Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Drs. Deni Susiyanto, S.Pd.
selaku Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun Oleh:
Asep Maulana
KELAS X AKUNTANSI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AL-FARIZI BANTARUJEG
2018
KASUS-KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA TAHUN 2018
1. Kematian Angeline
Angeline, bocah 8 tahun di Denpasar, Bali, dilaporkan hilang pada 16 Mei 2015
oleh ibu angkatnya Margriet Megawe. Dia dilaporkan raib saat sedang bermain di
halaman rumahnya, Jalan Sedap Malam Nomor 26, Sanur, Denpasar, Bali, pada
pukul 15.00 Wita.
Namun, beberapa waktu berselang, bocah malang itu ditemukan terkubur di dekat
kandang ayam rumahnya pada Rabu 10 Juni 2015. Hasil autopsi jenazah bocah
yang bernama asli Engeline itu menemukan banyak luka lebam di sekujur
tubuhnya. Begitu pula dengan luka bekas sundutan rokok dan jeratan tali di leher
Angeline.
2 orang terdekat Angeline kini menjalani persidangan. Margriet, si ibu angkat, dan
Agustinus Tae, mantan pekerja di rumah itu, harus duduk di kursi pesakitan
karena dituduh sebagai pembunuh bocah malang itu. Hingga kini, persidangan
kedua terdakwa itu masih terus berlangsung dan keduanya saling tuding
menyalahkan.
2. Terlantarnya Bocah Cibubur
Kasus penelantaran anak kembali mencuat pada Mei 2015. Korbannya kali ini
adalah 5 orang anak kandung pasangan Utomo dan Nurindria. Kasus berawal dari
laporan warga tentang anak laki-laki berusia 8 tahun berinisial AD yang sudah
sebulan berkeliaran di sekitar kompleks perumahan.
Selama sebulan bocah tersebut tidur di pos jaga dan mendapat makanan dari
tetangga. Selain itu, ada bekas luka di kaki AD yang menunjukkan masa
penyembuhan lukanya lama akibat pukulan benda tumpul.
Dalam pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya, kedua orangtua bocah itu positif
menggunakan narkoba. Kini pasutri tersebut menyandang status tersangka
penelantar anak.
3. Pembunuhan Sadis Ibu dan Anak
Sepasang ibu dan anak ditemukan tewas sekitar pukul 17.30 WIB, Kamis 8
Oktober 2015, dalam kondisi mengenaskan di Cakung, Jakarta Timur. Luka sobek
dan pendarahan hebat menjadi penyebab kematian Dayu Priambarita dan Yoel
Immanuel. Korban Dayu (45) terluka di leher kiri, dagu sebelah kanan, punggung
kiri, dada kanan dan bawah ketiak kanan. Sedangkan anaknya, Yuel (5),
mengalami luka terbuka di leher.
Selain dijerat Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan dan 365 KUHP tentang
Pencurian dengan Kekerasan, polisi juga menambahkan jeratan hukum dengan
memasukkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perlindungan Anak
dengan ancaman maksimal seumur hidup.
4. Pembunuhan Bocah dalam Kardus
Seorang bocah bernama PNF atau F (9) ditemukan tewas tanpa identitas
terbungkus kardus di Kalideres, Jakarta Barat, Jumat, 2 Oktober 2015. Saat kardus
dibuka, mulut, kaki dan tangan bocah kelas 3 SD 05 Pagi, Rawa Lele itu, dilakban
dengan ketat.
Tidak membutuhkan waktu lama, polisi menciduk Agus Darmawan alias Agus
Pe'a (39) sebagai pembunuh sekaligus pencabul PNF. Jejaknya bisa terlacak
setelah polisi menemukan kecocokan antara DNA pelaku dengan sampel yang
tertinggal di tubuh bocah F.
Sosok Agus bukan orang asing di mata keluarga PNF. Ayah korban merupakan
teman masa kecil Agus. Karenanya, PNF tidak menghindar saat dipanggil
tersangka dalam perjalanan pulang sekolah. PNF menurut saja saat Agus
memintanya masuk dan mengunci pintu bedengnya.
Setelah PNF melepas sepatunya, tangan dan kaki bocah itu diikat menggunakan
kabel charger ponsel dan mulutnya disumpal kaos kaki. Agus selanjutnya
mencabuli bocah anak tetangganya itu dan menjerat lehernya dengan kabel hingga
tewas.
Dalam rekonstruksi diketahui, Agus membakar sejumlah barang bukti, yaitu tas
sekolah, kabel charger dan barang-barang lain milik PNF. Setelah itu rekonstruksi
dilanjutkan ke lokasi pembuangan PNF di Jalan Sahabat, Kamal, Kalideres,
Jakarta Barat yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari bedeng Agus.
5. Pembunuhan Siswi SMP Benhil
Tidak ada prasangka buruk di benak AAP (12) saat sang paman, Rizal alias
Anwar, mengajaknya jalan-jalan pada 22 Oktober 2015. Membonceng motor
Rizal, bocah yang masih mengenakan seragam SMP itu hanya menurut saat Rizal
mengarahkan motornya tanpa memberitahu arah.
Setelah 5 jam menempuh perjalanan panjang dan macet dari Bendungan Hilir
Jakarta Selatan, sampailah keponakan dan paman itu di Area Perhutani Jasinga
Bogor pukul 20.00 WIB. Siswi SMP itu lalu diajak Rizal masuk ke dalam area
hutan yang gelap dan sepi. Tak ada lampu penerang jalan di sana, bahkan sinar
bulan tak mampu menembus rimbunnya daun pepohonan yang menjulang tinggi.
Rizal memberhentikan motornya di pinggir jalan yang beralaskan tanah tanpa
mematikan mesin motor agar lampu kendaraan menerangi jalan sekitar. Rizal pun
langsung memaksa korban untuk mau melayani dirinya dengan ancaman akan
meninggalkan AAP jika permintaannya tidak dipenuhi.
Korban yang telah disetubuhi mengancam akan memberitahukan perbuatan Rizal
kepada ibunya. Dirundung rasa takut ketahuan, Rizal mengambil sebongkah batu
kali dan menghantamkannya ke kepala AAP bagian belakang. Untuk memastikan
korban sudah tak bernyawa, Rizal menghantam wajah korban dengan batu hingga
akhirnya nyawa AAP melayang.
6. Hotman Paris Dilaporkan ke Polisi Kasus Pencemaran Nama Baik
CNN Indonesia | Selasa, 25/10/2015
"Iya baru kemarin (laporannya). Yang laporkan pengacara Pak Jaya," kata Awi di
Markas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat pada Selasa (25/10).
Menurutnya, laporan itu dilakukan terkait ucapan Hotman yang dinilai Jaya tidak
pantas. Dalam acara tersebut, Hotman memotong pembicaraan Jaya dan
memakinya dengan kata-kata tidak sopan, 'Lu nggak pakai otak, pendapat lu
terlalu bodoh, itu bodoh banget, parah banget sih lo, goblok nih orang'.
"Atas kejadian tersebut, pelapor merasa dicemarkan nama baiknya. Selanjutnya
mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpada (SPKT) Polda Metro Jaya
untuk membuat laporan," ucap Awi.
Laporan yang dilayangkan Jaya terdaftar dengan nomor: LP/5164 / X/ 2015/ PMJ/
DITRESKRIMUM. Dalam laporan ini, Hotman terancam dikenakan Pasal 310
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Pencemaran Nama Baik
dan Pasal 311 KUHP tentang Fitnah.
"Laporannya tentu kami dalami. Penyidik akan bekerja dengan memeriksa saksi-
saksi terlebih dulu," tutur Awi.
Dihubungi terpisah, Hotman menanggapi laporan yang dibuat Jaya dengan santai.
Ia pun membantah telah mencemarkan nama baik Jaya.
"Itu kan perdebatan di televisi dan ada jurinya. Kalau kita menyatakan pendapat
lawan salah, ya itu tidak mencemarkan nama baik. Karena orangnya di situ. Kan
namanya perdebatan," ujarnya.
Hotman menceritakan, debat panas itu terjadi kala Jaya melontarkan pernyataan
bahwa saksi dah ahli yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum lebih kuat posisinya
ketimbang saksi dan ahli dari kuasa hukum terdakwa.
"Itu salah karena posisi ahli dan saksi dari jaksa penuntut atau pengacara itu sama.
Saya memberi pengertian agar masyarakat jangan sampai salah pengertian " kata
Hotman.
Lebih dari itu, Hotman mengaku tidak akan melaporkan balik Jaya ke polisi. Ia
pun berjanji akan memenuhi panggilan polisi terkait laporan Jaya ini.
"(Dia) pengacara junior, biarkan saja, ini bagian dari proses pembelajaran," tutur
Hotman.
7. Sidang kasus 'perbudakan' di Benjina digelar
18 November 2015
Persidangan terhadap lima warga Thailand dan tiga warga Indonesia terkait
kasus 'perbudakan' ratusan orang Myanmar di Benjina, Maluku, tengah
bergulir di Pengadilan Negeri Tual, sekitar 600 kilometer sebelah tenggara
Kota Ambon.
Para terdakwa ditangkap di Benjina, salah satu desa di Kepulauan Aru, pada
Mei lalu.
Mereka terdiri dari Youngyut Nitiwongchaeron, Boonsom Jaika, Surachai
Maneephong, Hatsaphon Phaetjakreng, dan Somchit Korraneesuk. Adapun ketiga
warga Indonesia ialah Muklis Ohoitenan, Hermanwir Martino, dan Yopi
Hanorsian.
Menurut Edy Toto Purba -selaku hakim ketua dalam sidang di Pengadilan Negeri
Tual- mereka menghadapi gugatan berupa Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor
21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
“Ancaman hukuman menurut pasal itu adalah dipenjara minimal tiga tahun dan
maksimal 15 tahun,” kata Edy kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome
Wirawan.
Selain ancaman hukuman penjara, pasal itu memberi sanksi denda minimal Rp120
juta dan maksimal Rp600 juta.
Edy memperkirakan durasi sidang dapat mencapai Januari 2016 mendatang.
Pasalnya, selain alur sidang yang masih panjang, tim hakim harus memeriksa
sekitar 20 saksi asal Myanmar.
“Terkendala bahasa, tapi dari pihak kedutaan akan menyiapkan penerjemah,”
ujarnya.
Menurut Kontras, kejadian bermula pada 8 Desember 2014 tengah malam, saat
sebuah mobil hitam melaju dari Enaro menuju kota Madi, diduga dikendarai oleh
dua oknum anggota TNI, dihentikan tiga remaja warga sipil.
Ketiga remaja tersebut meminta lampu mobil dinyalakan karena warga sedang
mengetatkan keamanan jelang natal. Mereka pun menahan mobil tersebut.
Tidak terima ditahan, terduga anggota TNI tersebut kembali ke Markas TNI di
Madi Kota, dan kemudian mengajak beberapa anggota lainnya kembali ke
Togokotu, tempat ketiga remaja tersebut menghentikan mereka.
Mereka pun kembali dan mengejar tiga remaja tadi.
Dua orang lari, satu lainnya dipukul hingga babak belur. Warga lalu melarikan
anak yang terluka tersebut ke rumah sakit.
Keeseokan paginya warga Paniai berkumpul dan meminta aparat melakukan
pertanggung jawaban terhadap remaja yang dipukul.
Warga berkumpul di lapangan Karel Gobay, namun sebelum dilakukan
pembicaraan, aparat gabungan TNI dan Polri sudah melakukan penembakan ke
warga.
Empat orang tewas ditempat, 13 orang terluka dilarikan ke rumah sakit. Satu
orang akhirnya meninggal dalam perawatan di rumah sakit Mahdi.
Kelima orang yang tewas adalah Simon Degei (18 tahun), Otianus Gobai (18
tahun), Alfius Youw (17 tahun), Yulian Yeimo (17 tahun), Abia Gobay (17
tahun). Kesemuanya pelajar di SMA Negeri 1 Paniai.
3. Pembunuhan Ade Sara
Pasangan kekasih, Ahmad Imam Al Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani (19) alias
Sifa telah divonis hukuman 20 tahun bui setelah terbukti terlibat dalam
pembunuhan keji terhadap Ade Sara. Namun sebelum semuanya terungkap di
meja persidangan, keduanya tampil tanpa cela. Jejak mereka tak mencurigakan.
Keduanya bahkan menuliskan ucapan dukacita atas kepergian Ade Sara pada
usianya yang terbilang muda, 19 tahun, lewat akun Twitter masing-masing.
Begitu kecurigaan mengarah kepada mereka, Hafitd dan Syifa menjadi bahan
bully-an dan dicemooh.
Gadis bernama lengkap Ade Sara Angelina Suroto itu jasadnya ditemukan di
bawah kolong jembatan di ruas Tol Bekasi pada Maret 2014 lalu. Penyelidikan
kasus kematiannya mencengangkan. Ade Sara dibunuh oleh mantan pacar dan
temannya. Detik-detik terakhir kematian Ade Sara sempat disetrum, mulutnya
disumpal koran dan lehernya dijerat tali tas hingga tewas.
4. TNI Bakar Juru Parkir Monas
Sri Wahyuni, ibu 2 anak tewas dengan tragis. Jasadnya ditemukan membusuk di
dalam mobil Honda Freed bernomor polisi B 136 SRI yang terparkir di Terminal
2D Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta pada 19 November 2014 pagi. Saat
ditemukan, wajah wanita berumur 42 tahun itu hampir sulit dikenali karena
kulitnya sudah mulai pecah.
Polisi sempat kehilangan jejak sang pembunuh beberapa hari. Namun polisi
akhirnya menangkap teman dekat Sri, Jean Alter Huliselan (JAH) di Nabire,
Papua. Belakangan diketahui, JAH membunuh dengan cara mencekik leher Sri
dalam mobil di Taman Brawijaya, Jakarta Selatan. Motif pembunuhan ini diduga
lantaran Sri cemburu karena JAH menolong teman perempuannya saat mabuk,
hingga berujung cekcok.
Identitas jenazah Sri terungkap berkat kedatangan pria yang mengaku suaminya
bernama Yan Arief Siregar, saat mendatangi jenazah di RSCM. Yan mengaku, Sri
pergi sejak Jumat 14 November 2014. Saat itu, Sri mengatakan ingin makan
malam bersama anak-anaknya. (Rmn/Mut)