Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HIDROLOGI

PROSES INSTRUSI AIR LAUT SERTA PENGARUHNYA


TERHADAP KEBERADAAN AIR TANAH

DOSEN PENGAMPU:
Ir. Siswanto, M.T

OLEH:
1. NAHYA AZZAHRA (2107112772)
2. ZAHRA AULIFFAH ADHAR (2107113422)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hidrologi dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir. Siswanto, M.T selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang
turut membantu.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Hidrologi yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Pekanbaru, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Definisi Intrusi Air Laut............................................................................3
2.2 Faktor Penyebab Intrusi Air Laut..............................................................3
2.3 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut Melewati Air Sungai..........................4
2.4 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut Melewati Bawah Permukaan Tanah. .7
2.5 Dampak Intrusi Air Laut...........................................................................9
2.6 Upaya Pengendalian Intrusi Air Laut......................................................10
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan masyarakat pada saat ini
baik pemukiman, pertanian, dan industri diindikasikan telah menyebabkan
menurunnya kuantitas dan kualitas air tanah. Kebutuhan air banyak diambil
dari air tanah karena sifat air tanah yang tidak mudah tercemar dan mudah
didapat.
Laut merupakan suatu media yang ada di bumi dan tidak pernah
berhenti bergerak. Pergerakan laut dapat terjadi di permukaan bumi dan juga
terjadi di bawah permukaan air. Sehingga menyebabkan adanya peredaran air,
baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil (Tjandra, 2011).
Menurut Hadikusuma dalam Miswadi (2010) ada tiga kelompok besar
yang menjadi permasalahan di kawasan pantai, yaitu permasalahan yang
sifatnya alami, non alami, dan kombinasi antara keduanya. Permasalahan
yang terjadi secara alami yaitu seperti abrasi pantai, intrusi air laut,
perpindahan muara pantai, sedimentasi di muara sungai, dan perubahan
bentuk delta. Sedangkan permasalahan yang terjadinya secara non alami
adalah permasalahan yang timbul karena ulah kegiatan manusia, seperti
penebangan hutan bakau (mangrove), pembangunan dermaga, perluasan
tambak ke arah laut dll. Selain itu juga disebabkan karena adanya pori-pori
tanah yang berlubang menyebabkan air laut masuk ke daratan (Hamid, 2000).
Intrusi air laut merupakan salah satu fenomena dimana air laut
mencemari air tanah sehingga air tanah tidak dapat digunakan kembali oleh
makhluk hidup diatasnya. Intensitas penggunaan lahan yang tinggi
mengakibatkan kebutuhan air bersih yang juga tinggi, sehingga
memungkinkan masyarakat untuk mengambil air tanah. Pengambilan air tanah
secara berlebihan dapat menyebabkan perubahan arah aliran air tanah
sehingga tekanan hidroststis akan mengalami penurunan dan terjadi intrusi air
laut. Intrusi air laut merupakan fenomena dimana air laut laut menembus
lapisan akuifer air tanah (freshwater) sehingga kondisi air tanah menjadi asin
seperti air laut (Herdyansah dan Rahmawati, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor penyebab intrusi air laut?
2. Bagaimana proses terjadinya intrusi air laut melewati sungai?
3. Bagaimana proses terjadinya intrusi air laut melewati bawah permukaan
tanah?
4. Apa dampak yang terjadi akibat intrusi air laut?
5. Bagaimana upaya pengendalian intrusi air laut?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab intrusi air laut.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya intrusi air laut melewati
sungai.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya intrusi air laut melewati bawah
permukaan tanah.
4. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat intrusi air laut.
5. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengendalian intrusi air laut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Intrusi Air Laut
Intrusi air laut merupakan pencemaran air pada sungai maupun air tanah
karena masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dalamnya.
Penyebab intrusi air laut salah satunya karena pengeksploitasi air tanah secara
berlebihan sehingga pori-pori batuan disusupi oleh air laut yang menyebabkan
air tanah berubah menjadi air payau atau bahkan air asin (Putranto, 2009).
Saat air laut terjadinya pasang, air laut merembes ke dalam tanah dan
mempengaruhi air tawar. Tekanan air dan kandungan mineral pada air asin
lebih besar dibandingkan air tawar, sehingga air laut memiliki massa jenis
yang lebih tinggi dan tekanan air yang lebih besar. Hal tersebut terjadi karena
adanya hubungan hidrolik antara air asin dan air tawar (Damayanti, 2015).
Pengertian intrusi air laut adalah menyusup atau masuknya air laut ke
dalam pori-pori batuan dan atau tanah sehingga mencemari kondisi air tanah
yang terkandung di dalamnya. Intrusi air laut akan terjadi jika air laut masuk
ke dalam pori-pori batuan yang kosong akibat penggunaan dari airtanah
secara besar besaran (Radityo, dkk. 2020).

Gambar 1. Intrusi Air Laut

2.2 Faktor Penyebab Intrusi Air Laut


Sebagian besar kondisi air tawar dibeberapa daerah pantai di Indonesia
telah tercemar oleh intrusi air laut. Seiring berjalannya waktu, peningkatan
penduduk semakin padat sehingga kebutuhan air bersih meningkat. Akan
tetapi, akibat dari tingginya kebutuhan air bersih menyebabkan intrusi air laut.
Penyebab terjadinya intrusi air laut dapat disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut (Ismawan, dkk. 2016):
1. Peningkatan pengambilan air tanah

3
Pada dasarnya, intrusi air laut terjadi di daerah perkotaan, hal tersebut
terjadi karena banyaknya manusia yang memanfaatkan air bawah tanah secara
berlebihan tanpa memperhatikan regenerasi air tanah tersebut. Oleh karena
itu, mutu air bawah tanah menjadi berkurang akibat eksploitasi air bawah
tanah dan terjadi intrusi air laut. Air tanah yang sebelumnya layak untuk
digunakan sebagai air bersih dan minum menjadi tidak layak untuk
digunakan.
2. Karakteristik pantai
Karakter pantai yang berpasir memiliki sifat porus atau memiliki pori
antar batuan dalam jumlah banyak sehingga memiliki kemampuan yang tinggi
dalam menyerap dan meloloskan air yang memiliki pori antar batuan yang
relatif besar sehingga dapat mempermudah meloloskan air laut dalam tanah.
3. Batuan penyusun
Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air
laut sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai
sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki
vegetasi yang keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air
permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah
daratan.
4. Fluktuasi air tanah
Intrusi air laut dapat dipengaruhi oleh fluktuasi air laut karena
berkaitan dengan volume air pada tanah. Apabila volume air tanah berkurang
pada musim kemarau, maka akan terbentuk sebuah cekungan dalam air tanah
sehingga air laut dapat mudah mengisi cekungan tersebut. Rongga/cekungan
yang terbentuk akibat air tanah rendah maka air laut akan mudah untuk
menekan air tanah dan mengisi cekungan/rongga air tanah.

2.3 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut Melewati Air Sungai


Menurut Salamun (2008) Proses Terjadinya Intrusi Air Laut Melewati Air
Sungai:
1. Pola Sirkulasi Aliran di Muara Sungai (Estuari)
Pola sirkulasi aliran di estuari dipengaruhi sifat morfologi sungai,
pasang surut dan debit sungai. Sirkulasi aliran meliputi penjalaran gelombang
pasang surut, pencampuran air tawar dan air asin, gerak sediment, polutan
(biologis dan fisis) dsb.
2. Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik
benda benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.
Aliran air laut ke estuari di sertai transpor massa garam. Masuknya air asin ke
estuari disebut intrusi air asin. Jarak intrusi air asin ke estuari tergantung pada
karakteristik estuari, pasang surut dan debit sungai. Semakin besar tinggi
pasang surut dan semakin kecil debit sungai, semakin jauh intrusi air asin.

4
Sebaliknya semakin kecil tinggi pasang surut dan semakin besar debit sungai,
semakin pendek jarak intrusi air asin. Transpor garam di estuari terjadi secara
konveksi dan difusi. Secara konveksi air garam terbawa (terangkut) bersama
dengan aliran air, karena pengaruh kecepatan aliran. Tranpor secara difusi
terjadi karena turbelensi dan perbedaan kadar garam di suatu titik dengan
titiktitik di sekitarnya, sehingga kadar garam akan menyebar ke titik dengan
konsentrasi lebih rendah.
3. Debit Sungai
Debit sungai dan perubahan musimnya adalah salah satu dari
parameter penting dalam sirkulasi di estuari. Debit sungai tergantung pada
karakteristik hidrologi dan daerah aliran sungai. Daerah aliran sungai yang
baik (hutan masih terjaga) memberikan debit aliran yang relatif konstan
sepanjang tahun. Sedang jika kondisinya jelek variasi debit antara musim
basah dan kering sangat besar. Hidrograf di hulu estuari merupakan fungsi
waktu dengan arah aliran selalu ke hilir (menuju laut). Pada musim hujan
debit aliran besar sementara pada musim kemarau kecil. Pada waktu banjr
debit sungai mendorong polutan (garam, sedimen dan sebagainya) ke laut,
sehingga intrusi air asin dan kekeruhan terdorong lebih ke hilir, sedangkan
pada debit kecil polutan bergerak lebih ke hulu.
4. Pencampuran (mixing) di Muara
Di muara sungai terjadi pertemuan antara air asin dari laut dan air
tawar dari sungai. Letak titik temu dan tingkat pencampuran antara air asin
dan air tawar sangat bervariasi tergantung kekuatan pasang surut dan debit
sungai. Berdasarkan kekuatan relatif antara pasang surut dan debit sungai,
sirkulasi estuari dapat di kelompokkan ke dalam 3 golongan utama yaitu :
a. Estuari Sudut Asin (salt wegde)
Estuari jenis bila pasang surut rendah dan debit sungai besar.
Air tawar/sungai mengalir diatas air laut, antar air tawar dan air asin
terjadi Sudut Asin (salt wegde). Salinitas di lapisan bawah sama
dengan salinitas air laut, sedang lapisan atas merupakan air tawar.
Posisi sudut asin dapat berubah, bisa bergerak ke hulu pada saat pasang
dan ke hilir pada waktu surut.
b. Estuari Tercampur Sebagian (partial mixed)
Estuari tercampur sebagian berkembang pada pasang surut
yang moderat. Arus pasang surut cukup berpengaruh dan massa air
bergerak naik turun mengikuti naik turunnya air pasang surut.
Akibatnya geseran arus pada pertemuan air asin atau air tawar, geseran
pada dasar estuari menimbulkan tegangan geser dan menimbulkan
turbelensi.
Turbelensi ini menyebabkan pencampuran air asin atau air
tawar pada kolam air yang lebih efektif dibandingkan dengan akibat
gelombang yang terjadi pada pertemuan air asin atau air tawar. Air

5
tawar mengalir ke arah laut bercampur dengan air asin dengan proporsi
yang lebih tinggi sehingga kompensasi aliran air asin kearah darat
lebih kuat dibandingkan pada estuari sudut asin dan apabila pasang
surut besar, pencampuran lebih baik terjadi antara air asin dan air
tawar.
Tingkat pencampuran tergantung pada energi yang di
timbulkan oleh pasang surut. Ke arah hulu estuari, netto gerakan air
asin makin kecil dan netto gerakan air tawar di permukaan ke arah hilir
meningkat. Kedalaman dimana tidak ada gerakan air netto ke hulu
maupun ke hilir (transisi antara arus ke hulu dan ke hilir, V = 0), makin
ke hulu makin meningkat sampai pada suatu titik berimpit dengan
dasar estuari. Pada titik ini tidak ada gerakan air ke arah hulu dan titik
ini disebut titik nol estuari. Letak titik nol selalu bergeser ke hulu atau
ke hilir sesuai dengan besar kecilnya pasang surut dan debit sungai.
Pada debit besar bergerak ke hilir dan sebaliknya pada debit kecil
bergerak ke hulu. Salinitas bervariasi dalam arah memanjang dan
vertikal. Dalam arah memanjang salinitas berkurang dari mulut sungai
ke arah hulu sedang dalam arah vertikal berkurang dari dasar ke
permukaan.
c. Estuari tercampur sempurna (Well Mixed)
Pada estuari yang lebar dan dangkal, dimana pasang surutnya
tinggi dan arus pasang surut lebih kuat dibandingkan dengan aliran
sungai, kolam air menjadi tercampur secara keseluruhan, estuari
tercampur sempurna dan apabila pasang surut besar dan debit sungai
kecil, akan terjadi pencampuran yang lebih baik. Tidak lagi terjadi
bidang batas antara air asin dan air tawar. Variasi salinitas hanya
terjadi sepanjang estuari, tanpa stratifikasi vertikal dan lateral.
Mixing di estuari disebabkan oleh difusi turbelensi dan variasi
medan kecepatan. Mixing terjadi karena turbelensi yang merupakan
gerakan dalam skala kecil dari partikel air yang menyimpang dari
kecepatan rata-rata yang disebabkan oleh pasang surut, debit sungai
dan rapat massa air. Pasang surut menyebabkan pencampuran air asin
dan air tawar dengan dua cara sebagai berikut :
1) Gerakan arus pasang surut pada dasar saluran/sungai menimbulkan
turbelensi dan mengakibatkan percampuran turbelen secara vertikal.
2) Gelombang pasang surut yang menjalar di estuari menyebabkan arus
cukup kuat dapat menimbulkan mixing secara konveksi.Pola Sirkulasi
Estuari.

6
Gambar 2. Estuari Sudut Asin (salt wegde), Estuari Tercampur Sebagian (partial
mixed), Estuari tercampur sempurna (well mixed)

2.4 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut Melewati Bawah Permukaan Tanah
Kondisi air tanah dibedakan menjadi air tanah bebas dan air tanah
tertekan. Air tanah tertekan merupakan air yang terkandung di dalam suatu
lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga
memiliki debit tetap dan kualitas yang pada umumnya memenuhi syarat
sebagai air bersih. Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan
keadaan di sekelilingnya (Suhartono, dkk. 2013).
Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar
akibatnya air laut akan mudah mendesak air tanah semakin masuk. Secara
alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan sebab air tanah memiliki
piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah
interface sebagai batas antara air tanah dengan air laut. Interface merupakan
zona pertemuan antara air asin dengan air tawar. Keadaan tersebut merupakan
keadaan kesetimbangan antara air laut dan air tanah (Purnama, 2000).
Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang
menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan,
karakteristik pantai dan batuan penyusun, serta fluktuasi air tanah di daerah
pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan air tanah

7
dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur
akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-
hari (Purnama, 2000).
Menurut Ode (2011), hubungan antara air laut dengan air bawah tanah
tawar pada akuifer pantai pada keadaan statis dapat diterangkan dengan
hukum Ghyben-Herzberg dalam persamaan berikut:

Keterangan:
hf = elevasi muka air tanah di atas muka air laut (m)
Z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
Hukum Ghyben-Herzberg menyatakan air asin dapat dijumpai pada
kedalaman 40 kali tinggi muka air tanah di atas muka air laut. Dari persamaan
diatas diketahui bahwa adanya perbedaan antara berat jenis air laut (1025 g/cm3)
dan berat jenis air tawar (1,000 g/cm3). Sehingga dari persamaan tersebut di
peroleh nilai z:

maka didapatkan nilai z = 40 hf.

Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah
tawar, maka bidang batas ( interface) tergantung pada keseimbangan keduanya.

8
Gambar 3. Kondisi interface sebelum dan sesudah intrusi air laut

Pada gambar 1, saat kondisi statis tinggi permukaan air laut dan
permukaan air bawah tanah dalam keadaan seimbang sehingga tidak terjadi
pergeseran bidang atas (interface). Akan tetapi, saat kondisi yang dinamis
seperti terjadinya kenaikkan permukaan air laut atau penurunan muka air
bawah tanah menyebabkan terjadinya perembesan air laut kearah daratan
sehingga terjadi peningkatan bidang atas air laut (salt water interface).
Keadaan ini yang disebut dengan intrusi air laut. Atau dengan kata lain intrusi
air laut terjadi karena keseimbangan hidrostatis antara air bawah tanah tawar
dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, sehingga terjadi
pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat.

2.5 Dampak Intrusi Air Laut


Intrusi air laut dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian
pada berbagai aspek kehidupan. Dampak dari terjadinya intrusi air laut antara
lain (Ismawan, dkk. 2016):
1. Menyebabkan air tanah yang awalnya berasa tawar berubah menjadi asin
karena adanya pencampuran unsur-unsur dari air laut.
2. Hal tersebut akan mempengaruhi aktivitas masyarakat pada penggunaan air
tanah sebagai sumber air bersih. Sehingga terjadi penurunan mutu air tanah,
dan tidak layak digunakan lagi untuk kebutuhan air minum.
3. Kulit terasa lengket setelah mandi, hal tersebut karena tingkat salinitas airnya
yang relatif tinggi.

9
4. Apabila air yang telah tercemar air laut digunakan untuk mencuci maka
deterjen akan sulit untuk berbusa. Selain itu pakaian yang dicuci dengan air
yang tercemar air laut ini juga menjadi cepat lusuh dan kumal.
5. Amblesnya tanah karena terus menerus dieksploitasi air tanah secara
berlebihan

Sedangkan dampak terhadap penggunaan lahan diatasnya antara lain


(Herdyansah dan Rahmawati, 2017):
1. Perumahan terdampak tidak akan memberikan fungsi yang optimal bagi
penghuninya,
2. Tingkat kenyamanan pada hunian akan turun, dan
3. Kerugian bagi investor yang berinvestasi pada kawasan terdampak
4. Salah satu dampak dari terjadinya intrusi air laut adalah kerugian yang
dirasakan oleh petani di sekitar pesisir pantai karena kebutuhan air tanah
untuk irigasi berkurang.
5. Selain tidak bisa digunakan untuk minum, air tanah juga tidak bisa digunakan
untuk kegiatan MCK karena menyebabkan gatal-gatal pada kulit.
6. Degradasi sumber daya pesisir, kualitas air di wilayah pesisir, penurunan
peluang pembangunan infrastruktur serta ruang publik yang kehilangan fungsi
utamanya.

2.6 Upaya Pengendalian Intrusi Air Laut


Intrusi air laut dapat menghambat penggunaan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari. Maka diperlukan upaya pengendalian intrusi air laut
untuk mengurangi kadar air asin pada akuifer sebagai berikut (Zulhaidar dan
Hardiansyah, 2014):
1. Mengubah pola pemompaan pada daerah pantai.
Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan dapat mengganggu
keseimbangan air tanah dan air laut, sehingga muka air bawah tanah akan
turun dan dengan mudah air laut mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh
air bawah tanah tawar. Dengan cara memindahkan lokasi pemompaan dari
pantai ke arah hulu, maka akan menambah kemiringan landaian hidrolika ke
arah laut, sehingga tekanan air tanah akan bertambah besar.
2. Pengisian air tanah buatan (artificial recharge)
Permukaan air tanah dinaikkan dengan cara melakukan pengisian
kembali air tanah dengan beberapa metode sebagai berikut:
a. Spreading, merupakan pengisian air bawah tanah buatan dengan cara
menyebarkan kelebihan air permukaan melalui drainase yang dibuat di
daerah pantai, sehingga melalui drainase tersebut terjadi penambahan
air bawah tanah.

10
b. Sumur injeksi, merupakan pengisian air bawah tanah buatan dengan
membuat sumur dalam yang menembus akuifer dan menginjeksi atau
memasukkan air permukan kedalam akuifer tersebut.
3. Pemompaan air laut yang terletak pada akuifer pantai
Pemompaan dilakukan dengan cara pengeboran daerah pantai pada
akuifer yang berisi air laut yang dipasang pipa saringan sama halnya dengan
konstruksi sumur produksi biasa. Namun perbedaan pada kasus ini yang
dipompa adalah air laut, dan dengan keluarnya air laut maka air bawah tanah
tawar akan mengisi ruang yang ditinggalkan oleh air asin, akibatnya bidang
batas antara air asin dan air bawah tanah tawar pada akuifer tersebut bergeser
kearah laut.
4. Membentuk penghalang di bawah tanah pada daerah pantai
Penghalang tersebut bertujuan untuk melindungi tekanan air bawah
tanah yang sejajar dengan pantai agar tetap berada di atas permukaan laut
dengan harapan tidak terjadi paksaan dibawah tanah oleh air laut. Penghalang
dapat dibuat dengan cara penyebaran air tawar pada permukaan dan air
tersebut akan meresap kedalam tanah, sehingga dibawah tempat penyebaran
air tawar tersebut akan menjadi tinggi seolah-seolah seperti penghalang.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Intrusi air laut merupakan pencemaran air pada sungai maupun air
tanah karena masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan
dalamnya. Penyebab intrusi air laut salah satunya karena pengeksploitasi air
tanah secara berlebihan sehingga pori-pori batuan disusupi oleh air laut yang
menyebabkan air tanah berubah menjadi air payau atau bahkan air asin.
Adapun faktor penyebab intrusi air laut adalah peningkatan pengambilan air
tanah, karakteristik air pantai, batuan penyusun, dan fluktuasi air tanah.
Dampak dari intrusi air laut, yaitu menyebabkan air tanah tawar
berubah menjadi asin, kulit terasa lengket setelah mandi karena salinitas air
yang relatif tinggi, pakaian yang dicuci dengan air tercemar air laut menjadi
cepat lusuh dan kumal, amblesnya tanah akibat eksploitasi, kebutuhan air
tanah untuk irigasi berkurang, air tidak dapat dikonsumsi dan untuk kegian
MCK, dan penurunan peluang pembangunan infrastruktur.
Upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian intrusi air laut adalah
dengan pemompaan pada daerah pantai, pengisian air tanah yang berlebihan
(artificial recharge), pemompaan air laut yang terletak pada akuifer pantai,
dan membentuk penghalang di bawah, tanah pada daerah pantai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, A., Rahman. D., Ardy, A. (2015). Studi Salinitas Air Tanah Dangkal
di Daerah Pesisir Bagian Utara Kota Makasar. Skripsi. UNHAS: Makasar
Hamid. (2000). Kondisi Air Tanah Dangkal yang Terintrusi Air Asin. Artikel
Lingkungan dan Pembangunan: 20 (4): 255-278.
Herdyansah, A. dan Rahmawati, D. (2017). Dampak Intrusi Air Laut pada
Kawasan Pesisir Surabaya Timur. Jurnal Teknik ITS Vol. 6( 2): 2337-
3520.
Ismawan, Moch, Fajar, dkk. (2016). Kajian Intrusi Air Laut dan Dampaknya
Terhadap Masyarakat di Pesisir Kota Tegal. Jurnal Geo Image. 5 (1): 1-5.
Ode, I. (2011). Intrusi Air Laut. Bimafika, 5: 266-271.
Purnama, S. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi,
UGM.
Putranto, Triadi, T., dan Kusuma, K. I. (2009). Permasalahan Air Tanah pada
Daerah Urban. Jurnal Teknik. 30 (1): 48-57.
Radityo, dkk. 2020. Identifikasi Keberadaan Intrusi Air Laut pada Kawasan
Pemukiman di Sekitar Pesisir Pantai Daerah Desa Sukajaya Lempasing
Kecamatan Teluk Pandan. Journal of Science and Applicative Technology,
4(2): 110-115.
Salamun. 2008. Intrusi Air Laut Sungai Gangsa. Jurnal Berkala Ilmiah Teknik
Keairan, 14(1): 21-33.
Suhartono, E., Purwanto, dan Suripin. (2013). Kondisi Intrusi Air Laut Terhadap
Air Tanah pada Akuifer di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Tjandra, Ellen. (2011). Mengenal Laut Lepas. Penerbit Pakar Media: Jawa Barat
Zulhaidar, H. dan Hardiansyah, R. 2014. Studi Eksperimental Pengaruh Intrusi
Air Laut Pada Akuifer Pantai Berpasir. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Teknik. Universitas Muhammadiyah Makassar: Makassar.

13

Anda mungkin juga menyukai