Anda di halaman 1dari 28

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

Imelda Putri Rahayu P07120118 051


Merita Qadery P07120118 057
Rizqi Mashkurah P07120118 072
Nazaruddin P07120118 065

Dosen Pembimbing :
Dra. Meutia Yusuf, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PRODI DIII KEPERAWATAN BANDA ACEH
POLTEKKES KEMENKES ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kesempatan untuk membuat tugas ini. Sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik walaupun jauh dari kesempurnaan. Makalah ini
berjudul “PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR”. Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi menyempurnakan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen Dra. Meutia Yusuf, M.Kes yang telah
bersedia membimbing kami dalam penyelesaian tugas kami ini,
Kami menyadari tugas kami ini masih dalam proses pembelajaran, dan
kami meminta maaf apabila tugas yang kami kerjakan ini belum sempurna.

Banda Aceh¸ September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….……… i


DAFTAR ISI …………………............................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan ………….…………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Banjir ……………………………………….……3
B. Jenis – jenis Banjir ……………….…………………………..3
C. Penyebab Terjadi Banjir …………….……………………….6
D. Cara Penanggulangan Banjir …………………………………9
i. Penanggulangan tahap kesiapsiagaan …………………9
ii. Penanggulangan tahap sebelum banjir terjadi …………10
iii. Penanggulangan tahap ketika banjir terjadi ……………11
iv. Penanggulangan tahap setelah banjir terjadi …………...12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 14
B. Saran ……………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA …………..……………………………...……….. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai
jenis bencana, termasuk bencana alam. bencana alam merupakan
fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda dan kerusakan
pembangunan yang telah dibangun selama ini.
Bencana alam dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan
meningkat, begitu juga bencana banjir yang setiap tahun terjadi di
seluruh penjuru tanah air. Kecenderungan meningkatnya bencana
banjir tidak hanya luasnya saja melainkan kerugiannya ikut
bertambah bencana banjir sebagai salah satu fenomena alam,
sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi
kehidupan masyarakat. Kecenderungan meningkatnya bencana
banjir tidak hanya luasnya saja melainkan kerugiannya juga ikut
bertambah (Pratomo, 2008).

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda


Indonesia Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian
bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti.
Kejadian bencana banjir sangat dipengaruhi oleh faktor alam
berupa curah hujan yang tinggi, permukaan tanah lebih rendah
dibandingkan muka air laut. faktor ulah manusia juga berperan
penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di
daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan,
dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai,
pembangunan permukiman di daerah banjir dan sebagainya.

1
B. Tujuan Makalah
a) Tujuan Umum
Setelah mempelajari tentang penanggulangan banjir diharapkan
mahasiswa dapat memahami cara penanggulangan banjir
b) Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian banjir
2. Menyebutkan jenis-jenis banjir
3. Memahami penyebab banjir
4. Menjelaskan cara penanggulangan banjir

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Banjir

Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan yang biasanya


kering oleh karena volume air pada suatu badan air meningkat.
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu
tempat akibat hujan besar, pecahnya bendungan sungai, es yang
mencair atau naiknya permukaan laut. Banjir menjadi suatu
bencana ketika terjadi pada daerah yang merupakan tempat
aktifitas manusia. Perubahan tataguna lahan, pemanasan global
serta air pasang yang tinggi mempercepat terjadinya banjir
dibeberapa tempat termasuk di Indonesia. Ada dua peristiwa banjir,
pertama peristiwa banjir atau genangan yang terjadi pada daerah
yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi
karena limpasan air banjir dari sungai yang disebabkan oleh debit
banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir
lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada (Kodoatie
dan Sugiyanto, 2002 dalam Indradewa,2008).

B. Jenis-jenis Banjir
1) Banjir Sungai (river flood)
 Banjir sungai terjadi ketika permukaan air naik di atas tepian sungai
(riverbanks) karena hujan berlebihan.
 Banjir sungai terjadi akibat badai terus-menerus yang terjadi di daerah
yang sama dalam periode waktu lama, gabungan curah hujan dan
pencairan salju atau sumbatan akibat es

3
 Banjir sungai adalah salah satu jenis banjir pedalaman yang paling
umum terjadi ketika badan air melebihi kapasitasnya
 Ketika sebuah sungai meluap ke tepiannya, biasanya karena curah
hujan yang tinggi dalam periode yang lama.
 Untuk mencegah banjir, sungai membutuhkan penahan yang baik
(seperti tanggul) terutama di daerah datar atau padat penduduk

2) Banjir Air
Banjir air merupakan banjir yang sering sekali terjadi saat ini. Penyebab
dari banjir ini adalah kondisi air yang meluap di beberapa tempat, seperti
sungai, danau maupun selokan. Meluapnya air dari tempat-tempat tersebut
yang biasanya menjadi tempat penampungan dan sirkulasinya membuat
daratan yang ada di sekitarnya akan tergenang air. Banjir ini biasanya
terjadi karena hujan yang begitu lama sehingga sungai, danau maupun
selokan tidak lagi cukup untuk menampung semua air hujan tersebut

3) Banjir Laut pasang


Banjir laut pasang atau dikenal dengan sebutan banjir rob merupakan jenis
banjir yang disebabkan oleh naiknya atau pasangnya air laut sehingga
menuju ke daratan sekitarnya. Banjir jenis ini biasanya sering menimpa
pemukiman bahkan kota-kota yang berada di pinggir laut, seperti daerah
Muara Baru di ibukota Jakarta. Terjadinya air pasang ini di laut akan
menahan aliran air sungai yang seharusnya menuju ke laut. Karena
tumpukan air sungai tersebutlah yang menyebabkan tanggul jebol dan air
menggenangi daratan

4) Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan banjir yang tidak hanya membawa air saja tapi
material-material lainnya seperti sampah dan lumpur. Biasanya banjir ini

4
disebabkan karena bendungan air yang jebol. Sehingga banjir ini memiliki
tingkat bahaya yang lebih tinggi daripada banjir air. Bukan hanya karena
mengangkut material-material lain di dalamnya yang tidak memungkinkan
manusia berenang dengan mudah, tetapi juga arus air yang terdakang
sangat deras.

5) Banjir Lahar
Banjir lahar merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh lahar gunung
berapi yang masih aktif saat mengalami erupsi atau meletus. Dari proses
erupsi inilah nantinya gunung akan mengeluarkan lahar dingin yang akan
menyebar ke lingkungan sekitarnya. Air dalam sungai akan mengalami
pendangkalan sehingga juga akan ikut meluap merendam daratan.

6) Banjir Lumpur
Banjir ini merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh lumpur. Salah satu
contoh identic yang masih terjadi sampai saat ini adalah banjir lumpur
Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Banjir lumpur ini hampir menyerupai
banjir bandang, tetapi lebih disebabkan karena keluarnya lumpur dari
dalam bumi yang kemudian menggenangi daratan. Tentu lumpur yang
keluar dari dalam bumi tersebut berbeda dengan lumpur-lumpur yang ada
di permukaan. Hal ini bisa dianalisa dari kandungan yang dimilikinya,
seperti gas-gas kimia yang berbahaya.

C. Penyebab Banjir

Banjir dapat disebabkan oleh 2 (dua) jenis penyebab, yaitu :


1) Faktor alam seperti curah hujan, erosi dan sedimentasi,
topografi dan geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase
yang tidak memadai, penurunan tanah, kerusakan bangunan

5
pengendali banjir, dan sebagainya;
2) Faktor manusia antara lain perubahan tata guna lahan,
pembuangan sampah, kawasan kumuh disepanjang sungai,
perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, dan
sebagainya.

Kedua faktor tersebut dapat terjadi secara bersama-sama


yang dapat membuat banjir menjadi sangat merugikan
Umumnya banjir yang terjadi di Indonesia dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
a. Banjir sebagai akibat meluapnya sungai
b. Banjir lokal
c. Banjir yang disebabkan oleh pasang surut air laut

a) Air sungai yang meluap


Meluapnya air sungai yang terjadi merupakan salah satu faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya banjir. Meluapnya air sungai ini bisa saja disebabkan
karena adanya pengendapan di dasar sungai. Endapan yang terjadi bisa
disebabkan karena turunnya hujan dalam waktu yang cukup lama sehingga
sungai kehilangan daya tampung terhadap air tersebut. Selainnya itu, bisa juga
disebabkan karena adanya penyempitan permukaan aliran sangai sehingga air
yang mengalir semakin terbatas.

b) Air laut yang meluap


Meluapnya air laut yang terjadi sehingga menyebabkan banjir biasanya terjadi
karena ada beberapa faktor yang mendahuluinya terlebih dahulu. Contohnya
dengan adanya pasang air laut sehingga air laut tersebut meluap ke daratan
yang ada di sekitarnya, adanya gempa bumi sehingga menyebabkan tsunami,
seperti yang terjadi di Aceh, dan berbagai kejadian lainnya, seperti badai.

6
c) Bencana alam
Banjir juga bisa terjadi karena adanya bencana alam. Sehingga banjir ini
biasanya akan datang secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi sebelumnya.
Bencana alam yang bisa saja menyebabkan terjadinya banjir ini, antara lain
gempa bumi, gunung meletus hingga menyebabkan banjir lahar maupun
karena adanya tanggul yang jebol, seperti yang terjadi pada tahun 2009 di Situ
Gintung.

d) Rusaknya hutan
Sebagaimana kita ketahui bahwa hutan memiliki sifat vital sebagai tempat
resapan air terbesar yang bisa diandalkan di muka bumi. Hujan yang mampu
menyerap air tanah sehingga menjadi cadangan juga bagi manusia yang
dialirkan melalui air tanah sangatlah penting untuk tetap dijaga
keberlangsungannya. Apabila hutan sudah rusak ataupun dirusak oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab, tentu tidak aka nada lagi yang mampu untuk
melakukan resapan air dalam jumlah besar dan mampu menyimpannya
sebagai cadangan kebutuhan air. Dengan kondisi gundulnya hutan, maka
peristiwa banjir tidak akan bisa terelakkan terutama di kawasan perkotaan
yang sudah sangat jarang pepohonan.
e) Lumpur
Lumpur bisa saja menjadi penyebab terjadinya banjir karena adanya endapan
yang menumpuk pada kawasan pertanian. Sehingga memicu sedimen yang
terkumpul dalam endapan tersebut untuk terpisah dan larut dalam air yang
bisa menjadi penumpukan di dasar sungai. Hal ini bisa kita lihat apabila
terjadi banjir akibat sungai yang meluap, di mana air membawa partikel
lumpur di dalamnya. Penyebab lainnya bisa saja karena paksaan manusia
untuk mengeluarkan lumpur dari dalam perut bumi melalui proses pengeboran
yang berlebihan, seperti banjir lumpur lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Yang

7
mana peristiwa tersebut sejatinya terjadi karena adanya kesalahan manusia
atau faktor human error.

f) Perilaku manusia

Perilaku manusia inilah yang sering kali menjadi faktor dominan penyebab
banjir yang terjadi di masyarakat saat ini. Perilaku tersebut dimulai dengan
kebiasaan buruk yang membuang sampah sembarangan terutama di sungai
sehingga menghambat laju aliran airnya, kemudian terjadi luapan air menuju
daratan.

Perilaku lainnya yang memprihatinkan hingga saat ini adalah menebang hutan
sembarangan sehingga hutan-hutan menjadi gundul dan tidak ada lagi yang
memiliki kemampuan untuk melakukan resapan air dalam jumlah besar serta
menyimpannya sebagai cadangan ketersediaan air di muka bumi.

g) Perubahan iklim dan cuaca yang ekstrim (tak tentu)


Perubahan iklim dan cuaca yang tak menentu juga bisa menjadi faktor yang
tidak akan terduga, terutama dalam kondiri saat ini. Curah hujan yang
berlebihan bisa saja akan menyebabkan banjir meskipun tempat yang dihujani
sudah memiliki kemampuan yang cukup mumpuni untuk melakukan resapan
air. Sebaliknya, apabila yang terjadi adalah kemarau berkepanjangan, maka
justru ketersediaan air akan kurang bahkan menimbulkan kekeringan. Apalagi
di tengah isu global warning yang semakin marak seperti saat ini.

h) Saluran air atau drainase yang buruk


Saluran air atau drainase merupakan tempat untuk mengalirnya aliran air.
Saluran air yang buruk tentunya akan menghambat mengalirnya air
sebagaimana mestinya. Sedemikian sehingga saat hujan turun atau limpahan

8
air yang datang dari suatu tempat akan terhambat proses mengalirnya. Oleh
karena itu, saluran drainase harus dalam kondisi baik dan rutin dibersihkan
hingga tidak terjadi sumbatan.

D. Cara Penanggulangan Banjir


Penanggulangan Banjir pada Tahap Kesiapsiagaan

Beberapa upaya penanggulangan banjir yang perlu dilakukan pada tahap


kesiapsiagaan adalah berikut ini.

1. Melakukan pertemuan masyarakat untuk membahas evaluasi banjir yang


pernah terjadi dan melakukan perencanaan untuk menghadapi banjir yang
mungkin akan datang. Kegiatan ini bisa dilakukan pada saat menjelang musin
hujan.
2. Memberdayakan masyarakat dengan menyatukan semua sumberdaya
masyarakat yang dapat diatur oleh organisasi kemasyarakatan dan pemerintah.
3. Memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
akan penyebab banjir dan dampaknya.
4. Kampanye keterlibatan masyarakat dan pertolongan diri sendiri. Tujuannya
adalah untuk menjaga masyarakat agar siap siaga dan memahami apa yang
harus dilakukan pada saat sebelum, ketika dan setelah banjir.
5. Membuat sistem peringatan dini. Sistem peringatan dapat mengacu pada
standar level peringatan seperti siaga I, Siaga II, Siaga III, AWAS dan lain
sebagainya. Sistem peringatan dini dapat berupa sirine, pengeras suara atau
kentongan.
6. Pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat. Tujuan dari pelatihan ini adalah
untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai bencana banjir,
dampak yang ditimbulkan dan bagaimana harus bersikap dalam menghadapi
bahaya banjir.

9
7. Menyiapkan tempat pengungsian. Tempat ini merupakan tempat yang
diperkirakan aman dari banjir dan mampu menampung masyarakat yang akan
mengungsi bila banjir terjadi.
8. Menyiapkan proses pengungsian. Ketika nantinya banjir benar-benar terjadi,
proses evakuasi ke pengungsian akan menjadi lebih mudah apabila telah
dipersiapkan sebelumnya. Kesiapan ini dapat berupa pembuatan dan menandai
jalur evakuasi, melakukan simulasi evakuasi, dan membentuk tim pencarian
dan evakuasi.

Penanggulangan Banjir pada Tahap Sebelum Banjir Terjadi

 Tahap sebelum banjir perlu adanya mitigasi dengan bantuan masyarakat setempat.
ketika banjir tidak sepenuhnya dapat dihindari, masyarakat dapat melakukan upaya
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya banjir dan dampaknya dengan cara-cara
berikut ini.

1. Membersihkan sungai dan got atau selokan dari sampah dan endapan lumpur
untuk memperlancar aliran sungai.
2. Tidak membuang sampah sembarangan. Cara yang efektif untuk memudahkan
membuang sampah adalah menyediakan tempat sampah dengan pengelolaan yang
baik.
3. Membuat drainase yang baik dengan membuat tanggul penampung air, sistem
sumur resapan yang terhubung dengan sistem drainase
4. Memindahkan bangunan atau konstruksi yang berada pada jalur banjir
sehingga tidak menghambat aliran air agar tidak mampet atau tergenang.
5. Melakukan penghijauan pada area kosong yang dapat berfungsi sebagai hutan
buatan.
6. Membuat tempat penyerapan air. Tampat penyerapan air ini dapat berupa
sumur-sumur resapan atau area dengan lubang biopori.

10
7. Melakukan koordinasi dengan wilayah sekitar untuk merencanakan tindakan-
tindakan yang diperlukan dalam menanggulangi banjir.

Penanggulangan Banjir Ketika Banjir Terjadi

Ketika banjir benar-benar terjadi maka perlu tindakan yang harus segara dilakukan.
Tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi harta benda yang
dimiliki. Upaya yang perlu dilakukan ketika banjir terjadi adalah berikut ini.

1. Badan koordinasi yang baik

Melakukan komunikasi dan kordinasi dengan pihak-pihak terkait baik dari pihak
masyarakat ataupun pemerintah. Pihak-pihak tersebut adalah kelurahan, institusi
pemerintahan dan organisasi lain seperti PMI dan SAR.

2. Pencarian dan penyelamatan

Melakukan pencarian dan penyelamatan untuk warga masyarakat yang membutuhkan


pertolongan. Pencarian dan penyelamatan ini dilakukan oleh tim seperti regu SAR.

3. Pendataan dan logistik

Pendataan terhadap korban perlu dilakuan untuk mengetahui siapa saja yang selamat
dan yang belum. Pendataan lainnya perlu dilakukan untuk mengetahui kesiapan
logistik, tempat pengungsian, tenaga medis dan bantuan diperlukan.

4. Mengungsi

Mengungsi merupakan tindakan penyelamatan dengan cara berpindah ketempat yang


aman dari bencana. Prioritas utama dalam mengungsi adalah ibu hamil, anak-anak
dan manula.

11
5. Melindungi daerah pemukiman

Selama banjir berlangsung dan masyarakat pergi meninggalkan tempat pemukiman


maka sangat penting untuk membangun sebuah kelompok dari masyarakat yang
bertugas untuk melindungi daerah pemukiman setelah ditinggal mengungsi.

Penanggulangan Banjir Setelah Terjadi Banjir

Upaya penanggulangan banjir yang dilakukan ketika banjir sudah tejadi adalah
rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya dalam tahap ini adalah:

1. Melakukan analisa kerusakan dan kebutuhan perbaikan

Analisa kerusakan sangat penting dilakukan oleh masyarakat agar terdapat


dokumentasi mengenai hal-hal penting yang harus diperbaiki. Data ini nantinya dapat
disampaikan kepada lembaga atau orgasnisasi terkait untuk ditindak lanjuti.

2. Pembangunan gedung dan infrastruktur yang baik

Pembangunan gedung dan infrastruktur harus memperhatikan dan mengacu pada


tindakan kesiapsiagaan dan mitigasi banjir agar dampak banjir yang mungkin datang
berikutnya dapat ditekan.

3. Pendekatan terhadap organisasi dan lembaga lain yang dapat membantu

Pendekatan terhadap organisasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh


dukungan, bantuan dan upaya pemulihan dan kesiapan tanggap bencana banjir untuk
waktu yang akan datang.

23 upaya penanggulangan banjir oleh masyarakat ini merupakan upaya yang


komprehensif. Dengan upaya ini maka wilayah-wilayah yang saat ini mengalami

12
banjir, kedepan akan dapat di tanggulangi dengan baik sehingga banjir tidak perlu
lagi menjadi bencana yang terus menerus terjadi di setiap tahunnya.

13
BAB III
PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan lebih lanjut mengenai data-data yang telah
diperoleh mengenai manajemen bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang dalam menanggulangi banjir di Semarang dan apa saja faktor
penghambat dalam manajemen bencana yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang dalam menanggulangi banjir di kota
Semarang. Data tersebut diperoleh melalui wawancara kepada pihak Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, studi kepustakaan dan
juga observasi terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan judul penelitian.

Tahapan Manajemen Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Kota Semarang dalam menanggulangi banjir di Kota Semarang
1. Pra Bencana
1) Mitigasi banjir
Mitigasi bencana banjir adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana banjir, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakatnya dalam menghadapi ancaman
bencana Soehatman Ramli (2010:32).
Pada tahap pra-bencana mitigasi ini adalah tugas yang dilakukan oleh Bidang
I yaitu Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah
(BPBD) Kota Semarang. Sesuai dengan tahapan pra-bencana yaitu mitigasi, maka
dapat dilihat dengan program dan kegiatan yang dilakukan oleh Bidang I Pencegahan
dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Semarang adalah yaitu:

Membentuk kelurahan siaga bencana dan kelurahan tangguh bencana

14
Pembentukan Kelurahan Siaga Bencana (KSB) dan Kelurahan Tangguh Bencana
(KTB) di Kota Semarang tersebut melibatkan banyak pihak yaitu warga masyarakat,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Aparatur Sipil
Negara tingkat Kelurahan, Ketua RT/RW, dan juga pihak terkait seperti relawan-
relawan bencana, dan juga Organisasi Non Pemerintah. Semuanya saling terkait satu
sama lain dalam rangka untuk mencegah terjadinya banjir atau paling tidak
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat banjir di suatu kelurahan berbasis
masyarakat setempat.
Pembentukan KSB dan KTB tersebut merupakan perwujudan langkah manajemen
bencana yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Semarang dalam menerapkan program pra-bencana untuk menghadapi bencana banjir
yang sering melanda Kota Semarang. Melalui sosialisasi yang rutin dilakukan oleh
BPBD kepada KSB dan KTB, agar dapat berperan optimal dalam menghadapi
bencana banjir.

2) Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui kegiatan yang tepat guna dan berdaya guna. Bidang
Kesiapsiagaan mempunyai tugas untuk mempersiapkan apabila terjadi bencana,
sesuai dengan Perka No. 2 Tahun 2012 Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
bencana, dalam hal ini peneliti lebih fokus pada sisi kesiapan untuk menghadapi
bencana banjir.
1. Peta rawan bencana dan peta risiko bencana
Peta rawan bencana dan peta risiko bencana merupakan salah satu program yang
dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang
dalam rangka untuk menghadapi kemungkinan terjadinya banjir di suatu wilayah.
Peta rawan bencana sendiri merupakan peta yang dibuat dengan tujuan agar
memetakan wilayah atau daerah mana saja yang rawan dan memungkinkan

15
terdampak banjir suatu waktu, sedangkan peta risiko bencana lebih detil
dibandingkan peta rawan bencana.
Pada peta risiko bencana tidak hanya memetakan wilayah atau daerah mana saja yang
akan rawan terkena banjir, melainkan dalam peta risiko bencana dijelaskan juga grid
indeks ancaman, kerentanan dan kapasitas masyarakatnya. Sehingga peta risiko
bencana banjir yang dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Semarang mencakup banyak hal mulai dari peta ancaman yaitu memperkirakan
seberapa tinggi atau rendahnya genangan air banjir di suatu wilayah. Selanjutnya peta
kerentanan yang meliputi penghitungan dengan jelas demografi di wilayah yang
rawan terkena banjir seperti jumlah balita, jumlah ibu hamil, kepadatan penduduk
jumlah lansia, jumlah penduduk miskin, selain itu juga menghitung juga ekonomi di
wilayah tersebut, lingkungan, dan juga fisik seperti jumlah bangunan.

2. Rencana Kontijensi
Rencana Kotijensi adalah suatu proses perencanaan ke depan, dalam situasi terdapat
potensi bencana, di mana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan
manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengarahan potensi disetujui
bersama, untuk mencegah atau menanggulangi secara baik dalam situasi darurat atau
kritis. Tujuan adanya dokumen rencana kontijensi adalah sebagai dasar memobilisasi
sumber daya para pemangku kepentingan pada saat tanggap darurat bencana dalam
melakukan penanggulangan bencana yang cepat dan efektif.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pembentukan dokumen rencana kontijensi
hingga saat ini belum juga selesai dikerjakan, karena masih dalam tahap
penyelesaian.

3) Peringatan dini
Bentuk peringatan dini dalam pencegahan dan kesiapsiagaan yang selanjutnya
dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang

16
adalah dengan membuat sistem peringatan banjir di daerah-daerah yang deket dengan
sungai.

2. Saat Terjadi Bencana


Menurut Soehatman Ramli dalam Manajemen Bencana (2010:35) tanggap
darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan dan pemulihan sarana dan
prasarana.
Bidang II Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) memiliki tugas yang berat, yaitu bertugas pada tahap manajemen bencana
saat kejadian bencana banjir terjadi. Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen
bencana alah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui peringatan
dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tiba, oleh karena itu diperlukan
langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana
dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.
1) Daya Tanggap
A. Respon terhadap bencana
Pada tahap ini terdapat langkah-langkah yang harus segera dilakukan agar
kejadian bencana banjir yang terjadi tidak menimbulkan korban jiwa ataupun
kerugian yang besar.
Ketika bencana banjir terjadi Bidang II Kedaruratan dan Logistik
meresponnya dengan langkah-langkah yang sekiranya diperlukan pada saat itu juga,
sehingga penanggulangan bencana banjir oleh BPBD ketika bencana itu terjadi
adalah sifatnya fleksibel. Ketika ada laporan bencana banjir terjadi di suatu tempat,
maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang segera
bergerak mengirim personil ke lokasi kejadian untuk memastikan informasi tersebut,
lalu melakukan tindakan selanjutnya. Namun ketika survei ke lokasi terjadinya

17
bencana banjir tersebut, personil Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota
Semarang sudah siap dengan segala peralatan yang dimiliki, seperti mobil Ranger,
perahu karet, pelampung, HT, dan lainnya. Tidak adanya Standar Operasional
Prosedur (SOP) seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Kepala BNPB No. 9 tahun
2008 tentang Prosedur Tim Reaksi Cepat, bahwa Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kota Semarang tidak menerapkannya ke dalam pembuatan Standar
Operasional Prosedur kedaruratan bencana banjir. Hingga saat ini BPBD dalam
pelaksanaan kedaruratan bencana banjir di Semarang masih menggunakan metode
yang sederhana, yaitu fleksibilitas, artinya bahwa apa yang perlu dilakukan maka
akan dilakukan.

Pemberian logistik
Pemberian logistik kepada korban bencana banjir tersebut bertujuan agar
korban banjir yang berada di lokasi dapat mengungsi dengan tetap mendapatkan
pasokan kebutuhan sehari-hari yang normal.
Setelah pihak dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Semarang survei ke lokasi banjir, maka yang menentukan apakah akan diberi bantuan
logistik atau tidak adalah bahwa kondisi tinggi genangan banjir, lalu apakah para
warga masyarakat di lokasi tersebut harus mengungsi atau tidak. Apabila ketinggian
banjir di lokasi terbut sudah berada pada fase membahayakan bagi warga, maka
warga akan diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Korban bencana yang menjadi pengungsi tersebut pastinya tidak bisa
berkegiatan sehari-hari, maka dari sinilah Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang memberikan bantuan logistik, yang dapat berupa makanan
dan air minum, tenda darurat untuk mengungsi, dan lain sebagainya. Pemberian
logistik tersebut oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Semarang sangatlah terbatas, apabila warga masyarakat yang terkena banjir tidak
terlalu parah, maka tidak diberi logistik oleh BPBD.

18
3. Pasca Bencana
Tahapan manajemen bencana yang selanjutnya adalah tahap pasca bencana.
Setelah bencana terjadi dan proses tanggap darurat sudah dilewati, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap pasca bencana
banjir dilaksanakan oleh Bidang IIIRehabilitasi dan Rekonstruksi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang.
A. Rehabilitasi dan rekonstruksi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana (Ramli,
2010:38). Dalam rehabilitasi yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kota Semarang meliputi kegiatan kegiatan yang bersifat untuk
memperbaiki dan memulihkan kondisi para korban bencana banjir.
Upaya rehabilitasi yang dilakukan oleh Bidang III Rehabilitasi dan
Rekonstruksi ada beragam sektor yang harus dicapai. Pemulihan sektor-sektor
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Sektor pelayanan kesehatan
Pemulihan sektor kesehatan para korban bencana banjir harus segera
dilakukan, dalam hal ini tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Semarang melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan sektor
kesehatan. Seperti puskesmas di wilayah tersebut, rumah sakit, Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Palang Merah Indonesia (PMI), dan juga relawan-relawan di dunia
kesehatan.
Jadi tugas dari Bidang III Rehabilitasi dan Rekonstruksi di sini adalah sebagai
koordinator, komando dan pelaksana di lapangan. Mereka memberikan informasi
kepada pihak-pihak kesehatan terkait tadi agar supaya dapat datang ke lokasi bencana
banjir dan memberikan pelayanan kesehatan bagi para korban banjir.

19
b) Sektor rekonsiliasi dan resolusi koflik
Pemulihan sektor selanjutnya adalah sektor sosial. Karena bencana banjir
yang terjadi, biasanya para pengungsi korban banjir sementara akan melakukan
kegiatan sehari-hari tidak seperti biasanya, baik itu di kamp pengungsian ataupun
tetap tinggal di rumah. Akibatnya konflik sosial di daerah pasca bencana banjir biasa
terjadi. Konflik sosial tersebut contohnya adalah, ketika sedang pembagian bantuan
logistik ataupun bantuan sosial lainnya banyak yang berebut untuk mendapatkan
bantuan tersebut, sehingga kadang-kadang ada warga yang seharusnya layak
mendapatkan bantuan malah tidak menerimanya.
Maka tugas dari Bidang III Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang adalah dengan rekonsiliasi
dan resolusi dengan melakukan sosialisasi-sosialisasi kepada warga masyarakat yang
terkena dampak bencana banjir, yang tujuannya adalah agar mencegah konflik sosial
yang bisa terjadi di lokasi bencana banjir. Bidang III Rehabilitasi dan Rekonstruksi
memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa musibah yang menimpa korban
bencana banjir tersebut harus disikapi dengan bijak dan baik, agar tidak stres atau
bahkan depresi.

c) Sektor pemulihan sosial ekonomi masyarakat


Pemulihan selanjutnya yang harus dilakukan adalah sektor pemberdayaan
sosial ekonomi budaya masyarakat. Pemulihan yang dilakukan sektor ini bertujuan
agar korban bencana banjir tidak kehilangan mata pencaharian mereka, ataupun
kehidupan sosial mereka.
Pemulihan yang dilakukan oleh Bidang III Sektor Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah pada sektor pemberdayaan
sosial ekonomi masyarakat adalah dengan cara memberikan sosialisasi kepada warga.
Program yang sudah dijalankan saat ini adalah memberikan sosialisasi tentang
menanam tanaman hidroponik dan tanaman rumput laut.

20
d) Sektor keamanan dan ketertiban
Pemulihan sektor selanjutnya adalah ada pada sektor situasi keamanan dan
ketertiban. Pemulihan sektor ini mempunyai tujuan yaitu agar lokasi pasca bencana
banjir dapat tetap aman dan ketertibannya masih terkendali dengan baik. Tugas
Bidang III Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang untuk memastikan bahwa lokasi tersebut aman terkendali
dengan cara bekerja sama dengan pihakpihak keamanan yang berada di lokasi
bencana banjir.
Pihak keamanan tersebut adalah kepolisian, babinsa, dan pihak keamanan
lainnya. Koordinasi yang dilakukan Bidang III Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan
pihak keamanan terkait bertujuan agar rumah-rumah warga yang ditinggal mengungsi
tidak dimasuki oleh pencuri, dan tindakan kriminal yang mengganggu keamanan
lainnya.

e) Sektor fungsi pemerintahan dan fungsi pelayanan publik


Sektor pemulihan yang terakhir dilakukan oleh Bidang III Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang
adalah mengembalikan fungsi pelayanan publik pada saat pasca bencana terjadi.
Pemulihan sektor pelayanan publik ini contohnya adalah seperti pelayanan kesehatan,
pendidikan, administrasi, transportasi dan juga pelayanan publik lainnya.

B. Bantuan Sosial
Bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah Kota Semarang adalah
bantuan kepada korban bencana meninggal dunia, korban luka dan perlu dirawat di
rumah sakit, korban bencana yang rumah/tempat usaha/kios/los mengalami
kerusakan. Hanya tiga (3) jenis akibat yang dapat diberi bantuan sosial.

C. Penganggaran

21
Penganggaran adalah fungsi yang berkenaan dengan pengendalian organisasi
melalui perencanaan fiskal dan akuntansi. Pembiayaan mencakup seluruh kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi atau lembaga. Setiap lembaga
membutuhkan pembiayaan yang matang, agar bisa memenuhi kegiatan dan program
yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut.
Bidang Sekretariat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Semarang memiliki tugas untuk mengelola dan merencanakan anggaran yang akan
dilaksanakan oleh bidang-bidang lain yang ada di Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) seperti Bidang I Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Bidang II
Kedaruratan dan Logistik, Bidang III Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

D. Pengawasan
Menurut G.R. Terry (Handoko, 2008: 35) bahwa pengawasan dan
pengendalian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang
adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
rencana yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan.
Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan
kegiatan sebagai berikut:
1) Pengawasan
Pengawasan dibedakan menjadi dua macam, yakni pengawasan secara
langsung dan pengawasan tidak langsung.
Pengawasan langsung dilaksanakan secara hierarki vertikal, artinya adalah
pengawasan dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Mulai dari Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mengawasi seluruh jajaran
di bawahnya. Untuk pengawasan langsung ini mencakup berbagai aspek, mulai dari
kedisplinan, administratif, dan juga teknis.
Pengawasan yang kedua adalah pengawasan tidak langsung ialah pengawasan
yang dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan pegawai. Bentuk pengawasan tidak langsung yang dilakukan oleh Badan

22
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang adalah dengan melakukan
evaluasi setiap bulan, dengan mengadakan pertemuan, yang tujuannya adalah
mengevaluasi kegiatan apa yang sudah dikerjakan dan kegiatan apa yang akan
dikerjakan. Selain itu pengawasan tidak langsung lainnya adalah pembuatan laporan
kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang yang
dilaksanakan sekali dalam setahun.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Peta rawan bencana dan peta risiko bencana yang dimiliki Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang dirasa belum
efektif karena tidak memiliki koneksi yang baik dengan pihak-pihak yang
langsung berada di lokasi rawan bencana seperti pihak Kelurahan Siaga
Bencana atau Kelurahan Siaga Bencana. Menurut selama ini belum ada
kejelasan tentang sosialisasi peta rawan bencana dan risiko bencana tersebut
kepada mereka.
2. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pembentukan dokumen rencana
kontijensi hingga saat ini belum juga selesai dikerjakan, karena masih dalam
tahap penyelesaian.
3. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
bencana Bidang II Kedaruratan dan Logistik dalam menghadapi saat terjadi
bencana banjir masih berisfat fleksibel dan tidak ada Standar Operasional
Prosedur yang dijalankan karena memang tidak dibuat oleh Bidang II tersebut.
4. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa terbatasnya ketersediaan logistik yang
dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Semarang menyebabkan tidak maksimalnya bantuan yang diberikan oleh
BPBD. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang juga

23
harus memprioritaskan lokasi banjir mana yang paling parah, itulah yang
menjadi prioritas diberi bantuan logistik oleh BPBD.
5. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bidang I
Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang dalam tahapan pra-bencana menanggulangi bencana
banjir sudah tepat yaitu dengan programprogram dan kegiatan yang
dilaksanakan, namun belum maksimal dapat dilihati dalam hal seperti
memaksimalkan pekerjaan dalam membuat dokumen rencana kontijensi, dan
juga memaksimalkan inovasi-inovasi pada sistem peringatan dini bencana
banjir di daerah-daerah rawan bencana banjir.
6. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian
bantuan sosial yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang sudah dilakukan dengan benar dan tepat sasaran,
bantuan yang diberikan diberikan kepada korban bencana banjir yang harus
sesuai dengan kriteria atau syarat di atas.
7. Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan di atas maka manajemen
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang sudah baik, karena dua unsur pengawasan yang
sudah dilakukan dengan baik karena pengawasan yang dilakukan sifatnya
sudah melekat dan seperti budaya di organisasi tersebut. Menurut informan
yang diwawancarai oleh peneliti bahwa dalam pelaksanaan pengawasan di
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang tidak ada
kendala yang berarti.

B. SARAN

Bagi Mahasiswa

24
Kami berharap makalah ini mendapatkan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Agar mahasiswa dapat memperbaiki serta
memperhatikan pembuatan makalah selanjutnya.

Bagi pembaca
Agar pembaca dapat menerapkan dan memahami tentang penanggulangan
bencana banjir

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka.pu.go.id/files/pdf/KT-ppb-00676-119200723338.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir..
eprints.undip.ac.id/34035/9/1904_CHAPTER_VI.pdf
www.tempo.co/topik/masalah/829/banjir
www.kompas.com/Banjir

25

Anda mungkin juga menyukai