Anda di halaman 1dari 8

Ichsan Muhammad

Contoh kasus penegakan hukum Pembunuhan,


Pelecehan, dan Korupsi
Pembunuhan
Kasus Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi

Polda Metro Jaya telah menetapkan HS sebagai tersangka pembunuhan satu keluarga di


Bekasi. Polisi menduga ada unsur pembunuhan berencana dalam kasus ini dengan motif
dendam.

Polisi mengatakan tersangka HS mengaku kerap mendapat umpatan kasar dari korban dan
istrinya. Pelaku juga kehilangan pekerjaan setelah hak mengurus rumah indekos milik keluarga
dialihkan ke korban.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan kejadian
bermula saat HS berkunjung ke rumah korban Senin (12/11) lalu sekitar pukul 21.00 WIB. Ia
datang atas permintaan korban, Diperum Nainggolan.
Korban dan tersangka masih punya hubungan keluarga. HS adalah adik dari Maya Ambarita,
istri Diperum.

"Tersangka ini ditelepon korban, 'Silakan datang ke rumah, kita besok mau belanja untuk beli
baju untuk natalan.' Dia [HS] datang jam sembilan malam," kata Argo di Polda Metro Jaya,
Jumat (16/11).

Saat bertemu, HS dan Diperum Nainggolan (38), sempat adu mulut. Polisi tak merinci pemicu
korban dan pelaku cekcok. Namun Argo menyebut, bukan sekali itu saja keduanya terlibat adu
mulut.

Perdebatan usai sekitar pukul 23.00 WIB. Diperum kemudian memilih tidur, sementara tersangka
pergi ke dapur untuk bermain ponsel.

"Pas kakaknya tidur, anak-anaknya tidur , dia ke belakang bawa HP. Dia sudah sering ke situ,
dia tahu tempat perkakas di mana, dia lihat linggis. Akhirnya linggis dipakai untuk itu
[membunuh]," kata Argo.

Pertama-tama, HS menghabisi Diperum dengan memukul kepala dan menusuk lehernya. Istri
Diperum, Maya Ambarita yang juga kakak kandung HS sontak terbangun. HS langsung
menghabisinya dengan cara serupa.

Dua anak Diperum, Sarah Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7) terbangun mendengar ribut-
ribut. Mereka sempat melihat orang tua mereka. Namun HS menenangkan keduanya. Ia
meminta dua keponakannya itu untuk kembali tidur.

Saat Sarah dan Arya tidur, HS mencekik mereka hingga meninggal.


Lokasi pembunuhan satu keluarga di Bekasi, Jawa Barat. (CNN Indonesia/Bimo Wiwoho)

HS lalu mengambil uang tunai Rp2 juta dan kunci mobil Merk Nissan X-Trail warna Silver milik
korban. Dengan tergesa-gesa HS melarikan diri ke indekosnya menggunakan mobil. Di tengah
jalan ia membuang linggis ke Sungai Kalimalang.

Sekitar pukul 06.00 WIB keesokan harinya, HS sampai ke indekos untuk mandi dan mengganti
pakaian. Ia sempat mengobati luka sobek di jari tangannya di sebuah klinik.

Setelah berobat dan menitipkan mobil milik korban, HS pergi ke terminal. Ia menumpang bus
tujuan Cikarang-Garut untuk menuju Gunung Guntur.
Berdasarkan keterangannya, memang HS hobi naik gunung. Maksudnya ke sana untuk
menenangkan diri," tutur Wakapolda Metro Jaya Brigjen Wahyu Hadiningrat.

Keesokan harinya, Rabu (14/11), penyidik Polda Metro Jaya berhasil mendeteksi keberadaan
HS. Lalu pada sekitar pukul 22.00 WIB Tim Gabungan Ditreskrimum Polda Metro Jaya
meringkus HS dan membawanya .

"HS sedang tidur di saung untuk persiapan naik gunung," kata Wahyu.

Saat ini HS mendekam di rutan Mapolda Metro Jaya untuk mempertanggungjawabkan aksi
pembunuhan satu keluarga di Bekasi ini. HS disangkakan dengan Pasal 365 ayat (3), 340, dan
338 KUHP dengan ancaman hukuman mati. (dhz/sur)

Kasus Pelecehan

Remaja Lampung Perkosa Ibu Kandung dan Cabuli Adik Usia 7 Tahun

Remaja berinisial St alias Dedet (19) melakukan pemerkosaan terhadap ibu kandungnya. Warga


Kecamatan Katibung, Lampung, ini juga mencabuli adik perempuannya yang masih berusia 7
tahun.
Untuk melampiaskan nafsunya, ibu dan adiknya bahkan diancam akan dibunuh jika menolak dan
menceritakan perbuatannya itu kepada orang lain.

St melakukan aksi bejatnya selama dua tahun. Perbuatannya terbongkar setelah dia dilaporkan
ke Mapolsek Katibung. Petugas kemudian menangkap St.

Saat dikonfirmasi CNN Indonesia.com, Kapolsek Katibung AKP Aos Kusni Palah membenarkan
penangkapan St terkait kasus asusila terhadap ibu dan adik kandungnya sendiri.

"Ya benar, pelaku diamankan Senin (26/12) siang kemarin. Pelaku, saat ini masih ditahan di
Mapolsek Katibung untuk dimintai keterangan lebih lanjut," kata dia, Selasa (27/12).

AKP Aos Kusni Palah mengatakan kasus asusila tersebut terungkap setelah korban yakni ibu
kandung pelaku didampingi keluarganya bersama Kepala Desa setempat dan juga Ketua RW
melaporkan perbuatan bejat pelaku St ke Mapolsek Katibung pada Selasa (20/12).

"Setelah menerima laporan, petugas melakukan penyelidikan dan mencari keberadaan pelaku.
Hingga akhirnya, pelaku yang sebelumnya sempat kabur berhasil ditangkap di jalan saat akan
pulang menuju ke rumahnya," ujarnya.

Dari keterangan sementara, kata Aos, pelaku mengakui perbuatan bejatnya yakni memperkosa


ibu kandunganya sendiri sebanyak dua kali. Pertama pada 2021, perbuatan kedua sekitar enam
bulan lalu pada 2022.

"Tidak hanya menyetubuhi korban (ibunya) saja, pelaku juga mencabuli adik perempuannya
yang masih berusia 7 tahun sebanyak dua kali yakni di tahun 2022 ini," ungkapnya.

Kemudian, lanjut Aos, selain melakukan pemaksaan, pelaku juga mengancam akan membunuh


ibunya jika tidak mau melayani nafsu bejatnya dan menceritakan perbuatan itu kepada orang
lain.

"Selain menyetubuhi kedua korban, pelaku juga melakukan pengancaman terhadap korban,"
terangnya.

Kasus kekerasan seksual tersebut saat masih dilakukan proses penyidikan lebih lanjut.
Polisi berkoordinasi dengan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres
Lampung Selatan.

"Untuk kasus anak sudah kita koordinasikan dengan Unit PPA Polres, nanti pihak Polres yang
menangani perkara penyidikan itu lebih lanjut," kata dia.

Ia menambahkan, akibat perbuatannya, St dijerat Pasal 81Undang-Undang No. 35 Tahun 2014


atas perubahan UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

"Ancaman hukumannya, maksimal 20 tahun pidana penjara," ujarnya.

LPAI mengutuk pelaku
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Lampung, M. Zainuddin mengecam dan
mengutuk keras pelaku kekerasan seksual terhadap korban anak di bawah umur yang masih
berusia 7 tahun.

"Kami LPAI merasa miris dan prihatin mendengar adanya kejadian itu, di mana pelaku tersebut
adalah kakak kandung dari korban itu sendiri. Apalagi pelaku melakukan perbuatan bejat itu,
diduga dengan adanya ancaman terhadap korban (adiknya)," kata Zainuddin kepada
CNNIndonesia.com.

Zainuddin mengatakan selain mengutuk perbuatan biadab dilakukan pelaku, LPAI juga meminta
pihak Unit PPA Polres Lampung Selatan segera menangani perkara tersebut.

Selain itu, pelaku dihukum secara optimal sesuai peraturan perundangan, dan diberikan
pemberatan hukuman karena pelaku merupakan orang dewasa yang semestinya memberikan
perlindungan aman terhadap anak dari kekerasan seksual.

"Kami mendorong Polres Lampung Selatan secepatnya proses hukum ini, dan ada pemberatan
hukuman terhadap pelaku sebagai efek jera agar di kemudian hari tidak terjadi lagi ada korban
kekerasan seksual terhadap anak," ungkapnya.

Kasus Korupsi
Kasus Korpusi E KTP
Dua terdakwa di vonis hukuman 4 tahun penjara Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) Jakarta menjatuhi hukuman empat tahun penjara kepada dua orang terdakwa dalam
perkara dugaan korupsi pengadaan E-KTP 2011-2013.
Dua terdakwa itu yakni mantan Dirut Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Isnu
Edhi Wijaya dan Ketua Tim Teknis Teknologi Informasi Penerapan Kartu Tanda Penduduk
Elektronik (e-KTP) atau PNS BPPT, Husni Fahmi.

Keduanya dinilai terbukti melakukan perbuatan berdasarkan dakwaan kedua dari Pasal 3
Undang-undang No 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

"Menyatakan terdakwa I Husni Fahmi dan terdakwa II Isnu Edhi Wijaya terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana
dalam dakwaan alternatif kedua," kata Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta,
Senin (31/10) malam.

"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I dan terdakwa II berupa pidana penjara masing-masing
selama empat tahun dan pidana denda sebesar Rp300 juta dengan ketentuan apabila denda
tidak dibayar diganti dengan menjalani pidana kurungan maksimal selama tiga bulan," lanjut
hakim.

Vonis ini lebih rendah dari tuntutan jaksa yang meminta keduanya dipidana penjara selama 5
tahun dan denda sejumlah Rp300 juta subsider 6 bulan kurungan.

Dalam menjatuhkan putusan, Hakim mempertimbangkan hal yang memberatkan yakni


perbuatan keduanya tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan korupsi.

"Meringankan adalah para terdakwa bersikap sopan, belum pernah dihukum dan memiliki
tanggungan keluarga," kata Hakim.
Atas putusan itu, baik Husni, Isnu maupun Jaksa Penuntut Umum menyatakan pikir-pikir. Dalam
kasus ini, KPK sebelumnya menetapkan Isnu dan Husni bersama dua orang lainnya sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi e-KTP pada Agustus 2019.

Dua orang tersebut adalah anggota DPR 2014-2019 Miriam S. Haryani dan Direktur Utama PT
Sandipala Arthaputra Paulus Tannos.

Dalam proyek yang merugikan negara Rp2,3 triliun itu, Isnu menjabat sebagai ketua Konsorsium
PNRI, yang menggarap proyek tersebut. KPK juga sudah menetapkan sejumlah orang sebagai
tersangka korupsi e-KTP.

Mereka adalah mantan Ketua DPR Setya Novanto, mantan anggota DPR Markus Nari, dua
pejabat di Kemendagri yakni Irman dan Sugiharto.

Kemudian Direktur Utama PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudihardjo, pihak swasta Andi
Agustinus, Made Oka Masagung, serta keponakan Novanto, Irvanto Hendra Pambudi. Mayoritas
dari mereka telah menjalani hukuman sebagaimana putusan hakim yang telah berkekuatan
hukum tetap.

Sumber
Kompas.com
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/31/13435771/pembunuh-satu-keluarga-di-bekasi-
divonis-pidana-mati

CNN Indonesia
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181116172234-12-347190/kronologi-pembunuhan-satu-
keluarga-di-bekasi

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221228121904-12-893078/remaja-lampung-perkosa-ibu-
kandung-dan-cabuli-adik-usia-7-tahun

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221031200912-12-867733/dua-terdakwa-kasus-korupsi-e-
ktp-divonis-4-tahun-penjara

WikiPedia
https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_korupsi_e-KTP

CNBC Indonesia
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230411081311-4-428794/rafael-alun-dibui-kpk-gimana-
nasib-geng-pajaknya
Febri Febrian
Penyelesain Kasus
Penyelesaian kasus penegakan hukum melibatkan berbagai tahapan dan proses yang kompleks dan
membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut adalah beberapa langkah yang umum dilakukan dalam
penyelesaian kasus penegakan hukum:

1. Investigasi: Langkah pertama dalam penyelesaian kasus adalah melakukan investigasi untuk mengumpulkan
bukti dan informasi tentang kejahatan yang terjadi. Ini bisa melibatkan pemeriksaan tempat kejadian perkara,
pemeriksaan saksi-saksi, pengumpulan dokumen, dan analisis data.

2. Identifikasi Tersangka: Setelah mengumpulkan bukti, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi tersangka
atau pelaku yang terlibat dalam kejahatan tersebut. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan bukti dan
informasi yang telah dikumpulkan selama investigasi.

3. Penangkapan: Setelah tersangka diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menangkap mereka. Ini
melibatkan penggunaan kekuatan dan pengarahan petugas penegak hukum yang dilakukan secara hati-hati
dan sesuai dengan hukum.

4. Penahanan: Setelah penangkapan, tersangka akan ditahan untuk menjalani proses hukum. Ini bisa dilakukan
di penjara atau fasilitas penahanan lainnya, tergantung pada jenis kasus dan kebijakan hukum yang berlaku.

5. Penuntutan: Setelah penangkapan, pihak penuntut umum akan menentukan apakah akan menuntut
tersangka ke pengadilan atau tidak. Ini tergantung pada bukti dan informasi yang telah dikumpulkan selama
investigasi.

6. Persidangan: Jika tersangka dituntut, mereka akan diadili di pengadilan. Ini melibatkan proses persidangan
yang dilakukan oleh hakim dan juri, di mana bukti dan argumen akan disajikan oleh pihak penuntut dan
pembela.

7. Putusan: Setelah persidangan selesai, hakim akan membuat putusan. Ini bisa melibatkan penghukuman bagi
tersangka yang dinyatakan bersalah atau pembebasan bagi mereka yang dinyatakan tidak bersalah.

8. Eksekusi: Jika tersangka dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman, maka langkah selanjutnya adalah
mengeksekusi hukuman tersebut. Ini bisa meliputi penjara, denda, atau hukuman lainnya.
9. Banding: Jika tersangka tidak puas dengan putusan pengadilan, mereka dapat mengajukan banding ke
pengadilan yang lebih tinggi. Ini bisa melibatkan proses hukum yang lebih lanjut dan berlangsung dalam waktu
yang lebih lama.

Itulah beberapa langkah yang umum dilakukan dalam penyelesaian kasus penegakan hukum. Proses ini
kompleks dan membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk petugas penegak hukum, pihak
penuntut umum, hakim, dan juri.

Anda mungkin juga menyukai