Anda di halaman 1dari 12

Nama : Nurul Fahmi

Nim : P07120118 028


Tingkat : II Regular A
MK : Keperawatan Anak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGUE


HEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue, I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albopictus (Soegijanto, 2006).
DHF (Dengue Hemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan
oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegygtibetina. Penyakit ini biasa disebut demam berdarah
dengue (Hidayat, 2006). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aides aegypti. Demam berdarah dengue adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama
menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai
menifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/ syok dan
kematian (Amin & Hardi, 2013).

B. Penyebab
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod Borne Viruses) artinya
virus yang ditularkan melalui gigitan arthropoda misal nyamuk aedes
aegypti (betina). Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai
dengue fever dengan gejala utama demam, nyeri otot/sendi. Virus dengue
termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipevirus yaitu

1
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 serotip terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan
menimbulkan antibody terhadap serotip yang bersangkutan, sedangkan
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotip lain
tersebut. Seorang yang tinggal didaerah endemisdengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotip selama hidupnya. Keempat serotip virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sujono, 2010).
1. Virus dengue
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh
virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam
aribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4
serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah dengue.
Keempat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotip terbanyak (Suhendro, 2007).
Virus dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat
serotip (DEN1,2,3,4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi
oleh nukleokapsid. Virus dengue memerlukan asam nukleat untuk
beraplikasi, sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu. Kapasitas
virus untuk mengakibatkan penyakit pada penjamu disebut virulensi.
Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk:
a. Menginfeksi lebih banyak sel
b. Membentuk virus progenik
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor

2. Vektor

2
Virus dengue serotip 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui veKtor
yaitu Aedes Aegypti, nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi
dengan salah satu serotip akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotip bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotip jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita, 2000).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan
vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain
melalui gigitannya nyamuk aedes Aegypti merupakan vektor penting
didaerah perkotaan (Viban) sedangkan didaerah perdesaan (rural)
kedua nyamyuk tersebuk berperan dalam penularan. Nyamuk aedes
berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapat bejana-
bejana yang terdapat didalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat diluar rumah di lubang-lubang pohon di dalam potongan
bambo, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja
hari (Soedarto, 1990).

3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengan tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya
atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya memalui plasenta (Soedarto, 1990).

3
C. Patofisiologi (Pathway)
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigtan nyamuk
aedes Aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktifasi
sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, 2
peptida berdaya untuk melepaskan histamindan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
1. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin, faktor V, VII, IX,X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
tertutama perdarahan saluran gastroinstestinal pada DHF.
2. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemoregik. Renjatan terjadi secara akut.
3. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
jaringan, asidosis metabolic dan kematian (Suriadi & Rita Yuliani,
2006)

4
D. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah
penanganan pada derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
 Pemberian cairan yang cukup dengan infuse RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg atau bersama
diberikan oralit air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB<25 kg
 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB26-30 kg
 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
 Pemberian obat antibiotic apabila adanya infeksi sekunder
 Pemberian antipiretik untuk menurnkan panas
 Apabila ada perdarahan hebat maka diberikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
 Pemberian cairan yang cukup dengan infuse RL dosis 20 ml/kg BB/jam,
apabila ada perbaikan lanjutan pemberian Rl 10 ml/kg BB/jam, jika nadi
dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan
dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
 Pemberian plasma atau plasma ekspander (destran L) sebanyak 10 ml/kg
BB/jam dan dapat di ulangi maksimal 30 ml/kg BB dalam 24 jam,
apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam tekanan darah
kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka pemberian cairan yang
cukup berupa infuse RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik
lanjutkan Rl sebagaimana perhitungan selanjutnya.
 Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus menderita harus

5
mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kg BB/jam diulangi
maksimal 30 mg/kg BB/24 jam bila baik dilanjutkan RL sebagimana
perhitungan diatas.
3. Derajat IV
 Pemberian cairan yang cukup dengan infuse Rl dengan dosis 30 ml/kg
BB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkan RL sebanyak 10
ml/kg BB/jam
 Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang 2 saluran infus
dengan tujuan satu untuk RL 10ml/kg BB/jam dan satunya pemberian
plasma ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kg BB/jam selama 1
jam.
 Apabila keadaan masih juga buruk, maka pemberian plasma ekspander
20 ml/kg BB/jam
 Apabila masih tetap buruk, maka pemberian plasma ekspander 10 ml/kg
BB/jam diulangi maksimum 30 ml/kg BB/jam
 Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukkan
perbaikan maka konsultasikan ke bagian anastesis untuk perlu tidaknya
dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Azizalimul,
2008).

6
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III.
IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.

5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi

7
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak
nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar).
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan
berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menajga kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermia)
2. Deficit perawatan diri
3. Nyeri akut
4. Resiko perdarahan

8
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(NOC)
1. Hipertermia NOC: Thermoregulation 1. Observasi keadaan umum dan TTV
Kriteria Hasil: 2. Monitor suhu sesering mungkin
1. Suhu tubuh dalam rentang 3. Anjurkan banyak minum
normal 4. Kompres pasien pada lipatan paha dan
2. Tidak ada perubahan aksila
warna kulit dan tidak ada 5. Tingkatkan sirkulasi udara
pusing 6. Kolaborasi pemberian cairan IV dan obat
penurun panas

2. Deficit NOC: 1. Monitor kemampuan klien untuk


perawatan diri Self care: sADL perawatan diri yang mandiri
Kriteria Hasil: 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
1. Klien terbebas dari bau bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
badan berhias, toileting dan makan
2. Menyatakan kenyamanan 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
terhadap kemampuan secara utuh untuk melakukan self-care
untuk melakukan ADLs 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
3. Dapat melakukan ADLs sehari-hari yang normal sesuai
secara mandiri kemampuan yang dimiliki
5. Dorong untuk melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya

9
6. Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu
melakukannya

3. NOC: 1. Monitor lokasi, intensitas dan tipe nyeri


Nyeri akut
Pain level, pain control, 2. Pertahankan imobilisasi bagian yang
comfort level sakit dengan tirah baring
Kriteria Hasil: 3. Dorong menggunakan teknik manajemen
1. Mampu mengontrol nyeri nyeri, contoh: relaksasi, latihan nafas
(tahu penyebab nyeri, dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
mampu menggunakan 4. Jelaskan prosedur sebelum memulai
teknik nonfarmakologi 5. Kolaborasi: pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri .
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

10
4. Resiko NOC: 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
perdarahan Blood lose severity, blood 2. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan
koagulation sesudah terjadinya perdarahan
Kriteria Hasil 3. Jauhkan pasien dari barang berbahaya
1. Tidak ada kehilangan yang dapat menyebabkan perdarahan
darah yang terlihat 4. Anjurkan pasien makan makanan yang
2. Tekanan darah dalam mengandung tinggi vitamin K
batas normal 5. Kalaborasi dalam pemberian produk
3. Hemoglobin, hematrocit, darah jika diperlukan
plasma, PT, PTT dalam
batas normal

5. Ketidakseimba NOC: 1. Kaji adanya alergi makanan


ngan nutrisi NutritionL Status : food and 2. Monitor BB pasien
kurang dari fluid intake,nutrition intake 3. Anjurkan makanan sedikit tapi sering
kebutuhan Weight control 4. Berikan makanan hangat
tubuh Kriterial Hasil : 5. Hindarkan makanan yang dapat
1. Adanya peningkatan merangsang mual dan muntah
BB 6. Kalaborasi dengan ahli gizi
2. BB ideal sesuai
dengan TB
3. Mampu
mengindentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak terjadi
penurunan BB yang
berarti

11
D. Implementasi
Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien
mencapai tujuan rencana tindakan yang telah dibuat. Prinsip yang digunakan
dalam memberikan tindakan keperawatan adalah cara pendekatan yang efektif
dan teknik komunikasi yang terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan
yang dilakukan terhadap klien.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dan penilaian asuhan keperawatan adalah untuk mengetahui
keberhasilan atas tindakan yang akan dilaksanakan. Ada dua kemungkinan yang
akan terjadi yaitu masalah belum dapat teratasi atau mungkin timbul masalah
baru.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi hasil tindakan secara keseluruhan
untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.

12

Anda mungkin juga menyukai