OLEH :
T. Rahmat Rezeki
191010487
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan UU No. 19 Tahun
2016 sebagaimana diubah dengan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
teknologi digital, untuk berinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang
dengan menggunakan sarana sistem elektronik. Salah satu segi aktivitas ekonomi
yaitu transaksi dengan memanfaatkan dunia internet yang populer dikenal dengan
melahirkan suatu dunia modern yang populer dikenal dengan dunia internet, di
mana dalam dunia internet individu yang satu dengan individu yang lain bisa
2
berinteraksi tanpa batas wilayah dan dilakukan tanpa bertemu muka secara
Bukti dalam hal ini adalah bukti digital merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang penyelidikan suatu kasus. Namun, bukti digital khususnya harus
dianggap skeptis karena hanya ada dalam representasi biner. Tanpa mekanisme
perlindungan yang memadai, data tersebut dapat dengan mudah dimanipulasi tanpa
digital telah menemui beberapa masalah di masa lalu (Richter, Kuntze, & Rudolph,
pengukuran dalam mengumpulkan barang bukti digital dalam hal ini adalah
pelanggaran lalu lintas. Richter et al. menekankan bahwa dalam membuat sistem
pengukuran dalam mengumpulkan barang bukti digital, forensik data digital harus
digunakan selama proses rekayasa sistem. Selain itu, dalam perencanaan sistem
tingkat reliabitas dan keamanan yang tinggi. Namun, mengenai penyimpanan bukti
Rumusan Masalah
digital forensik?
3
BAB II
ISI
Salah satu tonggak penting dalam dunia peradilan Indonesia dikaitkan dengan
elektronik atau e-Court pada Maret 2018 yaitu Peraturan Mahkamah Agung Nomor
Pengadilan Secara Elektronik. Pada peluncuran secara resmi aplikasi e-Court pada
tanggal 13 Juli 2018 di Balikpapan, Ketua Mahkamah Agung pada saat itu,
Muhammad Hatta Ali menyatakan dengan peluncuran aplikasi e-Court ini berarti
Mahkamah Agung telah menuju peradilan elektronik yang secara fundamental akan
Pada Agustus 2019, hanya dalam jangka waktu kurang dari dua tahun
terutama yang peraturan yang berkaitan dengan tata cara persidangan secara
dengan e-Litigation, semula ruang lingkup dalam PERMA No 3 tahun 2018 hanya
terdiri dari : (1) e-Filling, (2) e-Payment, (3) e-Summons dengan PERMA No 1
4
Tahun 2019 menjadi : (1) e-Filling, (2) e-Payment, (3) e-Summons dan (4) e-
ini, pada Mei 2022 Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung
Tahun 2019 diatur dalam Pasal 1 Angka 10 bahwa dokumen elektronik adalah
(2010) untuk dapat diterima di persidangan barang bukti digital harus memenuhi
1. Admissible
Barang bukti digital harus sesuai dengan fakta dan masalah yang terjadi dan
dapat diterima serta digunakan secara hukum mulai dari proses penyidikan sampai
ke pengadilan.
2. Authentic
Bahwa barang bukti harus mempunyai hubungan keterkaitan yang jelas secara
hukum dengan kasus yang diselidiki dan barang bukti bukan hasil rekayasa. Selain
5
itu, barang bukti digital harus dapat dibuktikan dalam pengadilan bahwa barang
3. Complete
Barang bukti harus lengkap dan dapat membuktikan tindakan jahat yang
dilakukan pelaku kejahatan. Barang bukti yang dikumpulkan, tidak cukup hanya
Barang bukti yang dikumpulkan harus dapat dipercayai. Pengumpulan barang bukti
dan analisis yang dilakukan harus sesuai prosedur dan dilakukan dengan jujur.
Selain itu barang bukti tidak boleh meragukan dan benar benar harus dapat
4. Believable
pengadilan harus menggunakan bahasa awam yang dapat dimengerti oleh hakim.
6
notary); (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (UUAP), dalam Pasal 1 Angka 11, Pasal 38 Ayat (1) UUAP diatur
atau memanfaatkan media elektronik bahkan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
berlaku ini berarti untuk hukum pembuktian masih mendasarkan pada hukum acara
perdata yang selama ini berlaku, tidak ada pengaturan baru untuk pembuktian
elektronik maupun alat bukti elektronik selain pada Pasal 24 PERMA No 1 Tahun
2019 yang menegaskan bahwa untuk pengambilan kesaksian alat bukti saksi dapat
dilaksanakan secara jarak jauh melalui media komunikasi audio visual yang
mengambil kesaksian jarak jauh ini. Pada dasarnya untuk pengambilan kesaksian
jarak jauh dapat dilakukan dengan beberapa kemungkinan seperti: Hakim yang
7
mengambil kesaksian dan saksi yang memberikan kesaksian sama-sama berada di
pengadilan tapi bukan pada pada pengadilan yang sama; hakim yang mengambil
berada di pengadilan; atau hakim yang mengambil kesaksian dan saksi yang
Contoh kasus untuk pengambilan kesaksian jarak jauh dilakukan pada sidang
perdata tanggal 19 Maret 2021 untuk permohonan perubahan nama dan status jenis
Kasus Manganang ini cukup menarik perhatian publik dan ada media yang
menyiarkan proses sidang untuk mendengarkan keterangan saksi ini secara lansung.
Berdasarkan kasus Manganang ternyata kesaksian jarak jauh tidak harus dilakukan
di pengadilan, tentunya fakta ini akan dijadikan preseden namun juga perlu
permohonan hanya ada satu pihak saja yaitu pemohon dan tidak ada sengketa atau
perselisihan disitu sedangkan dalam gugatan ada lebih dari satu pihak yaitu
Jadi dalam kasus Manganang pihaknya hanya Manganang saja tidak ada pihak
Apabila bentuknya gugatan tentunya banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh
hakim untuk mengabulkan permohonan kesaksian jarak jauh yang tidak dilakukan
8
memastikan keterangan saksi yang diberikan bebas dari paksaan, Apabila kesaksian
jawab secara ex oficio, sehingga keabsahan kesaksian jarak jauh yang dilakukan di
pengadilan tidak akan dipermasalahkan. Tanpa adanya tata cara yang tegas,
kesaksian jarak jauh akan rentan untuk diprotes oleh pihak pihak yang bersengketa,
hakim dapat dituduh tidak partial, berpihak ke salah satu pihak atau dapat
mengakibatkan sidang dianggap cacat formil karena ada kesalahan pada prosedur
pemeriksaan saksi.
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lemah, sedang dan kuat, (1) Lemah, validitas
tidak terjamin dalam menjelaskan suatu peristiwa hukum yang direkamnya dan
jawab (2) Sedang, validitas terjamin dapat menjelaskan suatu peristiwa hukum yang
digunakan tidak berjalan dengan baik (tidak terakreditasi), dapat dengan mudah
disangkal dan (3) Kuat, validitas terjamin dapat menjelaskan suatu peristiwa hukum
yang direkamnya dan mampu menjelaskan atau memastikan subyek hukum yang
digunakan juga berjalan dengan baik (terakreditasi), sehingga sepanjang tidak dapat
dibuktikan lain apa yang dinyatakan oleh sistem dapat dianggap valid secara teknis
dan hukum.47 Alat bukti elektronik dengan kekuatan pembuktian kuat inilah yang
9
kekuatannya pembuktiannya selayaknya secara materiil dapat disamakan dengan
dokumen elektronik memenuhi kriteria menjadi alat bukti hukum yang sah
approach atau kesetaraan fungsional dan berasal dari sistem elektronik yang
dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, yaitu
data digital yang ditemukan dapat diakses oleh sistem elektronik; dapat
ditampilkan, yaitu data digital tersebut dapat ditampilkan oleh sistem elektronik;
gital yang dihasilkan proses pemeriksaan dan analisis harus utuh isinya; dapat
Selama ini bentuk tertulis identik dengan informasi dan/atau dokumen yang
dokumen dapat dituangkan ke dalam media apa saja, termasuk media elektronik.
Suatu informasi elektronik adalah bernilai secara hukum karena secara fungsional
keberadaanya adalah sepadan dengan atau setara dengan suatu informasi yang
nilai hukum dari suatu rekaman elektronik karena memenuhi unsur tertulis,
10
Dalam lingkup sistem elektronik, informasi yang asli dengan salinannya tidak
relevan lagi untuk dibedakan sebab sistem elektronik pada dasarnya beroperasi
dengan cara penggandaan yang mengakibatkan informasi yang asli tidak dapat
dibedakan lagi dari salinannya sebagai alat bukti,52 suatu akta otentik memiliki
dokumen elektronik maka harus dapat dijamin keutuhan isinya dan secara formal
dapat dipertanggungjawabkan.
Alat bukti elektronik adalah alat bukti yang sah dan merupakan perluasan dari
dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia,
sebenarnya bagaimanakah penafsiran dari perluasan alat bukti yang sah tersebut?
Apakah itu berarti alat bukti elektronik mempunyai kekuatan yang sama dengan
lima alat bukti yang diatur dalam Pasal 164 HIR/ 284 Masih terdapat perbedaan
penafsiran disini, ada putusan hakim yang belum mengakui alat bukti elektronik,
yang kuat atau sempurna bahkan hasil cetak dari dokumen elektronik masih
dianggap sebagai alat bukti berupa fotokopi, alat bukti elektronik merupakan alat
bukti bebas yang untuk kekuatan pembuktiannya masih memerlukan alat bukti
persidangan sebagai bagian dari hukum pembuktian, belum ada pengaturan yang
tegas untuk dapat dijadikan pedoman bagaimana alat bukti elektronik dibawa untuk
11
elektronik tersebut pada akhirnya akan menimbulkan ketidakadilan bagi
masyarakat.
Dalam permasalahan apakah alat bukti elektronik merupakan alat bukti yang
dapat berdiri sendiri atau hanyalah merupakan perluasan saja dari alat bukti Edmon
Makarim menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat diantara ahli hukum
alat bukti tersendiri bukan hanya sebagai perluasan dari alat bukti saja yang
merupakan konsekuensi dari perumusan Pasal 5 ayat (1) UU ITE yang mengakui
elektronik tersebut selain itu pada ayat (3) pasal yang sama diatur bahwa
keberadaan alat bukti elektronik baru dapat dianggap sah jika memenuhi ketentuan
diakomodir oleh undang-undang atau dalam hal apa yang diatur dalam
undangundang tidak selalu jelas dan ternyata tidak memberi pemecahan terhadap
elektronik ini maka jawaban atas permasalahan hukum tersebut hanya bisa
rechtvinding dengan menggali nilai-nilai yang ada dalam masyarakat/ living law,
12
seperti diatur dalam undang-undang bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.
ketentuan dalam undang-undang namun diatur pula bahwa hakim tidak semata-
membuat pertimbangan hukum dalam putusannya yang harus memuat alasan dan
dasar putusan, memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.
Putusan adalah mahkota bagi seorang hakim, dalam putusannya terlihat bagaimana
Sebagaimana kaidah hukum maka hakim dalam membuat suatu putusan akan
secara hukum dari suatu perkara yang sedang ditanganinya dengan mementingkan
beberapa aspek: (1) aspek yuridis yaitu sesuai dengan ketentuan peraturan
aspek sosiologis yaitu sesuai dengan tata nilai budaya yang berlaku dalam
masyarakat dan (3) aspek filosofis yaitu berintikan pada kebenaran dan rasa
aspek yuridis maka suatu putusan menjadi tidak hidup, apabila hanya
13
mementingkan aspek sosiologis maka putusan hanya akan menjadi sarana pemaksa
dan apabila hanya mementingkan aspek filosofis maka putusan akan menjadi tidak
realistik. Oleh karena itu pertimbangan hukum seorang hakim dalam putusannya
selalu mencakup tiga hal yaitu kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan. Selain
untuk kepentingan para pihak, putusan pengadilan juga mempunyai fungsi publik.
Pada putusan Mahkamah Agung, putusan memiliki fungsi panutan dan prediktif
dimana isi dari putusan harus bisa memberi tahu masyarakat luas bagaimana
Mahkamah Agung dalam menerapkan hukum dan menjadi panutan jika mungkin
timbul adanya perkara yang serupa. Putusan hakim terdiri dari beberapa bagian,
Kekuatan mengikat dari putusan itu pada umumnya tidak terbatas pada diktum saja
tetapi meliputi juga bagian dari putusan yang merupakan dasar putusan pada
dasarnya meneliti mengenai pertimbangan hakim pada semua putusan hakim tidak
terbatas hanya putusan hakim pada Mahkamah Agung saja tapi termasuk juga
dalam tingkat pengadilan negeri maupun pengadilan tinggi, ini menjadi penting
hukum, membuat kaidah hukum baru dengan penemuan hukum dan terutama akan
mengikat pihak yang bersengketa dan menjadi hukum. Ilmu pengetahuan hukum
manakah yang diciptakan oleh peradilan. Hal ini menyebabkan pentingnya suatu
putusan hakim, dalam permasalahan ini adalah bagaimana hakim menanggapi suatu
14
Umumnya yang dimaksud digital forensic dalam konteks proses pembuktian di
sistem elektronik atau media penyimpanan, berdasarkan cara dan dengan alat yang
Sehingga dengan dilakukannya uji digital forensic terhadap suatu alat bukti
elektronik maka dapat diketahui apakah persyaratan Pasal 6 UU ITE telah dipenuhi,
proses uji digital forensic ini dilakukan oleh ahli digital forensic. Pada persidangan
tersebut tentang keabsahan suatu alat bukti elektronik yang diajukan. Sehingga
dengan dilakukannya uji digital forensic terhadap suatu alat bukti elektronik maka
dapat diketahui apakah persyaratan Pasal 6 UU ITE telah dipenuhi, proses uji digital
forensic ini dilakukan oleh ahli digital forensic. Pada persidangan ahli digital
Dalam suatu model forensik digital melibatkan tiga komponen terangkai yang
dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah tujuan akhir dengan segala
berkualitas. Memang mudah untuk belajar komputer forensik, tetapi untuk menjadi
15
2. Peralatan (Equipment), diperlukan sejumlah perangkat atau alat yang tepat
untuk mendapatkan sejumlah bukti yang dapat dipercaya dan bukan sekadar bukti
palsu.
dan akhirnya menyajikan dalam bentuk laporan yang akurat. Dalam komponen
aturan, diperlukan pemahaman yang baik dalam segi hukum dan etika, kalau perlu
komputer. Dengan demikian segala sesuatu yang membawa informasi digital dapat
yang dimaksud dalam kasus forensik pada umumnya tidak lain adalah informasi
Barang bukti ini bersifat fisik dan dapat dikenali secara visual, sehingga
data. Cara pandangnya sama saja, tetapi dalam kasus komputer forensik, kita
mengenal subjek tersebut sebagai Digital investigator dan analis forensic harus
sudah memahami barang bukti tersebut ketika sedang melakukan proses pencarian
16
1. Komputer pc, laptop, netbook, tablet
2. Handphone, smartphone
3. Flashdisk/thumb drive
4. Floppydisk
5. Harddisk
6. Cd/dvd
9. Kamera digital
Barang bukti digital bersifat digital yang diekstrak dari barang bukti elektronik.
elektronik.
1. Logical file
2. Deleted file
3. Lost file
4. File slack
5. Log file
6. Encrypted file
17
10
a. Steganography file
b. Office file
c. Audio file
d. Video file
e. Image file
f. Email
barang bukti harus memiliki keterkaitan dengan kasus yang diinvestigasi dan
Artinya barang bukti yang diajukan harus dapat diterima dan digunakan demi
2. Asli (Authentic)
Barang bukti harus mempunyai hubungan keterkaitan yang jelas secara hukum
3. Akurat (Accurate)
4. Lengkap (Complete)
18
Barang bukti dapat dikatakan lengkap jika didalamnya terdapat petunjuk-petunjuk
1. Persiapan (Preparations)
Hal-hal yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh analisis forensic dan investigator
penyitaan.
b. Kamera digital : digunakan untuk memotrek TKP dan barang bukti secara
fotografi forensic (foto umum, foto menengah dan foto close up).
c. Peralatan tulis : untuk mencatat antara lain spesifikasi teknis computer dan
d. Nomor, skala ukur, label lembaga, serta sticker label kosong : untuk menandai
custody yaitu metodologi untuk menjaga keutuhan barang bukti dimulai dari tkp.
f. Triage tools : digunakan untuk kegiatan triage forensik terhadap barang bukti
Merupakan tahapan yang dilakukan untuk identifikasi dimana bukti itu berada,
19
3. Penyimpanan bukti digital (Preserving Digital Evidence)
Bentuk dan isi bukti digital hendaknya disimpan dalam tempat yang steril.
Untuk benar-benar memastikan tidak ada perubahanperubahan, hal ini vital untuk
diperhatikan. Karena sedikit perubahan saja dalam bukti digital, akan merubah juga
hasil penyelidikan. Bukti digital secara alami bersifat sementara (volatile), sehingga
keberadaannya jika tidak teliti akan sangat mudah sekali rusak, hilang, berubah,
data-data yang sudah ada agar memastikan bahwa data tersebut memang unik dan
asli sesuai dengan yang terdapat pada tempat kejadian perkara. Untuk data digital,
misalnya melakukan identifikasi dengan teknik hashing (sidik jari digital terhadap
barang bukti).
1. Administrasi Penerimaan
Pada tahapan ini, barang bukti komputer yang masuk dan diterima petugas
laboratorium, yang dalam hal ini analisis forensic harus dicatat secara detail di
20
b. Nama petugas pengirim barang bukti eletronik, termasuk identitasnya secara
lengkap.
c. Tanggal penerimaan.
teknisnya seperti merek, model, dan serial/product number serta ukuran (size).
isi dari barang bukti elektronik contoh imaging pada harddisk secara physical
sehingga hasil imaging akan sama persis dengan barang bukti secara physical.
Derajat kesamaan ini dapat dipastikan melalui proses hashing yang diterapkan pada
keduanya.
3. Pemeriksaan (Investigation)
komprehensif dengan maksud untuk mendapatkan data digital yang sesuai dengan
investigasi, ini artinya analisis forensik harus mendapatkan gambaran fakta kasus
yang lengkap dari investigator, sehingga apa yang dicari dan akhirnya ditemukan
oleh analisis forensic adalah sama (matching) seperti yang diharapkan oleh
terhadap image file untuk mendapatkan file atau data yang diinginkan.
21
4. Analisis Data (Analyzing)
Setelah mendapatkan file atau data digital yang diinginkan dari proses
komprehensit untuk dapat membuktikan kejahatan apa yang terjadi dan kaitannya
pelaku dengan kejahatan tersebut. Hasil analisis terhadap data digital tadi
1. Laporan
yang diperoleh dari barang bukti digital, selanjutnya data tersebut dimasukkan ke
pembungkusan dan penyegelan barang bukti yang telah dianalisis secara digital
22
pengirimnya.
dikorelasikan dengan kasus yang ada. Pada tahapan ini menjadi penting, karena
serta dibuktikan kepada hakim untuk mengungkap data dan informasi kejadian.
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kejahatan cyber atau digital. Dalam pengungkapan kasus tersebut, barang bukti
Selain itu harus ditangani oleh pihak yang telah terkualifikasi dalam hal ini
bersertifikasi dalam bidang digital forensic agar penaganan barang bukti digital
24
Referensi
Mada, 2020.
Fatma, Mawarni, and Syahidin Syahidin. "Jual Beli Online: Pada Penipuan
Is, Muhamad Sadi, and MH SHI. Aspek Hukum Informasi Indonesia. Prenada
Media, 2021.
Airlangga. 2008.
Sugeng, S. P., and MH SH. Hukum Telematika Indonesia. Prenada Media, 2020.
25
Sugiswati, Besse. "Aspek Hukum Pidana Telematika Terhadap Kemajuan
Suisno, Ayu Dian Ningtias. "Urgensi Hukum Telematika Dalam Perlindungan Data
26