaan harus lebih kecil
daripada daya dukung ketersediaannya secara alamiah
5. Lokasi yang memiliki kondisi lingkungan dengan air tanah yang rawan atau
kritis memerlukan pengaturan dalam pengambilan serta peruntukkan lebih
lanjut sesuai dengan kemampuan ketersediaannya serta wajib dilakukan
pengurangan debit pengambilan air tanah
Menimbang akan pentingnya air tanah bagi keberlangsungan hidup
manusia dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertambangan alangkah baiknya
tidak dilakukan pada area konservasi air tanah agar tidak mencemar airtanah
tersebut. Pembuatan lereng pada tambang permukaan menyebabkan
berubahnya bentang alam secara buatan yang dapat pula mengganggu aliran air
di sekitaran area tambang. Airtanah yang membuat batuan menjadi jenuh
sehingga mengurangi daya rekat antar butir batuan maupun tanah perlu
dipertimbangkan dalam pembuatan nilai faktor keamanan lereng bagipekerjaan
pertambangan. Sehingga biasanya pada suatu area tambang, baik dalam
tambang permukaan (surface mining) maupun tambang bawah tanah
(undergorund mining) diberlakukan sistem penyaliran air untuk mengantisipasi
keberadaan air yang dapat mengganggu proses penambangan, diantaranya :
1. Mine Drainage
Merupakan metode atau upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah
penambangan. Umumnya dilakukan untuk penanggulangan serta
penanganan air tanah dan air yang berasal dari permukaan yang terdiri atas
beberapa metode, diantaranya :
a. Metode Siemens
Merupakan suatu metode dimana pada setiap jenjang pada
penambangan dibuat lubang bor yang kemudian dimasukkan pipa dan
22

disetiap bawah pipa diberi lubang-lubang untuk pengaliran air. Bagian


ujung pipa membentuk suatu lubang masuk ke dalam lapisan akuifer
sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke
atas lalu dibuang ke arah luar dari area penambangan

Sumber : Ivan, 2013.


Gambar 12
Metode Siemens

b. Metode Pemompaan Dalam


Suatu metode yang digunakan untuk material yang mempunyai
permeabilitas rendah dan jenjang yang tinggi. Dalam metode ini
dilakukan dengan membuat lubang bor yang kemudian dimasukkan
pompa ke dalam lubang bor lalu pompa akan bekerja secara otomatis jika
tercelup air atau tergenang air. Kedalaman lubang bor bervariasi di antara
50 meter sampai 60 meter

Sumber : Ivan, 2013.


Gambar 13
Metode Pemompaan Dalam

c. Metode Elektro Osmosis


Suatu metode yang memanfaatkan penggunaan batang anoda serta
katoda yang diberi aliran listrik sehingga akan mengurai air menjadi H+
pada katoda yang terdapat di pompa besar yang kemudian dinetralisir
23

menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap menggunakan pompa
untuk dikeluarkan dari area tambang.

Sumber : Ivan, 2013.


Gambar 14
Metode Elektro Osmosis

d. Small Pipe With Vacuum Pump


Metode ini biasanya diterapkan pada lapisan batuan yang impermeable
dengan kandungan air sedikit dengan cara membuat lubang bor yang
kemudian dimasukkan pipa. Diva tersebut pada bagian ujung bawahnya
diberi lubang sebagai penghisap dan dinding lubang bor diberi kerikil
kasar sebagai penyaring kotor dengan diameter lebih kecil dari lubang bor
sedangkan pada bagian atas pipa dan lubang bor disumbat supaya ada
isapan pompa

Sumber : Ivan, 2013.


Gambar 15
Metode Small Pipe With Vacuum Pump

2. Mine Dewatering
Merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan melalui beberapa metode, yaitu :
a. Sistem Kolam Terbuka
Diterapkan untuk membuang air yang telah masuk lalu dikumpulkan pada
sumur kemudian dipompa dan jumlah pompa bergantung kepada
kedalaman penggalian yang dilakukan
b. Cara Paritan
Dilakukan dengan cara membuat parit an atau saluran pada lokasi
penambangan yang bertujuan untuk menampung air limpasan yang
menuju langsung kepada lokasi penambangan
c. Sistem Adit
Digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang
mempunyai banyak jenjang. Saluran horizontal yang dibuat dari front
kerja yang menembus shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan
air yang masuk ke dalam area tambang

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pemeparan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Hidrogeologi merupakan cabang ilmu dari hidrologi yang mempelajari
tentang penyebaran serta pergerakan air tanah didalam pori atau rekah
batuan
2. Air tanah dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu :
a. Air Permukaan yang meresap ke tanah / Air Meteorit
b. Air Juvenil
25

c. Air Kosmik
d. Air Fosil / Air Connate
3. Keberadaan air tanah dapat dipengaruhi oleh prose geologi, meliputi :
a. Pembentukan Batuan
b. Transformasi (Daur Geologi)
c. Distribusi Material
d. Pengangkatan Kerak Bumi (Up – Lift)
4. Terdapat beberapa sifat batuan terhadap air tanah, yaitu :
a. Akuifer (Menyimpan dan mengalirkan air)
b. Akuiklud (Menyimpan air tetapi tidak mengalirkannya)
c. Akuifug (Kebal terhdapa air)
d. Akuitar (Menyimpan dan mengalirkan air secara terbatas)
5. Distribusi air tanah menyebabkan terbentuknya zona berbeda, diantaranya :
a. Zona Air Dangkal
b. Zona Antara
c. Zona Kapiler
d. Zona Jenuh
6. Hukum Darcy merupakan suatu hukum phanemenokogic (kajian nyata) dari
hasil pengukuran debit air yang dilakukan oleh Henry Darcy berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukannya pada tahun 1850. Terdapat beberapa
persamaan sehingga diperoleh penuruanan rumus Darcy, diantaranya :
a. Persamaan Kontitutif
b. Persamaan Navier – Stokes
c. Persaman Stokes
d. Persamaan Newton
e. Persamaan Laplace
f. Persamaan Poisson
7. Faktor yang memperngaruhi keberadaan air pada tambang permukaan,
diantaranya ialah :

24
26

a. Curah hujan
b. Air Limpasan permukaan (run – off)
c. Keberadaan air tanah
d. Cadangan air tanah
8. Untuk meningkatkan nilai infiltrasi tanah dapat dilakukan dengan cara
berikut, seperti :
a. Melakukan pendataan terhadap curah hujan suatu daerah yang dijadikan
sebagai acuan perbandingan pada setiap periode
b. Mengurangi surface runoff (limpasan air permukaan) dengan membuat
daerah resapan sehingga air yang jatuh ke permukaan tidak langsung
menuju ke Daerah Aliran Sungai (DAS)
c. Meminimalisir keterjadian proses evotranpitasi dengan cara penggunaan
mulsa organik (ilalang) maupun anorganik (plastik penutup lahan) agar
tidak terjadi transpirasi tumbuhan secara berlebih yang berpengaruh
pada fisiologi tubuhan itu sendiri serta melakukan pengaturan populasi
tumbuhan atau menerapkan jarak tanam yang efisien
d. Mengurangi tempat air tergenang, seperti kolam, beton, atau lainnya
yang dapat menyebabkan air tergenang sehingga tidak dapat masuk ke
dalam tanah melalui celah / pori batuan
e. Mempertimbangkan cadangan air tanah pada setiap periode dengan cara
lanjutan setelah infiltrasi, yaitu perkolasi yaitu mengisi lapisan tanah
jenuh (saturation zone) dan menambah cadangan airbumi.
9. Pemanfaatan air tanah harus dilakukan invertarisasi agar tidak menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan, salah satunya adalah dengan
memberlakukan Sistem Pemanfaatan Air Hujan maupun Sistem Pengolahan
Air Siap Minum.
10. Sistem penyaliran tambang bertujuan untuk mengatasi permasalahan akibat
air yang dapat menganggu kinerja penambangan yang dilakukan. Terbagi
menjadi 2 cara, yakni :
a. Mine Drainage
b. Mine Dewatering

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2020. “Pemanfaatan Sumber Air Hujan”. https://kelair.bppt.go.id.


Diakses pada 17 Oktober 2020 pukul 13.00

2. Hendrayana, Heru. 2015. “Hidrogeologi Mata Air”. Lecture Note.


Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.
3. Khusairi, Arief. R. 2018. “Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Pada
Tambang Terbuka”. Jurnal Bina Tambang Volume 3 Nomor 3.
Universitas Negeri Padang

4. Rejekiningrum, Popi. 2009. “Peluang Pemanfaatan Air Tanah Untuk


Keberlanjutan Sumber Daya Air”. Jurnal ISSN 1907-0799. Bogor

5. Mardyanto, Agus. 2015. “Studi Water Balance Air Tanah di Kecamatan


Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur”. Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institur Teknologi
Sepuluh November. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai