ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang pada zaman ini dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk mempermudah menghadapi kejahatan-kejahatan yang ada.
Maka diperlukan pembuktian yang harus mengikuti perkembangan zaman. Salah satu
contoh perluasan alat bukti yang digunakan oleh penegak hukum dalam membuktikan
suatu tindak pidana sebagaimana yang dimaksud Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah dalam
hal penggunaan rekaman Closed-circuit Television (CCTV). Penelitian ini menggunakan
metode pendekatan yuridis normatif yang diteliti dari bahan pustaka atau data sekunder,
yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pengajuan rekaman CCTV sebagai
alat bukti yang sah secara hukum dimulai dari pengambilan bukti rekaman CCTV yang
dibuktikan dengan adanya surat permintaan tertulis, laporan polisi, dan berita acara.
Kemudian rekaman CCTV dikirim ke Laboratorium Forensik (Labfor) untuk memastikan
data rekaman CCTV itu asli. Hal ini telah sesuai prosedur sebagaimana tertuang dalam
Pasal 17 dan Pasal 18 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis
Kriminalistik Barang Bukti ke Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan peran rekaman CCTV sangat penting sebagai alat bukti yang utama di
dalam pembuktian tindak pidana pada beberapa kasus yang telah penulis uraikan.
Kata Kunci: closed-circuit television (CCTV), alat bukti, pembuktian, tindak pidana.
ABSTRACT
These days, the development of technology and information is used as a tool to facilitate
dealing with existing crimes. However, it still needs to be proven by following the times.
One of the examples of the expansion of evidence used by Law Enforcement in proving a
crime as referred to in article 5 section 1 and section 2 of the 2008 Constitution Number
11, concerning Information and Electronic Transactions, is in the case of using Closed-
circuit Television records (CCTV). This study uses a normative juridical approach
which is examined from literature or secondary data, which consists of primary legal
materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials. The results showed
that the mechanism for filing CCTV recordings as legal evidence began with taking CCTV
recordings as evidenced by written requests, police reports, and news. Then, the CCTV
footage was sent to the Forensic Laboratory (Labfor) to ensure the CCTV recording data
was authentic. This is by procedures as stipulated in Article 17 and Article 18 of the
Indonesian National Police Chief Regulation, Number 10 of 2009, concerning Procedures
and Requirements for Requesting Criminalistic Technical Examination of Evidence Into
Forensic Laboratories of the Indonesian National Police and the role of CCTV footage
is very important as the main evidence in proving criminal offences in several cases that
the author has described.
169
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012) hlm. 24.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 184.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (LN No. 58 Tahun 2008, TLN
No. 4843) Pasal 5 ayat (1) dan (2).
170
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180
4. Tomi, “Aksi Begal di Warteg Pesanggrahan Jakarta Selatan Terekam CCTV, Korban Teriak: Bang KTP Gua
Bang”, https://bangka.tribunnews.com/2020/01/22/aksi-begal-di-warteg-pesanggrahan-jakarta-selatan-terekam-
cctv-korban-teriak-bang-ktp-gua-bang?page=all, diakses 2 Februari 2020.
5. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 105.
171
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 184.
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (LN No. 58 Tahun 2008, TLN
No. 4843) Pasal 1 angka 1.
8. Ibid., Pasal 1 angka 4.
9. Ibid., Pasal 5 ayat (1) dan (2).
172
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180
dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 4 ITE hanya dapat dijadikan sebagai alat
serta Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan bukti yang berdiri sendiri maupun perluasan
ayat (3).”10 dari alat bukti sesuai dengan hukum acara
Dengan demikian, lahirnya UU ITE yang berlaku untuk tindak pidana tertentu
telah membawa perubahan dalam sistem atau tindak pidana khusus yang mengatur
pembuktian yang berlaku dalam hukum mengenai alat bukti elektronik sebagaimana
acara pidana di Indonesia, tidak lagi hanya telah disebutkan oleh undang-undang
5 (lima) alat bukti sesuai dengan Pasal yang bersangkutan. Hal ini senada dengan
184 KUHAP, tetapi menambah alat bukti pendapat yang dikemukakan narasumber
baru, yakni alat bukti elektronik yang dalam wawancara langsung penulis pada
berupa informasi elektronik dan dokumen tanggal 22 Januari 2020 yang mengatakan:
elektronik. “Dalam kasus tindak pidana umum
Pada pemaparan sebelumnya, penulis dimana KUHAP sebagai hukum
telah menguraikan beberapa kasus acaranya, tidak kenal sebenarnya
mengenai tindak pidana pencurian, tindak mengenai alat bukti elektronik,
pidana menghancurkan atau merusakkan karena di dalam Pasal 184 KUHAP
barang, tindak pidana penganiayaan, hanya mengatur 5 (lima) alat bukti,
tindakan kejahatan yang mendatangkan yakni keterangan saksi, keterangan
bahaya bagi keamanan umum, manusia ahli, surat, petunjuk dan keterangan
atau barang dan tindak pidana pembunuhan Terdakwa. Akan tetapi, di dalam
berencana. Tepat pada kasus-kasus tersebut tindak pidana khusus seperti Undang-
Jaksa Penuntut Umum telah menghadirkan Undang Terorisme, Undang-Undang
barang bukti berupa rekaman CCTV. Korupsi, dan Undang-Undang
Terhadap rekaman CCTV tersebut ternyata Narkotika telah disebutkan mengenai
telah dipergunakan untuk membuktikan alat bukti elektronik. Maka dari itu
kesalahan terdakwa. Pertanyaannya konklusinya adalah bahwa CCTV
kemudian, apakah rekaman CCTV itu adalah alat bukti dalam tindak pidana
alat bukti berdasarkan KUHAP atau alat tertentu yang mana telah disebutkan
bukti elektronik berdasarkan UU ITE atau oleh undang-undang.”11
bagian daripada barang bukti. Pada dasarnya, pembuktian tindak
Perlu disadari keberadaan KUHAP pidana dibagi menjadi 2 (dua), yakni
sejak Tahun 1981 tidak mengatur alat pembuktian untuk tindak pidana umum
bukti elektronik, sedangkan UU ITE lahir dan pembuktian tindak pidana khusus.
Tahun 2008 mengatur mengenai alat Mengapa dibagi? Karena menurut penulis,
bukti elektronik. Pasal 184 KUHAP jelas untuk pembuktian tindak pidana khusus
mengatur secara limitatif atau terbatas 5 ini cukup sulit. Hal ini berkaitan dengan
(lima) alat bukti sebagaimana telah penulis kejahatan luar biasa atau biasa disebut
uraikan di atas. Dengan kata lain, di luar dengan extra ordinary crime sehingga
daripada alat-alat bukti yang disebutkan pembuktiannya harus ekstra. Sedangkan
di atas tidak diperbolehkan. Sehingga dalam tindak pidana umum pembuktiannya
rekaman CCTV tidak termasuk ke dalam 5 tidak sesulit tindak pidana khusus, karena
(lima) alat bukti tersebut. hanya berkaitan dengan kejahatan-
Namun, penulis berpendapat bahwa kejahatan umum.
rekaman CCTV yang merupakan alat bukti Lalu bagaimana dengan rekaman
elektronik sebagaimana disebutkan dalam CCTV dalam tindak pidana umum?
Pasal 5 ayat (1), ayat (2) dan Pasal 44 UU Apakah rekaman CCTV termasuk barang
173
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
bukti? KUHAP sendiri tidak memberikan “Bukti elektronik (dalam hal ini
penjelasan apa yang dimaksud dengan rekaman CCTV) pada dasarnya adalah
barang bukti. Namun, KUHAP mengatur barang bukti yang pengaturannya
mengenai benda-benda yang dapat disita tunduk kepada ketentuan Pasal 39
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dan Pasal 184
ayat (1) KUHAP yang menyatakan: KUHAP sehingga harus di validasi
a. Benda atau tagihan tersangka ulang oleh ahli agar bukti elektronik
atau terdakwa yang seluruh atau tersebut dapat diakses, ditampilkan,
sebagian diduga diperoleh dari dijamin kebutuhannya, dan dapat
tindak pidana atau sebagai hasil dan dipertanggungjawabkan sehingga
tindak pidana; dapat menerangkan suatu keadaan.”14
b. Benda yang telah dipergunakan Dari uraian di atas bahwasanya dalam
secara langsung untuk melakukan hal tindak pidana umum seperti beberapa
tindak pidana atau untuk kasus yang telah penulis uraikan pada
mempersiapkan; paparan sebelumnya, rekaman CCTV
c. Benda yang dipergunakan untuk merupakan bagian dari barang bukti dan
menghalang-halangi penyidikan bukan alat bukti. Sedangkan, dalam tindak
tindak pidana; pidana khusus, CCTV dapat dijadikan
d. Benda yang khusus dibuat atau sebagai alat bukti elektronik yang berdiri
diperuntukkan melakukan tindak sendiri. Akan tetapi, di dalam praktiknya
pidana; dan baik di dalam tindak pidana khusus maupun
e. Benda lain yang mempunyai tindak pidana umum rekaman CCTV dapat
hubungan langsung dengan tindak dipergunakan dalam pembuktian tindak
pidana yang dilakukan.12 pidana. Dengan demikian, rekaman CCTV
Apabila yang dimaksud barang bukti yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut
itu adalah benda-benda yang dapat disita Umum dalam beberapa kasus yang telah
sebagaimana disebutkan di atas, maka penulis uraikan merupakan barang bukti
berdasarkan rumusan Pasal 39 ayat (1) yang kemudian bagian dari pembuktian
KUHAP jelas bahwa rekaman CCTV dalam suatu peristiwa pidana. Hal ini sesuai
termasuk ke dalam barang bukti yakni dengan Pasal 181 KUHAP yang mana
benda-benda yang mempunyai hubungan kehadiran barang bukti dalam persidangan
dengan suatu tindak pidana tertentu. Hal memiliki peran penting bagi hakim untuk
senada juga diungkapkan oleh narasumber mencari dan menemukan kebenaran
dalam wawancara langsung penulis pada materil atas perkara yang ditangani.
tanggal 15 Januari 2020 yang mengatakan: Analisis Penelitian
“CCTV sendiri merupakan barang bukti, Sebelum menilai bahwa rekaman
dan barang bukti bukan suatu alat bukti, CCTV itu memiliki nilai pembuktian
akan tetapi dari barang bukti tersebut atau tidak, perlu diketahui terlebih dahulu
dapat menjelaskan bahwa telah terjadi bahwa dalam mengajukan rekaman
suatu peristiwa yang terekam.”13 Lebih CCTV tentunya harus diperoleh cara-cara
lanjut, hal yang sama juga dikemukakan konstitusional atau sesuai dengan aturan
oleh narasumber dalam wawancara hukum yang berlaku sehingga mekanisme
langsung penulis pada tanggal 24 Februari perolehan rekaman CCTV yang sah
2020 yang mengatakan: secara hukum inilah yang kemudian
12. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 39 ayat (1).
13. Wawancara Fariz Rachman, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Kota Bekasi.
14. Wawancara Fedrik Adhar, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Jakarta Utara.
174
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180
15. Wawancara Yohanes Bosco, Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya.
16. Ibid.
17. Wawancara Fariz Rachman, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Kota Bekasi.
175
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
18. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Barang Bukti ke Laboratorium Forensik Kepolisian Negara
Republik Indonesia (BAN No. 311 Tahun 2009) Pasal 17.
19. Wawancara Devi Sifah Fauziyah, Penyidik Polres Bekasi Kota.
176
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180
20. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Barang Bukti ke Laboratorium Forensik Kepolisian Negara
Republik Indonesia (BAN No. 311 Tahun 2009) Pasal 18.
21. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (LN No. 76 Tahun
1981, TLN No. 3209) Pasal 183.
177
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
lainnya dalam pembuktian. Hal ini sesuai Sepanjang barang bukti rekaman
dengan pendapat yang telah dikemukakan CCTV itu didukung oleh alat bukti lainnya,
oleh narasumber berdasarkan wawancara maka berlaku sebagai alat pembuktian.
langsung penulis pada tanggal 22 Januari Sebaliknya, apabila rekaman CCTV tidak
2020 yang mengatakan: didukung dengan alat bukti, maka tidak
“Seperti contoh pada kasus pencurian berlaku sebagai alat pembuktian sekalipun
dimana CCTV itu sebagai barang rekaman CCTV telah menggambarkan
bukti bukan alat bukti. Akan tetapi peristiwa yang sebenarnya. Oleh karena itu,
dari barang bukti tersebut yang syarat harus dikaitkan dengan keterangan
berupa CCTV ketika dihubungkan saksi, surat dan keterangan terdakwa inilah
dengan alat bukti akan menghasilkan yang menjadi dasar perolehan alat bukti
alat bukti.”22 petunjuk, karena Pasal 183 KUHAP telah
Dalam teori pembuktian, petunjuk mengatur secara limitatif atau terbatas
disebut circumstantial evidence atau sehingga perolehan alat bukti petunjuk
bukti tidak langsung yang memiliki sifat diluar dari itu tidak diperbolehkan. Selain
melengkapi. Maksud dari melengkapi itu, harus adanya persesuaian antara alat
yakni terlebih dahulu dihadirkan alat bukti dengan rekaman CCTV, barulah
bukti lain, apabila dari alat bukti yang dapat dihasilkan alat bukti petunjuk.
dihadirkan belum cukup membuktikan Tentunya dalam memperoleh alat bukti
maka dibutuhkan alat bukti petunjuk petunjuk terlebih dahulu dihadirkan alat
untuk melengkapi, dengan syarat adanya bukti yang lain kemudian dihubungkan
persesuaian antara alat bukti yang satu dengan rekaman CCTV. Dengan demikian,
dengan alat bukti lainnya maupun antara keterangan saksi-saksi ditambah keterangan
alat bukti dengan tindak pidananya. terdakwa yang mengakui perbuatannya
Sehingga penulis berpendapat, sebagaimana telah penulis uraikan di atas,
jika rekaman CCTV dihubungkan kemudian dilengkapi alat bukti petunjuk
dengan keterangan saksi dan keterangan telah membuat terang tentang tindak
terdakwa, dan dari keduanya terdapat pidana yang terjadi. Sehingga, atas dasar
persesuaian, maka dapat dihasilkan alat alat bukti tersebut dapat menguatkan
bukti petunjuk. Adanya persesuaian yang keyakinan hakim. Akan tetapi, sebelum
demikian, telah menunjukkan dua hal: hakim menjatuhkan putusan terlebih
Pertama, menunjukkan bahwa benar dahulu hakim membuktikan kesalahan
telah terjadi tindak pidana. Dan kedua, terdakwa sebagaimana yang didakwakan
menunjukkan siapa pelakunya. Hal ini Jaksa Penuntut Umum sehingga perbuatan
sesuai dengan apa yang dimaksud dari alat terdakwa haruslah memenuhi unsur-
bukti petunjuk dalam Pasal 188 KUHAP, unsur dari pasal-pasal yang didakwakan
yang menyatakan: kepadanya.
“Petunjuk adalah perbuatan,
kejadian atau keadaan, yang karena PENUTUP
persesuaiannya, baik antara yang 1. Mekanisme pengajuan rekaman CCTV
satu dengan yang lain, maupun sebagai alat bukti yang sah secara
dengan tindak pidana itu sendiri, hukum dimulai dari pengambilan
menandakan bahwa telah terjadi bukti rekaman CCTV yang dibuktikan
suatu tindak pidana dan siapa dengan adanya surat permintaan
pelakunya.”23 tertulis, laporan polisi, berita acara
178
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 169-180
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Harahap, M. Yahya. Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan
Kembali, Edisi Kedua. Jakarta: Sinar
Grafika. 2012.
179
PENERAPAN REKAMAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
HALAMAN KOSONG
180