PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dapat menyimpan dan memproses berbagai data baik bidang pendidikan maupun
yang berkaitan dengan pekerjaan, berbagai macam data dapat diproses atau
menimbulkan kejahatan, sedangkan kejahatan itu sendiri telah ada dan muncul
sejak permulaan zaman sampai sekarang dan masa yang akan datang. Bentuk-
1
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,
hal 68.
bentuk kejahatan yang ada semakin hari semakin bervariasi seperti pencurian data,
menyimpang yang selalu ada dan melekat pada tiap masyarakat, bahkan ada
adagium yang menyatakan bahwa dimana ada masyarakat, disitu ada kejahatan.
menjengkelkan dan tidak boleh dibiarkan. Ketidak puasan terhadap kondisi dan
kejahatan meningkat, maka berbagai macam cara dan berbagai macam motif akan
Tindak kriminal yang semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun
2
Is. Heru Permana, Politik Kriminal, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2007, hal. 11.
3
Paul Moedikno Moeliono, Dikutip dalam Moch Haikhal Kurniawan, Penggunaan
Metode Sketsa Wajah Dalam Menemukan Pelaku Tindak Pidana, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2008, hal. 1.
dilakukannya. Hal tersebut melatarbelakangi diciptakannya alat untuk mendeteksi
kebohongan.
Pada tahun 1902 muncul sebuah alat yang bernama lie detector yang
seorang tersangka. Lie detector digunakan untuk mengetes dan merekam aktivitas
elektrik dari otak manusia. 4 Lie detector awalnya dipakai sebagai pendeteksi
Bureau of Investigation (FBI) dan Central Intelligence Agency (CIA). Alat ini
akan melacak perubahan psikologis pada tubuh jika seseorang berbohong dengan
cara melihat perubahan tekanan darah, resistansi listrik pada kulit, adanya keringat
yang berpeluh, serta kecepatan degup jantung dan pernapasan, yang akan direkam
secara digital atau di atas kertas. Lie detector sendiri akan menggunakan teknik
membaca dan memonitor respon tubuh ketika seorang menjawab iya atau tidak
dari pertanyaan yang diajukan. Akurasi lie detector terbatas, hanya sekitar 70 %,
dengan rasa gelisah yang muncul selama pengujian, sementara orang yang mahir
ketika menghadapi tes lie detector, dan pembohong yang mahir justru tidak
4
Nurul Ulfah, Cara Alat Pendeteksi Kebohongan Bekerja, http://detikhealth.com, Diakses
tanggal 25 Januari 2011
alat ini untuk memeriksa tersangka Ryan dalam kasus pembunuhan.
darah akibat pelebaran pembuluh darah pada bagian tubuh tertentu, dan
yang dapat memperluas informasi sebagai suatu alat bukti yang sah.
adalah untuk membatasi kekuasaan negara dalam bertindak terhadap setiap warga
masyarakat yang terlibat dalam proses peradilan. Fungsi lain dari Hukum Acara
material. Penanganan setiap kasus pidana tidak terlepas dari proses pembuktian
yang dapat menjadi tolak ukur dan pertimbangan hakim dalam memutuskan
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
(KUHAP), di atas telah jelas hanya mengatur 5 (lima) alat bukti dan diluar dari
alat bukti tersebut tidak dibenarkan, namun seiring kemajuan teknologi informasi,
khususnya sistem elektronik sebagai alat bukti maka penggunaan alat pendeteksi
(POLDA) Jawa Timur kepada tersangka Verry Idhan Henryansyah alias Ryan
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di
Indonesia.
merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai hukum acara yang berlaku di
Indonesia.
masyarakat.
B. Permasalahan
Peradilan Pidana?
2. Bagaimana analisis hukum terhadap penggunaan alat pendeteksi
1. Tujuan
Elektronik
2. Manfaat
a. Secara Teoritis
peradilan pidana
b. Secara Praktis
D. Keaslian Penulisan
dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari
skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan
kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka
E. Tinjauan Kepustakaan
karena disini pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan.
Pengertian masyarakat yang sedang membangun adalah masyarakat yang sedang
Perkembangan teknologi informasi yang pesat pada saat ini tidak terlepas
dari peran ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dan seni sebagai bagian integral pembangunan nasional harus ditujukan untuk
harus tetap tanggap dalam menghadapi perubahan global dan dalam menghadapi
tersebut dan dalam menciptakan piranti komputer, baik piranti lunak maupun
lunak dan software merupakan dampak dari perkembangan teknologi saat ini.
mencari informasi dengan cepat dan tanpa batas, tetapi terdapat pula dampak
dilakukan atau yang disebarkan melalui teknologi tersebut. 7 Kejahatan kerah putih
(white collar crime) kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan,
selanjutnya terdapat pula kejahatan kerah biru (blue collar crime) kejahatan ini
5
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni,
Bandung, 2002, hal. 14.
6
Yogi Sugito, Pedoman penelitian & Pengabdian Masyarakat, Makalah dalam seminar
Pedoman Kegiatan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Desember 2006, hal. 12.
7
Asep Saepudin Nur, Skripsi, Tinjaun Hukum Mengenai Game Online Counter Strike
Yang Mengandung Unsur Kekerasan Di Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, Universitas Komputer Indonesia,
Bandung, 2009, hal. 1.
merupakan jenis kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan secara
lain.
dengan kedua model kejahatan di atas. Karakteristik dari kejahatan di dunia maya
tersebut antara lain menyangkut 5 (lima ) hal, antara lain sebagai berikut: 8
2. Sifat kejahatan
3. Pelaku kejahatan
4. Modus Kejahatan
8
Zynga, Modus-Modus Kejahatan Dalam Teknologi, http://ans-or-set.blogspot.com,
Diakses tanggal 5 Januari 2011.
(lie detector) dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan
menyatakan bahwa :
Sistem elektronik adalah sistem komputer dalam arti luas, yang tidak
hanya mencakup perangkat keras dan perangkat lunak komputer, tetapi juga
nadi, respirasi, pernapasan irama atau rasio, dan konduktivitas kulit sedangkan
jawaban menipu akan menghasilkan respon fisiologis yang dapat dibedakan dari
sebagai suatu teknologi mempunyai peran yang sangat penting untuk membantu
tindak pidana khusus, misalnya kasus penyuapan yang dilakukan oleh Ary Muladi
kepada Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah yang merupakan kedua
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non aktif, serta pada tindak
pidana umum, yang pada hal ini terkait dengan kasus pembunuhan berantai yang
dilakukan oleh tersangka Verry Idhan Henryansyah alias Ryan. Pengakuan Ary
Muladi dan Verry Idhan Henryansyah alias Ryan yang tidak konsisten dalam
menguntungkan dirinya.
kriminal. Lie detector merupakan suatu sistem elektronik yang dapat mendeteksi
sesuai dengan karakteristik kebutuhan pada organisasi tersebut dan sesuai dengan
tujuan peruntukannya. 9
Tujuan dari Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan
Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah
menyebutkan, bahwa :
Dafid Eka Putra, Alat Tes Kebohongan Lie detector, http//blogger.com, Diakses pada 5
Januari 2011.
10
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 10
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
memalalui bahasa tubuh dan sulit untuk dipalsukan. Menurut penelitian para
pakar, berbohong itu sulit dilakukan karena pikiran bawah sadar bertindak secara
otomatis. Kebohongan bisa diketahui lewat isyarat mikro, seperti kedutan otot,
wajah, pembesaran dan pengecilan pupil, keringat pada kening, memerahnya pipi,
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
Belanda yaitu “strafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Wet Boek van
Strafrecht voor Nederlands Indie, akan tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang
apa yang dimaksud dengan strafbaar feit tersebut. Karena itu para ahli hukum
berusaha memberi arti dari istilah tersebut walau sampai saat ini belum ada
keseragaman pendapat. 12
untuk menyebutkan apa yang dikenal sebagai tindak pidana di dalam KUHP tanpa
perkataan “strafbaar feit. Perkataan feit sendiri di dalam bahasa Belanda berarti
sebahagian dari suatu kenyataan, sedangkan strafbaar feit itu dapat diterjemahkan
11
NN, Bohong Karena Terpaksa, http://smartfad.multiply.com, Diakses 5 Januari 2011.
12
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hal. 67.
sebagai suatu kenyataan yang dapat dihukum, yang sudah barang tentu tidak tepat,
oleh karena kelak akan diketahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya
adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan.
perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak dalam sesuatu
pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus diadakan oleh
terdapat di dalamnya. 13
maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar
feit adalah : tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan
yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, perbuatan pidana. Nyatalah
kini setidak-tidaknya ada dikenal tujuh istilah bahasa Indonesia. Strafbaar feit
terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar dan feit. Dari tujuh istilah yang digunakan
pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh.
dan perbuatan.
Menurut wujud dan sifatnya, tindak pidana adalah perbuatan yang melawan
yang dianggap baik dan adil. Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan pidana ini
13
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, hal. 181.
Moeljatno, memakai istilah “perbuatan pidana” untuk menggambarkan isi
yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.
Beliau tidak setuju dengan istilah “tindak pidana” karena menurut beliau “tindak”
lebih pendek daripada perbuatan, “tindak” tidak menunjukkan kepada hal yang
sebagai berikut:
a. Perbuatan
Dari uraian unsur tindak pidana diatas, maka yang dilarang adalah
perbuatan manusia, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan uraian kata
perbuatan pidana, maka pokok pengertian adalah pada perbuatan itu, tetapi tidak
bahwa seseorang itu dipidana karena melakukan perbuatan yang dilarang dalam
hukum.
14
Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat di Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
1991, hal. 3
Dengan perkataan lain, bahwa tidak seorangpun karena suatu perbuatan
Jadi syarat utama dari adanya “perbuatan pidana” adalah kenyataan bahwa
ada aturan hukum yang melarang dan mengancam dengan pidana barang siapa
adalah alat yang dapat mengukur tekanan darah terhadap seseorang dan mengukur
interogasi 15.
pengertian mengenai lie detector yaitu sebagai alat untuk mengukur tingkat emosi
melalui tingkat emosinya yang terlihat dari kebenaran atau kepalsuan melalui
pengukuran laju pernafasan, volume darah, denyut nadi dan respon kulit. 16
15
Cesare Lambroso, Dikutip dalam N.N, Wikipedia Bahasa Melayu,
http://www.google.com, Diakses Tanggal 5 Januari 2011.
16
David W Martin, Dikutip dalam N.N, Ensiklopedia Bebas, http://www.en.wikipedia.
org, Diakses Tanggal 5 Januari 2011.
John Larson mendefinisikan alat pendeteksi kebongan (lie detector) yaitu
sebagai mesin yang mencatat beberapa tanggapan badan yang berbeda secara
seperti tekanan darah dan denyut jantung berdasarkan gagasan bahwa penipuan
Serikat. Lie detector atau yang lebih dikenal dengan mesin polygraph. Mesin
proses fisiologis seperti detak jantung dan tekanan darah. Mesin polygraph
ditemukan pertama kali oleh James Mackenzie pada tahun 1902. Awalnya, Lie
detector dikembangkan untuk studi sirkulasi yang dibuat oleh Cambridge dan
mengetes dan merekam aktivitas elektrik dari otak manusia. Hasil pemeriksaan
ialah gangguan kejiwaan yang menggejala secara badani sebagai ganguan tubuh
yang didasarkan pada teori ilmiah dan dapat diuji dengan metode sain. Setiap
upaya sadar penipuan oleh individu yang rasional spontan dan tak terkendali
17
John Larson, Dikutip dalam, N.N, Museum Polygraph, http://www.lie2me.net, Diakses
16
pada Hari Kamis, Tanggal 6 Mei 2010, Pukul 16:50 WIB. Erlisanurul, Mendeteksi Kebohongan,
http://blog.beswandjarum.com, Diakses tanggal 5 Januari 2011.
18
Mary Bellis, Sejarah Polygraph Lie Detektor, http://www.google.co.id. Diakses
tanggal 5 Januari 2011.
menyebabkan respon fisiologis yang meliputi reaksi yang diukur melalui tekanan
sphygmomanometer erlanger.
yang bekerja secara manual saat memompa dan mengurangi tekanan darah pada
permanen dari tekanan darah dengan cara menggunakan drum dan kymograph.
Kymograph ialah alat untuk mencatat atau melukiskan variasi tekanan atau
gerakan, misalnya gerak gelombang denyut nadi dan tekanan darah. 19 Pada tahun
1924 Leonarde Keeler membuat instrumen lie detector yang disebut dengan
Emotograph.
dan informasi yang memiliki sensor pada tubuh untuk mengukur denyut nadi,
pemotong roti sebagai dasar untuk instrumen dan yang dikenal sebagai papan
John Larson untuk digunakan di kepolisian Berkeley. Hal ini diyakini bahwa
19
N.N, Tensi Meter dan Sphygmomanometer, http://infoalkes.blogspot.com, Diakses
tanggal 5 Januari 2011.
20
Simon Bawen, Digital Emotographs, http://www.simon-bowen.com, Diakses tanggal 5
Januari 2011.
instrumen yang dibuat Leonarde ini adalah duplikat dari John Larson. Instrumen
untuk eksperimen John Larson yang menarik Leonarde Keeler ke bidang deteksi
penipuan. 21
adalah murid dari John Larson yang berhasil membuat beberapa model polygraph.
Model polygraph yang di buat oleh Leonarde Keeler antara lain ialah: 22
psychogalvanometer.
1960 dan terus digunakan sampai tahun 1970 oleh kepolisian militer
Amerika Serikat.
Darrow dari Institute for Juvenile Research membuat modifikasi Larson ketiga
galvanometer. Galvanometer adalah alat pengukur kuat arus yang sangat lemah
untuk menentukan keberadaan arah dan kekuatan dari sebuah arus listrik dalam
kabel pada komputer, kemudian komputer akan merekam aktivitas elektrik otak di
layar. Pada negara maju, khususnya Amerika Serikat, alat pendeteksi kebohongan
biasanya seorang psikolog. Hasil akhir untuk menilai tingkat kebohongan itu juga
informasi pada saat ini, di mana teknologi tersebut dapat membantu setiap orang
dari berbagai lapisan masyarakat dan golongan yang menjangkau seluruh negara
yang ada di dunia. Lie detector merupakan produk yang dihasilkan dari sebuah
teknologi pada saat ini, kehadirannya tidak terlepas dari adanya program
percaya bahwa alat pendeteksi kebohongan konvensional, atau lie detector, dapat
yang diajukan, reaksinya dapat berupa reaksi fisik seperti perubahan denyut nadi
diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi
pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi
multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun
F. Metode Penelitian
secara ilmiah.
kriteria sebagai tulisan ilmiah diperlukan data yang relevan dengan skripsi ini.
Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan itu, maka penulis menerapkan
1. Jenis Penelitian
permasalahan dalam skripsi (law in book). Penelitian yuridis normatif ini disebut
23
http://id.wikipedia.org/wiki/Media_elektronik. Diakses tanggal 5 Januari 2011.
sebagai kaedah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yang
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus,
24
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2006, hal. 1.
25
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,
1988, hal. 19.
3. Metode pengumpulan data
(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik
koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari
peraturan perundang-undangan.
berikut: 26
perundang-undangan.
4. Analisa data
Data primer dan sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian
26
Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 63.
berhubungan dengan topik dengan skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
pendeteksi kebohongan
BAB III : Bab ini akan membahas tentang Analisis hukum mengenai
BAB IV : Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang
dibahas.