PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Oleh karena itu, penulis ingin memberikan pandangan terhadap aksi-aksi cyber
crime khususnya yang ada di Indonesia karena selama ini, pemberitaan tentang aksi-
aksi kejahatan di internet sangat banyak dan pembuktiannya pun sulit. Dalam melihat
kasus ini adalah mencari akar masalah bukti elektronik atau di kaji dalam computer
forensic merupakan alat bukti hukum yang sah.
a. Maksud
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur
dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Hukum Kedokteran Forensik yang materinya
menyangkut masalah alat komputer forensik terkait bukti elektronik merupakan alat
bukti hukum yang sah..
b. Tujuan
Dengan penulisan makalah ini, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat
dijadikan tambahan wawasan atau pengetahuan bagi pembaca mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat luas agar alat
bukti elektronik merupakan alat bukti yang sah.
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diambil beberapa
pokok permasalahan yang akan dibahas, antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan komputer forensik ?.
2. Bagaimana pembuktian dengan komputer forensik ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Komputer Forensik?
Permodelan Forensik
Model forensik melibatkan tiga komponen terangkai yang dikelola sedemikian rupa
sehingga menjadi sebuah tujuan akhir dengan segala kelayakan serta hasil yang
berkualitas. Ketiga komponen tersebut adalah:
Ilmu forensik telah didefinisikan sebagai ilmu apapun yang digunakan untuk tujuan
hukum (menyediakan) tidak memihak bukti ilmiah untuk digunakan dalam
kepentingan peradilan, dan dalam penyelidikan.
Menurut Marcus Ranum Jaringan forensik adalah menangkap, merekam, dan analisis
peristiwa jaringan untuk menemukan sumber serangan keamanan atau lainnya
masalah insiden.
Sedangkan menurut Joel Weise and Brad Powell Komputer forensik adalah
Penerapan, pengolahan, pemeliharaan, dan analisis informasi yang diperoleh dari
sistem, jaringan, aplikasi, atau sumber daya komputasi lain, untuk menentukan
sumber serangan terhadap sumber-sumber itu. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dalam
perjalanan sebuah investigasi forensik komputer sebenarnya yang dirasakan atau
serangan terhadap sumber daya komputer. Tujuan utama dari proses analisis forensik
komputer adalah:
Investigasi dan penuntutan kejahatan komputer memiliki beberapa isu unik, seperti:
v Dapat diterima, artinya data harus mampu diterima dan digunakan demi hukum, mulai
dari kepentingan penyelidikan sampai dengan kepentingan pengadilan.
v Asli, artinya bukti tersebut harus berhubungan dengan kejadian / kasus yang terjadi
dan bukan rekayasa.
v Lengkap, artinya bukti bisa dikatakan bagus dan lengkap jika di dalamnya terdapat
banyak petunjuk yang dapat membantu investigasi.
v Dapat dipercaya, artinya bukti dapat mengatakan hal yang terjadi di belakangnya. Jika
bukti tersebut dapat dipercaya, maka proses investigasi akan lebih mudah. Syarat
dapat dipercaya ini merupakan suatu keharusan dalam penanganan perkara. Untuk itu
perlu adanya metode standar dalam pegambilan data atau bukti digital dan
pemrosesan barang bukti data digital, untuk menjamin keempat syarat di atas
terpenuhi. Sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan barang bukti yang legal di
pengadilan dan diakui oleh hukum.
Barang bukti sangat di perlukan keberadaanya karena sangat menentukan
keputusan di pengadilan, untuk itu pemrosesan barang bukti dalam analisa forensik
sangat diperhatikan. Berikut ini adalah panduan umum dalam pemrosesan barang
bukti menurut Lori Wilier dalam bukunya "Computer Forensic":
PENUTUP
Batas minimal pembuktian akta otentik cukup pada dirinya sendiri, oleh karena nilai
kekuatan pembuktian yang melekat pada akta otentik adalah sempurna dan mengikat,
pada dasarnya ia dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan atau dukungan alat
bukti yang lain.
Kalau syarat diatas dipenuhi, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1975 KUH Perdata
juncto Pasal 288 RBG maka nilai kekuatan pembuktiannya sama dengan akta otentik;
dan oleh karena itu juga mempunyai batas minimal pembuktian yaitu mampu berdiri
sendiri tanpa bantuan alat bukti lain.
Dari syarat-syarat formil dan materiil tersebut dapat dikatakan bahwa dokumen
elektronik agar memenuhi batas minimal pembuktian haruslah didukung dengan saksi
ahli yang mengerti dan dapat menjamin bahwa sistem elektronik yang digunakan
untuk membuat, meneruskan, mengirimkan, menerima atau menyimpan dokumen
elektronik adalah sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang; kemudian juga
harus dapat menjamin bahwa dokumen elektronik tersebut tetap dalam keadaan
seperti pada waktu dibuat tanpa ada perubahan apapun ketika diterima oleh pihak
yang lain (integrity), bahwa memang benar dokumen tersebut berasal dari orang yang
membuatnya (authenticity) dan dijamin tidak dapat diingkari oleh pembuatnya (non
repudiation).
Hal ini bila dibandingkan dengan bukti tulisan, maka dapat dikatakan dokumen
elektronik mempunyai derajat kualitas pembuktian seperti bukti permulaan tulisan
(begin van schriftelijke bewijs), dikatakan seperti demikian oleh karena dokumen
elektronik tidak dapat berdiri sendiri dalam mencukupi batas minimal pembuktian,
oleh karena itu harus dibantu dengan salah satu alat bukti yang lain. Dan nilai
kekuatan pembuktiannya diserahkan kepada pertimbangan hakim, yang dengan
demikian sifat kekuatan pembuktiannya adalah bebas (vrij bewijskracht).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wahyudi.or.id/2010/01/19/seminar-mencari-bukti-valid-melalui-forensik-
digital/
http://www.legalitas.org/artikel/alat/bukti/elektronik/dokumen/elektronik/kedudukan/
nilai/derajat/kekuatan/pembuktiannya/hukum
http://notarisgracegiovani.com/Seputar-PT-dan-CV/RUPS-Melalui-Media-
Elektronik.html
http://www.scribd.com/doc/27116840/Pengantar-Menuju-Ilmu-Forensik
http://www.kusandriadi.com/sertifikat-digital-forensik-di-indonesia/
http://yanto-ssi.blogspot.com/2010/05/komputer-forensik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komputer_forensik
http://www.perspektifbaru.com/wawancara/708
HUKUM KEDOKTERAN FORENSIK
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kedokteran Forensik)
Disusun Oleh: