Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180

PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV)


SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

Janner1, Firman Wijaya2, Louisa Yesami Krisnalita3

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana


1
2, 3
Dosen Pembimbing I dan II Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana

ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang pada zaman ini dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk mempermudah menghadapi kejahatan-kejahatan yang ada.
Maka diperlukan pembuktian yang harus mengikuti perkembangan zaman. Salah satu
contoh perluasan alat bukti yang digunakan oleh penegak hukum dalam membuktikan
suatu tindak pidana sebagaimana yang dimaksud Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah dalam
hal penggunaan rekaman Closed-circuit Television (CCTV). Penelitian ini menggunakan
metode pendekatan yuridis normatif yang diteliti dari bahan pustaka atau data sekunder,
yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pengajuan rekaman CCTV sebagai
alat bukti yang sah secara hukum dimulai dari pengambilan bukti rekaman CCTV yang
dibuktikan dengan adanya surat permintaan tertulis, laporan polisi, dan berita acara.
Kemudian rekaman CCTV dikirim ke Laboratorium Forensik (Labfor) untuk memastikan
data rekaman CCTV itu asli. Hal ini telah sesuai prosedur sebagaimana tertuang dalam
Pasal 17 dan Pasal 18 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis
Kriminalistik Barang Bukti ke Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan peran rekaman CCTV sangat penting sebagai alat bukti yang utama di
dalam pembuktian tindak pidana pada beberapa kasus yang telah penulis uraikan.

Kata Kunci: closed-circuit television (CCTV), alat bukti, pembuktian, tindak pidana.

ABSTRACT
These days, the development of technology and information is used as a tool to facilitate
dealing with existing crimes. However, it still needs to be proven by following the times.
One of the examples of the expansion of evidence used by Law Enforcement in proving a
crime as referred to in article 5 section 1 and section 2 of the 2008 Constitution Number
11, concerning Information and Electronic Transactions, is in the case of using Closed-
circuit Television records (CCTV). This study uses a normative juridical approach
which is examined from literature or secondary data, which consists of primary legal
materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials. The results showed
that the mechanism for filing CCTV recordings as legal evidence began with taking CCTV
recordings as evidenced by written requests, police reports, and news. Then, the CCTV
footage was sent to the Forensic Laboratory (Labfor) to ensure the CCTV recording data
was authentic. This is by procedures as stipulated in Article 17 and Article 18 of the
Indonesian National Police Chief Regulation, Number 10 of 2009, concerning Procedures
and Requirements for Requesting Criminalistic Technical Examination of Evidence Into
Forensic Laboratories of the Indonesian National Police and the role of CCTV footage
is very important as the main evidence in proving criminal offences in several cases that
the author has described.

Keywords: closed-circuit television (CCTV), evidence, proof, crime.

169
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

PENDAHULUAN materil terhadap bersalah atau tidaknya


Latar Belakang terdakwa untuk memberikan keyakinan
Perkembangan teknologi informasi kepada hakim tentunya harus melalui
telah membawa pengaruh besar dalam tahap pembuktian. Dengan kata lain, hanya
berbagai aspek kehidupan manusia, mulai melalui pembuktian dapat ditentukan
dari kehidupan ekonomi, sosial, budaya, posisi terdakwa. Oleh karena itu, hakim
politik dan hukum. Tidak dapat dihindari memiliki peran penting dan harus hati-
juga bahwa akibat dari perkembangan hati, cermat, matang ketika menilai serta
tersebut telah mempengaruhi tatanan dan mempertimbangkan nilai pembuktian.1
hubungan sosial masyarakat yang kurang Dalam proses pembuktian, tentu harus ada
diimbangi dengan pengetahuan dan alat bukti yah sah sebagaimana diatur dalam
pemahaman yang baik mengenai teknologi. Pasal 184 ayat (1) KUHAP, menyatakan
Dari mulai berbagai profesi, orang tua alat bukti yang sah ialah: a) Keterangan
hingga anak muda telah menggunakan saksi; b) Keterangan ahli; c) Surat; d)
teknologi guna membantu dalam Petunjuk; dan e) Keterangan terdakwa.2
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Dampak dari perkembangan zaman
Dengan demikian, teknologi seakan sebagaimana diuraikan penulis di atas
menjadi kebutuhan dasar setiap manusia. yaitu dengan lahirnya UU ITE yang mana
Perkembangan teknologi yang telah melegitimasi alat bukti elektronik
berkembang pada zaman ini dapat sebagai alat bukti yang sah dalam hukum
digunakan sebagai alat bantu untuk acara pidana. Hal ini telah dirumuskan
mempermudah menghadapi kejahatan- dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-
kejahatan yang ada. Karena kejahatan Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
yang berkembang semakin kompleks, Informasi dan Transaksi Elektronik yang
maka diperlukan pembuktian yang harus menyatakan bahwa informasi elektronik
mengikuti perkembangan zaman untuk dan/atau dokumen elektronik dan/atau
mempermudah mengatasi kejahatan- hasil cetaknya merupakan alat bukti yang
kejahatan yang ada. Dalam perjalanannya sah. Lebih lanjut, dalam Pasal 5 ayat (2)
penegak hukum saat ini sudah mulai menyatakan bahwa informasi elektronik
terpengaruh dengan perkembangan dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil
teknologi. Dalam hal pembuktian tindak cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat
pidana yang merupakan satu hal penting (1) merupakan perluasan dari alat bukti
untuk mencari kebenaran materil dalam yang sah sesuai dengan hukum acara yang
suatu perkara pidana. berlaku di Indonesia.3
Pembuktian memegang peran penting Salah satu contoh perluasan alat bukti
di sidang pengadilan. Dalam konteks yang digunakan oleh penegak hukum
hukum pidana, pembuktian merupakan dalam membuktikan suatu tindak pidana
inti dari persidangan perkara pidana sebagaimana yang dimaksud Pasal 5 UU
karena yang dicari dalam perkara bukan ITE adalah dalam hal penggunaan rekaman
kebenaran formil seperti pada perkara closed-circuit television (yang selanjutnya
perdata maupun peradilan tata usaha negara disebut CCTV), karena di dalam praktiknya
melainkan adalah kebenaran materil. rekaman CCTV dapat dijadikan alat
Dalam proses membuktikan kebenaran bukti. Pada umumnya, CCTV dipasang di

1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012) hlm. 24.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 184.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (LN No. 58 Tahun 2008, TLN
No. 4843) Pasal 5 ayat (1) dan (2).

170
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180

gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, 2. Untuk mengetahui bagaimanakah


pabrik, sekolah, terminal, bandara, dan peran rekaman CCTV sebagai alat
tempat-tempat umum lainnya. Kini, CCTV bukti dalam pembuktian tindak pidana.
juga banyak digunakan di rumah pribadi Metode Penelitian
dan ruang kerja. Metode penelitian yang digunakan
Untuk menyikapi hal ini, penulis dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
memberikan satu contoh tindak pidana, yang bersifat kualitatif adalah penelitian
yakni pembegalan harta benda terhadap yang mengacu pada norma hukum yang
seorang pria yang sedang memesan terdapat dalam peraturan perundang-
makanan di sebuah warteg atau rumah undangan dan putusan pengadilan serta
makan di jalan Pesanggrahan Jakarta norma-norma yang hidup dan berkembang
Selatan. Tepat pada saat pria tersebut sedang dalam masyarakat.5
memesan makanan, tak lama kemudian
datang tiga orang pria tak dikenal. Satu PEMBAHASAN
orang menunggu di luar warteg, dan dua Analisa Rekaman Closed-circuit
orang langsung menghampiri pria tersebut Television (CCTV) Dalam Pembuktian
ke dalam warteg, satu orang mengancam Tindak Pidana
dengan menggunakan senjata tajam berupa Pembuktian adalah perbuatan
celurit, dan satu orang lagi langsung membuktikan. Membuktikan berarti
meminta dan menarik paksa tas korban. memberi atau memperlihatkan bukti-bukti,
Setelah mendapatkan harta benda korban melakukan sesuatu sebagai kebenaran,
kemudian para pelaku seketika itu juga melaksanakan, menandakan, menyaksikan,
pergi meninggalkan korban. Selama pelaku dan meyakinkan. Dalam sidang pengadilan,
melakukan aksinya tersebut terekam oleh pembuktian merupakan hal yang pokok
CCTV yang berlangsung sekitar Pukul atau penting. Mengapa demikian? Karena
01.00 WIB pada hari Selasa tanggal 21 pada tahap sidang pembuktian khususnya
Januari 2020.4 dalam perkara pidana inilah perbuatan
Berdasarkan uraian latar belakang terdakwa akan dibuktikan sehingga dapat
tersebut di atas maka penulis tertarik untuk ditentukan posisi terdakwa yang mana
meneliti dan menuangkan dalam bentuk Jaksa Penuntut Umum akan berusaha
membuktikan bahwa terdakwa bersalah,
penulisan jurnal ini.
sedangkan Penasehat Hukum juga akan
Rumusan Masalah
berusaha membuktikan bahwa kliennya
1. Bagaimanakah Mekanisme Pengajuan
tidak bersalah. Artinya, baik Jaksa Penuntut
Rekaman CCTV sebagai Alat Bukti
Umum maupun Penasehat Hukum akan
yang Sah Secara Hukum?
berusaha meyakinkan majelis hakim.
2. Bagaimanakah Peran Rekaman CCTV
Tentu dalam membangun keyakinan
Sebagai Alat Bukti Dalam Pembuktian
hakim inilah masing-masing baik Jaksa
Tindak Pidana?
Penuntut Umum maupun Penasehat Hukum
Tujuan Penelitian
harus membawa dan memperlihatkan alat-
1. Untuk mengetahui bagaimanakah
alat bukti ke persidangan. Alat-alat bukti
mekanisme pengajuan rekaman CCTV
yang boleh untuk dipergunakan dalam
sebagai alat bukti yang sah secara
hukum acara pidana telah diatur dalam
hukum; dan Pasal 184 KUHAP, yakni: a) Keterangan

4. Tomi, “Aksi Begal di Warteg Pesanggrahan Jakarta Selatan Terekam CCTV, Korban Teriak: Bang KTP Gua
Bang”, https://bangka.tribunnews.com/2020/01/22/aksi-begal-di-warteg-pesanggrahan-jakarta-selatan-terekam-
cctv-korban-teriak-bang-ktp-gua-bang?page=all, diakses 2 Februari 2020.
5. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 105.

171
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

saksi; b) Keterangan ahli; c) Surat; d) terbatas pada tulisan, suara, gambar,


Petunjuk; dan e) Keterangan terdakwa.6 peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
Namun, seiring berjalannya waktu huruf, tanda, angka, kode akses, simbol
dengan disertai kemajuan teknologi atau perforasi yang memiliki makna
menuntut aturan hukum berperan secara atau arti atau dapat dipahami oleh
fleksibel. Sehingga tepat pada tanggal 21 orang yang mampu memahaminya.”8
April 2008 lahir Undang-Undang Nomor Sehingga penulis berpendapat
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan berdasarkan uraian definisi informasi
Transaksi Elektronik yang mana undang- elektronik dan dokumen elektronik di atas
undang tersebut sekaligus mengatur alat dapat dikatakan bahwa rekaman CCTV
bukti elektronik sebagai alat bukti yang termasuk di dalamnya sekalipun dalam UU
sah yang berupa informasi elektronik ITE tidak disebutkan mengenai rekaman
dan dokumen elektronik. Pasal 1 angka CCTV. Hal ini dikarenakan rekaman CCTV
1 dan Pasal 1 angka 4 telah memberikan merupakan data elektronik yang berupa
definisi informasi elektronik dan dokumen video yang kemudian dapat ditampilkan
elektronik, sebagai. Pasal 1 angka 1 melalui komputer.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Dengan demikian, rekaman CCTV
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan alat bukti elektronik yang sah
yang menyatakan: sesuai dengan rumusan Pasal 5 ayat (1) dan
“Informasi elektronik adalah satu ayat (2) yang menyatakan:
atau sekumpulan data elektronik, (1) Informasi Elektronik dan/atau
termasuk tetapi tidak terbatas pada Dokumen Elektronik dan/atau
tulisan, gambar, peta, rancangan, hasil cetaknya merupakan alat
foto, electronic data interchange bukti yang sah.
(IDE), surat elektronik (electronic (2) Informasi Elektronik dan/atau
mail), telegram, teleks, telecopy atau Dokumen Elektronik dan/atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode hasil cetaknya sebagaimana
akses, simbol, atau perforasi yang dimaksud pada ayat (1) merupakan
telah diolah yang memiliki arti atau perluasan dari alat bukti yang sah
dapat dipahami oleh orang yang sesuai dengan hukum acara yang
mampu memahaminya.”7 berlaku di Indonesia.9
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Lebih lanjut, ditegaskan kembali pada
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Pasal 44 UU ITE yang menyatakan:
dan Transaksi Elektronik yang menyatakan: “Alat bukti penyidikan, penuntutan
“Dokumen elektronik adalah setiap dan pemeriksaan di sidang pengadilan
informasi elektronik yang dibuat, menurut ketentuan undang-undang ini
diteruskan, dikirimkan, diterima, adalah sebagai berikut:
atau disimpan dalam bentuk analog, a. Alat bukti sebagaimana dimaksud
digital, elektromagnetik, optikal, dalam ketentuan perundang-
atau sejenisnya, yang dapat dilihat, undangan; dan
ditampilkan, dan/atau didengar b. Alat bukti lain berupa informasi
melalui komputer atau sistem elektronik dan/atau dokumen
elektronik, termasuk tetapi tidak elektronik sebagaimana dimaksud

6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 184.
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (LN No. 58 Tahun 2008, TLN
No. 4843) Pasal 1 angka 1.
8. Ibid., Pasal 1 angka 4.
9. Ibid., Pasal 5 ayat (1) dan (2).

172
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180

dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 4 ITE hanya dapat dijadikan sebagai alat
serta Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan bukti yang berdiri sendiri maupun perluasan
ayat (3).”10 dari alat bukti sesuai dengan hukum acara
Dengan demikian, lahirnya UU ITE yang berlaku untuk tindak pidana tertentu
telah membawa perubahan dalam sistem atau tindak pidana khusus yang mengatur
pembuktian yang berlaku dalam hukum mengenai alat bukti elektronik sebagaimana
acara pidana di Indonesia, tidak lagi hanya telah disebutkan oleh undang-undang
5 (lima) alat bukti sesuai dengan Pasal yang bersangkutan. Hal ini senada dengan
184 KUHAP, tetapi menambah alat bukti pendapat yang dikemukakan narasumber
baru, yakni alat bukti elektronik yang dalam wawancara langsung penulis pada
berupa informasi elektronik dan dokumen tanggal 22 Januari 2020 yang mengatakan:
elektronik. “Dalam kasus tindak pidana umum
Pada pemaparan sebelumnya, penulis dimana KUHAP sebagai hukum
telah menguraikan beberapa kasus acaranya, tidak kenal sebenarnya
mengenai tindak pidana pencurian, tindak mengenai alat bukti elektronik,
pidana menghancurkan atau merusakkan karena di dalam Pasal 184 KUHAP
barang, tindak pidana penganiayaan, hanya mengatur 5 (lima) alat bukti,
tindakan kejahatan yang mendatangkan yakni keterangan saksi, keterangan
bahaya bagi keamanan umum, manusia ahli, surat, petunjuk dan keterangan
atau barang dan tindak pidana pembunuhan Terdakwa. Akan tetapi, di dalam
berencana. Tepat pada kasus-kasus tersebut tindak pidana khusus seperti Undang-
Jaksa Penuntut Umum telah menghadirkan Undang Terorisme, Undang-Undang
barang bukti berupa rekaman CCTV. Korupsi, dan Undang-Undang
Terhadap rekaman CCTV tersebut ternyata Narkotika telah disebutkan mengenai
telah dipergunakan untuk membuktikan alat bukti elektronik. Maka dari itu
kesalahan terdakwa. Pertanyaannya konklusinya adalah bahwa CCTV
kemudian, apakah rekaman CCTV itu adalah alat bukti dalam tindak pidana
alat bukti berdasarkan KUHAP atau alat tertentu yang mana telah disebutkan
bukti elektronik berdasarkan UU ITE atau oleh undang-undang.”11
bagian daripada barang bukti. Pada dasarnya, pembuktian tindak
Perlu disadari keberadaan KUHAP pidana dibagi menjadi 2 (dua), yakni
sejak Tahun 1981 tidak mengatur alat pembuktian untuk tindak pidana umum
bukti elektronik, sedangkan UU ITE lahir dan pembuktian tindak pidana khusus.
Tahun 2008 mengatur mengenai alat Mengapa dibagi? Karena menurut penulis,
bukti elektronik. Pasal 184 KUHAP jelas untuk pembuktian tindak pidana khusus
mengatur secara limitatif atau terbatas 5 ini cukup sulit. Hal ini berkaitan dengan
(lima) alat bukti sebagaimana telah penulis kejahatan luar biasa atau biasa disebut
uraikan di atas. Dengan kata lain, di luar dengan extra ordinary crime sehingga
daripada alat-alat bukti yang disebutkan pembuktiannya harus ekstra. Sedangkan
di atas tidak diperbolehkan. Sehingga dalam tindak pidana umum pembuktiannya
rekaman CCTV tidak termasuk ke dalam 5 tidak sesulit tindak pidana khusus, karena
(lima) alat bukti tersebut. hanya berkaitan dengan kejahatan-
Namun, penulis berpendapat bahwa kejahatan umum.
rekaman CCTV yang merupakan alat bukti Lalu bagaimana dengan rekaman
elektronik sebagaimana disebutkan dalam CCTV dalam tindak pidana umum?
Pasal 5 ayat (1), ayat (2) dan Pasal 44 UU Apakah rekaman CCTV termasuk barang

10. Ibid., Pasal 44.


11. Wawancara Beslin Sihombing, Hakim Pengadilan Negeri Bekasi.

173
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

bukti? KUHAP sendiri tidak memberikan “Bukti elektronik (dalam hal ini
penjelasan apa yang dimaksud dengan rekaman CCTV) pada dasarnya adalah
barang bukti. Namun, KUHAP mengatur barang bukti yang pengaturannya
mengenai benda-benda yang dapat disita tunduk kepada ketentuan Pasal 39
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dan Pasal 184
ayat (1) KUHAP yang menyatakan: KUHAP sehingga harus di validasi
a. Benda atau tagihan tersangka ulang oleh ahli agar bukti elektronik
atau terdakwa yang seluruh atau tersebut dapat diakses, ditampilkan,
sebagian diduga diperoleh dari dijamin kebutuhannya, dan dapat
tindak pidana atau sebagai hasil dan dipertanggungjawabkan sehingga
tindak pidana; dapat menerangkan suatu keadaan.”14
b. Benda yang telah dipergunakan Dari uraian di atas bahwasanya dalam
secara langsung untuk melakukan hal tindak pidana umum seperti beberapa
tindak pidana atau untuk kasus yang telah penulis uraikan pada
mempersiapkan; paparan sebelumnya, rekaman CCTV
c. Benda yang dipergunakan untuk merupakan bagian dari barang bukti dan
menghalang-halangi penyidikan bukan alat bukti. Sedangkan, dalam tindak
tindak pidana; pidana khusus, CCTV dapat dijadikan
d. Benda yang khusus dibuat atau sebagai alat bukti elektronik yang berdiri
diperuntukkan melakukan tindak sendiri. Akan tetapi, di dalam praktiknya
pidana; dan baik di dalam tindak pidana khusus maupun
e. Benda lain yang mempunyai tindak pidana umum rekaman CCTV dapat
hubungan langsung dengan tindak dipergunakan dalam pembuktian tindak
pidana yang dilakukan.12 pidana. Dengan demikian, rekaman CCTV
Apabila yang dimaksud barang bukti yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut
itu adalah benda-benda yang dapat disita Umum dalam beberapa kasus yang telah
sebagaimana disebutkan di atas, maka penulis uraikan merupakan barang bukti
berdasarkan rumusan Pasal 39 ayat (1) yang kemudian bagian dari pembuktian
KUHAP jelas bahwa rekaman CCTV dalam suatu peristiwa pidana. Hal ini sesuai
termasuk ke dalam barang bukti yakni dengan Pasal 181 KUHAP yang mana
benda-benda yang mempunyai hubungan kehadiran barang bukti dalam persidangan
dengan suatu tindak pidana tertentu. Hal memiliki peran penting bagi hakim untuk
senada juga diungkapkan oleh narasumber mencari dan menemukan kebenaran
dalam wawancara langsung penulis pada materil atas perkara yang ditangani.
tanggal 15 Januari 2020 yang mengatakan: Analisis Penelitian
“CCTV sendiri merupakan barang bukti, Sebelum menilai bahwa rekaman
dan barang bukti bukan suatu alat bukti, CCTV itu memiliki nilai pembuktian
akan tetapi dari barang bukti tersebut atau tidak, perlu diketahui terlebih dahulu
dapat menjelaskan bahwa telah terjadi bahwa dalam mengajukan rekaman
suatu peristiwa yang terekam.”13 Lebih CCTV tentunya harus diperoleh cara-cara
lanjut, hal yang sama juga dikemukakan konstitusional atau sesuai dengan aturan
oleh narasumber dalam wawancara hukum yang berlaku sehingga mekanisme
langsung penulis pada tanggal 24 Februari perolehan rekaman CCTV yang sah
2020 yang mengatakan: secara hukum inilah yang kemudian

12. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 39 ayat (1).
13. Wawancara Fariz Rachman, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Kota Bekasi.
14. Wawancara Fedrik Adhar, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Jakarta Utara.

174
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180

membuat rekaman CCTV dapat diterima bukti. Pertanyaannya mengapa dibutuhkan


di persidangan. Hal ini berkaitan dengan adanya berita acara? Karena, dengan
4 (empat) hal fundamental di dalam teori adanya berita acara inilah menjadi bagian
pembuktian, yakni Pertama, bukti yang dari mekanisme pengajuan rekaman CCTV
relevan. Artinya bukti tersebut harus sesuai yang sah dibuktikan dengan perolehan
dengan perkara yang sedang berlangsung. bukti yang sah secara hukum. Hal ini untuk
Kedua, bukti dapat diterima. Ketiga, menjelaskan bahwa tindakan hukum yang
exclusionary rules, artinya perolehan dilakukan oleh penyidik dalam menangani
bukti tersebut harus sesuai dengan aturan bukti elektronik ini telah sesuai dengan
hukum yang ada. Dan yang keempat, yakni aturan hukum yang berlaku. Sehingga
kekuatan pembuktian, yang merupakan dapat menjamin keaslian dari rekaman
otoritatif hakim. CCTV tersebut. Hal ini juga sesuai dengan
Seperti yang sudah penulis jelaskan pendapat yang telah dikemukakan oleh
sebelumnya bahwa rekaman CCTV narasumber berdasarkan hasil wawancara
merupakan barang bukti, yang dalam langsung penulis pada tanggal 7 Januari
hal ini termasuk dalam kategori barang 2020 yang mengatakan:
bukti elektronik sehingga penanganan “Setelah dilakukan pengambilan
barang bukti elektronik berbeda dengan dan pemindahan barang bukti CCTV
penanganan barang bukti konvensional, kemudian dibuatlah berita acara
karena rekaman CCTV merupakan data pengambilan barang bukti. Menurut
elektronik yang mudah rusak. Hal senada narasumber, mengenai BAP ini
seperti yang dikemukakan narasumber begitu penting, karena adanya proses
berdasarkan hasil wawancara langsung pemindahan data rekaman CCTV,
penulis pada tanggal 7 Januari 2020 yang sehingga untuk menjamin keasliannya
mengatakan: maka wajib dibuatkan BAP. Tanpa
“Prosedur atau tahapan penanganan BAP alat bukti tersebut tidak sah”16
terhadap barang bukti elektronik yang Hal senada juga telah disampaikan
dalam hal ini CCTV berbeda dengan narasumber berdasarkan hasil wawancara
barang bukti konvensional atau non langsung penulis pada tanggal 15 Januari
elektronik. Hal ini dikarenakan bukti 2020 yang mengatakan bahwa setiap
elektronik (CCTV) mudah rusak, tindakan penyidik dalam hal melakukan
dan data hasil rekaman CCTV harus tugasnya harus disertai juga dengan surat
terhindar dari rekayasa atau editing perintah dan berita acara dan mengenai
oleh pihak lain. Artinya CCTV tersebut proses pengambilan CCTV tersebut harus
harus dalam keadaan aslinya atau ditunjukkan di persidangan.17 Adapun
orisinal.”15 tahapan penanganan bukti rekaman CCTV
Prosedur yang sah tersebut dilakukan yang dilakukan oleh penyidik, sebagai
oleh penyidik, karena penyidik yang berikut:
berwenang mengumpulkan bukti-bukti. 1. Dilakukan pengambilan dan
Adapun pengambilan bukti rekaman pemindahan barang bukti CCTV
CCTV yang sah secara hukum yaitu di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
dimulai dari adanya surat permintaan yang kemudian dibuatkan berita acara
tertulis, laporan polisi, berita acara pengambilan barang bukti;
pemeriksaan, berita acara pengambilan, 2. Dilakukan penggandaan alat bukti
penyitaan dan pembungkusan barang elektronik yang harus diambil dari

15. Wawancara Yohanes Bosco, Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya.
16. Ibid.
17. Wawancara Fariz Rachman, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Kota Bekasi.

175
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

data DVR. Kemudian digandakan barang bukti perangkat elektronik yang


berapa kali dan proses penggandaan dalam hal ini rekaman CCTV termasuk
tersebut harus dari sumber aslinya; di dalamnya harus melalui Laboratorium
3. Ketika rekaman CCTV ingin Forensik untuk dianalisis sebelum
disita harus ada surat izin ketua diajukan ke persidangan. Hal ini sesuai
pengadilan. Setelah itu barang bukti dengan pendapat narasumber berdasarkan
disita, dibungkus, diikat, disegel wawancara tidak langsung penulis pada
dan diberi label yang kemudian juga tanggal 31 Januari 2020 yang mengatakan:
dibuatkan berita acara penyitaan dan “Terkait dengan rekaman CCTV
pembungkusan barang bukti; yang ingin dijadikan barang bukti
4. Kemudian barang bukti dikirim dan harus diperiksa terlebih dahulu di
diserahkan kepada Laboratorium laboratorium forensik karena untuk
Forensik (Labfor) yang dibuktikan mengetahui keabsahan dan keaslian
dengan adanya berita acara penyerahan daripada CCTV tersebut dan yang
barang bukti. Hal demikian untuk memindahkan atau mengkloning CCTV
memastikan bahwa terhadap data tersebut harus dari laboratorium
rekaman CCTV itu asli dan tidak ada forensik tidak boleh siapapun.”19
editing; Dalam penyerahan CCTV ke
5. Setelah proses pemeriksaan atau analisa Laboratorium Forensik Polri tentunya
terhadap CCTV tersebut dilakukan harus memenuhi persyaratan formil
oleh ahli digital forensik telah selesai dan persyaratan teknis sebagaimana
dilakukan, maka dibuatlah berita acara disebutkan pada Pasal 18 Peraturan Kepala
ahli terkait hasil pemeriksaan analisa Kepolisian Negara Republik Indonesia
CCTV; dan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara
6. Kemudian CCTV tersebut diambil dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan
kembali oleh penyidik ke Puslabfor, Teknis Kriminalistik Barang Bukti ke
sehingga penyidik dapat melimpahkan Laboratorium Forensik Kepolisian Negara
bukti tersebut ke Jaksa Penuntut Republik Indonesia yang menyatakan:
Umum bersama dengan terdakwa (1) Pemeriksaan barang bukti
(P21). perangkat elektronik sebagaimana
Secara prosedur penanganan barang dimaksud dalam Pasal 17 wajib
bukti rekaman CCTV tersebut telah memenuhi persyaratan formal
sesuai dengan Pasal 17 Peraturan Kepala sebagai berikut:
Kepolisian Negara Republik Indonesia a. Permintaan tertulis dari kepala
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara satuan kewilayahan atau
dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan kepala/pimpinan instansi;
Teknis Kriminalistik Barang Bukti ke b. Laporan polisi;
Laboratorium Forensik Kepolisian Negara c. BAP saksi/tersangka atau
Republik Indonesia, yang menyatakan: laporan kemajuan; dan
Pemeriksaan barang bukti perangkat d. BA pengambilan, penyitaan
elektronik, telekomunikasi, komputer dan pembungkusan barang
(bukti digital) dan penyebab proses bukti.
elektrostatis dilaksanakan di Labfor Polri (2) Pemeriksaan barang bukti
dan/atau di TKP.18 Dengan demikian, perangkat elektronik sebagaimana

18. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Barang Bukti ke Laboratorium Forensik Kepolisian Negara
Republik Indonesia (BAN No. 311 Tahun 2009) Pasal 17.
19. Wawancara Devi Sifah Fauziyah, Penyidik Polres Bekasi Kota.

176
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180

dimaksud dalam Pasal 17 wajib pembuktian perolehan bukti telah sesuai


memenuhi persyaratan teknis dengan jalan-jalan konstitusional atau
sebagai berikut: sesuai dengan aturan hukum yang berlaku
a. Barang bukti secara lengkap sehingga dapat diterima di persidangan.
dikirimkan ke Labfor Polri, Dengan demikian, rekaman CCTV dapat
beserta seluruh sistemnya; dipergunakan dalam pembuktian tindak
b. Apabila barang bukti pidana.
merupakan perangkat Setelah perolehan rekaman CCTV
elektronik yang tidak dikatakan sah secara hukum, maka baru
sederhana, pengiriman barang dapat dilihat peran rekaman CCTV
bukti dilengkapi dengan: tersebut dalam pembuktian tindak pidana
1) Spesifikasi teknis, gambar akan tetapi untuk sampai pada peran
konstruksi, dan pedoman rekaman CCTV perlu diketahui, bahwa
penggunaan (operating untuk membuktikan kesalahan terdakwa
manual) dari pabrik harus terpenuhi minimal 2 (dua) alat
pembuatnya; dan bukti. Hal tersebut sesuai dengan sistem
2) Dokumen riwayat atau teori pembuktian menurut undang-
pemakaian dan perawatan undang secara negatif (negatief wettelijk
dari pengguna (Log Book), bewijstheorie) yang dianut dalam hukum
terutama berkaitan dengan acara pidana Indonesia sebagaimana
kejadian kasus. dirumuskan dalam Pasal 183 KUHAP,
c. Barang bukti dibungkus, diikat, yang menyatakan:
dilak, disegel, dan diberi label; “Hakim tidak boleh menjatuhkan
d. Apabila terdapat barang bukti pidana kepada seorang kecuali
yang diduga palsu atau tidak apabila dengan sekurang-kurangnya
sesuai spesifikasinya, selain dua alat bukti yang sah ia memperoleh
dikirimkan barang buktinya, keyakinan bahwa suatu tindak
wajib dikirimkan barang pidana benar-benar terjadi dan
pembanding yang dilengkapi bahwa terdakwalah yang bersalah
dengan pernyataan keaslian melakukannya.”21
pembanding dari produsen Dalam tindak pidana umum rekaman
resmi; dan CCTV adalah barang bukti karena tidak
e. Barang bukti yang ukuran dan termasuk sebagai alat bukti yang sah,
kondisinya tidak dapat dikirim tetapi dalam praktiknya dapat berubah
ke Labfor Polri, dapat diperiksa dan berfungsi sebagai alat bukti yang
di tempat (TKP) dengan tetap sah. Sehingga rekaman CCTV dapat
mempertahankan keaslian digunakan untuk memperkuat pembuktian
(status quo) TKP.20 di persidangan. Rekaman CCTV dapat
Apabila penanganan rekaman CCTV dijadikan alat bukti dalam tindak
tersebut telah sesuai dengan prosedur atau pidana umum dengan terlebih dahulu
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dihubungkan atau dikaitkan dengan alat
khusus mengatur barang bukti elektronik, bukti lainnya. Karena rekaman CCTV
maka hal tersebut telah sesuai dengan teori tidak dapat berdiri sendiri seperti alat bukti

20. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Barang Bukti ke Laboratorium Forensik Kepolisian Negara
Republik Indonesia (BAN No. 311 Tahun 2009) Pasal 18.
21. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 183.

177
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

lainnya dalam pembuktian. Hal ini sesuai Sepanjang barang bukti rekaman
dengan pendapat yang telah dikemukakan CCTV itu didukung oleh alat bukti lainnya,
oleh narasumber berdasarkan wawancara maka berlaku sebagai alat pembuktian.
langsung penulis pada tanggal 22 Januari Sebaliknya, apabila rekaman CCTV tidak
2020 yang mengatakan: didukung dengan alat bukti, maka tidak
“Seperti contoh pada kasus pencurian berlaku sebagai alat pembuktian sekalipun
dimana CCTV itu sebagai barang rekaman CCTV telah menggambarkan
bukti bukan alat bukti. Akan tetapi peristiwa yang sebenarnya. Oleh karena itu,
dari barang bukti tersebut yang syarat harus dikaitkan dengan keterangan
berupa CCTV ketika dihubungkan saksi, surat dan keterangan terdakwa inilah
dengan alat bukti akan menghasilkan yang menjadi dasar perolehan alat bukti
alat bukti.”22 petunjuk, karena Pasal 183 KUHAP telah
Dalam teori pembuktian, petunjuk mengatur secara limitatif atau terbatas
disebut circumstantial evidence atau sehingga perolehan alat bukti petunjuk
bukti tidak langsung yang memiliki sifat diluar dari itu tidak diperbolehkan. Selain
melengkapi. Maksud dari melengkapi itu, harus adanya persesuaian antara alat
yakni terlebih dahulu dihadirkan alat bukti dengan rekaman CCTV, barulah
bukti lain, apabila dari alat bukti yang dapat dihasilkan alat bukti petunjuk.
dihadirkan belum cukup membuktikan Tentunya dalam memperoleh alat bukti
maka dibutuhkan alat bukti petunjuk petunjuk terlebih dahulu dihadirkan alat
untuk melengkapi, dengan syarat adanya bukti yang lain kemudian dihubungkan
persesuaian antara alat bukti yang satu dengan rekaman CCTV. Dengan demikian,
dengan alat bukti lainnya maupun antara keterangan saksi-saksi ditambah keterangan
alat bukti dengan tindak pidananya. terdakwa yang mengakui perbuatannya
Sehingga penulis berpendapat, sebagaimana telah penulis uraikan di atas,
jika rekaman CCTV dihubungkan kemudian dilengkapi alat bukti petunjuk
dengan keterangan saksi dan keterangan telah membuat terang tentang tindak
terdakwa, dan dari keduanya terdapat pidana yang terjadi. Sehingga, atas dasar
persesuaian, maka dapat dihasilkan alat alat bukti tersebut dapat menguatkan
bukti petunjuk. Adanya persesuaian yang keyakinan hakim. Akan tetapi, sebelum
demikian, telah menunjukkan dua hal: hakim menjatuhkan putusan terlebih
Pertama, menunjukkan bahwa benar dahulu hakim membuktikan kesalahan
telah terjadi tindak pidana. Dan kedua, terdakwa sebagaimana yang didakwakan
menunjukkan siapa pelakunya. Hal ini Jaksa Penuntut Umum sehingga perbuatan
sesuai dengan apa yang dimaksud dari alat terdakwa haruslah memenuhi unsur-
bukti petunjuk dalam Pasal 188 KUHAP, unsur dari pasal-pasal yang didakwakan
yang menyatakan: kepadanya.
“Petunjuk adalah perbuatan,
kejadian atau keadaan, yang karena PENUTUP
persesuaiannya, baik antara yang 1. Mekanisme pengajuan rekaman CCTV
satu dengan yang lain, maupun sebagai alat bukti yang sah secara
dengan tindak pidana itu sendiri, hukum dimulai dari pengambilan
menandakan bahwa telah terjadi bukti rekaman CCTV yang dibuktikan
suatu tindak pidana dan siapa dengan adanya surat permintaan
pelakunya.”23 tertulis, laporan polisi, berita acara

22. Wawancara Beslin Sihombing, Hakim Pengadilan Negeri Bekasi.


23. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 188.

178
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180

pemeriksaan, berita acara pengambilan, Peraturan Perundang-Undangan


penyitaan dan pembungkusan barang Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
bukti. Kemudian rekaman CCTV tentang Informasi dan Transaksi
dikirim ke Laboratorium Forensik Elektronik (LN No. 58 Tahun 2008,
(Labfor). Hal ini untuk memastikan TLN No. 4843).
bahwa terhadap data rekaman CCTV Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
itu asli dan tidak ada editing. Hal ini tentang Kitab Undang-Undang Hukum
pun telah sesuai prosedur sebagaimana Acara Pidana (LN No. 76 Tahun 1981,
tertuang dalam Pasal 17 dan Pasal TLN No. 3209).
18 Peraturan Kepala Kepolisian Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Negara Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Nomor 10
10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Tahun 2009 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan
Teknis Kriminalistik Barang Bukti Teknis Kriminalistik Barang Bukti
ke Laboratorium Forensik Kepolisian ke Laboratorium Forensik Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Apabila Negara Republik Indonesia (BAN No.
penanganan rekaman CCTV tersebut 311 Tahun 2009).
telah sesuai dengan prosedur atau Wawancara
sesuai dengan aturan hukum yang Adhar, Fedrik. Jaksa Penuntut Umum
berlaku khusus mengatur barang bukti Kejaksaan Negeri Jakarta Utara.
elektronik, maka sesuai dengan teori Bosco, Yohanes. Penyidik Direktorat
pembuktian perolehan bukti dengan Tindak Pidana Umum Polda Metro
jalan-jalan konstitusional dapat diterima Jaya.
di persidangan. Dengan demikian, Fauziyah, Devi Sifah. Penyidik Polres
rekaman CCTV dapat dipergunakan Bekasi Kota.
dalam pembuktian tindak pidana. Rachman, Fariz. Jaksa Penuntut Umum
2. Peran rekaman CCTV sangat penting Kejaksaan Negeri Kota Bekasi.
sebagai bukti yang utama di dalam Sihombing, Beslin. Hakim Pengadilan
pembuktian tindak pidana umum. Negeri Bekasi.
Apabila tidak ada rekaman CCTV Internet
pada beberapa kasus yang telah penulis Tomi. “Aksi Begal di Warteg Pesanggrahan
uraikan pada pembahasan sebelumnya Jakarta Selatan Terekam CCTV, Korban
dapat dimungkinkan tindak pidana Teriak: Bang KTP Gua Bang”. https://
tersebut sulit untuk dibuktikan. bangka.tribunnews.com/2020/01/22/
Adanya rekaman CCTV inilah dapat aksi-begal-di-warteg-pesanggrahan-
menggambarkan secara jelas peristiwa jakarta-selatan-terekam-cctv-korban-
sebenarnya, sehingga tindak pidana teriak-bang-ktp-gua-bang?page=all.
tersebut dapat terungkap. Diakses 2 Februari 2020.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Harahap, M. Yahya. Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan
Kembali, Edisi Kedua. Jakarta: Sinar
Grafika. 2012.

179
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

HALAMAN KOSONG

180

Anda mungkin juga menyukai