Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

PENGGUNAAN ALAT BUKTI REKAMAN CCTV (CLOSED CIRCUIT


TELEVISION) DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

Oleh
Roro Ayu Ariananda, Sunarto, Dona Raisa Monica
Email : roroayuariananda@gmail.com

Perkembangan kriminalitas atau tindak pidana dalam masyarakat yang sedang


mengalami modernisasi meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan
frekuensi kejahatan, kualitas kejahatan, dan kemungkinan timbulnya jenis-jenis
kejahatan atau tindak pidana baru. Sehubungan kasus-kasus yang terjadi yang
bersentuhan dengan teknologi informasi dan telekomunikasi khususnya
menyangkut media video recorder kamera CCTV. Penelitian ini adalah penelitian
hukum dengan cara pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.
Data yang digunakan adalah data primer data yang didapat secara langsung dari
sumber pertama seperti wawancara dan data sekunder pengumpulan data
dilakukan dengan studi pustaka dan studi dokumen. Selanjutnya data diolah dan
dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menyimpulkan
bahwa Penggunaan alat bukti CCTV (Closed Circuit Television) dapat dijadikan
alat bukti dalam proses peradilan pidana pasca Putusan Mahkamah Konstitusi,
sehingga dalam hukum acara pidana dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam
proses penyidikan, penuntutan dan persidangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5
ayat (1) dan (2) serta Pasal 44 UU ITE. Terhadap pasal tersebut Mahkamah
Kontitusi telah mengeluarkan putusan yang menyatakan bahwa frase informasi
elektronik dan/atau data elektronik dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta Pasal 44
UU ITE bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun
1945 (UUD 1945) dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak
dimaknai frase informasi elektronik dan/atau data elektronik sebagai alat bukti
dilakukannya penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau
institusi penegak hukum lainnya. Selanjutnya faktor penyebab terjadinya
kesenjangan penggunaan alat bukti CCTV (Closed Circuit Television) dalam
proses peradilan pidana yang pertama adalah faktor hukumnya sendiri dimana
penggunaan CCTV tidak dimasukkan dalam alat bukti yang sah didalam KUHAP,
kedua presepsi atau cara pandang yang berbeda yang akan mengakibatkan
berbeda pula pemikiran yang akan diterima seseorang, ketiga norma yang menjadi
legalistik positivistik tidak jelas serta adanya nuansa kasus-kasus tertentu.

Kata kunci : Alat Bukti, CCTV (Closed Circuit Television), Tindak Pidana
ABSTRACT

THE USE OF THE EVIDENCE OF THE RECORDING OF CCTV


IMAGES (CLOSED CIRCUIT TELEVISION)
IN THE CRIMINAL JUSTICE PROCESS

By
Roro Ayu Ariananda, Sunarto, Dona Raisa Monica
Email : roroayuariananda@gmail.com

The development of the crime or criminal acts in society that is undergoing


modernization include problems related to the frequency of evil, quality of evil
and the possibility of the types of crimes or new crimes. In regard to the cases that
occurred that come into contact with the information technology and
telecommunications especially regarding media video recorder camera CCTV
images. This research is legal research with how to nomative juridical approach
and the judicial approach empirical. The Data used is the primary data the data
obtained directly from the first source such as interview and secondary data
collection of data is done with the library study and study the document. Then the
data is processed and analyzed by qualitative research. The research results and
discussion concluded that the use of the evidence of CCTV images (Closed
Circuit Television) can be used as evidence in the criminal justice process after the
decision of the Constitutional Court, so that in the event criminal law can be used
as evidence in the investigation process, the prosecution and the trial as regulated
in Article 5 paragraph (1) and (2) and Article 44 of Act on IET. Against the article
Kontitusi Court has issued a verdict stating that the phrase electronic information
and/or electronic data in Article 5 paragraph (1) and (2) and Article 44 of Act on
IET violate the Constitution of the Republic of 1945 Constitution and does not
have a binding legal power over not narrowly defined phrases electronic
information and/or electronic data as evidence he did law enforcement at the
request of the Police, Attorney General, and/or other law enforcement institutions.
Then the factors causes of the gap between the use of the evidence of CCTV
images (Closed Circuit Television) in the criminal justice process the first is the
factor own laws where the use of CCTV images is not inserted in the legal
evidence in KUHAP, both go into effect or different perspective that will result in
different ideas which will be received by a person, third norms that become
legalistik positivistic is not clear and the nuances of particular cases.

Key Words : The evidences, CCTV images (Closed Circuit Television),


Criminal Acts
I. PENDAHULUAN Teknologi dan informasi selain
membawa dampak positif
Kecanggihan teknologi semakin sebagaimana yang telah
berkembang dengan pesat sehingga dikemukakan di atas juga dapat
membawa dampak yang luar biasa membawa dampak negatif seperti
pada kehidupan manusia. Teknologi dapat menimbulkan kejahatan serta
informasi telah mengubah perilaku perilaku menyimpang. Perilaku
masyarakat dan peradaban manusia penyimpangan itulah dapat menjadi
secara global. Keberadaan suatu ilmu suatu ancaman terhadap norma-
pengetahuan dan teknologi norma sosial yang mendasari
mempunyai arti dan peranan yang kehidupan atau keteraturan sosial,
sangat penting dalam segala aspek serta dapat menimbulkan ketegangan
kehidupan. Perkembangan teknologi individu maupun ketegangan-
dan informasi yang sedemikian ketegangan sosial, dan merupakan
cepatnya telah membawa dunia ancaman yang berpotensi bagi
memasuki era yang baru, yang lebih berlangsungnya ketertiban sosial.
cepat dari yang pernah dibayangkan Ibaratnya teknologi informasi saat ini
sebelumnya. Perkembangan menjadi pedang bermata dua, karena
teknologi ini membawa perubahan selain memberikan kontribusi bagi
dalam berbagai bidang kehidupan peningkatan kesejahteraan, kemajuan
manusia, mulai dari kehidupan dan peradaban manusia, sekaligus
ekonomi, sosial, budaya, politik dan menjadi sarana efektif dalam
hukum.1 melakukan perbuatan tindak pidana.

Para pakar teknologi menyebutnya Tindak pidana adalah kelakuan


perkembangan teknologi dan ilmu manusia yang dirumuskan dalam
pengetahuan dengan revolusi digital, undang-undang, melawan hukum,
yaitu : perubahan dari teknologi yang patut di pidana dan dilakukan
mekanik dan elektronik analog ke dengan kesalahan. Orang yang
teknologi digital yang telah terjadi melakukan perbuatan pidana akan
sejak tahun 1980 dan berlanjut mempertanggungjawabkan perbuatan
sampai hari ini. Analog dengan dengan pidana apabila ia mempunyai
revolusi pertanian, revolusi industri, kesalahan, seseorang mempunyai
revolusi digital menandai awal era kesalahan apabila pada waktu
informasi, revolusi digital ini telah melakukan perbuatan dilihat dari
mengubah cara pandang seseorang segi masyarakat menunjukan
dalam menjalani kehidupan yang pandangan normatif mengenai
sangat canggih saat ini. Sebuah kesalahan yang dilakukan. Maka dari
teknologi yang membuat perubahan itu, secara tidak langsung dapat
besar kepada seluruh dunia, dari dikatakan bahwa hukum selalu
mulai membantu mempermudah berada ditengah masyarakat untuk
segala urusan.2 memandu perilaku segenap
warganya yang dinamis. Fungsi
hukum diperlihatkan secara jelas
1
Edmon Makarim, Pengantar Hukum
diseluruh penjuru dunia dalam
Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005, hlm. 56.
2
Sandiego, Revolusi Digital, dalam gital.html diunduh Jumat, 1 Desember 2016,
http://history.sandiego.edu/gen/recording/di pukul 15:00.
berbagai tingkat peradabannya.3 Spy came, video recorder.
Bahkan ada adagium yang
menyatakan “Ubi societas ibi Keberadaan Hukum Acara Pidana
justicia”, artinya di mana ada dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat dan kehidupan di sana masyarakat dari kesewenang-
ada hukum (keadilan). wenangan penguasa. Fungsi Hukum
Acara Pidana adalah untuk
Munculnya perkembangan teknologi membatasi kekuasaan negara dalam
sehingga membuat seseorang bertindak terhadap setiap warga
melakukan perbuatan tindak pidana masyarakat yang terlibat dalam
secara langsung telah mempengaruhi proses peradilan. Fungsi lain dari
lahirnya bentuk-bentuk hukum baru. Hukum Acara Pidana adalah
Kehadirannya Undang-Undang memberikan kekuasaan pada negara
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang untuk menegakkan hukum material.
Informasi Dan Transaksi Elektronik Penanganan setiap kasus pidana
sebagai langkah yang tepat untuk tidak terlepas dari proses pembuktian
mengantisipasi berbagai yang dapat menjadi tolak ukur dan
kemungkinan penyalahgunaan pertimbangan hakim dalam
teknologi yang tak terkendali memutuskan sebuah perkara.
sehingga bisa merugikan orang lain. Pembuktian merupakan titik sentral
Pemerintah perlu mendukung pemeriksaan perkara dalam sidang
perkembangan dan kemajuan pengadilan. Pembuktian adalah
teknologi yang sedemikian pesat ketentuan-ketentuan yang berisi
melalui infrastrukrur hukum dan penggarisan dan pedoman tentang
pengaturannya sehingga cara-cara yang dibenarkan undang-
pemanfaatan teknologi infomasi undang untuk membuktikan
dapat dilakukan secara aman. kesalahan yang di dakwakan kepada
Undang- Undang Nomor 11 Tahun terdakwa. Berdasarkan Pasal 184
2008 Tentang Informasi dan Angka 1 Kitab Undang-Undang
Transaksi Elektronik merupakan Hukum Acara Pidana (KUHAP), alat
pembaharuan bagi hukum acara bukti yang sah ialah:
pidana yang berlaku di Indonesia 1. Keterangan saksi
yang dapat memperluas informasi 2. Keterangan ahli
sebagai suatu alat bukti yang sah. 3. Surat
Dalam perjalanannya penegakan 4. Petunjuk
hukum juga terpengaruh dengan 5. Keterangan terdakwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut. Salah satunya Penjelasan Pasal 184 Angka 1
adalah penerapan teknologi alat KUHAP, di atas telah jelas hanya
perekam video memiliki berbagai mengatur 5 (lima) alat bukti dan
jenis dan nama, misalnya: Kamera diluar dari alat bukti tersebut tidak
tersembunyi, kamera pengintai, dibenarkan, namun seiring dengan
rekaman CCTV (Closed Circuit perkembangan teknologi dan
Television), rekaman CCTV Camera, informasi menuntut aturan hukum
untuk berperan secara fleksibel
3
Sunarto, Keterpaduan Dalam dengan perkembangan teknologi.
Penanggulangan Kejahatan, AURA (CV. Terkait dengan pembuktian dalam
Anugrah Utama Raharja), Bandar Lampung, persidangan, salah satunya mengenai
2016, hlm. 6.
perluasan alat bukti yang sah diatur kemungkinan timbulnya jenis-jenis
dalam KUHAP, sehingga membuat kejahatan atau tindak pidana baru.
pengertian alat bukti yang limitatif Menyikapi keadaan ini, maka
dalam KUHAP menjadi sempit. tantangan-tantangan yang muncul
Dimana dalam pasal 184 KUHAP harus dihadapi bahkan dicari jalan
tidak diatur mengenai alat bukti keluarnya, terlebih terhadap
Rekaman CCTV tersebut. munculnya modus-modus kejahatan
yang menggunakan teknologi
Rekaman CCTV (Closed Circuit informasi ini. Sehubungan dengan
Television) adalah satu media yang itu, kasus-kasus yang terjadi yang
dapat digunakan untuk memuat bersentuhan dengan teknologi
rekaman setiap informasi yang dapat informasi dan telekomunikasi
dilihat, dibaca dan didengar dengan khususnya menyangkut media video
bantuan sarana Rekaman CCTV. recorder kamera Rekaman CCTV,
Rekaman CCTV dijadikan sebagai sudah mulai marak diperbicangkan
alat bukti yang sistemnya di masyarakat, sehingga
menggunakan video camera untuk penggunaannya dalam mengungkap
menampilkan dan merekam gambar kejahatan atau sebagai sarana
pada waktu dan tempat tertentu pendukung dalam membuktikan
dimana perangkat ini terpasang yang tindak pidana akan berhadapan
berarti menggunakan signal yang dengan keabsahannya sebagai alat
bersifat tertutup, tidak seperti televisi bukti yang sudah tentu akan
biasa yang merupakan broadcast berbenturan dengan instrumen
signal.4 hukum yang ada mengingat bahwa
pembuktian dalam kasus tindak
Pada umumnya Rekaman CCTV pidana dengan alat bukti yang
digunakan sebagai pelengkap sistem digunakan ialah alat bukti Rekaman
keamanan dan banyak dipergunakan CCTV.
di berbagai bidang seperti militer,
bandara, toko, kantor dan pabrik. Contoh kasus dengan alat bukti
Bahkan pada perkembangannya, berupa data elektronik dari kamera
Rekaman CCTV sudah banyak Rekaman CCTV yang terdapat
dipergunakan di dalam lingkup dalam Putusan Pengadilan Negeri
rumah pribadi. Namun untuk Tanjung Karang No.
mengungkap kejahatan yang 1056/Pid.B/2016/PN Tjk. Tercantum
berkaitan langsung dengan Rekaman adanya suatu alat bukti yang berupa
CCTV yang menjadi alat bukti dalam Rekaman CCTV dimana didalam
suatu kasus yang mulai tengah marak rekaman video tersebut menerangkan
terjadi. Perkembangan kriminalitas atau menjelaskan kejadian yang
atau tindak pidana dalam masyarakat sebenarnya. Kasus pencurian motor
yang sedang mengalami modernisasi ini dilakukan di Jalan DR. Susilo
meliputi masalah-masalah yang Nomor 06 Kelurahan Sumur Batu,
berhubungan dengan frekuensi Kecamatan Teluk Betung Utara,
kejahatan, kualitas kejahatan, dan Bandar Lampung tepatnya didepan
Gereja Imanuel ditemukan bahwa
4
Herman Dwi Surjono, Pengembangan seseorang berinisial T dan FM telah
Pendidikan TI di Era Global, Pendidikan melakukan tindak pidana pencurian
Teknik Informatika FT UNY, Yogyakarta, berupa 1 (satu) unit sepeda motor
1996, hlm. 18.
Yamaha Vixion dengan Nopol BE 2008 tentang Informasi dan
3681 AA warna merah tahun 2015 Transaksi Elektronik.
Nomor mesin G3E7E0144789 Noka
MH3RG1819FK144163 dengan alat Indonesia menjunjung tinggi asas
bukti berupa kamera rekaman CCTV kepastian hukum. Namun,
yang terpasang di Gereja Imanuel kesenjangan yang terjadi dalam
tersebut. Kasus lainnya adalah kasus contoh kasus di atas menggambarkan
Kematian Mirna Salihin. Setelah bahwa penggunaan alat bukti
diteliti secara seksama oleh Jaksa rekaman CCTV dalam proses
Penuntut Umum (JPU), berkas peradilan di Indonesia itu masih abu-
perkara Jessica dinyatakan lengkap, abu sehingga menimbulkan banyak
yakni P21 dengan alat bukti berupa perdebatan baik dikalangan
rekaman CCTV yang ada di Cafe akademisi maupun aparat penegak
Olivier. Kedua kasus di atas hukum. Berdasarkan uraian di atas,
membuktikan bahwa data elektronik maka penulis akan melakukan kajian
dari kamera rekaman CCTV dapat dan penelitian yang mendalam
dijadikan sebagai alat bukti. tentang rekaman CCTV yang
berjudul : Penggunaan Alat Bukti
Berbeda dengan kasus “Papa Minta rekaman CCTV (Closed Circuit
Saham” yang menjerat mantan Ketua Television) Dalam Proses Peradilan
DPR RI, Setya Novanto. Rekaman Pidana.
CCTV tidak dapat dijadikan sebagai
alat bukti dikarenakan rekaman Berdasarkan latar belakang yang
CCTV tersebut tidak dilakukan telah diuraikan di atas, maka dapat
dalam rangka penegakan hukum atas dirumuskan masalah sebagai berikut:
permintaan penyidik. Hal tersebut a. Apakah penggunaan alat bukti
mengacu pada Putusan Mahkamah rekaman CCTV (Closed Circuit
Konstitusi Nomor 20/PUU- Television) dapat dijadikan alat
XIV/2016 yang menyatakan bahwa bukti dalam proses peradilan
frasa “Informasi Elektronik dan/atau pidana pasca Putusan Mahkamah
Dokumen Elektronik” dalam Pasal 5 Konstitusi?
ayat (1) dan (2) serta Pasal 44 huruf b. Apakah faktor penyebab
b Undang-Undang Nomor 11 Tahun terjadinya kesenjangan
2008 tentang Informasi dan penggunaan alat bukti rekaman
Transaksi Elektronik bertentangan CCTV (Closed Circuit Television)
dengan Undang-Undang Dasar 1945 dalam proses peradilan pidana?
sepanjang tidak dimaknai khusus
frasa “Informasi Elektronik dan/atau Metode dalam penelitian ini adalah
Dokumen Elektronik” sebagai alat penelitian hukum dengan cara
bukti dilakukan dalam rangka pendekatan yuridis normatif dan
penegakan hukum atas permintaan pendekatan yuridis empiris. Data
Kepolisian, Kejaksaan, dan/atau yang digunakan adalah data primer
institusi penegak hukum lainnya data yang didapat secara langsung
yang ditetapkan berdasarkan dari sumber pertama seperti
Undang-Undang sebagaimana wawancara dan data sekunder
ditentukan dalam Pasal 31 Ayat (3) pengumpulan data dilakukan dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun studi pustaka dan studi dokumen.
Selanjutnya data diolah dan membebaskan pelaku dari dosa,
dianalisis secara kualitatif. tetapi juga membuat pelaku benar-
benar berjiwa luhur.
II. PEMBAHASAN
Berbeda dengan pembuktian perkara
A. Penggunaan Alat Bukti lainya, pembuktian dalam perkara
REKAMAN CCTV (Closed pidana sudah dimulai dari tahap
Circuit Television) Dalam pendahuluan, yakni penyelidikan dan
Proses Peradilan Pidana penyidikan, dalam tahapan perkara
pidana sangat dimungkinkan upaya
Tindak pidana merupakan perbuatan paksa dilakukan oleh aparat penegak
yang dilakukan oleh seseorang hukum dan upaya paksa tersebut
dengan melakukan suatu kejahatan berhubungan dengan pembuktian.
atau pelanggaran pidana yang Berdasarkan pasal 1 butir 14
merugikan kepentingan orang lain KUHAP, menyatakan :
atau merugikan kepentingan umum. “Tersangka adalah seorang yang
Menurut Vos, tindak pidana adalah karena perbuatanya atau
suatu kelakuan manusia diancam keadaannya, berdasarkan bukti
pidana oleh peraturan-peraturan permulaan, patut diduga
undang-undang, jadi suatu kelakuan sebagai pelaku tindak pidana”.
pada umumnya dilarang dengan
ancaman pidana.5 Penyidik dan Penuntut Umum
merupakan aparat penegak hukum
Kejahatan yang dilakukan seseorang yang mempunyai peranan penting
akan menimbulkan suatu akibat dalam mencapai tujuan Hukum
yakni pelanggaran terhadap Acara Pidana yaitu mendapatkan
ketetapan hukum dan peraturan kebenaran materiil dari suatu perkara
pemerintah. Akibat dari tindak pidana. Dalam arti bahwa tujuan
pelanggaran tersebut maka pelaku hukum disamping mencari kebenaran
kriminal akan diberikan sanksi materiil juga untuk mencapai :
hukum atau akibat berupa pidana 1. Menjamin Kepastian Hukum,
atau pemidanaan. Sanksi tersebut 2. Kemanfaatan, dan
merupakan pembalasan terhadap si 3. Keadilan.
pembuat.
Menurut Aristoteles (Teori Etis),
Pemidanaan ini harus diarahkan tujuan hukum semata-mata mencapai
untuk memelihara dan keadilan. Artinya, memberikan
mempertahankan kesatuan kepada setiap orang, apa yang
masyarakat. Pemidanaan merupakan menjadi haknya. Disebut teori etis
salah satu untuk melawan keinginan- karena isi hukum semata-mata
keinginan yang oleh masyarakat ditentukan oleh kesadaran etis
tidak diperkenankan untuk mengenai apa yang adil dan apa yang
diwujudkan pemidanaan terhadap tidak adil. Selanjutnya menurut
pelaku tindak pidana tidak hanya Jeremy Bentham (Teori Untilities),
hukum bertujuan untuk mencapai
5
Tri Andrisman, Hukum Pidana, Asas-Asas kemanfaatan. Artinya hukum
dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana bertujuan menjamin kebahagiaan
Indonesia, Universitas Lampung, 2009. bagi sebanyak-banyaknya orang/
Hlm. 70
masyarakat. Menurut Van Apeldorn, rekaman CCTV dapat dijadikan
tujuan hukum ialah mengatur bukti tindak kejahatan / Criminal,
pergaulan hidup manusia secara akan tetapi penggunaan rekaman
damai. Hukum menghendaki rekaman CCTV tidak dapat berdri
perdamaian. Perdamaian di antara sendiri dalam pembuktian, harus
manusia dipertahankan oleh hukum ditunjang dengan alat bukti yang lain
dengan melindungi kepentingan- dalam pembuktian di Persidangan.
kepentingan hukum manusia seperti: Seperti yang dikemukakan Andrie
kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta W. Setiawan yakni6 :
benda dari pihak-pihak yang “Pembuktian dibagi atas 2 hal, tindak
merugikan. pidana umum dan tindak pidana
khusus, pada tindak pidana umum
Tujuan Hukum Acara Pidana telah diatur dalam KUHP oleh
menurut Pedoman Pelaksanaan karena itu pembuktian rekaman
KUHAP yang dikeluarkan oleh CCTV harus didukung dengan alat
Menteri Kehakiman adalah untuk bukti lain kemudian bisa dijadikan
mencari dan mendapatkan atau pegangan untuk menghukum
setidak-tidaknya mendekati terpidana, beda halnya dengan tindak
kebenaran materiil, ialah kebenaran pidana khusus seperti Narkotika
yang selengkap-lengkapnya dari pembuktiaan rekaman CCTV dapat
suatu perkara pidana dengan berdiri sendiri karena telah diatur
menerapkan ketentuan hukum acara dalam Undang-undang tentang
pidana secara jujur dan tepat dengan narkotika”.
tujuan untuk mencari siapakah
pelaku yang dapat didakwakan Tindakan penyidik menempati posisi
melakukan suatu pelanggaran yang tidak dapat diabaikan.
hukum, dan selanjutnya meminta Kekuasaan dan kewenangan (power
pemeriksaan dan putusan. Oleh and authority) polisi sebagai
karena itu, manfaat dari kamera penyidik luar biasa penting dan
rekaman CCTV itu sendiri terdiri sangat sulit, lebih-lebih yang di
dari, Detterance / Faktor Indonesia. Wewenang polisi untuk
pencegahan, pelaku kriminal menyidik merupakan hal yang tidak
seringkali mengurungkan niat mudah dan sangat sulit. Penyidikan
apabila sasaran memiliki kamera yang dilakukan tentu diarahkan
rekaman CCTV. Monitoring / kepada pembuktian, sehingga
Pemantauan, sistem rekaman CCTV tersangka dapat dituntut kemudian
berguna untuk memonitor keadaan dipidana. Demikian pula dengan
dan kegiatan di rumah/tempat usaha hasil dari penyidikan yang telah
anda dimanapun anda berada. dilakukan terhadap suatu kasus yang
Intensify / Peningkatan kinerja, dituangkan dalam berita acara
dengan adanya sistem rekaman penyidikan, tentunya bisa diharapkan
CCTV terbukti meningkatkan kinerja berguna bagi pemeriksaan
karyawan secara signifikan. berikutnya. Penyidikan telah
Investigation / Penyelidikan, sistem diarahkan pada proses pembuktian
rekaman CCTV berguna untuk nantinya di persidangan, maka dalam
menunjang penyelidikan tindak
kejahatan yang telah terjadi video. 6
Hasil wawancara dengan Andrie W.
Evidence / bukti, hasil rekaman Setiawan. Jaksa pada bagian Intelijen. Senin,
6 Februari 2017.
penyidikan merupakan langkah awal 1945) dan tidak memiliki kekuatan
pemeriksaan yang mana akan hukum mengikat sepanjang tidak
digunakan sebagai bahan bagi pihak dimaknai khususnya frase informasi
yang berkepentingan selanjutnya, elektronik dan/atau data elektronik
yaitu penuntut umum, hakim, sebagai alat bukti dilakukan dalam
maupun terdakwa itu sendiri atau rangka penegakan hukum atas
penasehat hukumnya. Oleh karena permintaan kepolisian, kejaksaan,
itu dalam tahap penyelidikan dan dan/atau institusi penegak hukum
penyidikan diharapkan bisa lainnya yang ditetapkan berdasarkan
difungsikan secara maksimal. undang-undang.
Sehingga hasil dari penyidikan yang
dilakukan dapat digunakan dan berisi Putusan Mahkamah Konstitusi inilah
secara lengkap dan adanya cukup kemudian yang dipandang sebagai
bukti untuk melanjutkan ke tingkat dasar untuk membatasi penggunaan
berikutnya. rekaman CCTV sebagai alat bukti
dalam hukum acara pidana. Selain
Berdasarkan uraian diatas, penulis itu majelis hakim konstitusi juga
dapat mengambil mengenai menentukan bahwa informasi
penggunaan alat bukti rekaman elektronik dan/atau dokumen
CCTV sebagai alat bukti dalam elektronik baru dapat dipandang
peradilan pidana di Indonesia tidak sebagai alat bukti yang sah apabila
bisa dilepaskan dari Undang-Undang diperoleh dengan cara yang sah dan
No. 11 Tahun 2008 tentang sesuai dengan undang-undang. Jika
Informasi dan Transaksi Elektronik tidak maka dapat dikesampingkan
(UU ITE) dan Putusan Mahkamah karena tidak memiliki nilai
Konstitusi Nomor 20/PUU- pembuktian.
XIV/2016 tanggal 7 September 2016.
rekaman CCTV masuk dalam Sebaliknya untuk rekaman CCTV
pengertian informasi elektronik dan yang bersifat publik tidak memererlu
dokumen elektronik sebagaimana proses yang perekamannya harus
dimaksud dalam Pasal 1 butir 1 dan 4 sesuai dengan permintaan aparat
UU ITE dan merupakan alat bukti penegak hukum. Namun, apabila
yang sah dalam hukum acara yang hasil rekaman rekaman CCTV
berlaku, sehingga dalam hukum tersebut hendak dijadikan alat bukti
acara pidana dapat dipergunakan dalam proses penegakan hukum
sebagai alat bukti dalam proses pidana maka hasil rekaman rekaman
penyidikan, penuntutan dan CCTV tersebut baru dapat dijadikan
persidangan sebagaimana diatur alat bukti jika ada permintaan dari
dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta aparat penegak hukum. Maka
Pasal 44 UU ITE. Terhadap pasal rekaman CCTV tersebut telah sah
tersebut Mahkamah Kontitusi telah keabsahannya dan alat bukti tersebut
mengeluarkan putusan yang dapat dijadikan suatu alat bukti yang
menyatakan bahwa frase informasi memiliki nilai pembuktian.
elektronik dan/atau data elektronik
dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta
Pasal 44 UU ITE bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Tahun 1945 (UUD
B. Faktor Penyebab Terjadinya negatif ada 2 hal yang merupakan
Kesenjangan Penggunaan Alat syarat untuk membuktikan kesalahan
Bukti REKAMAN CCTV terdakwa, yakni:
(Closed Circuit Televison) a. Wettelijk: adanya alat bukti yang
Dalam Proses Peradilan sah yang telah ditetapkan oleh
Pidana. Undang-Undang, dan
Hakim dalam mengadili pelaku b. Negatief : adanya keyakinan dari
tindak pidana harus melalui proses hakim, yakni berdasarkan bukti-
penyajian kebenaran dan keadilan bukti tersebut hakim meyakini
dalam suatu putusan pengadilan kesalahan terdakwa.
sebagai rangkaian proses penegakan
hukum, maka dapat dipergunakan Jika dikaitkan mengenai unsur alat
teori kebenaran. Dengan demikian, bukti petunjuk menurut Adami
putusan pengadilan dituntut untuk Chazawi7 :
memenuhi teori pembuktian, yaitu a. Unsur pertama, adanya
saling berhubungan antara bukti perbuatan, kejadian, keadaan
yang satu dengan bukti yang lain, yang bersesuaian;
misalnya, antara keterangan saksi b. Unsur kedua, ada 2 (dua)
yang satu dengan keterangan saksi persesuaian, ialah: Bersesuaian
yang lain atau saling berhubungan antara masing-masing perbuatan,
antara keterangan saksi dengan alat kejadian dan keadaan satu
bukti lain (Pasal 184 KUHAP). dengan yang lain, maupun
bersesuaian antara perbuatan,
Pembuktian memegang peranan yang kejadian, dan atau keadaan
penting dalam proses pemeriksaan dengan tindak pidana yang
sidang pengadilan. Melalui didakwakan;
pembuktian ditentukan nasib c. Unsur ketiga, dengan adanya
terdakwa. Dalam hal ini pun hak persesuaian yang demikian itu
asasi manusia dipertaruhkan. menandakan (menjadi suatu
Bagaimana akibatnya jika seseorang tanda) atau menunjukkan adanya
yang didakwa dinyatakan terbukti 2 (dua) hal in casu kejadian,
melakukan perbuatan yang ialah: Pertama, menunjukkan
didakwakan berdasarkan alat bukti bahwa benar telah terjadi suatu
yang ada disertai keyakinan hakim, tindak pidana, dan kedua,
padahal hal tersebut tidak benar. menunjukkan siapa pembuatnya.

Ketentuan mengenai pertimbangan Jika melihat dari ketiga unsur


hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut, maka persyaratan "status
terdapat dalam prinsip minimum quo" yang disyaratkan oleh Hakim
pembuktian diatur dalam Pasal 183 dari Tanjung Karang ini menjurus
KUHAP, dimana terdapat sekurang- pada unsur alat bukti petunjuk.
kurangnya 2 alat bukti yang sah dan Menurut peneliti, "status quo"
adanya keyakinan hakim. Disini digunakan dalam pemenuhan unsur
terlihat jelas bahwa Hukum Acara alat bukti petunjuk yang kedua
Pidana Indonesia menganut sistem mengenai harus adanya kesesuaian
pembuktian menurut Undang-
Undang secara negative atau negatief 7
Adami Chazawi, Hukum Pembuktian
wettelijk bewijsleer. Dalam sistem Tindak Pidana Korupsi, Malang: Bayumedia
Publishing, 2011, hlm. 49-50.
antara masing-masing perbuatan, oleh pihak yang berkepentingan
kejadian dan keadaan satu dengan kepada pejabat yang berwenang
yang lain atau keadaan dengan tindak untuk menindak menurut hukum
pidana yang didakwakan. seorang yang telah melakukan tindak
pidana aduan yang merugikannya.
Data hasil rekaman CCTV harus Delik aduan apabila diadukan oleh
dalam keadaan seperti aslinya guna pihak korban dapat membuat
dapat dilihat bahwa perbuatan tindak rekayasa video yang ditujukan untuk
pidana itu dapat dibuktikan dengan menjatuhkan pihak lawan yang
adanya hasil rekaman CCTV. sebenarnya pihak lawan tidak
rekaman CCTV diperoleh dari pihak melakukan suatu tindak pidana.
netral, bahwa dalam penyerahan alat Biasanya motif seperti ini didasarkan
bukti rekaman CCTV diharuskan atas rasa tidak suka atau benci
tidak adanya hubungan antara pihak terhadap orang lain. Pihak yang
pemberi rekaman CCTV dengan seolah-olah bertindak sebagai korban
pihak pelaku, maupun korban. ingin membuat lawannya terkena
sanksi pidana.
Seperti yang dikemukakan Yus
Enidar, yakni “kami selaku hakim Berdasarkan uraian diatas penulis
tinggal melihat proses dalam menilai bahwa, faktor-faktor
peradilan berupa keterangan saksi penyebab terjadinya kesenjangan
dan alat-alat bukti lain seperti yang penggunaan alat bukti Rekaman
mempergunakan alat bukti rekaman CCTV (Closed Circuit Television)
CCTV kami hanya mempertimbang- dalam proses peradilan pidana yang
kan alat bukti tersebut sebagai bukti pertama adalah faktor hukumnya
penunjang sehingga lebih dititik sendiri disini kendala hukum
beratkan kepada kepolisian dan bersumber dari penggunaan rekaman
kejaksaan dalam proses penyidikan CCTV tidak dimasukkan dalam alat
dalam pengungkapannya”.8 bukti yang sah didalam KUHP
sehingga penggunaan rekaman
Rekaman CCTV yang diperoleh dari CCTV hanya menjadi alat bukti
pihak netral dipercayai terhindar dari pendukung bagi para hakim untuk
adanya rekayasa video yang dibuat menimbang putusan yang akan
oleh pihak pelaku tindak pidana diberikan. Presepsi atau cara
maupun korban. Data hasil rekaman pandang yang berbeda akan
CCTV yang diperoleh tidak boleh mengakibatkan berbeda pula
dari pihak pelaku tindak pidana atau pemikiran yang akan diterima
korban, karena ditakutkan oleh seseorang. Norma yang menjadi
penyidik bahwa telah terdapat legalistik positivistik tidak jelas.
rekayasa. Rekayasa ini dapat Adanya nuansa kasus-kasus tertentu.
dimisalkan dengan adanya delik Secara tidak langsung terjadi
aduan oleh pihak yang dirugikan. pengkategorian antara kasus per
Delik aduan atau pengaduan menurut kasus karena adanya kepentingan
pasal 1 angka 25 KUHAP adalah politis atau bahkan kasus
pemberitahuan disertai permintaan konvensional. Selain itu juga Faktor
sarana dan fasilitas yang mendukung.
8
Hasil wawancara dengan Yus Enidar. Karena rekaman CCTV tidak lepas
Hakim Pengadilan Negeri Kelas I A dari adanya kekurangan dan
Tanjung Karang. Kamis, 02 Februari 2017.
keterbatasan yang menjadi kendala 5 ayat (1) dan (2) serta Pasal 44
bagi penyidik dalam mengungkap UU ITE. Terhadap pasal tersebut
terjadinya tindak pidana. Mahkamah Kontitusi telah
mengeluarkan putusan yang
Kendala yang kadang menjadi menyatakan bahwa frase
masalah berdasarkan hasil peneltian informasi elektronik dan/atau
adalah hasil rekaman CCTV telah data elektronik dalam Pasal 5
mengalami editing. Editing adalah ayat (1) dan (2) serta Pasal 44
proses pengurangan atau UU ITE bertentangan dengan
penambahan terhadap data hasil Undang-Undang Dasar Negara
rekaman CCTV yang dilakukan oleh Republik Tahun 1945 (UUD
pihak pelaku tindak pidana maupun 1945) dan tidak memiliki
korban. selanjutnya hasil dari kekuatan hukum mengikat
rekaman CCTV kurang jelas hal ini sepanjang tidak dimaknai
diakibatkan dari kualitas Kamera khususnya frase informasi
rekaman CCTV itu sendiri, yang elektronik dan/atau data
terakhir kendala yang dihadapi yakni elektronik sebagai alat bukti
perusakan dari Kamera rekaman dilakukan dalam rangka
CCTV yang dilakukan oleh pelaku penegakan hukum atas
tindak pidana yang telah mengtahui permintaan kepolisian,
tempat kamera rekaman CCTV kejaksaan, dan/ atau institusi
tersebut disimpan sehingga tidak penegak hukum lainnya.
dapat digunakan serta arus listrik dari Putusan Mahkamah Konstitusi
PLN yang juga merupakan kendala inilah kemudian yang dipandang
dalam menggunakan Kamera sebagai dasar untuk membatasi
rekaman CCTV. penggunaan rekaman CCTV
sebagai alat bukti dalam hukum
acara pidana. Selain itu majelis
III. PENUTUP
hakim konstitusi juga
menentukan bahwa informasi
A. Simpulan
elektronik dan/atau dokumen
Berdasarkan hasil penelitian dan
elektronik baru dapat dipandang
uraian pembahasan yang telah
sebagai alat bukti yang sah
dilakukan, maka penulis menarik
apabila diperoleh dengan cara
kesimpulan sebagai berikut :
yang sah dan sesuai dengan
1. Penggunaan alat bukti rekaman
undang-undang. Sebaliknya
CCTV (Closed Circuit
untuk rekaman CCTV yang
Television) dapat dijadikan alat
bersifat publik tidak
bukti dalam proses peradilan
memerlukan proses yang
pidana pasca Putusan
perekamannya harus sesuai
Mahkamah Konstitusi, rekaman
dengan permintaan aparat
CCTV merupakan alat bukti
penegak hukum. Maka rekaman
yang sah dalam hukum acara
CCTV tersebut telah sah
yang berlaku, sehingga dalam
keabsahannya dan alat bukti
hukum acara pidana dapat
tersebut dapat dijadikan suatu
dipergunakan sebagai alat bukti
alat bukti yang memiliki nilai
dalam proses penyidikan,
pembuktian.
penuntutan dan persidangan
sebagaimana diatur dalam Pasal
2. Faktor-faktor penyebab sendiri, yang terakhir kendala
terjadinya kesenjangan yang dihadapi yakni perusakan
penggunaan alat bukti rekaman dari Kamera rekaman CCTV
CCTV (Closed Circuit yang dilakukan oleh pelaku
Television) dalam proses tindak pidana yang telah
peradilan pidana yang pertama mengtahui tempat kamera
adalah faktor hukumnya sendiri rekaman CCTV tersebut
disini kendala hukum bersumber disimpan sehingga tidak dapat
dari penggunaan rekaman CCTV digunakan serta arus listrik dari
tidak dimasukkan dalam alat PLN yang juga merupakan
bukti yang sah didalam KUHAP kendala dalam menggunakan
sehingga penggunaan rekaman Kamera rekaman CCTV.
CCTV hanya menjadi alat bukti
pendukung bagi para hakim B. Saran
untuk menimbang putusan yang
akan diberikan. Presepsi atau 1. Pembuktian yang menggunakan
cara pandang yang berbeda akan alat bukti teknologi salah
mengakibatkan berbeda pula satunya Kamera rekaman CCTV
pemikiran yang akan diterima seharusnya diatur atau disusun
seseorang. Norma yang menjadi secara lebih jelas dan tegas
legalistik positivistik tidak jelas. didalam KUHAP guna
Adanya nuansa kasus-kasus membantu menungkapkan suatu
tertentu. Secara tidak langsung kebenaran materiil. Tidak hanya
terjadi pengkategorian antara rekaman rekaman CCTV saja
kasus per kasus karena adanya tetapi juga mengatur adanya alat
kepentingan politis atau bahkan bukti digital lainnya, dimana alat
kasus konvensional. Selain itu bukti digital tersebut memiliki
juga Faktor sarana dan fasilitas peranan yang penting dalam
yang mendukung. Karena suatu percarian kebenaran
rekaman CCTV tidak lepas dari materiil dan memberikan
adanya kekurangan dan keyakinan hakim dalam
keterbatasan yang menjadi memutus perkara secara adil.
kendala bagi penyidik dalam Sehingga referensi hakim dalam
mengungkap terjadinya tindak memberikan atau menjatuhkan
pidana. Kendala yang kadang putusan tidak hanya terpaku
menjadi masalah berdasarkan pada Pasal 184 KUHAP tetapi
hasil peneltian adalah hasil juga melihat dari pasal-pasal
rekaman rekaman CCTV telah yang terdapat dalam undang-
mengalami editing. Editing undang lainnya, seperti Undang-
adalah proses pengurangan atau Undang No. 11 Tahun 2008
penambahan terhadap data hasil Tentang Informasi dan Transaksi
rekaman rekaman CCTV yang Elektronik.
dilakukan oleh pihak pelaku 2. Untuk mengurangi faktor
tindak pidana maupun korban. penyebab terjadinya
selanjutnya hasil dari rekaman kesenjangan penggunaan alat
rekaman CCTV kurang jelas hal bukti rekaman CCTV dalam
ini diakibatkan dari kualitas penggunaan Kamera rekaman
Kamera rekaman CCTV itu CCTV dalam setiap proses di
Pengadilan, Kamera rekaman Sandiego, 2016. Revolusi Digital,
CCTV tersebut juga harus dalam
dilengkapi dengan teknologi http://history.sandiego.edu/gen/
tambahan dalam pemasangan recording/digital.html diunduh
sehingga tidak mudah rusak atau Jumat, 1 Desember
dirusak sehingga rasa keadilan
dalam masyarakat dapat Sunarto. 2016. Keterpaduan Dalam
terjamin. Penanggulangan Kejahatan.
3. Dengan majunya teknologi Bandar Lampung: AURA CV.
dimasa sekarang salah satunya Anugrah Utama Raharja.
Kamera rekaman CCTV
diharapkan para penegak hukum Surjono, Herman Dwi. 1996.
dalam hal ini Kejaksaan dan Pengembangan Pendidikan TI
Kepolisian sebagai pintu masuk di Era Global, Yogyakarta.
pertama dalam pembuktian Pendidikan Teknik Informatika
setiap tindak pidana harus FT UNY,
memperkaya kemampuan
sumber daya manusianya sendiri Undang-Undang Nomor 1 Tahun
dan mengoptimalkan kinerja 1946 Jo. Undang-Undang
sehingga dapat menganalisis dan Nomor 73 Tahun 1958 Tentang
mengoperasikan setiap teknologi Kitab Undang-Undang Hukum
yang telah berkembang di masa Pidana
sekarang.
Undang-Undang Nomor 81 Tahun
DAFTAR PUSTAKA 1981 Tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
Andrisman, Tri. 2009. Hukum
Pidana, Asas-Asas dan Dasar Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Aturan Umum Hukum Pidana 2008 tentang Informasi dan
Indonesia, Universitas Transaksi Elektronik.
Lampung.
Putusan Mahkamah Konstitusi
Chazawi, Adami. 2011. Hukum Nomor 20/PUU-XIV/2016.
Pembuktian Tindak Pidana
Korupsi, Malang: Bayumedia No. HP : 085273596995
Publishing.

Makarim, Edmon. 2005. Pengantar


Hukum Telematika. Jakarta.
Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai