Anda di halaman 1dari 2

Kejahatan atau tindak pidana “Penggelapan” sebagaimana terdapat dalam Pasal

372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) berbunyi sebagai berikut:


“Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menguasai secara
melawan hak, suatu benda yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan, diancam, karena penggelapan, dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.”

Unsur-unsur yang terdapat di dalam kejahatan Penggelapan menurut rumusan


Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai berikut:
 Unsur-Unsur Obyektif:
- Menguasai untuk dirinya sendiri
- Suatu benda
- Yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain
- Yang ada didalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
- Secara melawan hak
 Unsur Subyektif
- Dengan sengaja

Berdasarkan bunyi Pasal di atas dapat kita lihat bahwa dalam kejahatan
Penggelapan, perbuatan tersebut haruslah sudah selesai, yaitu misalnya, bahwa
barang tersebut telah dijual, ditukarkan atau dipakainya sendiri. Dan baru pada
saat itulah perbuatan Penggelapan dianggap telah selesai. Berikut adalah dugaan
Tindak Pidana Penggelapan yang dilakukan oleh ”subjek hukum”:
a) Menguasai untuk dirinya sendiri secara melawan hak
Perbuatan “menguasai untuk dirinya sendiri secara melawan hak” ditujukan
terhadap sebuah benda. Benda yang dimaksudkan disini adalah benda-
benda yang berwujud dan bergerak. Dikatakan benda yang dimaksud dalam
kejahatan Penggelapan adalah benda-benda bergerak dan berwujud karena
arti dari menguasai disini seolah-olah Pelaku menganggap benda tersebut
merupakan miliknya, yang artinya perbuatan tersebut bertentangan dengan
sifat dari hak yang ia miliki atas benda tersebut/ia tidak memiliki hak atas
benda tersebut sama sekali.

Dalam putusan pengadilan di Negeri Belanda, dapat dijadikan sebagai


kaidah hukum dalam penerapan unsur kejahatan penipuan, yaitu Arrest
Hoge Raad tanggal 29 November 1943 mengatakan bahwa perbuatan tidak
mengembalikan uang jaminan pada waktunya, umumnya tidak dianggap
sebagai perbuatan “menguasai bagi dirinya sendiri”. Akan tetapi jika
seorang penjual karena telah berulang kali mendapat peringatan tidak
menyerahkan barangnya dan tidak menyerahkan Kembali uang jaminan
tersebut kepada pembeli, hakim dapat menganggap bahwa perbuatan
semacam itu sebagai perbuatan acuh dari si Penjual dengan maksud
untuk menguasai uang jaminan tanpa menyerahkan barang dan sebagai
perbuatan “menguasai bagi dirinya sendiri”.
b) Suatu benda yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain
Terkait pengertian dari benda dalam kejahatan Penggelapan ini dapat dilihat
pada pembahasan sebelumnya. Suatu benda yang seluruhnya atau
sebagian merupakan milik/kepunyaan orang lain, artinya hak atas benda
tersebut baik sebagian maupun seluruhnya bukan milik si Pelaku. Tidak
semua benda dapat dijadikan sebagai objek dari kejahatan Penggelapan
seperti benda-benda yang tidak dimiliki oleh siapapun seperti burung-
burung yang hidup di alam bebas, ikan-ikan di lautan dan sebagainya.

c) Yang ada didalam kekuasaannya bukan karena kejahatan


Unsur ini harus ditafsirkan sebagai sebuah perbuatan yang telah selesai
bukan karena kejahatan, artinya benda tersebut haruslah telah berada di
bawah kekuasaan dari si Pelaku. Tidak selalu harus karena adanya
kejahatan, dapat terjadi dengan cara lainnya seperti adanya perjanjian
sewa-menyewa, perjanjian pinjam-meminjam, perjanjian penyimpanan,
perjanjian gadai, dan sebagainya.

Dalam putusan pengadilan di Negeri Belanda, dapat dijadikan sebagai


kaidah hukum dalam penerapan unsur kejahatan penipuan, yaitu Arrest
Hoge Raad tanggal 14 Januari 1913 mengatakan bahwa benda yang berada
dibawah kekuasaannya adalah benda atas mana si Pelaku telah
menguasainya secara mutlak dan nyata, dengan tidak perlu
memperhatikan apakah penguasaan itu dilakukan oleh si Pelaku sendiri
secara pribadi atau oleh orang lain. Di dalam pengertian ini termasuk
juga apabila benda tersebut disimpan oleh pihak ketiga atas permintaan
si Pelaku.

d) Dengan sengaja
Unsur ini harus ditafsirkan sebagai kesengajaan dengan sadar dan Pelaku
mengetahui apa yang telah diperbuat olehnya. Jika kita kaitkan unsur
“dengan sengaja” dengan unsur melawan hak maka ini berarti Pelaku harus
mengetahui bahwa perbuatanya bertentangan dengan hak orang lain. Jika
kita kaitkan unsur “dengan sengaja” dengan unsur suatu benda, maka ini
berarti bahwa Pelaku haruslah mengetahui, bahwa yang dikuasai itu adalah
sesuatu benda. Jika kita kaitkan dengan unsur “seluruhnya atau sebagian
merupakan milik orang lain” maka Pelaku haruslah mengetahui bahwa
benda tersebut merupakan milik orang lain. Jika kita kaitkan dengan unsur
“yang berada di bawah kekuasaannya bukan karena kejahatan” maka
Pelaku harus mengetahui bahwa ia menguasai barang tersebut bukan
karena kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai